Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN
Tubuh kita dapat bertahan dalam beberapa minggu tanpa makanan dan beberapa hari
tanpa air. Tapi tubuh kita tidak dapat bertahan jika tanpa Oksigen. Dalam penanganan
gawat darurat, kecepatan dan kualitas pertolongan sangat di butuhkan untuk mencapai
keberhasilan dan dalam penyelamatan. Untuk itu di dunia international sudah menetapkan
rumusan dalam menangani Penderita Gawat Darurat, yaitu : ABCDE (Air Way, Breathing
and Ventilation, Circulation, Disability, Exposure). Airway ditempatkan pada urutan
pertama karena masalah airway akan mematikan paling cepat. Komponen yang penting
dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus
dan paru.
Keberhasilan dalam penanggulangan penderita Gawat Darurat (PPGD) sangat
bergantung dari kecepatan dan kualitas pertolongan yang didapat penderita. Disini harus
selalu diingat bahwa :
1. Kematian oleh karena sumbatan jalan nafas akan lebih cepat daripada kematian
karena kemampuan bernafas
2. Kematian oleh karena ketidakmampuan bernafas akan lebih cepatdaripada
kematian karena kehilangan darah
3. Kematian berikutnya akan diikuti oleh karena penyebab intra kranial

Karena itu dalam PPGD apapun penyebabnya urutan pertolongan adalah sebagai berikut :

A : Air way, with cervical spine control

B : Breathing and Ventilation

C : Circulation with haemorrhage control

D : Disability on neurologic status

E : Exposure/Undress with temperature control


I. AIR WAY MANAGEMENT
Ketidakmampuan untuk memberikan oksigenasi ke jaringan tubuh terutama ke otak
dan organ vital yang lain merupakan pembunuh tercepat pada pasien. Oleh karena itu
airway yang baik merupakan prioritas pertama pada setiap penderita gawat darurat.
Kematian-kematian dini karena masalah airway :
a. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway
b. Ketidakmampuan untuk membuka airway
c. Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru
d. Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang
e. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi
f. Aspirasi isi lambung, darah

Pengenalan Masalah

Gangguan airway dapat timbul secara total & mendadak tetapi sebaliknya bisa secara
bertahap dan pelan-pelan. Takhipnea merupakan tanda awal yang samar-samar akan
adanya gangguan terhadap airway. Adanya ketakutan & gelisah merupakan tanda
hipoksia oleh karena itu harus selalu secara berulang-ulang kita nilai airway ini terutama
pada penderita yang tidak sadar. Penderita dengan gangguan kesadaran oleh karena
cidera kepala obat-obatan atau alkohol, cedera toraks, aspirasi material muntah atau
tersedak mungkin sekali terjadi gangguan airway. Disini diperlukan intubasi endotrakheal
yang bertujuan :

1) Membuka airway
2) Memberikan tambahan oksigen
3) Menunjang ventilasi
4) Mencegah aspirasi
a. Tanda-tanda Obyektif Sumbata Airway
1) Look
Terlihat pasien gelisah dan perubahan kesadaran. Ini merupakan gejala adanya
hipoksia dan hipercarbia. Pasien terlihat cyanosis terutama pada kulit sekitar
mulut, ujung jari kuku. Juga terlihat adanya kontraksi dari otot pernafasan
tambahan.
2) Listen
Disini kita dengarkan apakah ada suara seperti orang ngorok, kumur-kumur,
bersiul, yang mungkin berhubungan dengan adanya sumbatan partial pada
farink/larink.
3) Feel
Kita bisa rasakan bila ada sumbatan udara terutama pada saat ekspirasi bila
kedudukan trackhea di linea media

Management
Pengenalan adanya gangguan jalan nafas & ventilasi harus bisa dilakukan secara
cepat & tepat. Bila memang ada harus secepatnya gangguan jalan nafas dan ventilasi
ini untuk segera diatasi. Hal penting ini untuk menjamin oksigenasi ke jaringan.
Haruslah diingat setiap tindakan untuk menjamin airway yang baik harus selalu
dengan penekanan untuk selalu menjaga cervical spine terutama pada penderita
dengan trauma dan cedera di atas clavikula. Pada setiap penderita dengan gangguan
saluran nafas, harus selalu secara cepat diketahui apakah ada benda asing, cairan isi
lambung, darah di saluran nafas bagian atas. Kalau ada harus segera dicoba untuk
dikeluarkan bisa dengan jari, suction. Suatu saat bila dilapangan ada penderita dengan
sumbatan jalan nafas misal tersedak makanan abdominal trust akan sangat berguna.
b. Teknik-teknik mempertahankan airway :
Pada penderita dengan kehilangan kesadaran mungkin sekali lidah akan jatuh ke
belakang dan menutupi hipofarink dan menimbulkan sumbatan jalan nafas. Ini bisa
ditolong dengan jalan :
a) Chin lift
b) Jaw thrust
c) Orofaringeal tube
d) Nasofaringeal tube
c. Airway definitive
Disini ada pipa dalam trakhea dengan balon yang dikembangkan, dimana pipa ini
dihubungkan dengan alat bantu pernafasan yang diperkaya dengan oksigen. Cara :
oratracheal, nasotracheal & surgical (krikotiroidotomi atau trakheotomi). Indikasi
pemasangan airway definitif bila ditemukan adanya temuan klinis :
a) Apnue
b) Ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas dengan cara yang lain
c) Untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah atau muntahan
d) Adanya ancaman segera sumbatan airway oleh karena cidera inhalasi patah
tulang wajah hematoma retropharyngeal

