Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN FIELDTRIP INSTALASI PENGOLAHAN

AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG, BANDUNG

MATAKULIAH MANAJEMEN MEDIA


AKUAKULTUR

Oleh :
Darmawan Setia Budi
C151120351

MAYOR AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah adalah salah satu hal yang tidak disukai oleh semua orang, akan
tetapi setiap hari orang-orang banyak yang mengeluarkan limbah secara tidak
sadar. Miris memang jika melihat semua ini. Terbukti dengan sungai-sungai yang
ada khususnya di daerah Bandung sangat tercemar baik limbah tercemar oleh
limbah organik maupun limbah anorganik. Limbah pabrik dan juga limbah
domestik yang berupa bahan organik akan mengakibatkan kerusakan pada struktur
dan kualitas air yang mengakibatkan bidang perikanan dan pertanian akan
terganggu. Sehingga dengan adanya air yang kurang sehat akibat tercemar oleh
limbah maka banyak hal yang terganggu baik manusia maupun hewan terutama
ikan. Hal ini terjadi karena ikan adalah salah satu organisme yang media hidupnya
di dalam air. Maka dari itu perlu adanya pengelolaan air untuk mengurangi
dampak yang ada. Baik dengan pengelolaan air yang merupakan sumber
kehidupan maupun pengolahan dan pendayagunaan air yang sudah tercemar oleh
limbah. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah salah satu instalasi yang
terdapat di daerah Bojongsoang Jawa Barat, instalasi ini bergerak dalam
pengolahan air limbah yang akan menghasilkan air untuk digunakan kembali baik
untuk perikanan maupun pertanian. Dengan adanya IPAL ini diharapkan
mengurangi dampak ataupun kekurangan hasil dari perikanan maupun pertanian
yang merupakan aset yang terdapat di negara kita Indonesia
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang merupakan
instalasi pengolahan air limbah yang terletak di kecamatan Bojongsoang
kabupaten Bandung. Sistem pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang
terhitung konvensional. Proses-prosesnya mengutamakan proses alami, tanpa
bantuan teknologi yang rumit dan tanpa bantuan bahan kimia aditif. IPAL seluas
85 hektar ini mengolah air limbah melalui dua proses utama, yaitu proses fisik dan
biologi. Proses fisik bekerja dalam memisahkan air limbah dari sampah–sampah,
pasir, dan padatan lainnya sehingga proses pengolahan biologi tidak terganggu.
Sedangkan proses biologi mengolah air limbah sehingga parameter Biochemical
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen
(DO), kandungan bakteri E. coli, kandungan logam berat, dan lain-lain memenuhi
daya dukung lingkungan badan air di mana air limbah yang sudah diolah ini akan
dibuang. Kolam pengolahan biologi terdiri dari 14 kolam yang terdiri dari dua
kompartemen utama, kompartemen A dan kompartemen B. Jadi, masing–masing
kompartemen terdiri dari tujuh kolam yaitu, tiga kolam anaerob, dua kolam
fakultatif, dan dua kolam maturasi.
IPAL Bojongsoang memiliki kapasitas pengolahan 80.000 meter kubik air
limbah perhari. Namun, pemanfaatannya masih jauh di bawah itu. Air limbah
eksisting yang diolah hanya 40.000 meter kubik. Penyambungan sistem perpipaan
air limbah Bandung Barat dan Bandung Utara ke sistem perpipaan menuju IPAL
Bojongsoang diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan IPAL Bojongsoang
sekaligus menurunkan beban pencemaran sungai Citepus yang hingga sekarang
terus-menerus menerima air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu dari
pemukiman masyarakat di kawasan Bandung Barat dan Bandung Utara.
Salah satu permasalahan yang dialami IPAL Bojongsoang, yaitu IPAL ini hanya
didesain untuk mengolah air limbah rumah tangga. Kenyataannya IPAL ini sering
menerima air limbah yang berasal dari industri kecil dan industri rumah tangga
yang tidak memiliki IPAL mandiri dan langsung membuang air limbahnya ke
IPAL Bojongsoang.

1.2 Tujuan

Tujuan dari fieldtrip Matakuliah Manajemen Media Akuakultur ke IPAL


Bojongsoang adalah untuk mengetahui cara mengolah air buangan rumah tangga
agar dapat menurunkan tingkat pencemaran sungai-sungai di kota Bandung.

1.3 Manfaat
Manfaat dari fieldtrip Matakuliah Manajemen Media Akuakultur ke IPAL
Bojongsoang adalah diharapkan para mahasiswa mendapatkan gambaran nyata
mengenai bagaimana merekayasa limbah perkotaan agar saat di buang ke badan
air, memenuhi daya dukung lingkungan badan air dan tidak merusak ekosistem
badan air. Diharapkan pengetahuan yang diperoleh dari praktek lapang ini dapat
diterapkan dalam pengelolaan media akuakultur.

