Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang
paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak
sempurna. Halusinasi ini kadang-kadang menyenagkan misalnya; bersifat
ketiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang di
interpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang
berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi
mengachu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga
melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan.
Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti : skizofrenia,depresi, delirium, dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan.

1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Jiwa
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami Konsep Teori Keperawatan Jiwa “
Halusinasi Pendengaran".
 Pengertian Halusinasi Pendengaran
 Rentang Respon Halusinasi
 Penyebab Halusinasi
 Jenis-jenis Halusinasi
 Fase-fase Halusinasi
 Tanda dan Gejala Halusinasi
 Pohon Masalah Halusinasi

b. Mahasiswa dapat memahami Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa


“Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran”.
 Diagnosa Keperawatan
 Rencana Keperawatan
 SPTK

1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

2.1 KONSEP DASAR TEORI


2.1.1 Pengertian Halusinasi
 Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indra seseorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,
dasarnya mungkin organic psikotik ataupun histerik (Maramis,1994).
 Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
 Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulasi eksterna persepsi palsu
(Lubis,1993).

2.1.2 Rentang Respon


Rentang respon neurobiologik

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Kesukaran proses
dengan pengalaman berlebihan atau kurang emosi
Perilaku sesuai Perilaku yang tidak bisa Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

2.1.3 Penyebab
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan saraf pusat.
 Gejala yang mungkin muncul adalah : hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan mungkin perilaku kekerasan.
b. Psikologis
 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan
 Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien

2
 Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya :
tidak ada kasih sayang, diwarnai kekerasan dalam keluarga.
c. Sosial budaya
 Kemiskinan,konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan keamanan)
 Kehidupan yang terisolir disertai sters yang menumpuk
2. Faktor presipitasi
a. Kurangnya sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki
b. Respon koping yang maladaptif
c. Komunikasi dalam keluarga kurang atau juga kemampuan finansial
keluarga.

2.1.4 Jenis-jenis Halusinasi


Jenis Persentase Karekteristik
halusinasi
Pendengaran 70% Mendengar suara-suara/kebisingan, paling sering suara
(Auditorik) orang, suara berbentukkebisingan yang kurang jelas
sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien
bahkan sampai kepercakapan lengkap antara 2 orang
atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, atau


(qustatori) seperti feses.
Penglihatan 20% Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
(Visual) geometris,gambar kartun, bayangan yang
rumit/komplek bayangan bisa menyenangkan /
menakutkan seperti melihat monster.
Penglihatan 20% Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
(Visual) geometris,gambar kartun, bayangan yang
rumit/komplek bayangan bisa menyenangkan /
menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin
(olfaktori) atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan.
Perabaan Mengalami nyeri ketidaknyamanan tanpa stimulus
(tactile) yang jelas, rasa tersetrum listrik yang dating dari
tanah, benda mati atau orang lain.

3
Pengrasa Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena
(kinestetik) atau arteri, pencernaan makan / pembentukan urin,
merasakan pergerakan.

2.1.5 Fase-fase Halusinasi


1. Fase pertama ( Comforting)
Pada fase ini individu mengalami kecemasan,stress perasaan
bersalah,klien mungkin melawan / membebaskan pikiran padahal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan, klien masih dapat
mengontrol halusinasinya.
2. Fase kedua ( Condemning )
Pengalaman sensori bersifat menjijikan / menakutkan orang
berhalusinasi melalui merasa malu karena pengalaman sensosinya dan
menarik diri.
3. Fase ketiga ( Controlling )
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan halusinasinya yang
mengusai dirinya. Isi halusinasinya dapat berupa permohonan individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir.
4. Fase keempat ( Coniquering )
Pasien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari control
halusinasinya menjadi mengancam, menerima, dan memarahinya. Klien
dapat berhubungan dengan orang lain.

2.1.6 Identifikasi adanya perilaku halusinasi


1. Isi halusinasi
 Rasa suara siapa yang didengar
 Apa bentuk bayangan yang dilihat
 Bau apa yang dicium
 Rasa apa yang dikecap
 Merasakan apa di permukaan tubuh
2. Waktu dan frekuensi halusinasi
 Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
 Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu
terjadinya halusinasi tersebut
3. Situasi pencetus halusinasi
 Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul
 Mengobserfasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi
4. Respon klien

4
 Apa yang dilakukaan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi.
 Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi terhadap halusinasi.

2.1.7 Tanda dan gejala


 Bicara dan senyum sendiri
 Mendengar suar-suara
 Marah-marah, gelisah
 Merusak/menyerang
 Menarik diri dan menghindar dari orang lain
 Suka menyendiri
 Tidak bisa membedakan nyata dan tidak nyata
 Tidak dapat memusatkan perhatian/kosentrasi
 Bermusuhan
 Ekspresi muka tegang dan mudah tersingung

2.1.8 Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan (Akibat)

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (Masalah Utama)

Isolasi sosial (Penyebab)

2.2 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PELU DI KAJI


1. Resiko perilaku kekerasan
DS : “suara-suara itu menyuruh saya untuk marah-marah”
DO :
 Klien gelisah
 Klien marah-marah ingin memukul
 Bermusuhan, merusak/menyerang .
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
DS : “ Saya juga mendengar suara-suara”
DO :
 Klien bicara dan tertawa sendir
 Klien tiba-tiba marah
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
3. Isolasi Sosial

