PENDAHULUAN
2.2. Penentuan “Rate of Return” dan “Nilai” dari Efek Jangka Panjang
Bentuk-bentuk efek dalam rangka investasi jangka panjang adalah:
1. Obligasi
2. Saham Preferen
3. Saham Biasa
2.2.1. Obligasi
Obligasi adalah surat pengakuan utang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan
atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak yang berutang yang mempunyai nilai nominal
tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atas dasar persentase
tertentu yang tetap. Tujuan utama dari analisa efek dalam penilaian obligasi adalah “rate of
return” atau “Yield” yang diharapkan dari obligasi tersebut.
Rate of return dan nilai obligasi relatif mudah ditentukan selama obligasi tersebut
diperkirakan tidak akan gagal dalam pembayaran bunga secara periodik dan pembayaran
modal pokoknya (principal). Discount rate yang digunakan dalam penentuan dalam
penentuan nilai masing-masing obligasi adalah berbeda-beda tergantung kepada besarnya
tingkat risiko tidak terbayarkan bunga dan principalnya.
Jenis-Jenis Obligasi
1. Obligasi Atas Unjuk (bearer bond)
Obligasi yang tidak memiliki identas pemiliknya.
2. Obligasi Atas Nama ( registered bond)
Obligasi yang memiliki identitas pemiliknya.
3. Obligasi dengan jaminan (secured Bond)
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu aktiva
riil.
4. Obligasi tanpa jaminan (unsecured Bond)
Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila
kita membeli obligasi, kita akan memperoleh bunga/coupon yang tetap secara berkala
biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo. Investasi ini
mungkin akan menjadi investasi terbaik karena fluktuasi performanya relatif lebih rendah
dibanding saham. Tetapi perlu dipertimbangkan pula dalam memilih investasi tesebut karena
mengandung 4 masalah utama, diantaranya :
1. Default Risk
Penerbit obligasi terkadang mengalami kesulitan untuk membayar coupon obligasinya,
bahkan kita tidak mendapatkan pendapatan dari kupon seperti yang dijanjikan. Dan biasanya
harga dari obligasi tersebut akan menurun tajam. Risiko ini dikenal dengan default risk atau
risiko gagal bayar.
Keterangan :
F = Harga nominal dari obligasi atau jumlah yang akan diterima pada akhir umurnya
P = Harga pasar
n = Umur obligasi
Berdasarkan rumus tersebut maka “Yield to maturity” atau “rate of return” dapat ditentukan
sebagai berikut :
10.000 − 9.000
6% (10.000) +
Yield to maturity = n
9.000 + 10.000
2
Dengan menggunakan dua tingkat bunga kemudian diadakan interpolasi, misalnya kita
mengambil tingkat bunga 8% dan 9%.
Perhitungan interpolasi
Selisih P.V. of Yield
Selisih tingkat bunga Selisih P.V.
dengan outlays
8% Rp. 9.205,80 Rp. 9.205,80
9% Rp. 8.834,00 Rp. 9.000,00
205.8 x 1 % = 0,55%
371,8
Rate of Return : 8% + 0,55% = 8,55%
bunga tahunan R
nilai = =
discount rate i
Rp 1.000.00 = Rp 50.000,00
0,02
Untuk obligasi yang mempunyai hari jatuh cara perhitungannya adalah berbeda. Pada
prinsipnya penentuan nilai obligasi semacam ini adalah dengan menggunakan tabel present
value.
Contoh soal 11.3:
Suatu obligasi yang mempunyai nilai nominal Rp. 20.000,00 dan mempunyai umur 3
tahun. Bunga tahunan yang dibayarkan adalah Rp. 1.000,00. Tingkat bunga yang berlaku
pada waktu ini adalah 4%. Berapa nilai dari obligasi tersebut berdasarkan kondisi waktu ini?
Jawab:
Berdasarkan konsep P.V. maka nilai dari obligasi tersebut dapat ditentukan sebagai berikut:
Rate of return dari saham preferen ini dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
dividend per lembar saham preferen
Rate of return =
harga pasar
Contoh soal
Beberapa tahun yang lalu suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen yang
bernominal Rp. 1.000,00 membayarkan dividend tahunan sebesar Rp. 75,00. Pada waktu itu
tingkat bunga yang berlaku adalah 7,5%. Pada waktu itu perusahaan tersebut telah
berkembang dan tingkat bunga yang berlaku saat ini adalah 5%.
Jawab:
Berdasarkan data tersebut tentukan berapa nilai saham preferen itu pada waktu ini.
Nilai saham preferen pada waktu ini
Rp. 75,00
= = Rp. 1.500,00
0,05
2.2.3. Saham Biasa
Penerbitan saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis saham (efek
ekuitas) dengan imbalan uang tunai. Saham tersebut dijual melalui pasar utama (primary
market )atau pasar sampingan (secondary market).
Saham biasa memiliki karakteristik:
1. Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris.
2. Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru.
3. Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja.
Penentuan besarnya rate of return dan nilai dari saham biasa (common stock) lebih
sukar dibandingkan dengan obligasi dan saham preferen, karena:
1. Forecasting dari pendapatan, dividend dan harga saham diwaktu yang akan datang adalah
sukar;
2. Tidak seperti halnya dengan bunga dan dividend preferen, pendapatan dan dividend saham
biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya, dan tidak tetap konstan.