2
II. HASIL KEGIATAN

2.1. Keadaan Umum IPAL Bojongsoang


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang merupakan instalasi
pengolahan air limbah yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Bandung. Instalasi ini terletak di Bojongsoang, sekitar 12 Km dari Kota
Bandung, tepatnya pada koordinat 7o-7,28o LS dan 107,14o-107,16o BT. Instalasi
ini dibangun dengan tujuan untuk mengolah air buangan rumah tangga dari area
pelayanan Bandung Timur dan Bandung Tengah Selatan serta untuk menurunkan
tingkat pencemaran sungai-sungai di Kota Bandung.
Sebelum dibentuk Divisi Air Kotor Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Bandung, pengolahan sarana air limbah dilaksanakan oeh Dinas Kebersihan dan
Keindahan Kota (DK3) Kota madya Dati II Bandung, di mana sarana yang
dikelola adalah saluran yang dibangun pada tahun 1916 dan tercampur yang
selanjutnya diolah pada bangunan inhoftank yang pada saat ini bangunan tersebut
sudah tidak berfungsi lagi. Melalui “Bandung Urban Development Project”
(BUDP) Dewi Sartika tahun I dan II memperoleh bantuan dari Asian
Development Bank (ADB) dan penyertaan modal pemerintah. Dari modal ini
maka dibangunlah sarana air limbah berupa pipa dan instalasi pengolahan air
limbah yang mampu melayani penduduk Bandung Timur, Bandung Tengah dan
Bandung Tengah-Selatan.
Mengingat besarnya biaya yang digunakan untuk pembangunan sarana
tersebut dan sesuai dengan persayaratan pinjaman maka Pemerintah Kota
Bandung memutuskan agar air limbah dikelola oleh perusahaan. Pengelolaan oleh
perusahaan daerah ini diputuskan dengan harapan agar operasi dan pemeliharaan
dapat dilaksanakan dengan baik. Di samping itu ditetapkan pula biaya pelayanan
air kotor untuk biaya operasional dan pemeliharaan serta untuk pengembalian
pinjaman. Sebelumnya, pelayanan air limbah kotor sulit ditarik retribusinya
secara efisien sehingga untuk mengatasi hal tersebut sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah Kota Bandung, maka penarikan biaya pelayanan sarana air limbah
dikaitkan dengan pemakaian air bersih yang dikelola oleh PDAM Kota Bandung.
Berdasarkan peraturan pemerintah Kota Bandung tanggal 1 Desember 1981
No. 23/PD/1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah
Air Minum maka pengolahan air limbah disatukan dengan pengolahan air bersih
yang kemudian disahkan melalui SK.Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Barat No. 1881.342/SK.113-HUK tanggal 1 Agustus 1983.
Sesuai Perda Kotamadya Bandung No 2077 tahun 1988, Divisi Air
Limbah dipimpin oleh seorang direktur yang bertanggung jawab kepada Direktur
Utama PDAM Kota Bandung. Dalam melaksanakan tugasnya, direktur air limbah
dibantu oleh 4 orang kepala bagian yang membawahi beberapa seksi sebagai
berikut :
1. Bagian Perencanaan Air Limbah
 Seksi Perencanaan Air Limbah
 Seksi Pengawasan Kontruksi
 Seksi Dokumentasi
2. Bagian Pengolahan Air Limbah
 Seksi Instalasi
 Seksi Pengendalian Kualitas
3. Bagian Operasional Air Limbah
 Seksi Operasional Wilayah Bandung Barat
 Seksi Operasional Wilayah Bandung Timur
 Seksi Operasional Wilayah Bandung Tengah/Selatan
 Seksi Operasional Wilayah Bandung Utara
 Seksi Pelayanan Umum
4. Bagian Pemeliharaan Alat Teknik Air Limbah
 Seksi Peralatan
 Seksi Pemeliharaan Alat-alat Teknik
Sesuai dengan Perda No 17-PD/1986 yang diperbaharui dengan Perda No.
194 tahun 2002 ditetapkan tarif pelayanan air limbah sebagai berikut :
1. Retribusi Pembuangan Air Limbah
 Pelanggan Air Minum
Untuk semua golongan (social, non komersial dan industri) sebesar 30 %
dari besarnya pemakaian air minum

4
 Non Pelanggan Air Minum
Tarif pelayanan pembuangan air limbah disesuaikan dengan golongan tarif
yang berlaku.
2. Tarif Pelayanan Safety Tank
 Setiap pelayanan penyedotan safety tank dikenakan biaya untuk
administrasi, transportasi dan biaya operasional
 Untuk setiap pembuatan safety tank dikenakan biaya sebesar 10 % dari
biaya konstruksi
3. Penyambungan Saluran Air Limbah
 Setiap penyambungan persil air limbah ke jaringan pelayanan air kotor
dikenakan biaya penyambungan sebesar 10 % dari total biaya pembuatan
saluran tersebut
 Untuk penyambungan lebih dari satu sambungan dikenakan biaya
penyambungan sebesar 15 % dari total biaya penyambungan persil tersebut