5
DS : “Suara-suara itu datang saat saya sedang sendiri dikamar”
DO :
 Klien menyendiri dikamar
 Menghindar dari pergaulan orang lain
 Tidak mampu memusatkan perhatian
 Selalu menunduk saat diajak bicara

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
2. Isolasi social

2.4 RENCANA KEPERAWATAN


Dx. 1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
a. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat mengontrol perilaku halusinasi yang dialaminya
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1.Bina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Berikan perhatian pada klien, perhatikan kebutuhan dasar klien
1.2.Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
2.1.Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2.Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya; bicara dan tertawa
tanpa stimulus, memandang kekiri, kekanan, kedepan, kebelakang
seolah-olah ada teman bicara
2.3.Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada
suara yang didengar
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya
d. Katakan bahwa ada klien lain juga mengalami hal yang sama
sepertinya
e. Katakan bahwa perawat bersedia membantu klien

6
2.4.Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu, frekuensi terjadinya halisinasi (pagi, siang, sore, dan malam
atau jika sendiri atau sedih)
2.5.Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah,senang,sedih,takut) beri kesempatan mengungkapkan perasaan
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3.1.Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri, dll)
3.2.Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri pujian
3.3.Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya
halusinasi :
a. Katakan “saya tidak mau dengar kamu” (apada saat halusinasi
sedang terjadi)
b. Temui oarng lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta perawat atau teman menyapa klien jika melihat klien
berbicara sendiri.
3.4.Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara
bertahap
3.5.Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih . Evalusi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil
3.6.Anjurkan klien mengikuti TAK, Orientasi Realita, dan Stimulus
Persepsi
4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
4.1. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2.Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung) :
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
dirumah; beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai oaring lain
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik untuk mengontrol
halusinasinya

7
5.1.Diskusikan dengan keluarga dank lien tentang jenis, dosis, frekuensi,
dan manfaat obat
5.2.Anjurkan klien minta sendiri oabat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3.Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat yang dirasakan
5.4.Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
5.5.Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.T.A DENGAN DIAGNOSA
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Tanggal dirawat : 24 september 2013


Tanggal pengkajian : 01 oktober 2013
Ruang : Cucak Rowo

3.1. PENGUMPULAN DATA


3.1.1. IDENTITAS KLIEN
Nama / Inisial : Mrs. Y50/ Mrs. S
Umur : 35 Tahun
Alamat : Gelandangan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pemulung
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Perempuan
No RM : 122245

3.1.2. ALASAN KLIEN MASUK


a. Data primer :
Pasien mengatakan mendengar suara suara yang membangunkan dirinya
b. Data sekunder :
Menurut status : pasien marah-marah dan telanjang, bicara sendiri,
pandangan tajam, dan dibawa DINSOS malang ke RSJ lawing.
3.1.3. FAKTOR PRESIPITASI
Pada tanggal 10 februari 2018 DINSOS malang melihat Mrs .S melihat
Mrs ,S yang mondar mandir dan teriak teriak serta telanjang, bicara sendiri
di pinggir jalan raya kota malang dan akhirnya di bawa ke RSJ lawing pada
tanggal 10 februari 2018 langsung dibawa ke IGD dan dipindahkan ke
ruang mawar . pasien kambuh sejak ditinggal suaminya selama kurang
lebih selama 6 tahun dan penyebab kambuhnya dengan gejala mengamuk
berbicara sendiri karena pasien tidak minum obat.

3.1.4. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Tidak, pasien mengatakan ia tidak pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya (gangguan jiwa).
2. Pengobatan sebelumnya

9
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pengobatan sebelumnya
3. a. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
Tidak, pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik
termasuk gangguan tumbuh kembang.

b. Pernah ada riwayat NAPZA?


Iya, pasien mengatakan pernah menggunakan obat-obatan terlarang
(narkoba)
c. Riwayat trauma
pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik-seksual,
penolakan, kekerasan dalam rumah tangga baik sebagai pelaku,
korban, dan saksi. Ketika dirumah pasien marah-marah, mengamuk,
memukul dan merusak barang-barang dikamar karena jengkel
mendengar suara-suara.
Diagnosa keperawatan : - Resiko Perilaku Kekerasan
- Penatalaksanaan Regiment
Terapeutik Inefektif
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan selama bekerja sebagai tukang parkir, ia dibayar
gaji secara dicicil, sehingga ia menjadi bingung, marah-marah,dan
merusak barang-barang.
Diagnosa keperawatan : Respon Paska Trauma
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

3.1.5. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : cukup
2. Tingkat kesadaran secara kualitatif = composmentis GCS 456
3. Tanda – Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 90X/menit
S : 36,5°C
RR : 20 x/ menit

4. Ukuran badan
TB : 145 cm
BB : 46 kg

10
5. Keluhan fisik :
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
6. Pemeriksaan fisik
 Kepala : Rambut pendek, warna rambut hitam, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan, dan tidak ada lesi.
 Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera
putih, tidak ada gangguan penglihatan.
 Telinga : Bersih, bentuk simetris, tidak ada nyeri.
 Abdomen : Simetris, tidak ada nyeri tekan.
 Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada : Bentuk simetris, tidak ada retraksi dada
 Genetalia : Tidak dikaji
 Ekstremitas : kekuatan otot 5 5
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
5 5