Cidera kepala tertutup yang memrlukan bantuan nafas (GCS ≤8). Dari ketiga
cara ini yang terbanyak dipakai adalah endotrakheal (naso/orotrakheal). Pemilihan
naso/orotrakheal intubation tergantung pengalaman dokter. Kedua teknik ini aman
dan efektif bila dilakukan dengan tepat. Haruslah diingat pada pemasangan
endotrakheal tube ini harus selalu dijaga aligment dari columna vertebralis dengan
cervikal.
d. Airway definitif surgical
Ini dikerjakan bila ada kesukaran atau kegagalan didalam memasang endotrakheal
intubasi. Pada keadaan yang membutuhkan kecepatan lebih dipilih krikotireodektomi
dari pada tracheostomi.
1) Needle cricothyroidoktomi
Cara dengan menusukkan jarum lewat membran krikotiroid, ini hanya bisa
memberikan oksigen dalam waktu yang pendek (30-45 menit). Disini dipakai
jarum no 12-14 (anak 16-18 tahun)
2) Surgical cricothyroidoktomi
Penderita tidur posisi supinasi sesudah dilakukan anestesi lokal buat irisan kulit
tranversal sampai membran cricothyroid lubang ini bisa dilebarkan dengan gagang
pisau dengan cara memutar 90 derajad. Disini bisa dipakai tracheostomi tube atau
endotracheal tube. Hati-hati dengan cartilago cricoid terutama pada anak-anak
(teknik ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 12 tahun), hal ini dikarenakan
cartilago cricoid merupakan penyangga trachea bagian atas. Komlikasi :
a) Aspirasi
b) Salah masuk ke dalam jaringan
c) Stenosis/oedema subglotis
d) Stenosis laryngeal
e) Perdarahan/hematom
f) Laserasi esophagus
g) Laserasi trachea
h) Emphisema mediastinal
i) Paralisis pita suara
II. BREATHING AND VENTILATION
Jalan nafas yang baik dan lancar belum tentu menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi
yang baik sangat bergantung dari fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Penyebab
gangguan breathing :
1. Pleural effusion
2. Pneumothoraks (open dan tension)
3. Hemothoraks
4. Traumatic wet lung syndrome

Pertolongan untuk memperbaiki breathing :

1. Tension pneumothorax :
- Tusuk dengan jarum yang besar pada sela antar iga II
- Pemasangan chest tube pada sela antar iga IV
2. Hemothorax dengan pemasangan chest tube
3. Open pneumothorax segera ditutup dengan kasa vasein
4. Fail chest diberi analgetika

III. CIRCULATION WITH HAEMORRAHAGE CONTROL


Penyebab terbesar pasien yang mengalami shook dan berakhir dengan kematian
adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Oleh karenanya pasien dengan
trauma dan hipotensi, harus segera ditangani sebagai pasien hipovolemi sampai bisa
dibuktikan bahwa hipotensinya disebabkan oleh sebab yang lain. Seperti diketahui,
volume darah manusia dewasa adalah 7% dari berat badan, anak 8-9% dari BB. Terapi
resusitasi cairan yang agresif harus segera dimulai begitu ada tanda dan gejala klinis
adanya kehilangan darah muncul. Sangatlah berbahaya bila menunggu sampai tekanan
darah menurun. Untuk menilai apakah resusitasi cairan yang diberikan sudah cukup atau
belum:
- Tanda vital
- Produksi urine
- CVP
Penyebab hipovolemia adalah:

- Cidera rongga perut


- Cidera rongga dada
- Fraktur pelvis
- Fraktur femur
- Luka tembus pembuluh darah besar
- Perdarahan diluar tubuh dari berbagai tempat

IV. DISABILITY (NEUROLOGIC EVALUATION)


Evaluasi secara cepat dilakukan dan dikerjakan pada tahap akhir dan primary
survey dengan menilai kesadaran dan pupil penderita.
A : Alert
V : Respon to vokal stimulation
P : respon only to painful stimulation
U : Unresponsive
Glasgow coma scale merupakan penilaian yang lebih rinci, bila ini tidak dikerjakan di
primary survey bisa dikerjakan di secondary survey.

V. EXPOSURE
Disini semua pakaian pasien dibuka. Hal ini akan sangat membantu pemeriksaan
lebih lanjut. Harus diingat disini pasien dijaga agar tidak jatuh ke hipotermia dengan jalan
diberikan selimut.