2.2. Instalasi Pengolahan Air Limbah


Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah instalasi yang mengolah air
buangan rumah tangga dengan system pipa yang berasal dari wilayah Bandung
Timur dan Bandung Tengah-Selatan. Instalasi ini terletak di wilayah Bandung
Selatan yaitu di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Luas areal instalasi ini adalah 85 hektar yang meliputi instalasi dan kolam
stabilitas.
Sarana instalasi yang terdapat di IPAL Bojongsoang adalah sebagai
berikut :
1. Inlet merupakan saluran pemasukan dari seluruh limbah yang ada di kota
bandung. Saluran ini merupakan pintu masuk air dan seluruh sampah baik
organic maupun anorganik. Saluran inlet memiliki kedalam 1.8 m, lebar ±3 m,
panjang ± 3 km dari kota Bandung menuju Bojongsoang.
2. Bar screen adalah merupakan saringan sampah secara fisik untuk menyaring
berbagai jenis sampah yang terbawa oleh aliran air dari inlet. Penyaringan
sampah ini dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia. Sampah
yang lebih besar akan tersaring dan akan terkumpul di luar bar screen.

5
3. Sump well adalah kolam penampungan dari inlet setelah melalui bar sceen. Di
dalam bak tersebut air akan dikumpulkan mencapai level tertentu untuk
dinaikkan dengan menggunakan pompa ulir (screw well). Didalam bak
tersebut air yang masuk tidak ada sampah yang besar hanya tinggal sampah
halus dan samapah organic (limbah) berupa partikel-partikel kecil.
4. Screw well merupakan alat berupa pompa ulir bertenaga listrik untuk
menaikkan air menuju ke mechanical bar screen (saringan halus).
5. Mechanicel bar screen merupakan proses penyaringan sampah halus dengan
menggunakan mesin secara otomatis. Kemudian sampah yang tersaring akan
dikirim menggunakan ban berjalan menuju ke screening press untuk
dipadatkan.
6. Grit chamber merupakan bak pengolahan untuk memisahkan partikel lumpur
dengan pasir. Bak yang digunakan berbentuk lingkaran dengan diameter ±4 m
dengan memisahkan partikel-partikel halus dengan cara memutar air dengan
cara memutar baling-baling yang terbuat dari plate besi yang bertujuan untuk
memisahkan butiran samping dari air ke samping bak untuk kemudian
diangkat dengan menggunakan alat tertentu (spesifik).
Kapasitas kolam pengolahan yang dimiliki oleh IPAL Bojongsoang
meliputi :
 Debit rata-rata/hari : 80.835 m3/hari
 Debit maksimum : 243.000 m3/hari
 BOD influent : 360 mg/L
 Fecal Coli : 108 FC/100 ml
 Temperatur : 22,5oC
Kolam pengolahan ini terdiri dari 3 kolam yaitu :
1. Kolam anaerob merupakan kelanjutan dari aliran air setelah penyaringan air
secara fisik. Kolam ini merupakan penampungan air limbah dengan luas ± 4
ha yang terdiri dari 6 kolam. Kolam ini berfungsi untuk menurunkan bahan
organic secara anaerobic dengan bantuan mikroorganisme anaerob.
2. Kolam fakultatif merupakan kelanjutan dari kolam anaerob dengan ukuran
29,8 ha dengan kedalaman 1,5 m. fungsi dari kolam fakultatif adalah
penurunan bahan organic secara aerob dan anaerob. Kondisi air didalam

6
kolam ini sudah lebih baik dari kolam anaerob karena sebagian bahan organic
sudah mengendap pada kolam anaerob.
3. Kolam maturasi merupakan kelanjutan dari kolam fakultatif dengan luasan ±
32,5 ha yang berfungsi menyempurnakan kualitas air dengan kondisi yang
layak untuk di lepaskan ke perairan umum (sungai citarum).

Keterangan : An = Kolam Anaerob


F = Kolam Fakultatif
M = Kolam Maturasi

Gambar 1. Denah lokasi areal instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang


Proses yang terjadi pada instalasi pengolahan air limbah Bojongsoang
meliputi proses fisik dan proses biologi. Proses fisik dilakukan secara mekanik
sedangkan proses biologi meliputi 3 tahap yaitu proses anaerobik, fakultatif dan
maturasi.

2.3. Proses Pengolahan Air Limbah

Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses pengolahan air limbah di


IPAL Bojongsoang meliputi proses fisik dan proses biologis. Berikut akan
digambarkan proses-proses tersebut.