3.1.6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL


1. Genogram

X X

28

11
Keterangan:

X X : Laki-Laki/ Perempuan = meninggal

: Laki-Laki

: Perempuan

: Menunjukan klien
: Garis pernikahan
: Garis Keturunan
: Orang yang terdekat dengan pasien
-------- : Tinggal serumah
28 : Umur pasien
Penjelasan genogram :
1) Pola komunikasi
Pasien mengatakan komunikasi dengan teman dan keluarganya baik.
Pasien jarang berbicara dengan keluarganya kalau tidak penting.
2) Pola asuh
Pasien mengatakan anak tiga dan bersaudara. Pasien mengatakan
sejak kecil ia di asuh oleh orang tuanya. Orang tuanya (ibu) meninggal
pada saat pasien berumur 25 tahun
3) Pola pengambilan keputusan
Pada pengambilan keputusan dalam keluarga, pasien yang paling
dominan adalah bapak pasien sendiri.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya dan
mengatakan tidak ada kekurangan pada seluruh tubuhnya dan
bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah SWT.
b. Identitas diri
Klien mengatakan namanya mrs.Y50/ silvi, umur 28 tahun
pendidikan terakhir SD, alamat dari Malang. Pekerjaan dulu saat
dirumah sebagaiibu rumah tangga.
c. Peran

12
 Saat dirumah :
Pasien mengatakan dirumah ia bekerja sebagai IRT
 Saat di RSJ :
Pasien tidak punya peran apa-apa
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulang
e. Harga diri
- Pasien mengatakan merasa malu dengan kondisi sekarang karena
di rawat di rumah sakit jiwa Lawang
- Pasien tidak berani berinteraksi dengan orang lain
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang terdekat dengan pasien
- Dirumah :
Pasien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah
ibunya.
- Di RSJ :
Pasien mengatakan mempunyai teman dekat Ny.P
b. Peran serta klien dalam kelompok/ masyarakat
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok
dalam masyarakat.
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain
- Pasien mengatakan ada hambatan dalam berinteraksi dengan
orang lain dan lebih suka menyendiri.
- Pasien lebih sering menyendiri, jarang bercakap-cakap dengan
orang lain.
Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Pasien mengatakan bahwa agamanya islam
b. Pandangan tehadap gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak mengerti apa yang dimaksud ganggun jiwa
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

3.1.7. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan cukup rapi, menggunakan baju dari RS, cara penggunaan
sesuai, rambut pendek, badan tampak bersih, dan kuku pendek dan
bersih.
Diagnosa keperawatan : Tidak ada

13
2. Pembicaraan
Nada bicara sedang, kalimat bisa dipahami, jawaban pasien sesuai
dengan pertayaan perawat, klien menggunakan bahasa Indonesia.
Diagnosa keperawatan : Tidak ada
3. Aktivitas motoric
Kelambatan:
o Hipokinesia, hipoaktivitas
o Katalepsi
o Sub stupor katatonik
o Fleksibilitas serea
Pasien terlihat lesu, kurang bersemangat, sering menyendiri, sering
mondar – mandir, dan kadang melamun.
o Hiperkinesia
o Stereotipi
o Gaduh gelisah katatonik
o Mannarism
o Katapleksi
o Tik
o Ekhopraxia
o Command automatism
o Grimace
o Otomatisma
o Negativisme
o Reaksikonversi
o Tremor
o Verbigerasi
o Berjalan kaku/rigid
o Konpulsif : sebutkan...
Pasien mengatakan sering mondar mandir pada saat mendengar
suara yang tidak ada wujud
Diagnosa keperawatan : Resiko jatuh
4. Alam perasaan (emosi)
a. Mood danAfek
 Afek
Ketika diajak bicara yang menyenagkan ekspresi wajah pasien tampak
senang, ketika diajak bicarayang menyedihkan ekspresi wajah pasien
tampak sedih.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
 Emosi

14
Pasien mengatakan ia sedih dan ingin pulang bertemu orang tua dan
keluarganya.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
5. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, kontak mata focus, mau menatap lawan bicara, mau
menjawab pertayaan yang diajukanoleh perawat.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
6. Persepsi sensori
- Pasien mengatakan mendengar suara laki-laki dan perempuan tanpa
wujud, yang menyuruhnya untuk marah-marah dan merusak barang-
barang.
- Pasien mengatakan suara-suara itu muncul saat sendiri, kemudian
pasien merasa terganggu, dan jengkel.
- Pasien mengatakan pada saat dirumah ketika bisikan-bisikan itu
muncul pasien mengikuti atau menuruti bisikan-bisikan tersebut yaitu
marah-marah dan merusak barang-barang.
- Pasien sering berbicara sendiri dan mondar-mandir
Diagnosa keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
7. Proses pikir
a. Arus pikir
Koheren, pembicaraan pasien lancar dan dapat di pahami, jawaban
sesuai pertayaan perawat.

b. Isi pikir
- Pikiran rendah diri :
Pasien mengatakan malu dengan keadaannya sekarang ini karena
dirawat di RSJ lawang.
- Pikiran isolasi sosial :
Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain dan lebih
suka menyendiri.
c. Bentuk pikir
Non realistik, apa yang dikatakan pasien tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada, dibuktikan dengan pasien mengatakan
mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya yang mengatakan
menyuruhnya untuk marah-marah dan merusak barang-barang.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Tingkat kesadaran
 Secara kuantitatif
Composmentsis, GCS 4,5,6

