P-Rekpon - M
P-Rekpon - M
Civil Engineering 15
BAB I
KONSTRUKSI TURAP
1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. Definisi Turap
Turap (sheet pile wall) adalah dinding menerus yang dibuat dengan cara
menghubungkan potongan-potongan/section yang saling mengunci (baja, beton
atau kayu) yang bertujuan untuk :
1. Menahan tekanan horisontal akibat tanah dan air
2. Menghasilkan stabilitas terhadap tekanan horisontal dari tanah yang
dipancang
3. Menghasilkan sokongan horisontal yang bersumber dari anchor yang yang
dipasang pada turap
1.1.2. Penggunaan Turap
Penggunaan turap antara lain adalah :
1. Melindungi struktur bangunan yang berhubungan dengan air (waterfront
structures) , misalnya pelabuhan, dock, shore protection works.
2. Sebagai konstruksi sementara seperti braced cut (galian yang tanahnya mudah
runtuh)
3. Penggunaan turap untuk melindungi sungai dari gerusan dan penahan tanah
pada tepi sungai
Turap Kayu :
2. Turap Beton
Merupakan balok-balok beton yang telah dicetak dengan bentuk tertentu, yang
dibuat saling kait mengait satu sama lain. Ujung bawah biasanya dibuat
meruncing untuk memudahkan pemancangan.
Digunakan untuk konstruksi yang berat dan permanen dan biasanya diberi
perkuatan. Turap jenis ini harus mampu menahan tegangan yang timbul
selama pelaksanaan konstruksi dan setelah konstruksi selesai. Tebalnya 150 –
200 mm dan lebarnya 500 - 800 mm
3. Turap Baja
Turap baja umum digunakan karena berbagai keuntungan dan kemudahan
dalam penanganan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
Kuat terhadap gaya-gaya benturan pada pemancangan
Bahan relatif tidak begitu berat
Dapat digunakan berulang-ulang
Mempunyai keawetan tinggi
Penyambungan mudah bila kedalaman turap besar
Dari US, tebalnya sekitar 0,4 in – 0,5 in dan dari Eropa ketebalannya lebih tipis
dan lebih lebar dengan bentuk penampangnya : z, deep arch, low arch dan
strigh web
of
Megawati / F111 15 052
Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15
B. Backfiled Structure
1. digali,
2. turap dipancang,
3. timbunan dan angker dipasang,
4. ditimbun hingga permukaan
b). Rigid SPW : umumnya terbuat dari beton, stabilitasnya tergantung pada
kekuatan strukturnya sendiri.
Turap menurut End Support
a). Free End Support
Turap dipancang pada kedalaman yang tidak terlalu besar sehingga garis
elastiknya sederhana
b). Fixed End Support
Turap dipancang pada kedalaman tertentu, sehingga tumpuan akhirnya dalam
keadaan terjepit (fixed position)
Gambar 1.9. Turap kantilever pada tanah berpasir (a) variasi diagram net pressure ; (b)
variasi momen
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 443)
Distribusi tegangan : tekanan dominan aktif dari kanan ke kiri pada bagian
atas dominan pasif dari kiri ke kanan pada bagian kaki.
Koefisien tekanan tanah aktif Rankine :
𝜑
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 − ) ( 1-1 )
2
dengan :
’ = berat volume tanah efektif = sat - w
Untuk menentukan net lateral pressure di bawah dredgeline sampai dengan
titik 0, perlu dihitung tekanan pasif dari water side dan tekanan aktifdari land
side.