2.3.1. Proses Pengolahan Fisik

Pengolahan fisik adalah pengolah atau pemisahan air kotor dari sampah
kasar, halus, lumpur dan pasir; tahap pertama air kotor dari saluran terbuka
sepanjang 3 km dilakukannya penyaringan terhadap sampah-sampah kasar (Bar

7
Screen), dimana pada tahap ini sampah kasar berukuran > 50 mm akan tersangkut
pada saringan berupa kawat kasar yang dipasang pada pintu pemasukan dan
sampah tersebut diangkat secara manual oleh petugas yang berada disana.
Setelah tersaring dari sampah kasar air kotor masuk pada bak
penampungan, selanjut air di pompa dengan pompa ulir (screw pump) untuk
memompa air dari bak penampungan ke grit chamber, saringan halus (mechanical
bar screen) untuk menyaring sampah berukuran kecil (20 mm-50 mm), Screening
press untuk memadatkan sampah yang dihasilkan dan oleh saringan halus. Setelah
proses pemisahan sampai dengan air pemisahan selanjutnya adalah pemisahan
lumpur dan pasir.
Air kotor yang masuk adalah limbah domestik, hotel dan rumah sakit
adalah air yang bukan tercemar oleh zat kimia yang beracun, utuk mendeteksi hal
ini dapat terlhat pada proses mechanical bar screen, dimana pada tahap ini
terpasang alat deteksi kualitas air berupa BOD, pH dan Oksigen terlarut. Apabila
tercatat air yang masuk BODnya berkisar antara 200-400 mg/l maka akan
dilakukan pngujian secara manual untuk data yang akurat. Apabila benar maka
pintu air pada inlet akan ditutup. Sehingga air kotor tersebut tidak akan dilakukan
proses selanjutnya dan air akan dikelurkan melalui saluran bypass. Selain karena
adanya limbah industri yang mngandung zat kimia penutupan pintu inlet dan
dibukanya saluran bypass juga dilakukan jika adanya perbaikan mesin pada screw
pump.
Setelah air kotor dipisahkan dari sampah kasar, sampah halus, lumpur dan
pasir (pengolahan fisik). Tujuan pengolahan fisik ini adalah untuk memudahkan
tahap pengolahan selanjutnya yaitu pengolahan biologi sehingga pengolahan
biologi dapat berjalan dengan sempurna dan air kotor yang diproses atau diolah
dapat dimanfaatkan atau dibuang ke sungai.

2.3.2. Proses Pengolahan Biologi

Setelah proses penyaringan dilakukan secara fisik maka selanjutnya adalah


proses penyaringan dilakukan secara biologis menggunakan organisme akuatik
anaerob didalam kolam anaerob. Kolam ini memiliki luas area 4,04 ha, kedalaman
4 m, debit air 80.835 m3/hari, beban volumetric 275 g BOD/m3/hari, BOD influen

8
360 mg/l, total bahan organik 20.100 kg BOD/hari, waktu denaturasi 2 hari,
temperature 22.5oC. Pada proses ini terjadi 3 tahapan proses yaitu tahap
hidrolisasi yang (terdiri dari penguraian protein, penguraian polysacarida dan
penguraian lemak); tahap acidogenik yang merupakan proses pembentukan asam
oleh bakteri dengan proses kimia 4C8H2O2NS + 8H2O  4CH3COOH + 4CO2 +
4NH3 + 4H2S + 8H; tahap methanogenik yaitu merupakan proses pembentukan
gas methan oleh bakteri methanogenik adapun proses kimianya adalah sebagai
berikut 4CH3COOH + 8H  5CH4 + 3CO2 + 2H2O.

INLET

Anaerob
AN 1 AN 2 AN 3

F1 F2 Facultatif

M1
Maturation

M2
Sungai Citarum
Gambar 2. Proses Biologi Pengolahan Air Limbah di IPAL Bojongsoang

Setelah dari kolam anaerobik air akan mengalir secara grafitasi air akan
bergerak menuju kolam fakultatif. Adapun proses yang terjadi adalah simbiosa
antara ganggang dan ganggang. Adapun proses yang terjadi adalah sebagai berikut
 Mikro Algae + CO2 --------- Fotosintesa --------- O2
 Bakteri + O2 -------- Sel Baru

9
Adapun zona yang terbentuk pada kolam fakultatif adalah zona anaerob (dasar),
Zona Fakultatif (central), Zona Aerob (permukaan). Proses Yang Terjadi
Pada Kolam Fakultatif
 Reduksi BOD sampai 80 %
 Peningkatan kadar Oksigen ( Dari Reaerasi dan Proses Fotosintesa)
 Penurunan Bakteri Pathogen
Pada kolam maturasi merupakan penyempurnakan kualitas air dengan kondisi
yang layak untuk di lepaskan ke perairan umum (sungai citarum). Proses yang
terjadi pada kolam maturasi (aerob) adalah Proses Nitrifikasi oleh bakteri
Autotrof antara lain :
 Tahap Nitritasi : (Oksidasi NH4 menjadi ion NO2)
Bakteri yang dihasilkan adalah Nitrosomonas
 Tahap Nitratasi : ( Oksidasi ion NO2 menjadi ion NO3)
Bakteri yang dihasilkan Nitrobacter.