15
 Secara kualitatif
Kesadaran berubah, pasien tidak mampu mengadakan hubungan
(relasi ) dan pembatasan dengan lingkungan (limitasi) dan dirinya
sendiri pada taraf yang tidak sesuai dengan kenyataan, di buktikan
dengan pasien mengalami halusinasi, pasien mendengar suara-suara
yang menyuruhnya untuk marah-marah dan merusak barang-barang,
klien sering melamun, sering mondar-mandir tanpa ada tujuan,
menyendiri dan kadang-kadang bicara sendiri.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
9. Orientasi
- Waktu
Baik, dibuktikan pasien mampu menyebutkan waktu dengan benar,
pasien mengatakan sekarang siang hari jam 11.00 WIB

- Tempat
Baik, dibuktikan psien mempu menyebutkan bahwa sekarang berada
diruang Cucak Rowo di RSJ-Lawang
- Orang
Baik, dibuktikan pasien mampu membedakan antara perawat dengan
pasien. Pasien mengatakan yang memakai baju putih-putih adalah
perawat.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
10. Memori
1. Daya ingat jangka panjang
Pasien mengatakan umurnya sekarang 28 tahun,ia lahir di Singosari,
24-03-1984.
2. Daya ingat jangka pendek
Pasien mengatakan 2 hari yang lalu main bola volly bersama
perawat.
3. Daya ingat saat ini
Pasien mengatakan tadi pagi sarapan bubur kacang hijau.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi, saat ditanya pasien dapat lansung
menjawab pasien menjawab pertayaan berhitung, seperti: 4+15=19,
20-5=15
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
12. Kemampuan penilaian

16
Pasien tidak mengalami gangguan penilaian saat ditanya jika lantai
kotor di pel dulu atau di sapu dulu, pasien menjawab di sapu dulu
supaya kotorannya tidak menempel di kain pel.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

13. Daya Tilik Diri


Pasien mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami sakit jiwa, oleh
karena itu dirawat di RSJ-Lawang.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

3.1.8. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan.
a. Makan
Pasien mampu makan sendiri tanpa bantuan. Makan 3x sehari
b. BAB/ BAK
- Pasien mampu BAB/BAK secara mandiri tanpa bantuan,
menggunakan kamar mandi dan WC ketika BAB/BAK
- Pasien mampu bersihkan diri setelah BAB/BAK
c. Mandi
Pasien mampu mandi sendiri tanpa bantuan , pasien mandi 2x sehari
dan memakai sabu, dibilas dengan air, menyikat gigi ketika mandi.
d. Pakaian
Pasien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan
e. Istirahat dan tidur
Tidur pagi : -
Tidur siang : 13.00 – 14.00 WIB
Tidur malam : 01.00 – 04.00 WIB
f. Penanggung obat
Pasien mampu minum obat secara mendiri sesuai jadwal namun cara
menggunakan obat dibantu oleh perawat sesuai dengan 5B (benar,
obat, pasien, dosis, cara dan waktu)
g. Pemeliharaan
Pasien membutuhkan perawatan lanjut dan sistem pendukung dari
keluarga selama dirumah.

h. Aktivitas dalam ruangan


Pasien kadang-kadang membantu membersihkan ruangan, tapi pasien
setelah selesai mondar – mandir dan melamun.

17
i. Aktivitas luar ruangan
Pasien jarang bergaul dengan pasien lain, pasien lebih suka
menyendiri.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

3.1.9. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping maladaptive
- Pasien mengatakan bila ada masalah tidak membicarakan kepada orang
lain
- Dirumah pasien marah-marah, dan merusak barang-barang.
Diagnosa keperawatan : Koping Individu Inefektif

3.1.10. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Dirumah : Ada masalah, dibuktikan dengan klien mengatakan merasa
malu kerena tidak di terima oleh tetangga dan teman-temannya
karena klien mengalami gangguan jiwa.
Di RSJ : Ada masalah, dibkuktikan kalau pasien lebih banyak
melamun dan menyendiri.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan lebih sering menyendirri di dalam kamarnya.
3. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Pasien mengatakan kalau ia tidak punya masalah dengan pendidikan.
Pasien tamatan SMA.
4. Masalah berhubungan dengan pekerjaan
Pasien sebelumnya bekerja sebagai tukang parkir untuk membantu
menafkahi kebutuhan keluarganya. Tetapi setiap bulan gajinya di
bayar dengan cicil dan kadang tidak di bayar.

5. Masalah berhubungan dengan perumahan


Pasien mengatakan tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.
6. Masalah berhubungan dengan ekonomi
Pasien mengatakan ekonomi dalam keluarganya rendah.
7. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan sudah yang ke 2x ia masuk di RSJ lawang ini.
Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah

3.1.11. ASPEK PENGETAHUAN


Pengetahuan kurang tentang pengobatan :
Pasien mengatakan tidak mengetahui akibat berhenti minum obat dan
tanpa konsultasi dokter.

18
Diagnosa keperawatan : Kurang Pengetahuan Tentang Pengobatan

3.1.12. ASPEK MEDIS


Diagnos medis :
Axis 1 : Skizofrenia hibefrenik episode berulang
Axis II : Kurang Bergaul
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah psikososial (kebutuhan ekonomi)
Axis V : GAF 13-21
Terapi medis :
- Tablet Halloperidol 5mg 1-0-1
- Clorpromazine 100 mg 1-0-0

19
3.1.13. ANALISA DATA
Nama : Mrs.Y50/ Mrs.S Dx medis : F.20.1
Ruangan : Mawar No. RM : 122245
Data subjektif/ Data objektif Diagnosa keperawatan
1. DS : Gangguan persepsi sensori :
- Pasien mengatakan mendengar suara tanpa Halusinasi pendengaran
wujudnya dan memanggil namanya.
- Muncul saat sendiri frekuensi 4-5x/hari
DO :
- Pasien sering bicara sendiri
- Sering mondar-mandir
2. DS : Resiko perilaku kekerasan
Pasien mengatakan dibawa kerumah sakit
karena mendengar bisikan-bisikan,
kemudian marah-marah dan merusak
barang-barang.
DO :
Menurut status : dirumah pasien sering
marah-marah, memukul dan merusak
barang-barang disekitarnya.

