Anda di halaman 1dari 18

LATAR BELAKANG

Ada kencenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya,bukan mengetahuinya.Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari .Dengan konsep
itu,hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa,Proses pembelajaran alamiah
berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,bukan mentrasfer pengetahuan
dari guru kesiswa .Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.

B. PENGERTIAN

Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa
melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.

Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

C. TUJUAN

Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara
refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.

Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu
dengan adanya pemahaman

Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.

Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil
dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan orang lain

Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna

Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang
mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari

Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan dan
mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.

D. STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN CTL


Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain:

1. Pembelajaran berbasis masalah.

Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk
memecahkan .

2.Menggunakan konteks yang beragam.

Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa
menjadi berkualitas.

3.Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.

Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social
seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan
toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.

4.Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.

Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk
belajar mandiri dikemudian hari.

5.Belajar melalui kolaborasi

Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa
ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya

6.Menggunakan penelitian autentik

Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual
dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang
dimilikinya

7.Mengejar standar tinggi

Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan dan
setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding keberbagai
sekolah dan luar negeri

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi
pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:

1. Relatinng

Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata ,konteks merupakan kerangka kerja
yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna

2. Experiencing

Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan
dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.

3. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam
konteks dan pemanfaatanya

4. Cooperative

Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok,komunikasi


interpersonal atau hubunngan intersubjektif

5. Trasfering

Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi


atau konteks baru.

E. LANDASAN FILOSOFI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Para pendidik yang menyetujuai pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu tidak
hidup,tidak diam ,dan alam semesta itu ditopang oleh tiga prinsip kesaling
ketergantungan,diferensiasi dan organisasi diri ,harus menerapkan pandangan dan cara berfikir baru
mengenai pembelajaran dan pengajaran.

Menurut JONHSON (2004) tiga pilar dalam system CTL antara lain :

1. CTL mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan

Kesaling ketergantungan mewujudkan diri.Misalnya ketika para siswa bergabung untuk


memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekanya .Hal ini tampak
jelas ketika subyek yang berbeda dihubungkan dan ketika kenitraan menggabungkan sekolah
dengan dunia bisnis dan komunitas.

2. CTL mencerminkan prinsip berdeferensiasi

Ketika CTL menentang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing ,untuk
menghormati perbedaan,untuk menjadi kreatif,untuk bekerja sama ,untuk menghasilkan gagasan
dan hasil baru yang berbeda ,dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tabda kemantapan dan
kekuatan.

3. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri

Pengorganisasian diri terlihat para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka
sendiri yang berbeda ,mendapat manfaat dari umpan balik yang diberiakan oleh penilaian
autentik,mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi
dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada sisiwa yang membuat hati mereka
bernyanyi

Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme,yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal .siswaharus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka
sendiri.Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah ,tetapi
mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.Kontruktivisme berakar pada filsafat
pragmatiisme yang digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar yang
menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.

Anak akan belajar belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih bermakna
jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.

F. KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN CTL


komponen-komponen model pembelajaran CTL ini antara lain :

1. Kontruktivisme

Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman.

Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses”mengkontruksi”bukan menerima pengetahuan.

2. Inquiry

Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasrkan pada proses pencarian penemuan melalui proses
berfikir secara sistematis.

Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar
mengunakan ketrampilan berfikir kritis.

Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :

a. Merumuskan masalah

b. Mengajukan hipotesis

c. Mengumpilkan data

d. Menuji hipotesis

e. Membuat kesimpulan

3. Bertanya

Bertanya dalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan .

4. Masyarakat belajar

Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak
dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.

5. Pemodelan

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai sustu contoh yang dapat
ditiru oleh siswa.

6. Refleksi

Refleksi adalah proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan
mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan
pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.