Tabel 1. Hasil Pengukuran kualitas air pada kolam maturasi

PARAMETER UNIT INFLUENT EFFLUENT


pH - 7.36 9.07
Disolved Oxygent Mg/l 0.4 8.21
BOD Mg/l 250 40.00
COD Mg/l 280 50.00
E.coli MPN/100ml 9.108 15.103
Coliform MPN/1ooml 9.10 3.10

Dari hasil proses pada kolam maturasi diperoleh air yang sudah layak untuk
dibuang keperairan umum. Pengukuran kualitas kualitas air pada kolam maturasi
dapat di lihat pada Tabel 1.

10
III. PEMBAHASAN

IPAL Bojongsoang ini adalah milik Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Bandung. PDAM Bandung, sebagai PDAM yang cukup besar, memiliki tiga
divisi; divisi air bersih yang menangani air kotor, divisi umum, dan divisi air
kotor yang menangani limbah rumah tangga. Namun, IPAL yang berjarak 12 km
dari kota Bandung ini belum sepenuhnya menangani air limbah rumah tangga dari
seluruh Bandung. IPAL Bojongsoang baru bisa menangani air limbah dari
wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah bagian Selatan. Selain mengolah
air limbah yang masuk langsung dari saluran perpipaan, IPAL Bojongsoang juga
menerima air limbah dari tangki septik (septic tank) yang dikumpulkan oleh
mobil–mobil pengumpul tinja pelayanannya baru 58 persen dari kota Bandung.,
IPAL ini benar–benar sesuai dengan fungsinya, yaitu mengurangi beban
pencemaran sungai–sungai di Bandung.
Pencemaran yang terjadi dapat disebabkan oleh limbah domestik (limbah
rumah tangga, hotel, restaurant dan rumah rakit), limbah pertanian, limbah
pertenakan dan limbah industry. Seperti yang dinyatakan oleh Effendi (2003),
bahwa bahan pencemar adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau
bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem
sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Polutan antropogenik
adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia misalnya
kegiatan domestik, kegiatan urban maupun kegiatan industri. Limbah ini akan
masuk keperairan dan akan mempengaruhi kondisi perairan yaitu menurunnya
kualitas air, terganggunya sumber air, terganggunya lingkungan perairan,
rusaknya konservasi air, debit air yang kurang yang pada akhirnya biaya semakin
tinggi untuk pengolahannya. Untuk menangani permasalah tersebut IPAL
Bojongsoang berusaha untuk memecahkannya dengan beberapa tahap kegiatan
seperti yang terlihat pada Gambar 3.
PENINGKATAN JUMLAH
PENDUDUK 2.5%
per tahun

MASALAH LINGKUNGAN

TINGKAT PENCEMARAN

SOLUSI

BUDP PEMANTAUAN LIMBAH


(DEWI SARTIKA) PEMUKIMAN

SISTEM PERPIPAAN PENATAAN LINGKUNGAN

INSTALASI PENGOLAHAN PENURUNAN TINGKAT


PENCEMARAN

PEMANFAATAN

Gambar 3. Skema pengelolaan air limbah di IPAL Bojongsoang

Proses pengolahan limbah yang ada di IPAL Bojongsoang sudah sangat


baik. Proses tersebut dibagi dalam dua tahapan yakni proses fisik dan proses
biologi. Pada proses fisik yang dilakukan secara mekanik agar sampah-sampah
dengan ukuran lebih besar dapat tersaring terlebih dahulu. Selanjutnya, air limbah
yang telah disaring pada proses fisik diolah melalui proses biologi.
Pada proses pengolahan secara biologi, pengendapan zat padat ke dasar
kolam membentuk lapisan lumpur sehingga kadar padatan terlarut cukup
tinggi. Dalam proses pengendapan sebagaian bahan organic yang terbawa dalam
aliran air akan mengumpul dan membentuk endapan berupa lumpur. Endapan
lumpur berwarna hitam pekat dengan bau sangat menyengat. Proses anaerob akan
berjalan secara optimal apabila ketebalan endapan lumpur dalam kolam anaerob
tidak kurang dari 50 cm. jika ketabalan lumpur telah mencapai 50 cm maka harus
dikeluarkan sehingga dasar kolam akan bersih. Pengambilan endapan lumpur
dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Bahan organic