3. DS : Isolasi sosial : Menarik diri


- Pasien mengatakan jarang bercakap-cakap
dengan orang lain dan lebih suka
menyendiri.
DO :
- Pasien lebih sering sendiri
- Pasien jarang bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. DS : Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan merasa malu dengan
kondisi sekarang karena di rawat di rumah
sakit jiwa Lawang.

DO :
- Pasien tidak berinisiatif berinteraksi
dengan orang lain
5. DS : Respon pasca trauma
Pasien menyatakan pernah ditinggal
suaminya ± 6 tahun, sehingga pasien

20
menjadi gelisah, bingung dan merasa
sendiri.

DO : -
6. DS : Gangguan Proses Pikir
Pasien mengatakan mendengar suara – suara
yang tiak ada wujudnya yang memanggil
namanya
DO :
- kesadara pasien secara kualitatif berubah.
- Pasien tidak mampu mengadakan hubungan
( relasi ) dan pembatasan dengan lingkungan
( limitasi ) dan dirinya sendiri : pasien sering
berbicara sendiri,sering menyendiri, jarang
bercakap-cakap dengan orang lain.

7. DS : Koping individu inefektif


- Pasien mengatakan bila ada masalah tidak
membicarakan kepada orang lain

DO :
- Pasien tampak marah – marah dan
menyendiri
- Agresif
- Cemas
8. DS: Resiko jatuh
Pasien mengatakan sering mondar – mandir
pada saat mendengar suara tanpa wujud
DO :
- Pasien tampak mondar – mandir
- Pasien jalan tanpa menunduk
9. DS : Kurang pengetahuan tentang
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang pengobatan
penyakitnya (jiwa).
DO :
- Pasien tampak kebingungan
- Pasien tampak cemas

21
3.1.14. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. Harga diri rendah
5. Respon pasca trauma
6. Gangguan proses pikir
7. Koping individu in efektif
8. Resiko jatuh
9. Kurang pengetahuan tentang pengobatan

22
3.1.15. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan / menciderai diri sendiri,orang lain,


dan lingkungan ( efek )

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran


Resiko cedera ( core problem)

Isolasi sosial
Gangguan proses
( cause )
pikir
Penatalaksanaan regimen
Respon paska terapeutik in efektif
Harga Diri Rendah
trauma

Koping individu Kurang pengetahuan


inefektif tentang kejiwaan

3.1.16. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial : Menarik Diri

23
3.1.17. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Mrs.Y50 Ruangan : Mawar

No Diagnosa Perencanaan Rasional


keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1 Gangguan TUM : 1.1 Setelah keperawatan 1.1 BHSP dengan menggunakan prinsip 1.1 Klien sudah percaya
sensori Pasien dapat pasien menunjukkan komunikasi terapeutik kepada perawat akan
persepsi: mengontrol tanda-tanda percaya a. Sapa klien dengan ramah baik verbal membuat
halusinasi halusinasi yang kepada perawat : maupun non verbal mempermudah
pendengaran dialami a. Ekspresi wajah b. Perkenalkan nama, nama panggilan, kerjasama sehingga
bersahabat tujuan perawat berkenalan klien lebih kooperatif
TUK1 : b. Menunjukkan rasa c. Tanyakan nama lengkap dan nama
Pasien dapat BHSP tenang panggilan yang disukai klien
c. Ada kontak mata d. Buatlah kontrak yang jelas
d. Mau berjabat tangan e. Tunjukkan sikap jujur dan menepati
e. Mau menyebut nama janji setia kau berinteraksi
f. Mau menjawab salam f. Tunjukkan sikap empati dan menerima
g. Mau berdampingan apa adanya
dengan perawat g. Beri perhatian pada klien dan
h. Mau mengutarakan perhatikan kebutuhan dasar
masalahnya

1
1.2 Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan penuh
perhatiaan ekspresi perasaan klien
TUK 2 : 2.1 Setelah interaksi pasien 2.1 Adakah kontak sering dan singkat secara 2.1 Mengurangi waktu
Pasien dapat menyebutkan : bertahap kosong bagi pasien
mengenal halusinasi a. Isi sehingga pasien dapat
b. Waktu mengurangi frekuensi
c. Jenis halusinasinya.
d. Frekuensi 2.2 Observasi tingkah laku klien terkait 2.2 Memfasilitasi pasien
e. Situasi dan kondisi dengan halusinasinya, jika menemukan untuk mengungkapkan
yang menimbulkan klien yang sedang halusinasi persepsi secara terbuka.
halusinasi a. Jika menemukan klien yang sedang Mengidentifikasi
2.2 Setelah dilakukan halusinasinya tanyakan apakah ada perasaan halusinasi
intervensi keperawatan bisikan yang didengar atau melihat yang diakui pasien
pasien mengatakan bayangan yang tanpa wujud / sebagai dasar untuk
perasaan dan respon merasakan sesuatu yang tidak ada intervensi
saat mengalami wujudnya.
halusinasi b. Jika ada klien menjawab ada, lanjutkan
a. Marah apa yang dialami
b. Takut c. Katakan bahwa perawat percaya klien
c. Sedih mengalami hal tersebut namun perawat
d. Senang sendiri tidak mengalami halusinasi.