7. Penilaian nyata

Penilaian nyata adalah proses yang dilukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN CTL

Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :


Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic

Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

Menciptakan masyarakat belajar

Menghadirkan model sebagia contoh belajar

Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual

Pengalaman nyata

Kerja sama, saling menunjang

Gembira, belajar dengan bergairah

Pembelajaran terintegrasi

Menggunakan berbagai sumber

Siswa aktif dan kritis

Menyenangkan ,tidak membosankan

Sharing dengan teman

Guru kreatif

H. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL

a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki
sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.

b.Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif

c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

g.Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

2. Kelemahan dari model pembelajarab CTL

a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam
kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam
menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
b.Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM

c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa
tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya

d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan
sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa
tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap
pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.

e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan
yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi
namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini
lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.

g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai
pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan

I. CONTOH POLA PEMBELAJARAN CTL

1. Contoh pola pembelajaran CTL (Rumpun IPS)

Topik : fungsi pasar

Kompetensi dasar : Siswa memahami fungsi dan memahami fungsi dan jenis pasar

Indikator hasil belajar :

-Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar

-Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar

-Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pasar tradisional dan pasar modern

-Siswa dapat menyimpulakan fungsi pasar

-Siswa dapat membuat karangan terkait tenaga pasar.

Proses pembelajarannya

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisiwa dan pentingnya materi ajar dalam
kehidupan ekonomi social.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

a) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi kepasar tradisional dan pasar modern
c) Melalui instrument observasi atau angket siswa diminta mencatat mengenai berbagai hal yang
ditemukan dipasar.

3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

b. Kegiatan inti

Dilapangan

1) Siswa melakukan observasi kepasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok

2) siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan dipasar sesuai alat observasi ,angket yang telah
mereka susun sebelumnya.

Didalam kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

2) siswa melaporkan hasil diskusi

3) Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lainya.

c. Penutup

1) Dipimpin oleh guru ,siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi tentang fungsi dan jenis pasar
sesuai dengan indicator belajr yang dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuatkarangan tentang pengalaman belajar mereka dengan
team”pasar”

2. Contoh scenario pembelajaran konstektual untuk ilmu alam atau sains

Pengorganisasian : kelompok kecil 4-5 orang

Pertemuan I :Menyelidiki perubahan air menjadi uap dan kembali lagi menajadi air

Tanya jawab tentang terjadinya hujan

Penjelasan penggunaan alat

Melakukan kegiatan percobaan

Mengamati dan melaporkan hasil percobaan

Menyimpulkan hasil kegiatan

Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari

Pertemuan II :Menyelidiki wujud lilin yang dipanaskan kemudian didinginkan

Tanya jawab tentang terjadinya perubahan wujud pada lilin.

Penjelasan penggunaan alat

Melakukan kegiatan percobaan

Mengamati dan melaporkan hasil percobaan

Menyimpulakan hasil percobaan


Memberi contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari.

Alat dan Bahan :

Air, lilin, korek api

Kompor/pemanas, cawan

Penilaian

Penialian tertulis (Mengenal perubahan wujud, mengenai benda yang berubah wujud dapat kembali
kewujud semula)

Kinerja(mengamati kinerja sisiwa atau melakukan percobaan)

Produk(merancanng dan membuat alat penyulingan air)

J. PENUTUP

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran CTL ,dapat membantu
meningkatkan hasil belajar karena strategi CTL ini lebih memfokuskan pada pemahaman serta
menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari bukan
hanya sekedar hafalan saja.Sehingga dengan strategi CTL ini siswa diharapkan dapat berfikir kritis
dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.Sehinnga pembelajaran dengan menggunakan
strategi CTL ini pembelajaran akan lebih produktif dan bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi dkk.1999.Quantum Learning.Bandung:Kaifa

Sugiyanto.Modul PLPG

www.koranpendidikan.com

kihariyadi.jogja.bloghi.com
Komponen – Komponen Model Pembelajaran CTL

Menurut Riyanto (2010:169), model pembelajaran CTL terdiri dari tujuh


komponen yaitu :

 Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru


dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (sanjaya, 2011:264).
Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan permasalahan,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
Sehingga dalam dalam proses pembelajaran, siswa dapat membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan
mengajar.

