2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah:
1) Teori Biologis
a) Neurologic
Faktor Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
1
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon
agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
Lobus frontalis memegang peranan penting sebagai penengah
antara perilaku yang berarti dan pemikiran rasional, yang 3
merupakan bagian otak dimana terdapat interaksi antara rasional
dan emosi. Kerusakan pada lobus frontal dapat menyebabkan
tindakan agresif yang berlebihan (Nuraenah, 2012: 29).
b) Genetic
Faktor Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset kazu murakami
(2007) dalam gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang
sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang
yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100).
c) Cycardian Rhytm
Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut penelitian
pada jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya kerja ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi
orang untuk lebih mudah bersikap agresif (Mukripah Damaiyanti,
2012: hal 100).
d) Faktor Biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak contohnya
epineprin, norepenieprin, dopamin dan serotonin sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam
tubuh. Apabila ada stimulus dari luar tubuh yang dianggap
mengancam atau membahayakan akan dihantarkan melalui
impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut
2
efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepineprin serta
penurunan serotonin dan GABA (Gamma Aminobutyric Acid)
pada cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya perilaku agresif ( Mukripah Damaiyanti, 2012: hal
100). e) Brain Area Disorder 4 Gangguan pada sistem limbik dan
lobus temporal, sindrom otak, tumor otak, trauma otak, penyakit
ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan tindak kekerasan (Mukripah Damaiyanti,
2012: hal 100).
2) Teori Psikogis
a) Teori Psikoanalisa Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi
oleh riwayat tumbuh kembang seseorang. Teori ini menjelaskan
bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun
dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan
kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai komponen adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang yang rendah.
Perilaku agresif dan tindakan kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan
rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100 – 101)
b) Imitation, modelling and information processing theory Menurut
teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan
yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku
yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan
individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian
beberapa anak dikumpulkan untuk menontn tayangan pemukulan
pada boneka dengan reward positif ( semakin keras pukulannya
akan diberi coklat). Anak lain diberikan tontonan yang sama
3
dengan tayangan mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan
reward yang sama (yang baik mendapat hadiah). Setelah anak –
anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
berperilaku sesuai 5 dengan tontnan yang pernah dilihatnya
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 101).
c) Learning Theory Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar
individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati
bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan
mengamati bagaimana respon ibu saat marah ( Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 101).
b. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lungkungan.
3) Lingkungan: panas, padat dan bising
3. Rentang respon
Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam
rentang adaptif maladaptif.
Skema Rentang Respon Kemarahan
4
a) Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju
tanpa menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan
kelegaan pada individu
b) Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
c) Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
engungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan
dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.
d) Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau
ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan
mengamuk, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata
ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol
perilaku untuk tidak melukai orang lain.
e) Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku
kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada
yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
Halusinasi Causa
5
B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Seseorang dapat mengalami perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang
lain dapat menunjukan perilaku (Kartikasari, 2015: hal 140) :
Data Subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data Obyektif :
a. Wajah tegang merah
b. Mondar mandir
c. Mata melotot, rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar banyak keringat
f. Mata merah
g. Tatapan mata tajam
6
2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama klien Halusinasi Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif Faktor Predisposisi dan Prespitasi
Causa
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tapi sering
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
1) Kriteria Evauasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/jengkel
(dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
2) Intervensi
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya
c. TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel
b)Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami
2) Intervensi
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel
b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah
yang dialami
7
dan gejala perilaku kekerasan dirasakan dalam merawat pasien
yang dilakukan dan akibat 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
perilaku kekerasan gejala dan proses terjadinya
2. Jelaskan cara mengontrol perilaku perilaku kekerasan (gunakan
kekerasan : sisik, obat, verbal dan booklet)
spiritual 3. Jelaskan cara merawat pasien
3. Latihan cara mengontrol perilaku perilaku kekerasan
kekerasan secara fisik: tarik nafas 4. Latih satu cara merawat PK
dalam dan meumukul kasur dan dengan melakukan kegiatan fisik:
bantal tarik nafas dalam dan pukul
4. Masukan pada jadwal kegiatan bantal/kasus
untuk latihan fisik 5. Anjurkan untuk membantu sesuai
jadwal kegiatan dan memebrikan
pujian
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Evaluasi kegiatan latiahn fisik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berikan pujian merawat atau melatih pasien cara
2. Latih cara mengontrol perilaku fisik, beri pujian
kekerasan dengan obat (6 benar, 2. Jelaskan 6 benar cara
obat, guna, dosis, frekuensi, cara, memberikan obat
kontinuitas minum obat, akibat 3. Latih cara memberikan atau