Tekanan aktif pada kedalaman z :
𝜎𝑎′ = [ 𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 (𝑧 − 𝐿1 − 𝐿2 )]𝐾𝑎 ( 1-5 )
Tekanan pasif pada kedalaman z :
𝜎𝑝′ = 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿1 − 𝐿2 )𝐾𝑝 ( 1-6 )
dengan ;
Kp = koefisien tekanan tanah pasif
Kombinasi persamaan ( 1-5 ) dan ( 1-6 ) diperoleht:
𝜎 ′ = 𝜎𝑎′ − 𝜎𝑝′ = (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 )𝐾𝑎 − 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿1 − 𝐿2 ) 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎
= 𝜎2′ − 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿) 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 ( 1-7 )
dengan;
L = L1 + L2
Net Pressure (σ’), menjadi sama dengan nol pada kedalaman L3 di bawah
Dredge Line:
𝜎2′ − 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿) 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 = 0
atau
𝜎2′
(𝑧 − 𝐿) = 𝐿3 = ( 1-8 )
𝛾 ′ 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎
Pada bagian bawah turap tekanan pasif, 𝜎𝑝′ dari kanan ke kiri dan tekanan
aktif 𝜎𝑎′ berarah dari kiri ke kanan, sehingga pada z = L + D
𝜎𝑝′ = (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 + 𝛾 ′ 𝐷)𝐾𝑝 ( 1-10 )
Pada kedalaman yang sama :
𝜎𝑎′ = 𝛾 ′ 𝐷𝐾𝑝 ( 1-11 )
Tekanan lateral pada kaki turap :
𝜎𝑝′ − 𝜎𝑎′ = 𝜎4′ = (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 )𝐾𝑝 + 𝛾 ′ 𝐷 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎
= (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 )𝐾𝑝 + 𝛾 ′ 𝐿3 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 + 𝛾 ′ 𝐿4 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎
= 𝜎5′ + 𝛾 ′ 𝐿4 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 ( 1-12 )
Dengan : D = L3 + L4 ( 1-13 )
Syarat stabilitas turap :
Gaya horizontal = 0
Momen terhadap titik B = 0
Jumlah gaya horizontal = Luas diagram ACDE – Luas EFHB + Luas FHBG = 0
1 ′ 1 ( 1-14 )
𝑃− 𝜎3 𝐿4 + 𝐿5 (𝜎3′ + 𝜎4′ ) = 0
2 2
𝜎3′ 𝐿4 − 2𝑃
𝐿5 = ( 1-16 )
𝜎3′ + 𝜎4′
Dengan :
5
A1 = ( 1-18 )
' ( Kp Ka )
8P
A2 = ( 1-19 )
' ( Kp Ka )
A3 =
6 P 2 z ' ( Kp Ka) 5' ( 1-20 )
'2 ( Kp Ka)2
P(6 z 5' 4P)
A4 = ( 1-21 )
'2 ( Kp Ka)2
Langkah – langkah untuk mendapatkan diagram tegangan tanah :
1. Hitung Ka dan Kp
2. Hitung 𝜎1′ dan 𝜎2′ ; L1 dan L2 diketahui
3. Hitung L3
4. Hitung P
5. Hitung z
6. Hitung σ5
7. Hitung A1, A2, A3 dan A4
8. Hitung L4 (Eq 1-17) dengan cara trial and error
9. Hitung 𝜎4′
10. Hitung 𝜎5′
11. Hitung L5
12. Gambar pressure diagram
13. Teoretical depth diperoleh L3 + L4
Actual depth ditambah 20% - 30% Theoretical depth.
Kp
Beberapa designer menggunakan Kp(design) = ; FS berkisar 1,5 – 2,0
FS
2P
z’= ( 1-22 )
( Kp Ka) '
Jika titik gaya geser = 0 maka :
1 1
Mmax = P ( z + z’) - ' z ' ( Kp Ka ) z '
2
( 1-23 )
2 3
M max
Mmax diketahui, S = ( 1-24 )
all
Dimana : S = Section modulus sheet pile per satuan panjang
all = Allowable flexural stress of the sheet pile
p sat z L1 L2 K p 2c K p ( 1-26 )
Net pressure :
6 p a
P1 - 4c (L1 ' L 2)D L 44c (L1 ' L 2) 4c (L1 ' L 2) 0
1
2
Dengan, P1 = area diagram tekanan ACDE
D4c (L1 ' L2) P1
L4 = ( 1-31 )
4c
Mb = 0
D2 1 L
P1 (D + z1 ) - 4c (L1 ' L2) L4 8c 4 0 ( 1-32 )
2 2 3
Kombinasi persamaan ( 1-31 ) dan ( 1-32 ) diperoleh:
P1( P1 12cz1 )
D2 4c (L1 ' L 2) 2 DP1 0 ( 1-33 )
(L1 ' L 2) 2c
Langkah – langkah untuk mendapatkan diagram tekanan tanah :
1. Hitung Ka = tan2 (45 - /2) Granular soil
