Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1
mendorong kami sebagai penulis ingin membahas sistem manajemen
pengadaan dan penerimaan obat di IFK (Instalasi Farmasi) Kabupaten Seluma.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui macam- macam validasi
2. Mengetahui objek validasi
3. Mengetahui tahapan validasi
4. Mengetahui pemasaran di bidang farmasi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
Industri farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin usaha
dari Mentri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan
obat. Sebagai fasilitas kefarmasian dibidang pembuatan, industri farmasi harus
membuat obat sesuai persyaratan yang telah ditetapkan CPOB yakni aman
(safety), berkhasiat (efficacy) dan bermutu (quality). Dalam pencapaiannya
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan CPOB, industri farmasi harus
menerapkan aspek-aspek CPOB mulai dari Manajemen Mutu, Personalia,
Peralatan, Ruangan dan Fasilitas Sanitasi dan Hygine, Produksi, Pengawasan
Mutu, Inspeksi Diri dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk
Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan
Analisis Berdasarkan Kontrak, hingga Kualifikasi dan Validasi. Keseluruhan
aspek tersebut merupakan mata rantai mutu yang tidak dapat dipisahkan untuk
menghasilkan produk yang bermutu. Apabila industri farmasi tidak menerapkan
ke 12 aspek ini, maka mutu obat yang dihasilkan tidak akan baik.
Salahsatu aspek penting dalam CPOB adalah Kualifikasi dan Validasi. Aspek ini
akan menentukan mutu obat yang dihasilkan, karena kegiatan kualifikasi dan
validasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses produksi obat dilakukan.
Pengawasan selama proses produksi obat disebut in procces control yang
membutuhkan personil tervalidasi, artinya personil yang melakukan pengawasan
harus memahami tugasnya. Selain personil, peralatan dan sistem yang digunakan
untuk proses produksi sebelum dan sesudahnya harus divalidasi agar dapat
menciptakan obat yang bermutu.
Sebelum memproduksi obat, selain perencanaan yang matang
mengenai aktivitas dan sumber daya yang akan digunakan, perlu adanya validasi.
Validasi adalah tindakan pembuktian terdokumentasi untuk membuktikan
validitas dari objek validasi. Tujuan dilakukannya validasi adalah menjamin mutu
obat dengan memberikan bukti mengenai keakuratan objek validasi, mengkaji
semua risiko yang tidak dapat ditoleransi terhadap mutu obat dan mengetahui
tahapan kritis dari suatu proses produksi obat. Validasi dapat memberikan
3
keuntungan, dengan menghemat biaya produksi dan memperdalam pemahaman
mengenai proses yang tervalidasi. Proses yang dipahami dan pengawasan yang
memadai akan meningkatkan mutu obat yang akan dihasilkan.
Seluruh kegiatan validasi yang akan dilakukan harus direncanakan
terlebih dahulu. Perencanaan validasi yang dibuat, dimuat dalam Rencana Induk
Validasi (RIV) yang menyajikan informasi mengenai program kerja validasi
perusahaan dan memberi rincian jadwal kerja validasi yang harus dilaksanakan.
Program yang telah dibuat akan dilaksanakan oleh Tim Validasi seperti : kepala
QA, kepala QC, dan kepala Produksi serta kepala bagian lain yang bersangkutan.
Rincian kegiatan validasi dan kualifikasi yang akan dilakukan dibuat kedalam
bentuk protokol validasi yang tertulis (terdokumentasi). Protokol validasi merinci
langkah kritis dan kriteria penerimaan. Sebelum melakukan kegiatan validasi
orang yang bersangkutan harus mengerjakan sesuai yang tertera dalam protokol
validasi, dan setelah selesai melakukan validasi orang tersebut harus membuat
laporan validasi yang memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap
penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi. Setiap perubahan
terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol harus didokumentasikan dengan
pertimbangan yang sesuai.
Selain kegiatan kualifikasi, terdapat pula kegiatan validasi yang meliputi
validasi prosedur dan validasi proses. Validasi proses merupakan validasi dalam
proses pembuatan sediaan obat yang mencakup validasi produk baru, validasi bila
terjadi perubahan proses dan validasi ulang. Validasi dibagi menjadi :
a. Validasi Prospektif : Validasi yang dilaksanakan sebelum produksi rutin
dilakukan dan sebelum produk dipasarkan.
b. Validasi KonKuren : Validasi yang dilaksanakan sambil melakukan produksi
rutin untuk dijual dan sesuai dengan protokol yang telah disiapkan dan disetujui.
Bets dapat diluluskan berdasarkan hasil serangkaian uji Pengawasan Mutu yang
intensif, pengkajian kondisi pembuatan dan persetujuan dari Pemastian Mutu.