 Menemukan (inquiry)

Dalam pembelajaran kontekstual pengetahuan dan yang diperoleh siswa bukan


hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah – langkah kegiatan menemukan yaitu merumuskan masalah,
mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil
dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya dan
mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas
guru, atau audiensi yang lain.

 Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Oleh


karena itu, dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran.
 Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh


dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar
teman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat
belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah antara dua
kelompok atau lebih. Kelompok yang terlibat dalam masyarakat belajar
memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus
meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

 Pemodelan (Modelling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu, ada


model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu,
cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan, atau
guru memberikan contoh cara mengejakan sesuatu.

 Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu.

 Penilaian Sebenarya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses penyampaian berbagai data yang memberikan


gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tentang perkembangan
belajar diperlukan sepanjang proses pembelajaran, sehingga assessment tidak
dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil
belajar tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan
pembelajaran serta data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL

Menurut Putra (2013:257) langkah – langkah model pembelajaran CTL yakni:

1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna


dengan cara bekerja sendiri serta mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegitan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar. Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya (anthentic assessment) dengan
berbagai cara.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan. Demikian


pula dengan model pembelajaran CTL.

 Kelebihan Model Pembelajaran CTL

Menurut Putra (2013:259) kelebihan model pembelajaran CTL yaitu:

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa


dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting karena
dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat
dalam memorinya, sehingga tidak mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep pada siswa, karena pembelajaran kontekstual menganut
aliran konstruktivisme, yakni siswa dituntut menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis Konstruktivisme
siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
3. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, tetapi sebagai tempat untu menguji data
hasil temuan di lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil
pemberian guru.
 Kelemahan Model Pembelajaran CTL

Menurut Putra (2013:259) kelemahan model pembelajaran CTL yaitu:

1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran CTL


berlangsung.
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka menciptakan
suasana kelas yang kurang kondusif.
3. Guru lebih intensif dalam membimbing. Sebab, dalam model CTL,
guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk
menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan ide-ide serta mengajak siswa agar menggunakan
strateginya sendiri dalam belajar. Namun, dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra
terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
diterapkan semula.
 Upaya Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran CTL

Menurut penulis, upaya untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran CTL


yaitu:

1. Rencanakan proses pembelajaran CTL dengan baik, agar tujuan


pembelajaran bisa tercapai dan waktu yang disediakan bisa
dimaksimalkan.
2. Guru harus bersikap tegas untuk menciptakan suasana yang
kondusif dalam melaksanakan proses pembelajaran CTL.
3. Dalam pembentukan tim/kelompok, bentuk kelompok
hidrogen(pandai, kurang pandai, cepat dan lambat memberi
tanggapan).
4. Upayakan siswa sudah mengerti materi yang sedang dipelajari dan
paham akan langkah model CTL yang diterapkan.