2. Hitung σ1 dan σ2
3. Hitung P1 dan z1
4. Gunakan persamaan ( 1-33 ) untuk mendapatkan D
5. Gunakan persamaan (1-31 ) untuk memperoleh L4
6. Hitung σ6 dan σ7
7. Gambar Pressure diagram
8. Dactual = 1,4 – 1,6 Dtheoretical
Mmax
Dredge line Point of inflection
Dredge line
D
D Sheet pile fixed
Sheet pile
at lower end
simply supported
( b)
(a)
Gambar 1.11. Variasi defleksi dan momen turap berangkur (a) metode free earth support ;
(b) metode fixed earth support
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 460)
1.3.1. Metode Free Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berpasir
σ1 = L1 Ka
σ2 = ( L1 + ’ L2) Ka
2
L3 = ;
' ( Kp Ka )
Pada z = L1 + L2 + L3 + L4, maka tekanan tanah menjadi :
σ8 = ’ (Kp - Ka) L4 ( 1-36 )
Syarat keseimbangan : Mo’ = 0 dan FH = 0
FH = 0 Luas ACDE – Luas EBF – F = 0
Dengan : F = Tension dalam tie rod / satuan panjang dinding (wall)
1
P- σ8 L4 – F = 0 atau
2
F=P-
1
' ( Kp Ka)L4 2 ( 1-37 )
2
Dengan P = diagram tekanan area ACDE
Mo’ = 0
-P ( L1 L 2 L3) ( z l1)
1
' ( Kp Ka)L 4 2 l2 L2 L3 2 L4 0
2 3
Atau :
3P( L1 L 2 L3) ( z l1)
L43 + 1,5L42 (l2 + L2 + L3) - =0 ( 1-38 )
' ( Kp Ka)
Eq. ( 1-38 ) dapat diselesaikan dengan cara tiral and error untuk menetukan nilai
L4:
Dteoritis = L3+L4
Dactual = 1,3 – 1,4Dteoritis ( 1-39 )
1.3.2. Metode Free Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berlempung
A
l1
L1 O F
Sand, γ, φ'
l2
Water level 1 C
z
Sand
L2
γsat, φ'
P1
z1
Dred g e line 2 D
E
Clay
Clay
γsat
D φ=0
c
F 6 B
Gambar 1.13. Turap berangkur pada tanah lempung
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 482)
σ1 = L1 Ka
σ2 = ( L1 + sat L2) Ka
σ6 = 4c – ( L1 + ’ L2)
Gaya angkur : F = P1 – σ6 D ( 1-41 )
Dengan :
P1 = Luas diagram tekanan tanah ACD
F = gaya pada angkur per satuan panjang
Mo’ =0
D
P1 (L1 + L2 – l1 – z 1) – σ6 D (l2 + L2 + )=0
2
Disederhanakan menjadi :
σ6D2 + 2 σ6 D (L1 + L2 – l2) – 2 P1 (L1 + L2 – l1 – z 1) = 0 ( 1-42 )
dari persamaan ( 1-42 ) dapat ditentukan kedalaman penetrasi teoritis ( Dteoritis)
Mmax diperoleh pada L1< z < L1 + L2. Kedalaman dimana geser = 0, maka
momen maksimum dapat ditentukan dengan persamaan ( 1-40 ).
1.3.3. Metode Fixed Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berpasir
A
l1
L1 O F
Anchor l Sand
Water table C
2
g,φ
1
Deflected
z
shape of
Sand
sheet pile L2
γsat
φ
2 D
L5 L5
I
L3 J P
E
D
H
F
B G
Gambar 1.4. Diagram tekanan tanah pada turap berangkur dengan metode
fixed earth support pada tanah berpasir
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 476)
Jika menggunakan Fixed Earth Support Method dalam analisis SPW asumsi
yang digunakan yaitu bahwa bagian bawah dari SPW tidak mengalami rotasi.
σ1 = L1 Ka ; σ2 = ( L1 + ’ L2) Ka
2
L3 = (sama seperti persamaan sebelumnya)
' ( Kp Ka )
Prosedur mendesain dinding turap berangkur (Cornfield, 1975) :
Langkah 1. Hitung L5 dengan menggunakan table berikut, sesuaikan dengan
harga
Placement of Anchors
Anchorage akan sia – sia jika anchor terletak didalam “Sliding Wedge” dari
backfill
Pemasangan anchor jangan pada “Unstable Ground”
Kapasitas anchor tidak maximal jika anchor terletak pada area dimana
“Active Wedge” dan “Passive Wedge” berinterferensi di depan anchor
Capacity of Deadman
A. Continuous Deadman Near Ground Surface
Continuous Deadman (CD) adalah deadman yang mempunyai L yang lebih
besar dari kedalamannya (H).