Nilai investasi dari selembar saham biasa tergantung kepada jumlah pendapatan dalam
rupiah yang diharapkan akan diterima oleh seorang investor kalau dia membeli saham
tersebut. Dengan demikian maka nilai dari suatu saham ditentukan oleh besarnya dividend
yang diterima oleh investor selama dia mempertahankan saham tersebut plus penerimaan
hasil penjualan kalau dia menjual saham tersebut. Jadi harga akhir (eding price) dari saham
biasa adalah sama denagn harga permulaan ditambah dengan “capital gains” atau dikurangi
dengan “capital lossess”. Capital gain akan diperoleh kalau harga pada waktu dia menjual
saham lebih tinggi daripada harga pada waktu dia membelinya dan menderita “capital losses”
kalau harga pada waktu menjual sahamnya lebih rendah daripada herga pada waktu dia
membelinya.
Oleh karena besarnya rate of return dari suatu saham merupakan penghasilan yang
berasal dari dividend plus capital gains, maka besarnya rate of return dari saham tersebut
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
D1 + P1 − P0
Return yang diharapkan =
P0
Dalam formula di atas D1 adalah dividend yang diharapkan pada akhir tahun pertama, P1
adalah harga saham yang diharapkan pada akhir tahun pertama. Sementara P 0 adalah harga
saham pada waktu ini.
Contoh soal :
Suatu saham biasa dibeli dengan harga Rp. 10.000,00. Pemodal mengharapkan cash-
dividend tahun depan sebesar Rp. 500,00 dan mereka juga mengharapkan bahwa pada akhir
tahun pertama saham tersebut akan dapat dijual dengan harga Rp. 10.400,00. Berdasarkan
data tersebut dapat ditentukan besarnya rate of return yang diharapkan dari saham tersebut
adalah:
Jawab:
rate of return yang diharapkan:
Rp. 500,00 + (Rp. 10.400,00 − Rp. 10.000,00)
(r) = = 9%
Rp. 10.000,00
atau:
Rate of return yang diharapkan dari saham sebesar 9% tersebut terdiri dari dua unsur, yaitu
unsur pendapatan berasal dari dividend (dividen yield) sebesar 5% dan unsur pendapatan
berasal dari perbedaan kurs (capital gain) sebesar 4%.
Dalam hal kita sudah mendapatkan data mengenai besarnya cash dividend yang
diharapkan dari suatu saham serta data mengenai rate of return yang diharapkan oleh
pemodal dan estimasi harga saham pada akhir tahun pertama, maka kita akan dapat
memperkirakan harga saham tersebut pada waktu ini, yaitu dengan menggunakan rumus:
D1 + P1
P0 =
1 + r
Contoh soal :
Kita telah mendapatkan informasi bahwa suatu saham akan memberikan cash dividend
tahun depan sebesar Rp. 500,00 dan diperkirakan harga saham pada akhir tahun depan adalah
Rp. 10.400,00. Sedangkan rate of return yang diharapkan oleh pemodal adalah 9%, maka
harga saham pada waktu ini adalah?
Jawab:
500 + 10.400 10.900
P0 = = = 10.000
1 + 0,09 1,09
Kalau kita meramalkan suatu trend pertumbuhan dividend dengan tingkat pertumbuhan
yang konstan, maka dalam menentukan present value atau harga saham pada waktu ini dapat
digunakan rumus:
D1
P0 =
r − g
Anggapan yang penting adalah adanya tingkat pertumbuhan (g), dan r adalah rate of return
yang diharapkan. Memang r harus lebih besar daripada g kalau pertumbuhan itu akan
berlangsung secara kontinyu, sehingga
D1
r = + g
P0
anggapan yang penting di sini ialah bahwa dividend per lembar saham akan meningkat
atau tumbuh dengan tingkat g secara kontinyu.
Contoh soal :
Berapa harga pasar suatu saham pada waktu ini yang akan memberikan dividen pada akhir
tahun pertama sebesar Rp. 3.000,00 dan mempunyai laju pertumbuhan dividend sebesar 6%
per tahun. Sedangkan tingkat pendapatan yang diinginkan untuk saham tersebut 16%?
Jawab:
D1
Dengan menggunakan formula P0 = r−g
Rp. 3.000,00
P0 = = Rp. 30.000,00
0,16 – 0,06
Contoh soal :
Berapa rate of return dari suatu saham yang akan memberikan divident pada akhir tahun
pertama sebesar Rp. 2.000,00 dan harga pasar saham tersebut pada waktu ini sebesar Rp.
20.000,00 dan dividend tersebut mempunyai laju pertumbuhan sebesar 6% per tahun?
Jawab:
Rate of return tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan formula di atas yaitu:
D1
r = + g
P0
Rp. 2.000,00
r = + 6% = 16%
Rp. 20.000,00
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Investasi Efek dalam Pembelian efek bertujuan untuk menjaga likuiditas atau
mendapatkan pendapatan dari dana yang ditanamkan dalam efek tersebut. Pembelian efek
untuk menjaga likuiditas merupakan investasi sementara (temporary investment)
pengelompokan efek dalam aktiva digolongkan dalam aktiva lancar dan biasanya sering
disebut marketable secutitas atau temporary investment. Bentuk-bentuk efek dalam rangka
investasi jangka panjang adalah: Obligasi, SahamPreferen dan Saham Biasa.
Daftar Pustaka
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3720/Bab%201.p
df?sequence=6 Pada tanggal 2 April 2017