12
yang terdapat dalam endapan lumpur antara lain bahan limbah dari logan berat
seperti aluminium(Al), magnesium(M), sulfur (S), besi (Fe), Mg , Cu, Zn, Bo, Na,
K, P,. Dari proses yang terjadi dalam kolam anaerob tersebut diharapakan akan
terjadi penguraian zat organik yang akan menguraikan bahan-bahan organik
terlarut dalam air sehingga menjadi bahan yang tidak bersifat toksik (racun) dan
layak untuk digunakan dalam budidaya. Penurunan kadar BOD bisa mencapai
60%.
Dalam kolam anaerob akan terlihat banyak gelembung gas yang terdapat
dipermukaan air kolam yang bersifat toksik. Gas tersebut berupa gas dari H2S,
NH3, CO2, SO2 dan CH4. Reaksi yang terjadi pada pembentukan H2S
H+ + HS- H2S
Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan NH3
NH4 + OH- NH3 + H2O
Semakin tinggi pH air senakin tinggi amoniak, karena sebagian besar berada
dalam bentuk NH3, secara biologis di alam dapat terjadi perombakan amoniak
menjadi nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya, dalam proses nitrifikasi
dengan bantuan bakteri nitrifikasi , terutama Nitrosomonas dan Nitrobacter.
Selain memerlukan bakteri tersebut diperlukan oksigen yang cukup di dalam air.
Dalam proses nitrifikasi ini diperlukan karbon dan oksigen yang cukup sebagai
sumber energy, seperti terlihat pada reaksi berikut (Poernomo, 1989) :
29NH3 + 37O2 + 5CO2 Nitrosomonas C5H7O2N + 28NO2 + 57H + 26H2O
96NO2- + 43O2 + 5CO2 Nitrobacter C5H7O2N + H+ + 96NO3
Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan CO2
CO2 + H2S H+ + HCO3-
Bakteri yang berperan pada proses anaerobik bakteri penghasil asam :
bakt.non methanogenik. bakteri methan : methanosarcina barkeri dan
methanospirillum hungaley .
Proses fakultatif pada prinsipnya merupakan pengolahan untuk
menurunkan bahan organic secara aerob dan anaerob. Pada tahapan ini
diharapkan akan terjadi penurunan tingkat kebutuhan oksigen secara biologis
(BOD). BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh miroorganisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik secara biologis menjadi senyawa-senyawa

13
yang lebih stabil. Oleh karenanya, organisme yang dominant pada kolam ini
adalah fitoplankton sebagai berikut :
1. Kolam Fakultatif 1 :
 Cyanophyta : 7 Species
 Chlorophyta : 14 Species
 Chrysophyta : 7 Species
2. Kolam Fakultatif 2
 Cyanophyta : 8 Species
 Chlorophyta : 2 Species
 Chrysophyta : 3 Species
Berdasarkan hal tersebut di atas maka diharapkan BOD pada air tereduksi sampai
80 %. Selain itu juga diharapkan terjadinya peningkatan kadar oksigen melalui
reaerasi dan proses fotosintesis. Dengan sendirinya, bakteri-bakteri patogen juga
akan menurun.
Hal yang sama juga terjadi pada kolam maturasi. Pada kolam ini,
mikroorganisme yang dominan adalah fitoplankton sebagai berikut :
1. Kolam Maturasi 1
 Cyanophyta : 6 Species
 Euglenophyta : 1 Species
 Chlorophyta : 5 Species
 hrysophyta : 1 Species
2. Kolam Maturasi 2
 Cyanophyta : 6 Species
 Chlorophyta : 2 Species
Pada kolam maturasi ini, proses pengolahan air dilakukan untuk penyempurnaan
kualitas air. BOD air yang dihasikan turun hingga mencapai 40 mg/L dan Focal
Coli menjadi 5.000 mpn/100 ml. Untuk menyatakan apakah suatu perairan sudah
tercemar adalah dengan diperbandingkan dengan standar baku mutu air yang telah
ditentukan. Dalam hal ini sudah terdapat peraturan yang mengatur tentang mutu
air yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kriteria mutu air
dalam peraturan ini digolongkan menjadi 4 kelas yaitu kelas air untuk air baku air

14
minum, rekreasi air, budidaya ikan air tawar dan pengairan lahan pertanian. Batas
maksimum kadar BOD pada kelas 4 adalah sebesar 12 mg/l. Berdasarkan baku
mutu tersebut maka dapat dikatakan bahwa air hasil olahan dari kolam maturasi
ini belum layak untuk air minum, rekreasi air dan budidaya air tawar. Namun
demikian nilai BOD yang ada dalam kolam maturasi ini telah mengalami
penurunan yang signifikan dari 144 mg/L pada kolam anaerob dan 50 mg/L pada
kolam fakultatif.