VI. SECONDARY SURVEY


Dikerjak.an bila primary survey dan resusitasi selesai dilakukan. Disini dilakukan
evaluasi yang lebih teliti mulai dari kepala sampai ujung kaki penderita, juga GCS bisa
dikerjakan lebih teliti bila pada primary survey belum sempat dikerjakan. Pemeriksaan
laboratorium, evaluasi, radiologi dan peritoneal lavage bisa dikerjakan.
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang
yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. Resusitasi jantung paru (RJP) ini
bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali.
Pertolongan seperti ini sangat dibutuhkan bagi orang tenggelam, terkena serangan jantung, sesak
napas karena syok akibat kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya.

Namun yang perlu diperhatikan khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan, tidak
boleh langsung dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan di tempatnya
sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan jantung
yang harus segera dilakukan RJP. Setiap dari kita dapat mempelajari RJP supaya dapat
membantu orang yang membutuhkan minimal hingga bantuan medis datang.

Tahap-tahap RJP :

1. Periksa Kesadaran Penderita


- Menepuk bahu/ menggoyangkan badan penderita
- Jika belum merespon, panggil dengan suara keras
- Jika tidak merespon lakukan tahap ke-2
2. Call For Help
- Berteriak minta tolong dengan orang sekitar
- Aktifkan EMS (Emergency Medical Service) dengan menelpon 911
atau Panggilan petugas kesehatan terdekat
- Saat menghubungi petugas kesehatan, informasikan tentang kejadian,
jarak terdekat menuju kejadian, nama tempat kejadian, lantai, kamar,
dengan lengkap
- Jelaskan nama anda yang menghubungi, apa yang terjadi, jumlah
korban, kondisi korban, dan pertolongan yang sudah diberikan.
- Sementara menunggu petugas kesehatan datang lakukan tahap ke-3
3. Atur Posisi Korban
- Posisi baring telentang (agar efektif dalam melakukan pemeriksaan
napas dan nadi
- Baringkan ditempat datar dan keras
4. Ekstensikan Kepala Korban
- Tehnik mengangkat dengan cara 1 tangan di dahi korban dan tangan
lainnya di bawah dagu korban
5. Periksa Mulut Korban
- Kaji adanya benda asing/ material muntahan dimulut korban. Jika
terlihat ambil benda asing tersebut. Pengambilan material cair dengan
kain, pengambilan material padat dengan jari

JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK TINDAKAN INI SAJA, lakukan tahap 6

6. Periksa Napas
- Lihat dada penderita apakah normal (normalnya turun naik)
- Dengar suara napas dengan merasakan hembusan napas di pipi
- Jika tidak ada tanda-tanda napas, lanjut ke tahap-7
7. Beri 2x napas buatan
- Pencet hidung korban, lingkari mulut korban dengan mulut anda
secara ketat
- Hembuskan napas pelan dan dalam sampai melihat dada penderita
naik
- Batas waktu antara napas kedua 1,5 detik
8. Periksa nadi korban
- Pada orang dewasa terletak di arteri karotis (leher)
- Angkat dagu seperti tahap 4, tekan dan rasakan nadi carotis, tahan 5-
10 detik
- Jika nadi ADA dan napas TIDAK ADA, beri napas buatan sebanyak
10-12x/menit
- Jika nadi dan napas TIDAK ADA, mulai gunakan KOMPRESI
DADA
9. Kompresi Dada
- Tekan teratur pada dinding dada. Diharapkan darah akan mengalir ke
organ vital dan organ vital masih tetap berfungsi hingga EMS datang
- Lokasi penekanan pada area, dua jari di atas proxesus xifoideus.
- Penekanan dilakukan dengan menggunakan pangkal telapak tangan.
Dengan posisi satu tangan diatas tangan yang lain.
- Tekanan pada tulang dada dilakukan sedemikian rupa sehingga masuk
3-4 cm (pada orang dewasa).
- Jaga lengan penolong agar tetap lurus, sehingga yang menekan adalah
bahu (atau lebih tepat tubuh bagian atas) dan bukan tangan atau siku
- Pastikan tekanan lurus ke bawah pada tulang dada karena jika tidak,
tubuh dapat tergelincir dan tekanan untuk mendorong akan hilang
- Gunakan berat badan saat kita berikan tekanan
- Dorongan yang terlalu besar akan mematahkan tulang dada
- Waktu untuk menekan dan waktu untuk melepas harus sama waktunya
- Berikan kompresi 30x dengan kecepatan 80-100x/menit
- Setiap 30 kali kompresi harus dikombinasikan dengan napas buatan
10. Kordinasikan Antara Kompresi dengan napas buatan
- Setiap akhir 30x kompresi diselingi dengan 1-1,5 detik napas buatan
- Rangkaian 30 kali kompresi dan 2 kali napas buatan diulang selama 5
kali siklus baru lakukan evaluasi nadi(tahap ke-8)
- Lanjutkan resusitasi hingga petugas kesehatan datang

Tanda-tanda keberhasilan RJP :

1. Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi)


2. Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat
diberikan cahaya)
3. Denyut jantung kembali terdengar Reflek pernapasan spontan
4. Dapat terlihat Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal
5. Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
6. Penderita berusaha untuk menelan
7. Penderita menggeliat atau memberontak

Anda mungkin juga menyukai