2
d. Katakan bahwa klien juga ada yang
seperti klien.
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya 2.3 Mengetahui tingkat
a. Jika menemukan klien sedang halusinasi yang dialami
halusinasi, tanyakan apakah ada pasien
bisikan yang didengar/apakah melihat
bayangan yang tanpa wujud atau
merasakan sesuatu yang tidak ada
wujudnya.
b. jika klien menjawab ada, lanjutkan
apa yang dialaminya.
c. Katakn bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun
perawat sendiri yidak mengalamimnya
d. Katakan bahwa klien lain juga ada
yang seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.4 Jika pasien tidak senag halusinasi, 2.4 Untuk memutus
klasifikasikan tentang adanya pengalaman halusinasi yang

3
halusinasi. dilakukan pasien
a. Isi : waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
b. Situasi dan kondisi yang tidak
menimbulkan halusinasi
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang 2.5 Mencegah
dirasakan klien jika terjadi halusinasi halusinasinya berlanjut
(marah, takut, sedih, senag, bingung)beri
kesempatan mengungkapkan perasaanya
TUK 3 : 3.1 Setelah dilakukan 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau 3.1 Dengan mengontrol
Pasien dapat interaksi pasien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasinya dengan
mengontrol menyebutkan tindakan halusinasi( tidur, marah, dan menyibukkan beberapa cara
halusinasinya yang biasa dilakukan diri) halusinasinya klien
untuk mengendalikan dapat berkurang sedikit
halusinasinya. demi sedikit.

3.2 Setelah dilakukan 3.2 Dengan mengontrol


interaksi pasien halusinasinya dengan
menyebutkan tindakan 3.2 Diskusikan cara yang digunakan klien. beberapa halusinasinya
untuk mengendalikan a. Jika cara yang digunakan adaptif beri dengan beberapa cara
halusinasinya. pujian. halusinasi klien data
3.3 Setelah 1 kali interaksi b. Jika cara yang digunakan maladaptive berkurang sedikit demi
pasien dapat memilih diskusikan kerugian cara tersebut. sedikit.

4
dan memperagakan cara 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/ 3.3 cara baru tersebut bisa
mengatasi mengontrol timbulnya halusinasinya. membantu pasien untuk
halusinasinya. a. Menghardik halusinasi katakan pada mengontrol halusinasinya
diri sendiri bahwa ini tidak nyata. jika cara pertama tidak bisa
“ saya tidak mau mendengar” mengatasi halusinasinya
b. Menemui orang lain (perawat/
teman/keluarga) untuk menceritakan
halusinasinya/bercakap-cakap.
c. Membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah
disusun.

3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah 3.4 dengan memilih cara
dianjurkan dan latih mencobanya. yang yang sesuai maka
3.5 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan akan memotivasi pasien
dilatih jika berhasil beri pujian. untuk melakukan terapi
dan meningkatkan
3.6 Anjurkan dan ikut sertakan klien keberhasilan terapi.
mengikuti TAK stimulasi persepsi. 3.5 Dengan memantau
terapi yang di peragakan
klien maka dapat di
ketahui bisa/ tidaknya
pasien melakukan terapi

5
3.6 Dengan mengikuti
terapi aktivitas klompok
maka pasien akan ada
kegiatan dan terapi
aktivitas kelompok akan
membantu pasien
mengatasi halusinasinya

TUK 4: 4.1 Setelah 1 kali 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk 4.1 Melibatkan klien dalam
klien dapat pertemuan keluarga, pertemuan (waktu,tempat dam topik) interaksi sosial akan
dukungan dari keluarga menyatakan 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat mendorong klien untuk
keluarga dalam setuju untuk pertemuan keluarga/kunjungan rumah) melihat dan merasakan
mengontrol mengikuti pertemuan a. pengertian halusinasi secara langsung
halusinasinya dengan perawat. b. tanda dan gejala halusinasi manfaat dari
4.2 Setelah 1 kali c. proses terjadinya halusinasi berhubungan sosial,
interaksi keluarga d. cara yang dapat dilakukan klien dan serta meningkatkan
menyebutkan keluarga untuk memutus halusinasi konsep diri.

6
pengertian,tanda dan e. obat-obatan halusinasi
gejala, proses f. cara merawat anggota keluarga yang
terjadinya halusinasi halusinasi di rumah (beri kegiatan,
dan tindakan untuk jangan biarkan sendiri, makan
mengendalikan bersama, bepergian bersama,
halusinasi. memantau lobat-obatan dan cara
pemberian untuk mengatasi halusinasi)
g. Beri informasi waktu kontrol ke
rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi tidak
dapat diatasi dirumah.
TUK 5: 5.1 Setelah dilakukan 1 5.1 Diskusikan dengan pasien tentang 5.1 Meningkatkan
Pasien dapat kali interaksi pasien manfaat dan kerugian tidak minum obat kesadaran pasien akan
memanfaatkan obat mampu menyebutkan: nama, warna, dosis, cara efek dan efek pentingnya minum
dengan baik. a. Manfaat minum samping penggunaan obat. obat.
obat 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat 5.2 Mencegah pasien
b. Kerugian tidak 5.3 Berikan pujian saat pasien telah minum membuang obat yang
minum obat obat. seharusnya diminum.
c. Nama, warna, 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat 5.3 Pujian akan merikan
dosis, efek tanpa konsultasi dengan dokter motivasi kepada pasien
samping obat. 5.5 Ajak klien untuk konsultasi kepada untuk minum obat
5.2 Setelah dilakukan perawat atau dokter tentang obat sesuai aturan.
interaksi pasien 5.4 Dengan mengetahui

7
mendemonstrasikan dampak dari No. Register : 085198 Dx
penggunaan obat yang penggunaan obat
benar. diharapkan pasien akan
5.3 Setelah dilakukan mengetahui bahaya
interaksi pasien henti obat tanpa
menyebutkan akibat konsultasi.
berhenti minuum obat 5.5 Dengan konsultasi
tanpa konsultasi maka akan menambah
dokter pengetahuan pasien
tentang obat.