1 1
h’< to H
3 2
Tult = Pp - Pa
HX
H
1
O
H
H
Kp H Ka (dx)Ko
6
Ko Kp Ka H 3
(d)
Gambar 1.15. Berbagai tipe pengangkuran untuk turap: (a) plat angkur atau beam; (b)
tie back; (c) tiang berangkur vertikal; (d) anchor beam with batter piles
0.7
0.6
0.5 Pa
0.4
0.2
0.1
10 20 30 40 45
12
45
10
40
8
35
co 6
s
p 30
K
= 25
3
2
0 1 2 3 4 5
Kp sin δ’
(b)
Gambar 1.16. (a) Variasi nilai Ka (untuk = ); (b) variasi Kp cos dengan Kp sin
(menurut Ovesen dan Stromann, 1972)
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 489)
c = Undrained Cohesion
Gambar 1.17. (a) actual case untuk baris angkur; (b) variasi (Be-B)/(H+h) dengan (S’-
B)/(H+h) (menurut Ovesen dan Stromann, 1973)
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 490)
Tult
Fc = ;
Bh c
Dengan : Fc = Break Out Factor
Tult = Ultimate Resistance
Pult / Tult = 9 h2c (Square Anchor)
h
Tult = 9 Bhc 0,825 0,175 (Rectangular Anchor)
H
Atau
h
Tult = Bhc 7,425 1,575
B
Gambar 1.18. Angkur plat atau beam vertikal: displacement horisontal pada beban ultimit
(after Neeley dkk, 1973)
Untuk Square dan rectangular anchor dengan H/h (H/h)cr, ultimate
resistance dapat dihitung dengan persamaan :
H /h
( H / h)cr
H /h
= 0,41 + 0,59
Tult / cBh H / hcr
7,425 1,575h / B
Gambar 1.19. Permukaan runtuh pada tanah di sekeliling plat angkur vertikal:
(a) H/h relatif kecil (b) H/h > (H/h)cr
BAB II
PONDASI DALAM (TIANG)
B. Fungsi Fondasi
Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan
atau mentrasferkan beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke
lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Fondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain:
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak,
ke tanah pendukung yang kuat.
2. Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman
tertentu sehingga fondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang
cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan sisi tiang dengan tanah
disekitarnya.
Gambar 1. Jika tanah lapisan keras juga tidak dapat dicapai oleh tiang,
pondasi digunakan untuk menyalurkan beban secara bertahap.
Gambar 3. Jika ada gaya horizontal, digunakan untuk menahan gaya momen.
4. Dalam banyak kasus, tanah yang ekspansif dan kolapsibel dapat ditemukan
pada lokasi dimana struktur akan dibangun. Tanah seperti ini dapat meluas
pada kedalaman yang besar dibawah permukaan tanah. Tanah yang ekspansif
mengembang dan menyusut seturut dengan meningkatnya dan menurunnya
kadar air. Jika pondasi dangkal digunakan pada situasi seperti ini, maka
struktur akan menderita kerusakan yang tidak bias diabaikan.Tanah seperti
loess secara alami kolapsibel ketika kadar air dari tanah seperti ini
meningkatstrukturnya rusak (breakdown), sehingga mengakibatkan
settlement yang besar.
Gambar 6. Untuk pier abutments, karena akan ada erosi dari sungai.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang
dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition
( keadaan udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya
bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
memoles tiang baja tersebut dengan ter ( coaltar ) atau dengan sarung beton
sekurang-kurangnya 20” ( ± 60 cm ) dari muka air tanah terendah. Karat/korosi
yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang
terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi
baja biasa.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50
ton untuk setiap tiang, hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya.
Precast Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran,
segi empat, segi delapan dapat dilihat pada (Gambar 2.4).
