Bahan Ajar PDF
Bahan Ajar PDF
OSTEOPOROSIS
Oleh
Tedjo Rukmoyo, SpBo
A. Tujuan Instruksional
1. Umum
Pada akhir pertemuan dan diskusi mahasiswa dapat memahami
osteoporosis dan melakukan diagnosis osteoporosis secara dini sehingga
dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan puncak kepadatan tulang
2. Khusus
Memahami faktor resiko, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan
pada osteoporosis agar kualitas hidup penderita meningkat sehingga
angka morbiditas dan mortalitas dapat dikurangi.
Keganasan:
− Multiple myeloma
− Leukimia
Diit :
− Anorexia nervosa
− Tinggi Protein
− Tinggi Phosphatase
− Rendah kalsium
− Alkhohol
3. Memahami diagnostic osteoporosis
Adanya osteoporosis dapat ditentukan dengan memakai beberapa cara
pemeriksaan seperti pemeriksaan radiologis, sinar rontgen (X-ray polos) yang
baru dapat dideteksi apabila massa tulang sudah berukurang 30%. Dapat juga
dengan sinar rontgen yang sudah diperlakukan secara khusus untuk mengukur
massa tulang seperti QCT (Quantitative Computerized Tomography ) atau OCT
(Osteo Computerized Computerized Tomography ) atau OCT (Osfeo
Computerized Tomography), gelombang ultrasonik, SPA (Single Photon
Absorptomer) dengan menggunakan sinar gamma, DPA (Dual photon
Absorptometry), DEXA (Dual Energy X-ray Absorptometry) atau dengan
pemeriksaan histomorfometri tulang.
2. Pencitraan
− Radiografi:
• baru bisa tampak bila sudah berkurang 30%
• Panggul dengan singh index
• Pada tulang belakang tampak perubahan korpus vertebra
seperti cod fish deformity atau fish month pada diskus
intervertebralis.
• CT-scan bila dicurigai ada keganasan
− Densitometri dengan SPA, DPA dan atau DEXA
Tahap III menghindari faktor resiko dan gunakan obat-obatan. Pada saat ini
sudah ada bermcam-macam preparat yang dapat dipergunakan sebagai
pencegahan timbulnya osteoporosis.
TERAPI
Apabila penderita mengeluh gangguan sakit di tulang (ostealgia), perlu
dipertimbangkan kemungkinan timbulnya osteopenia – osteoporosis
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan seperti tersebut di atas untuk tindakan
pencegahan dan pengobatan. Pencegahan terdiri dari:
• Memperbaiki gizi, kegiatan fisik (senam osteoporosis) dan gaya hidup,
mengurangi penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi timbulnya
osteoporosis.
• Pemberian obat-obatan yang dapat merangsang pembentukan tulang
baru dan mencegah penyerapan tulang lebih lanjut.
• Pada wanita khusunya pasca menopause, dengan Hormon Replacement
Therapy (HRT) atau apabila ada kontra indikasi dengan HRT, digunakan
risedronate, raloxifine, alendronate.
HRT masih dianggap sebagai Gold standar pengobatan saat ini, nemun
perlu pengawasan dan monitoring oleh pakarnya karena kemungkinan timbulnya
keganasan.
Tujuan dari pengobatan osteoporosis adalah untuk mencegah
berlanjutnya kehilangan massa tulang. Pada saat ini tidak ada terapi baku
(standard protocol) yang dapat menjamin pengobatan agar BMD dapat pulih
kepada keadaan normal. Sekarang ini sudah ada bermacam-macam preparat
yang dapat dipergunakan sebagai pencegahan timbulnya osteoporosis. Adapun
obat-obatan yang beredar sekarang antara lain adalah:
− Calcitonin : Myacalcic dalam bentuk suntik dan nasal spra
− Calcitrol: m Rocaltrol
• Kolkatriol, dalam bentuk ora
− Biphosphornate
• Alovell (alendronate), Riseddronate (Actonel)
• Ostac (Clorodonate
• Bonefose (dorodonate)
− Ossopan : Ossein Hydroxyapatite
− Preparat kalsium
• Osteocare : kalsium dan magnesi
• Calsium San
• Calsium D-redoxon dan vitamin
• Anlene : susu kalsium
− Hormon anabolic
• Orgabolin: oral
• Decadurabulin: suntikan
− Hormon Replacement Therapy: livial
2. Reduction
Setelah dibuat diagnosis patah tulang , maka tindakannya adalah
memperbaiki kedudukan fragmen agar terjadi penyambungan yang baik, apakah
harus segera atau dapat ditunda (emergency atau ASAP : as soon as possible)
3. Retaining
Pada patah tulang akibat osteoporosis perlu dipertimbangkan cara
mempertahankan hasil reposisi, Menggunakan implant maka implant harus dapat
memegang fragmen yang ada, kalau tidak ada cara lain yang cukup memadai
yaitu dengan imp/ant yang sederhana yang bersifat adaptasi atau splinting
dengan kirscher wire dan pemasangan fiksasi luas (gips). Selain itu kualitas
tulang perlu diperhatikan dan kalau perlu dapat diperkuat fiksasi bila
dipergunakan bone cement
4. Rehabilitation
Tindakan rehabilitasi adalah untuk mencegah timbulnya kecacatan
dengan mengupayakan fungsi alat atau anggota yang masih baik guna
memberikan kesempatan bagian yang
cedera agar menjalani istirahat guna penyembuhan. Imobilisasi yang lama dapat
menyebabkan beberapa penyulit, baik yang bersifat umum akibat tirah baring
lama mengenai beberapa sistem tubuh seperti sistem kardiorespirator, ginjal,
juga sistem muskuloskeletal yaitu kekakauan sendi terutama distal dari fraktur
dan menambah timbulnya disuse osteoporosis dan fracture disesase vertebrae
yang kolaps. Penyuntikan bone cement tersebut dapat memperbaiki deformitas
dan memberikan kepadatan pada corpus vertebrae. Kekuatan yang lebih dapat
pula memberi tekanan pada corpus vertebrae cranial dan distal, karenanya
tindakan terhadap terapi osteoporosis perlu dilaksanakan.
KEPUSTAKAAN
1. Apley, AG and Solomon, M (1993). System of Orthopaedics and
Fractures, Seventh edit. Butterworth - Heinemann, Oxford.
2. Harris, NH (1993). Post Graduate Textbook of Clinical Orthopaedics.
William & Wilkins Baltimore. 162-164.
3. Miller, MD (2000). Review of Orthopaedics, WB Saunders Company, 3rd
edit. 35 -37.
4. Netter, FH (1987). The CIBA COLLECTION OF MEDICAL
ILLUSTRATIONS, Musculoskeletal System Vol. 8, Part 1. CIBA-GEIGY
Corporation Summit, New Jersey,216-227.
5. Salter, RB (1989). The Musculoskeletal System. Osteoporosis. 2nd Edit.
Williams & Wilkins. Baltimore. 152 - 153.
6. Simon, SR (1994). Orthopaedic Basic Science. American Academy of
Orthopaedic Surgeons. 173 - 183.
7. Turek, SL (1984). Orthopaedics Principles and Their Applications. Vol. 1.
Fourth Edit. JB Lippincott Company, Philadelphia. 251 - 253.