8
3.1.18. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Mrs Y50/ Ny s Ruangan : Mawar


No. Register : 085198 Dx Medis: F.20.13 (Skiofrenia hiberfenik episodik
berulang)

No. Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


1. 12-2- 2018 SP1 : S : Klien mengatakan :
Jam : 12:00 1. Membina hubungan  Selamat siang
saling percaya  Nama saya Ny S
2. Mengidentifikasi jenis  Nama panggilan Ny S dari
halusinasinya malang.
3. Mengidentifikasi isi  Saya mendengar suara-suara
halusinasinya yang memanggil namanya.
4. Mengidentifikasi waktu  Pasien mengatakan suara-
halusinasinya suara itu muncul saat pasien
5. Mengidentifikasi menyendiri, kemudian pasien
frekuensi halusinasinya merasa terganggu, dan
6. Mengidentifikasi situasi jengkel.
yang menimbulkan  Pasien mengatakan pada saat
halusinasi dirumah ketika bisikan-bisikan
7. Mengidentifikasi respon itu muncul pasien mengikuti
pasien terhadap atau menuruti bisikan-bisikan
halusinasi. tersebut sehingga pasien
8. Mengajarkan pasien marah-marah dan merusak
menghardik halusinasi barang-barang.
9. Menganjurkan pasien  Suara-suara itu muncul pada
cara menghardik
waktu saya lagi menyendiri
halusinasi dalam jadwal atau melamun dan kadang
kegiatan. pada saat tidur.
 Suara-suara itu seperti suara
laki-laki dan perempuan yang
menyuruh saya untuk marah-
marah dan merusak barang-
barang.
 Iya, saya mau diajari cara
mengusir suara-suara itu

45
O:
 Pasien mau menyebutkan
nama, berjabat tangan dan
menjawab salam
 Kontak mata fokus
 Pasien mau menjawab
pertanyaan
 Pasien memperagakan cara
menghardik halusinasinya
A:
 Pasien mampu membina
hubungan saling percaya
 Pasien mampu
mengidentifikasi jenis, waktu,
isi, frekuensi, situasi dan
respon terhadap halusinasinya.
 Pasien mampu memperagakan
bagaimana cara menghardik
halusinasi.
 Pasien mampu memasukan
latihan mnghardik halusinasi
kedalam kegiatan harian
P : Untuk pasien
 Anjurkan pasien untuk
mengobrol halusinasi dengan
cara menghardik bila
halusinasi muncul.
 Anjurkan pasien latihan
mengontrol halusinasi dan
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian
Untuk perawat :
 Lanjut SP 2
2. 13-02-2018 SP 2 : S : Klien mengatakan
1. mengevaluasi jadwal  Sore juga
Jam : 16:00 kegiatan harian pasien  Baik Mas
2. melatih mengendalikan  Masih Mas, masih mendengar
halusinasi dengan suara-suara itu

46
bercakap-cakap dengan  Disini saja Mas
orang lain.  Iya, bercakap-cakap dengan
3. Menganjurkan pasien orang lain
memasulkan kegiatan  Ada 2 cara untuk mengontrol
bercakap-cakap dengan halusinasi yaitu dengan
orang lain dalam menghardik dan bercakap-
jadwal kegiatan harian. cakap.
 Iya, dimasukkan dalam
jadwal harian

O:
 Pasien bercakap-cakap
dengan pasien lain
 Pasien masukan latihan
bercakap-cakap kedalam
jadwal kegiatan harian
A:
 Pasien mampu mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan pasien lain.
 Pasien mampu memasukkan
latihan mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain ke dalam
jadwal harian.
P:
1. Untuk pasien :
 Ya, anjurkan pasien
menggunakan cara
menghardik dan bercakap-
cakap saat suara itu
muncul.
 Anjurkan pasien latihan
cara menghardik dan
bercakap-cakap dan
memasukkan dalam jadwal
harian
2. Untuk perawat :

47
Lanjut SP 3
3. 14-02-2018 SP 3: S:
Jam : 10 :00 1. Mengevaluasi jadwal  “pagi”
kegiatan pasien  “Masih”
2. Melatih pasien  “Sudah’
mengendalikan  “Lumayan Mas, jarang
halusinasi dengan muncul dari pada duduk di
melakukan kegiatan tempat tidur Mas”
3. Menganjurkan pasien  “Bisa Mas,saya sudah
memasukkan kejadwal melakukan”
kegiatan harian.  “Kalau pagi kadang
membantu menyapu”
 “iya”
 “Lumayan enak Mas”
 “Menghardik, mengobrol
sama teman, yang ketiga
melakukan aktivitas
terjadwal”
 “iya, sampai jumpa”
O:
 Pasien mau membantu
membersihkan ruangan
seperti menyapu

A:
 Pasien mampu membantu
mengendalikan halusinasi
dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal
P:
 Pasien: Anjurkan sering
aktivitas di ruangan
 Perawat: Lanjutkan SP 4

48
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Saat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Halusinasi


ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu melakukan pendekatan
secara terus-menerus, membina hubungan saling percaya yang menciptakan
suasana terapeutik dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang diberikan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien khususnya dengan
halusinasi,pasien dapat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yyang mengerti keadaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu
perawat/petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam
memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi
perawatan pada pasien.