Validasi ini dilaksanakan apabila, misal : terjadi perubahan pabrik pembuat
eksipien atau perubahan mesin dengan spesifikasi yang sama.
c. Validasi Retrospektif : Validasi proses pembuatan produk yang telah
dipasarkan dilaksanakan berdasarkan data pembuatan, pengujian dan pengawasan
4
bets. Data 10-30 bets produk yang dibuat dengan menggunakan pembuatan yang
sama, dievaluasi keterkendalian dan kehandalan prosesnya.
d. Validasi Pembersihan : Validasi prosedur pembersihan yang dilakukan hanya
untuk permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk.
e. Validasi Ulang : Evaluasi secara berkala terhadap fasilitas, sistem, peralatan
dan proses termasuk proses pembersihan untuk mengkonfirmasi bahwa validasi
masih absah. Jika tidak ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya,
maka kajian ulang data yang menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan
proses memenuhi persyaratan untuk validasi ulang. Validasi ulang mungkin
diperlukan pada kondisi seperti : perubahan sintesis bahan aktif, perubahan
komposisi produk jadi dan perubahan metode analisis.
5
pelaksanaan validasi, yang tertuang dalam “validation life cycle” berikut ini, yaitu
:
6
kadar analit dalam sampel yang menunjukkan pengukuran komponen
utama yang terkandung dalam bahan aktif. Untuk obat karakteristik
validasi yang serupa juga berlaku untuk penetapan kadar zat aktif atau
komponen tertentu. Karakteristik validasi yang sama juga dapat dilakukan
untuk penetapan kadar yang berkaitan dengan metode analisis lain (misal:
uji disolusi).
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, untuk mendapatkan laba dan
untuk berkembang. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah
satu kegiatan perusahaan, dimana secara langsung berhubungan dengan
konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia
yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.
Selain itu ada pula tiga pendapat tentang pemasaran (marketing) yaitu:
7
ketempat dimana mereka dibutuhkan. Sedangkan aspek nonfisik dalam arti bahwa
para penjual harus mengetahui apa yang diinginkan oleh para pembeli dan
pembeli harus pula mengetahui apa yang dijual.
8
ini didasarkan pada empat sendi utama, yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan,
pemasaran yang terkoordinasi, serta keuntungan.
5. Konsep berwawasan Pemasaran bermasyarakat
Konsep ini berpendapat bahwa tugas perusahaan adalah menentukan kebutuhan
dan keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhinya dengan lebih
efektif dan efisiensi dari pada saingannya dengan cara mempertahankan atau
meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
Dalam hal ini, kita harus mengetahui dan membedakan ketiga konsep
perencanaan, yaitu sebagai berikut :
9
ada dalam perencanaan perusahaan ini adalah masalah keuangan, produksi,
kebutuhan tenaga kerja, penelitian, dan pengembangan ( research and
development ),serta penentuan sasaran pasar dan program pemasarannya.
Pertimbangan pemasaran ini cenderung mempengaruhi kebijakan dalam
perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang . oleh karena itu
perencanaan perusahaan dan perencanaan pemasaran sering dijadikan satu.
2. Perencanaan pemasaran
Hal ini mencakup pengembangan program jangka panjang untuk masalah-
masalah yang luas dalam bauran pemasaran ( Marketing mix ), yaitu produk (
product), harga ( price), tempat ( place) dan promosi ( promotion). Perencanaan
pada masing-masing variabel tersebut harus dikoordinasikan dan ditangani dengn
baik, sebab setiap variabel bauran pemasaran selalu saling berinteraksi dengan
variabel lainnya.
10
berbagai cara, teknik dan prosedur guna mencapai tujuan tersebut. Perencanaan
dikatakan efektif jika tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapaise penuhnya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpuan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, baik segala bentuk aktivitas
maupun sumber daya untuk memproduksi obat yang telah direncanakan,
hendaknya divalidasi agar memberikan bukti yang keakuratannya dapat
meningkatkan mutu obat. Didalam kegiatan validasi terdapat Rencana
Induk Validasi yang digunakan sebagai acuan proses validasi. Baik rincian
dan hasil dari kegiatan validasi harus didokumentasikan dengan baik untuk
memudahkan dalam menjalankan tugas dan memberi rekomendasi
terhadap hasil validasi di waktu yang akan datang. Apabila kegiatan
validasi perlu diulang seperti adanya perubahan yang signifikan, yang
dapat mempengaruhi mutu obat maka serangkaian kegiatan validasi
tersebut harus terdokumentasikan.
3.2 Saran
Dalam menghadapi persaingan pemasaran, penentuan strategi
pemasaran sangat penting dan hal ini juga harus ditunjang oleh manajer
pemasar yang professional dan memiliki kreatifitas yang tinggi. Jadi
tempatkanlah manajemen pemasaran anda sebagai bagian penting dalam
perusahaan demi mencapai tujuan bisnis yaitu profitabilitas yang tinggi
12
DAFTAR PUSTAKA
Baso Swasta DH.SE.MBA, Ibnu Sukotco(1988) Pengantar bisnis modern;
Liberty Yogyakarta
Charles W Lambert,Carl Mc Daniel,Joseph W Hair
jr(2001).Pemasaran.Jakarta: Salemba empat
Meredith et.al, Geoffrey. (1996). Kewirausahaan (Teori dan Praktik) Seri
Manajemen No. 97.Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo
Longenecker, J.G. et.al. (2001). Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil)
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Muhammad Firdaus. 2008,manajemen agribisnis. PT Bumi Aksara Jakarta
13