PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian janin dalam kandungan merupakan salah satu masalah yang ditemukan pada saat hamil
keadaan ini dapat mengancam nyawa ibu. Kematian janin dalam kandungan apabila tidak segera
ditangani akan mengakibatkan ancaman bagi nyawa ibu. Biasanya ini terjadi pada usia kehamilan lebih
dari 20 minggu atau pada trimester kedua (Chandra, 2010).
Kematian perinatal (lahir mati dan kematian neonates) terjadi dalam 1% kehamilan. Diperkirakan
bahwa 10-25% kehamilan berakhir sebelum mencapai 28 minggu. Kematian janin sebelum persalinan
dimulai mungkin terdiagnosis ketika sang ibu tidak merasakan gerakan janinya lagi atau gejala-gejala
kehamilan meredup, yang pertama lebih sering di jumpai.
Kematian janin dalam kandungan/intra uterine fetal deadth (IUFD), merupakan keadaan tidak
adanyat anda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau
intra uterine fetal deadht (IUFD),sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun
sesudah kehamilan 20 minggu.
Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar, khususnya di Negara berkembang
sekitar 98-99%, sedangkan Negara maju hanya 1-2%.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 kematian perinatal adalah 400 per
100.000 orang atau sekitar 200.000 ribu orang pertahun sehingga kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit.
Kematian perinatal di Indonesia adalah yang tertinggi diantara Negara-negara Association South Of East
Nation (ASEAN) kejadian sekitar 15 kali di malaysia (Manuba, 2008).
Status ekonomi juga menyebabkan kematian janin dalam kandungan, beberapa ahli juga
menyimpulkan bahwa wanita dengan keadaan status ekonomi yang lebih baik akan jarang menderita
kematian janin dalam kandungan (Nuwoso, 2006).
Pengetahuan merupakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah
mendapat informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki (Nursalam, 2003).
Pekerjaan merupakan sesuatu yang menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan atau keuangan, baik bekerja ataupun tidak. Pekerja adalah suatu yang dilakukan
untuk mencari atau mendapatkan nafkah (Hardywinoto, 2011)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada ibu dengan IUFD
1.2.2 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui definisi IUFD
2. Untuk mengetahui etiologi pada IUFD
3. Untuk mengetahui klasifikasi IUFD
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik IUFD
5. Untuk mengetahui patofisiologi IUFD
6. Untuk mengetahui pemeriksaan pada IUFD
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk IUFD
8. Untuk mengetahui pencegahan IUFD
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada IUFd
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus. Jika janin sudah
meninggal di dalam kandungan maka rahim tidak akan membesar lagi, pembesarannya akan berhenti
sesuai dengan usia kehamilan saat janin meninggal (Nelwan, 2009).
2.2.2 Penyebab
1. Kelainan pasokan plasenta : solutio plasenta, plasenta previa, postterm, prolapsus tali pusat, lilitan
tali pusat, pertumbuhan janin terhambat, isufisiensi plasenta
2. Kelainan arus darah plasenta : hipotensi ibu, hipertensi, kontraksi hipertonik,
3. Saturasi oksigen ibu berkurang: hipoventilasi, hipoksia, penyakit jantung.
4. Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi
dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ Janin harus bergerak minimal
10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang.
Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi
sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini
terutamadiminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yang mengeluh
terdapat pengurangan gerakan janin.
Bila ternyata tidak tercapai jumlah minimal sebanyak 10 gerakan maka ibusegera datang ke
Rumah Sakitatau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.Bila pasokan oksigen
dan nutrisi berkurang, maka janin akan mengalami retardasi organ bahkan risiko asidosis dan kematian.
Bermula dari upaya redistribusi aliran darah yang akan ditujukan pada organ penting seperti otak dan
jantung dengan mengorbankan visera (hepar dan ginjal). Hal ini tampak dari volume cairan amnion yang
berkurang (oligohidramnion). Bradikardia yang terjadi merupakan mekanisme dari jantung dalam
bereaksi dari baroreseptor akibat tekanan (misalnya hipertensi pada kompresi tali pusat) atau reaksi
kemoreseptor akibat asidemia.
2.“Gawat” janin didiagnosis pada 8 (1%) rekaman dan 70% diklasifikasikan sebagai “normal”. Hampir
sepertiga adalah pola intermediet. Yang digolongkan ke dalam “gawat” janin antara lain tidak adanya va
riabilitas plus deselerasi larnbat atau deserasi variabel sedang sampai parah atau denyut basal kurang dari
110 dpm selama 5 menit atau lebih. Hasil akhir seperti seksio sesarea, asidemia janin, dan rawat inap di
ruang perawatan intensif secara bermakna berkaitan dengan pola frekuensi denyut jantung janin.
3.Penelitian terkini menemukan bukti bahwa beberapa kombinasi pola frekuensi denyut jantung janin
dapat digunakan untuk mengidentifikasi janin normal dan abnormal parah. Pola gawat janin yang sejati
tampaknya berupa tidak adanya variabilitas denyut-demi-denyut disertai deselerasi berat atau perubahan
frekuensi basal persisten atau keduanya. Salah satu penjelasan mengapa manfaat pemantauan frekuensi
denyut jantung sulit dibuktikan secara ilmiah adalah gawat janin semacam itu jarang terjadi sehingga sulit
dilakukan uji klinis yang sah.
4.Pemantauan dan pencatatan denyut jantung janin yang segera dan kontinyu dalam hubungan dengan
kontraksi uterus memberikan sutu penilaian kesehatan janin yang sangat membantuselama persalinan.
Akselerasi periodik pada gerakan janin merupakan keterangan dari reaktifitas janin yang normal.
2.2.4.Tanda dan Gejala Gawat Janin
1. Bradikardi Denyut jantung janin kurang dari 120 denyut per menit.
2. Takikardi.Kecepatan denyut jantung janin yang memanjang (>160) dapat dihubungkan dengan demam
pada ibu yang sekunder terhadap infeksi intrauterine. Prematuritas atropine juga dihubungkan dengan
denyut jantung janin yang meningkat.
3. Variabilitas denyut jantung dasar yang menurun.Yang berarti depresisystem saraf otonom janin oleh
medikasi ibu (atropine, skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesic narkotik).
4. Pola deselerasi. Deselerasi lanjut menunjukkan hipoksia janin yang disebabkan oleh insufisiensi
uteriplasenter. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus adalah lebih sering
dan muncul untuk menunjukkan kompresi sementara waktu saja dari pembuluh darah umbilicus.
Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan atau tiadanya
variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola gelombang