Tabel 2. Penurunan Jumlah Bakteri Pada IPAL Bojongsoang


NO PARAMETER INLET OUTLET EFISIENSI
(MPN/100ml) (%)
1 E.Coli 9.108 15.103 99.99%
2 Coliform 9.108 3.103 99.99%
3 Salmonella 6,5.107 18.102 99.99%

Tabel 2 memperlihatkan penurunan jumlah bakteri pada IPAL


Bojongsoang. Terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah bakteri E. Coli,
Salmonella dan bakteri Coliform. Penurunan ini mengakibatkan terjadinya
efisiensi pada instalasi hingga mencapai 99,99 %. Hal ini berarti bahwa proses
pengolahan air limbah dapat menurunkan jumlah bakteri dengan baik.
Selanjutnya, pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang juga dapat menurunkan
kadar detergent pada air dari 5,1652 mg/L di inlet menjadi 0,4748 mg/L di outlet.

15
VI. KESIMPULAN

Dari hasil praktek lapang yang dilakukan di IPAL Bojongsoang dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. IPAL Bojongsoang merupakan instalasi pengolahan air limbah terbesar di
Asia Tenggara dengan kapasitas :
 Debit rata-rata/hari : 80.835 m3/hari
 Debit maksimum : 243.000 m3/hari
 BOD influent : 360 mg/L
 Fecal Coli : 108 FC/100 ml
 Temperatur : 22,5oC
2. Proses pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang terdiri dari proses fisik
dan proses biologi. Pengolahan fisik dilakukan secara mekanis sedangkan
proses biologi dilakukan melalui proses anaerobic, fakultatif dan maturasi
3. Kualitas air yang dihasilkan setelah melalui proses maturasi memiliki BOD
sebesar 40 mg/L. Berdasarkan baku mutu yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air yang dihasilkan ini belum layak
untuk digunakan sebagai air minum, rekreasi dan kegiatan budidaya ikan
VII. DISKUSI

Pada proses pengolahan secara fisik, ada dua screen yakni bar screen dan
mecanical screen. Hal ini dilakukan karena air limbah yang akan diolah oleh
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Bojongsoang mengandung berbagai
macam jenis sampah, seperti: organik maupun anorganik. Contoh sampah organik
antara lain: dedaunan, rerumputan dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik
meliputi: batu, pasir, kerikil, tanah, plastik dan lain-lain. Sehingga dibutuhkan
beberapa macam penyaringan untuk memisahkan sampah-sampah tersebut, antara
lain melalui:
- Saringan kasar (Bar screen), saringan ini dimaksudkan untuk menyaring
sampah dengan ukuran yang relatif besar yaitu lebih besar sama dengan 50mm
- Saringan halus (Mechanical screen), saringan ini dimaksudkan untuk
menyaring sampah dengan ukuran yang relatif besar yaitu lebih kecil daripada
50mm
Pompa yang digunakan pada IPAL Bojongsoang adalah screw pump. Hal
ini dilakukan karena dasar permukaan dari bak penampungan air limbah berada di
bawah dasar permukaan grit chamber, maka diperlukan screw pump untuk
memompa air dari bak penampungan ke grit chamber.
Selanjutnya pada proses pengolahan air limbah di tahap berikutnya
digunakan grift chamber karena air limbah yang masuk ke dalam grit chamber
masih mengandung lumpur dan partikel pasir, maka dibutuhkan penyaringan
untuk memisahkan lumpur dan pasir. Sehingga air yang dialirkan menuju bak
pengolahan secara anaerob diusahakan sebisa mungkin bebas dari pasir, untuk
menghindari terjadinya pendangkalan oleh pasir di kolam anaerob. Sedangkan
lumpur di dalam kolam anaerob berfungsi sebagai media perangkap bakteri
penghasil asam (bakteri non methanogenik) dan bakteri methan (Methanosarcina
bakteri, Methanospirillum hungaley).
Pada kolam anaerobik dilakukan pengerukan sediment. Di dalam
pengolahan air limbah khususnya untuk air limbah rumah tangga, kolam
anaerobik termasuk ke dalam tahap pengolahan limbah secara biologis. Kolam ini
berfungsi untuk menghilangkan koloid senyawa organik atau senyawa organik
terlarut melalui oksidasi biokimia dengan bantuan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya terdiri dari 2 jenis bakteri, yaitu
bakteri penghasil asam (bakteri non methanogenik) dan bakteri methan
(Methanosarcina barkeri dan Methanospirillum hungaley). Bakteri akan
menguraikan zat-zat organik secara anaerobik menjadi hasil akhir CO2 dan CH4,
dan sebagai hasil samping akan terbentuk senyawa yang berbau, misalnya asam
organik dan H2S.
Kedalaman kolam ini berkisar antara 2,5–4 meter, yang mana di dalamnya
terjadi tiga tahap proses, yaitu: 1) tahap hidrolisis, meliputi: penguraian protein,
penguraian poly sacharida dan penguraian lemak; 2) tahap acidogenik yang
merupakan proses pembentukan asam oleh bakteri melalui reaksi: 4C8H2O2NS +
8H2O  4CH3COOH + 4CO2 + 4NH3 + 4 H2S + 8H; dan 3) tahap methanogenik,
yaitu proses pembentukan gas methan oleh bakteri methanogenik melalui
reaksi: 4CH3COOH + 8H  5CH4 + 3CO2 + 2H2O. Proses yang terjadi dimulai
dengan, pengendapan zat padat ke dasar kolam membentuk lapisan lumpur
sehingga kadar SS paling tinggi, kemudian penguraian zat organik (penurunan
BOD sampai 60%), dan terakhir pembentukan gas hasil proses (H2S, NH3, CO2,
SO2 dan CH4).
Jika ketinggian sedimentasi lumpur di dalam kolam anaerobik sudah
mencapai 50 cm maka perlu dilakukan pengerukkan, hal ini penting karena jika
sedimentasi lumpur terlalu tinggi maka proses anaerobik tidak berlangsung secara
efisien dalam menguraikan senyawa organik atau senyawa organik terlarut (bahan
organik).
Pada kolam fakultatif maupun maturasi, kandungan logam beratnya makin
rendah dibanding di kolam anaerobik. Pada kolam fakultatif kandungan logam
beratnya lebih rendah daripada kolam anaerobik karena sebagian logam beratnya
telah diendapkan di dalam kolam anaerobik, sedangkan pada kolam maturasi
kandungan logam beratnya lebih rendah daripada di kolam anaerobik karena
sebagian logam berat telah diendapkan di dalam kolam anaerobik dan di kolam
fakultatif.