Referensi/Pustaka :
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem. Surabaya : Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Eureka Pendidikan.
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Suprijono, 2009: 85-
88). a. Konstruktifisme (Construktivism) Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan CTL, yang mengemukakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata. b. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari penemuan sendiri.
Guru harus selalu merancang kegiatan yang mengarah pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang diajarkannya. c. Bertanya (Questioning) Bertanya adalah induk dari strategi
pembelajaran CTL dan merupakan aspek penting dalam pembelajaran. Guru menggunakan
pertanyaan untuk menuntun siswa berpikir, bukan penjejalan informasi penting yang harus
dipelajari siswa. Guru juga membuat pertanyaan untuk membuat penilaian secara kontinyu
terhadap pemahaman siswa. d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam kelas CTL,
guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang
lemah, yang tahu mengajari yang tidak tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang
lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. e. Pemodelan
(Modelling) Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan, maksudnya adalah dalam sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu terdapat model yang biasa ditiru.
Pemodelan pada dasarnya membahasakan suatu gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana guru menginginkan siswanya belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan model itu. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa, dan sebagainya.
Dengan begitu, guru memberi model bagaimana cara belajar. f. Refleksi (Reflection) Refleksi
adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa-apa
yang sudah dilakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau
pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa menyimpan apa saja yang baru dipelajari sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi juga merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
baru. g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment) Authentic assessment adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bias memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa yang memiliki prinsip dan ciri-ciri sebagai berikut: Harus mengukur semua aspek
pembelajaran: proses, kinerja dan produk. Dilaksanakan selama dan sesudah proses
pembelajaran berlangsung. Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber. Tes hanya salah
satu alat pengumpul data penilaian Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus
mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari. Penilaian harus
menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian siswa bukan kuantitasnya. Berkesinambungan
dan terintegrasi. Dapat digunakan sebagai umpan balik. Tabel Penerapan komponen Contextual
Teaching and Learning di kelas Langkah-langkah Komponen 1) Kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya! KONSTRUKTIVISME Sebagai
Filosofi. 2) Laksanakan kegiatan Inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan
disemua bidang studi! INKUIRI Sebagai Strategi Belajar. 3) Bertanya sebagai alat belajar:
kembangkan sifat ingin tau siswa dengan bertanya! BERTANYA Sebagai Keahlian Dasar yang
Dikembangkan. 4) Ciptakan ”masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok)!
MASYARAKAT BELAJAR Sebagai Penciptaan Lingkungan Belajar. 5) Tunjukkan ”model”
sebagai contoh pembelajaran! (benda-benda, guru, siswa lain, karya inovasi, dll.) PEMODELAN
Model Sebagai Acuan Pencapaian Kompetensi 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan agar
siswa ”merasa” bahwa hari ini mereka belajar sesuatu! REFLEKSI Sebagai Langkah Akhir dari
Belajar. 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya: dari berbagai sumber dan dengan berbagai
cara! PENILAIAN YANG SEBENARNYA

Source: http://www.eurekapendidikan.com/2015/04/penerapan-pembelajaran-contextual.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan
Difraksi cahaya dapat didefinisikan sebagai pelenturan cahaya yaitu saat suatu cahaya melalui celah
maka cahaya dapat terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memiliki sifat seperti
cahaya baru. Sifat-sifat difraksi pada cahaya ini dapat dibuktikan dengan melihat pola interferensi yang
terjadi pada layar saat dipasang dibelakang celah. Ada beberapa peristiwa difraksi yang dapat kita
pelajari.

Difraksi Cahaya Pada Celah Tunggal


Difraksi/lenturan cahaya pada celah tunggal akan menghasilkan garis terang/interferensi maksimum
pada layar yang berjarak L dari celah apabila selisih lintasan antara cahaya yang datang

dari Adan B adalah (2n + 1) λ, kemudian akan terjadi garis gelap atau interferensi minimum jika

selisih lintasannya adalah (2n) λ.

Difraksi Cahaya Pada Celah Tunggal


Gambar diatas, menggambarkan sebuah celah sempit yang mempunyai lebar d, disinari dengan
cahaya sejajar monokromatik secara tegak lurus pada celah. Apabila di belakang celah ditaruh layar
pada jarak L dari celah maka akan tampak pada layar berupa garis terang dan gelap yang berada di

sekitar terang pusat. Celah sempit tersebut kita bagi menjadi 2 bagian yang masing-masing lebarnya
d. Kelompok cahaya dari bagian atas dan bawah akan berinterferensi di titik P yang terletak pada layar
tergantung pada selisih lintasannya. Di titik O yang berada pada layar yang juga merupakan titik
tengah-tengah celah, maka semua cahaya yang berasal dari celah bagian atas dan bagian bawah
sampai ke titik O mempunyai jarak lintasan yang sama, sehingga di titik O terjadi interferensi
maksimum atau sering juga disebut dengan terang pusat. Sedangkan hasil interferensi di
titik P tergantung pada selisih lintasan yang ditempuh oleh cahaya tersebut.
Apabila celah kita bagi dua maka cahaya dari tepi celah cahaya 1 dan 5 akan berinterferensi di

titik P akan menghasilkan garis gelap jika selisih lintasannya λ. Persamaannya dapat dituliskan : d

sin θ = λ atau d sin θ= λ.