4.2 SARAN

 Dalam memberikan Asuhan Keperawatan hendaknya perawat mengikuti


langkah-langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara
sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal.
 Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan
pendekatan secara bertahap dan terus-menerus untuk membina
hubungan saling percaya antara perawat dan klien sehingga tercipta
suasana terapiutik dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang di
berikan.
 Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,
sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan
dapat membantu perawat bekerjasama dalam pemberian Asuhan
Keperawatan bagi klien.

49
DAFTAR PUSTAKA

Maramis,W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga Univversity Pres. Surabaya

Wilkinson, M.Judith dan Ahern, Nancy R.2011. Buku Saku Diangnosis Keperawatan.
Edisi 9. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama

Linda Juall Carpenito-Moyet, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta. EGC

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberihkan rahmatnya pada penulis, sehingga Asuhan Keperawatan Jiwa dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.T.A dengan Diagnosa Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran Di Ruang Cucak Rowo RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang” ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada :

50
1. Ibu Indri Astutik, SST selaku pembimbing di Ruang Cucak Rowo yang
telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di ruang ini.
2. Para perawat dan klien yang berada di Ruang Cucak Rowo atas
partisipasinya dan bersedia memberikan kami kesempatan untuk
menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini.
3. Teman-teman Prodi D-III Keperawatan Universitas Nusa Nipa-Maumere
yang senantiasa memberikan bantuan, semangat dan dukungannya.

Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Asuhan
Keperawatan Jiwa ini yang namanya tak mungkin kami cantumkan satu
persatu. Demikian Asuhan Keperawatan Jiwa ini dibuat semoga dapat
bermanfaat bagi kami khususnya, pembaca pada umumnya.

Lawang, 09 Oktober 2013

Penulis

ASUHAN KEPERAWATAN iiJIWA PADA Tn. T.A DENGAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
: HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG CUCAK ROWO
RSJ.Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

DISUSUN OLEH :

51
KELOMPOK II

1. FERDINANDUS NDEWI
2. FLORENTINA LERE
3. FRANSISKA GLEKO
4. HYASINTA Y. RATNASARI
5. IRMINA TUKU
6. JOAN JOHANES LEONARDO

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2013

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembaran Pengesahan ................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................... ii
Daftar isi ....................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 1
BAB II : TINJAUAN TEORI .................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori ................................................................ 3
2.1.1 Pengertian .................................................................. 3
2.1.2 Rentang respon ........................................................... 3
2.1.3 Penyebab .................................................................... 4
2.1.4 Jenis-jenis .................................................................. 4
2.1.5 Fase-fase .................................................................... 5
2.1.6 Identifikasi perilaku halusinasi ................................... 6
2.1.7 Tanda dan Gejala ........................................................ 7
2.1.8 Pohon Masalah ........................................................... 7
2.2 Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji ............. 8
2.3 Diagnosa Keperawatan .......................................................... 8
2.4 Rencana Tindakan Keperawatan ........................................... 8
BAB III: TINJAUAN KASUS NYATA .................................................... 12
3.1 Pengumpulan Data.................................................................. 12

52
3.1.1 Identitas Klien ............................................................ 12
3.1.2 Alasan Masuk ............................................................ 12
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang ........................................ 13
3.1.4 Faktor Predisposisi ..................................................... 13
3.1.5 Pemeriksaan Fisik ...................................................... 14
3.1.6 Pengkajian Psikososial .............................................. 16
3.1.7 Status Mental ............................................................. 19
3.1.8 Kebutuhan Persiapan
iii Pulang ..................................... 23
3.1.9 Mekanisme Koping .................................................... 24
3.1.10 Masalah Psikososial dan Lingkungan ........................ 24
3.1.11 Pengetahuan kurang Tentang ..................................... 25
3.1.12 Aspek Medis .............................................................. 25
3.1.13 Analisa Data ............................................................... 26
3.1.14 Daftar diagnose Keperawatan .................................... 29
3.1.15 Pohon Masalah ........................................................... 30
3.1.16 Prioritas Diagnosa Keperawatan ................................ 30
3.1.17 Rencana Tindakan dan Keperawataan ........................ 31
3.1.18 Implementasi dan evaluasi ......................................... 38
3.1.19 Stategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ............. 45
BAB VI: PENUTUP .................................................................................... 56
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 56
4.2 Saran ...................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN
iv

53
Laporan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. T.A dengan Diagnosa Gangguan
Persepi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Di Ruang Cucak Rowo RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang-Malang

Disusun Oleh

Kelompok : II

Telah Disahkan Pada


Hari/Tanggal : Selasa, 08-10-2013

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

KLARA MEO, S.SiT INDRI ASTUTIK, SST


NIDN : 0815056002 NIP : 19720707 1992032

Kepala Ruangan

KASIYANTO,S.KEP.,NERS
NIP : 19620613 198111 1 001

54

Anda mungkin juga menyukai