20
Perbandingan hasil analisa kualitas air oleh IPAL Bojongsoang dan menurut Boyd
( 1988 ) dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Perbandingan kualitas air di IPAL dan menurut Boyd (1988)

BOYD, C.E
ANALISA IPAL
PARAMETER UNIT (1980)
INFLUENT EFLUENT
pH - 7.36 9.07 6,5 – 9
Disolved Oxygent Mg/l 0.4 8.21 5,6-9
BOD Mg/l 250 40 3-6
COD Mg/l 280 50 <20
E.coli * MPN/100ml 9.10 8 15.10 3 -
Coliform* MPN/1ooml 9.10 8 3.10 3 -
Iron Mg/l 5.75 0.74 <0,3
Chromium Mg/l 0.421 0.192 <0,02
Copper Mg/l Tt tt <0,1
Manganese Mg/l tt 0.016 <0,05
Zink Mg/l tt tt 0,03-2
Detergen Mg/l 5.1652 0.4748 <0,5

Berdasar perbandingan terhadap parameter kualitas air yang baik untuk


kegiatan budidaya menurut Boyd (1988) maka dapat disimpulkan bahwa air
keluaran dari IPAL Bojongsoang masih tidak layak untuk kegiatan budidaya ikan.
Hal ini ditunjukkan pada nilai beberapa parameter yang berada di luar kisaran
batas kelayakan bagi usaha budidaya ikan, antara lain: nilai BOD, COD, Iron, dan
Chromium. Nilai BOD yang sangat tinggi (40 mg/l) berarti bahwa jumlah O2
yang dipakai oleh mikroorganisme baik plankton maupun bakteri sangat tinggi.
Demikian juga, COD yang sangat tinggi (50 mg/l) berarti bahwa banyak terdapat
bahan tercemar pada air keluaran dari IPAL. Sedangkan kadar Fe, Chromium
yang terkandung di air juga sangat tinggi hingga hampir 2-10 kali lipat. Logam-
logam tersebut merupakan jenis logam berat yang dikhawatirkan dapat
terakumulasi pada badan ikan dan akan berbahaya jika termakan oleh manusia.
Sementara untuk parameter pH, DO, mangan dan deterjen relatif masih berada
dalam kisaran batas kelayakan bagi kegiatan budidaya ikan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
Boyd, CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultur Experiment Station, Alabama, USA. 359 p.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. 258 p

22
Gambar 1. Denah lokasi areal instalasi pengolahan air limbah
Bojongsoang

Keterangan : An = Kolam Anaerob


F = Kolam Fakultatif
M = Kolam Maturasi

23
Gambar 2. Proses Biologi Pengolahan Air Limbah di IPAL
Bojongsoang

INLET

AN 1 AN 2 AN 3

F1 F2 Facultatif

M1
Maturation

M2
Sungai Citarum

24

Anda mungkin juga menyukai