Apabila celah dibagi empat, maka garis gelap akan terjadi bila d sin θ = λ atau d sin θ= 2λ.

Apabila celah dibagi 6, maka garis gelap akan terjadi bila d sin θ = λ atau d sin θ = 3λ.
Jadi untuk garis gelap ke-n pada layar akan terbentuk jika d sin θ = n λ; n = 1, 2, 3, … dan seterusnya.

Untuk sudut θ kecil berlaku bahwa sin , maka


dengan :

d = lebar celah (m)


p = jarak garis gelap ke terang pusat (m)
L = jarak layar ke celah (m)
λ = panjang gelombang cahaya yang digunakan (m)
n = orde interferensi/ menyatakan garis gelap dari terang pusat

Dengan cara yang sama di titik P akan terjadi garis terang jika :

Difraksi Cahaya pada Kisi


Kisi adalah celah sangat sempit yang dibuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan intan.
Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 700 celah setiap 1 mm. Pada kisi, setiap goresan merupakan
celah. Sebuah kisi memiliki konstanta yang menyatakan banyaknya goresan tiap satu satuan panjang,
yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan menjadi lebar celah. Dalam sebuah kisi,
lebar celah dengan jarak antara dua celah sama apabila banyaknya goresan tiap satuan panjang

dinyatakan dengan N, maka d = . Misalnya sebuah kisi memiliki 500 garis/mm maka lebar celah kisi

tersebut adalah .

Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dan tegak lurus kisi, dan di belakang kisi
ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan terdapat garis terang dan gelap, jika cahaya
yang dipakai adalah monokromatik. Kemudian akan terbentuk deretan spektrum warna, jika cahaya
yang digunakan sinar putih (polikromatik). Garis gelap dan terang atau pembentukan spektrum akan
lebih jelas dan tajam jika celabar celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya semakin
banyak/besar. Garis gelap dan terang dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari cahaya
yang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik/tempat tertentu.

Difraksi pada kisi

Gambar diatas menggambarkan cahaya monokromatik sejajar yang datang tegak lurus bidang kisi,
cahaya yang melalui kisi dilenturkan dan memiliki fase yang sama. Semua cahaya yang melalui celah
kisi akan dikumpulkan menjadi satu oleh lensa positif dan diproyeksikan pada layar menjadi garis terang
dan gelap.
Misalkan semua cahaya yang melalui celah kisi dilenturkan/didifraksikan dengan sudut θdan
dikumpulkan pada satu titik P yang berjarak p dari terang pusat (O) pada layar yang berjarak L dari kisi.
Hasil interferensi cahaya di titik P tergantung pada selisih lintasan yang ditempuh cahaya dari celah
yang berdekatan yaitu d sin θ. Di titik P akan terjadi garis terang jika d sin θ sama dengan kelipatan
bilangan bulat kali panjang gelombang atau kelipatan bilangan genap kali setengah gelombang.
Sebaliknya akan terjadi garis gelap jika d sin θ sama dengan kelipatan bilangan ganjil kali setengah
panjang gelombang. Secara matematik dapat dinyatakan :
Di P terjadi garis terang jika :

d sin θ = n λ atau
Di P akan terjadi garis gelap jika :

d sin θ = (2n+1) λ atau

dengan :

d = lebar celah kisi (m)


θ = sudut difraksi (derajat)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
n = orde difraksi
p = jarak garis gelap/terang ke terang pusat (m)
L = jarak layar ke kisi (m)

Anda mungkin juga menyukai