jika tidak meminum obat sesuai membimbing minum obat
program, akibat putus obat). 4. Anjurkan membantu sesui jadwal
3. Masukan pada jadwal kegiatan kegiatan dan memberikan pujian
untuk latihan fisik dan minum obat
Pertemuan 3 Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
obat, serta beri pujian merawat atau melatih pasien fisik
2. Latih pasien mengontrol perilaku 1 dan 2 dan memberikan obat,
kekerasan secara verbal (3 cara, berikan pujian
yaitu: mengungkapkan, meminta, 2. Latih keluarga cara
menolak dengan benar) membimbing: cara berbicara
3. Masukan pada jadwal kegiatan yang baik
untuk latihan fisik, minum obat 3. Latih keluarga cara membimbing
dan verbal kegiatan spiritual
Pertemuan 4 Pertemuan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga
obat dan verbal, beri pujian dalam merawat atau melatih
2. Latih pasien mengontrol perilaku pasien fisik 1 dan 2 dan
kekerasan secara spiritual (2 memberikan obat, berikan pujian
kegiatan) dan kegiatan spiritual. Beri
3. Masukan pada jadwal kegiatan pujian
untuk latihan fisik, minum obat, 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
verbal tanda kambuh dan rujukan
3. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan pujian
8
Pertemuan 5 sd 12 Pertemuan 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, 1. Evaluasi kegiatan keluarga
obat dan verbal, spiritual. Beri dalam merawat atau melatih
pujian pasien fisik 1 dan 2 dan
2. Nilai kemampuan yang telah memberikan obat, berikan pujian
mandiri kegiatan spiritual dan follow up.
3. Nilai apakah perilaku kekerasan Beri pujian.
terkontrol 2. Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ atau
PKM
9
lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?” ”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah
satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan
rasa marah.” ”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu?” ”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan
maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?” “Nah, sebaiknya latihan ini
bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
Terminasi
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri
atau dilanjutkan?” “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-
bincang tentang kemarahan bapak?” ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak
marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan
yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak
yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat
jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas
dalam?, jam berapa saja pak?” ”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya
datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol
marah. Tempatnya disini saja ya pak”
10
Orientasi
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi” “Bagaimana perasaan bapak saat ini,
adakah hal yang menyebabkan bapak marah?” “Baik, sekarang kita
akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua” “Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?” Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak
dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.“Sekarang mari kita
latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau
bantal.” “Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada
perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat
tidurnya”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan
marah tadi?” “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak
sebutkan lagi?Bagus!” “Mari kita masukkan kedalam jadual
kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam berapa?
Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi.
dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-
waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat
jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul
kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?” “Besok pagi kita
ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan
11
belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi
ya. Sampai jumpa”
12
mengisap-isap es batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang,
bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu” “Nanti di
rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian
cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena
dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu
minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara minum obat yang benar?” “Coba bapak sebutkan lagijenis obat
yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan
minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah
rasa marah. Sampai jumpa”
13
kegiatan hariannya.” “Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya
dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster
baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau
tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan. “Bagaimana
kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di
tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah
marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam
atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara
dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang
penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi.
Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk
membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju,
minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak
sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus
sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali
sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat
14
jadwalnya?” Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari,
misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi?
Baik sampai nanti
Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus.
Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah
coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat”. “Bapak bisa melakukan sholat
secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan
15
sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya”
Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara yang ketiga ini?” “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah
yang kita pelajari? Bagus”.“Mari kita masukkan kegiatan ibadah
pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik
kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan
bila bapak merasa marah” “Setelah ini coba bapak lakukan jadual
sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi” “Besok kita ketemu
lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak?
Seperti sekarang saja, jam 10 ya?” “Nanti kita akan membicarakan
cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah
bapak, setuju pak?”
16
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, (2003) Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
Keliat Budi Ana, (1999) Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana, (1999) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC
17
Surabaya, Januari 2018
Preseptor Akademik Preseptor Klinik,
(…………….…………..…) (……………………..…)
18