Gambar 8. Tiang Pancang beton precast reinforced concrete pile. (Bowles, 1991)
c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan
cara membuat lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan
pengeboran. Pada Cast in Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Rumus umum :
𝑸𝒖 = 𝑸𝒑 + 𝑸𝒔 (Pers. 11.9 Braja M. Das. Hal. 554)
Tahap penyelesaian sebagai berikut:
a. Menghitung perlawanan ujung tiang (Qp)
Rumus umum :
Q p Ap q p Ap (cN c* q' N q* ) (Pers. 11.13 Braja M. Das. Hal. 556)
Dimana :
Ap = Luasan tiang
c = Kohesi tanah yang mendukung ujung tiang
q p = Titik unit perlawanan
q ' = Tekanan vertikal efektif
*
N , N q* = Faktor daya dukung
c
1) Metode Meyerhof
Pada tanah pasir, c = 0
𝑄𝑃 = 𝐴𝑃 𝑞𝑝 = 𝐴𝑃 . 𝑞 ′ 𝑥𝑁𝑞∗ ; 𝑄𝑝 ≤ 𝐴𝑝. 𝑞𝑙 (Pers.11.16 Braja M. Das. Hal. 556)
Pada tanah lempung, ∅= 0
𝑄𝑃 = 𝑁𝐶∗ 𝐶𝑢 𝐴𝑃 = 9𝐶𝑢 𝐴𝑃 (Pers.11.18 Braja M. Das. Hal. 559)
Dimana :
𝐶𝑢 = Kohesi tak terairi
𝐴𝑃 = Luasan tiang
𝑁𝑞∗ = Faktor daya dukung (Lihat tabel 11.15 Braja M.Das, hal 558)
𝑞 ′ = Tegangan vertikal efektif pada ujung tiang = 𝛾. 𝐿
𝑞1 = Tahanan titik pembatas = 0.5 𝑃𝑎 𝑁𝑞∗ 𝑡𝑎𝑛∅
2) Metode Vesic
Pada tanah pasir, c = 0
𝑄𝑃 = 𝐴𝑃 𝑞𝑝 = 𝐴𝑃 𝜎0′ 𝑁𝜎∗ (Pers.11.19 Braja M. Das. Hal. 560)
Dimana :
𝜎0′ = Tegangan efektif normal rata-rata pada ujung tiang
1+2𝐾𝑜
𝜎0′ = ( ) 𝑞′ (Pers.11.20 Braja M. Das. Hal. 560)
3
3) Metode Janbu
Qp = Ap (C . N*c + N*q . q) (Pers 8.29, Bowles (Hal 493).
1) Metode 𝝀
𝑓𝑎𝑣 = 𝜆(𝜎̅𝑜′ + 2𝐶𝑢 ) (Pers.11.51 Braja M. Das. Hal. 575)
Dimana:
𝜎̅𝑜′ = Nilai tengah tegangan vertikal efektif untuk seluruh panjang tiang
𝐶𝑢 = Kohesi tak terair, 𝜙 = 0
𝜆 = (Lihat tabel 11.9, Braja M.Das. Hal. 576)
2) Metode 𝜶
𝑓 = 𝛼. 𝐶𝑢 (Pers.11.53 Braja M. Das. Hal. 577)
Dimana :
𝛼 = faktor adhesion empiris (Lihat tabel 11.10, Braja M.Das Hal 577)
3) Metode 𝜷
Jika tiang disorongkan ke dalam lempung jenuh, tekanan air pori di sekitar
tiang akan meningkat. Kelebihan tekanan air pori ini pada lempung
terkonsolidasi normal bisa jadi sebesar 4-6 kali cu. Namun, di dalam satu
bulanan, tekanan ini perlahan-lahan berkurang. Maka tahanan gesek satuan
untuk tiang dapat ditentukan dengan mengacu pada parameter tegangan efektif
lempung dalam keadaan remolded (yaitu c = 0). Maka pada suatu kedalaman
tertentu,
𝑓 = 𝛽𝜎𝑣′ (Pers.11.56 Braja M. Das. Hal. 578)
Dimana :
𝜎𝑣′ = Tegangan vertikal efektif untuk kedalaman tertentu
𝛽 = 𝐾 tan 𝜙𝑅
𝜙𝑅 = Sudut gesek salur lempung remolded
𝐾 = Koefisien tekanan tanah
Nilai K dapat secara konservatif diambil sebagai koefisien tekanan tanah diam,
atau
𝐾 = 1 − 𝑠𝑖𝑛𝜙𝑅 (Pers.11.58 Braja M. Das. Hal. 578)
𝐾 = 1 − 𝑠𝑖𝑛𝜙𝑅 √𝑂𝐶𝑅 (Pers.11.59 Braja M. Das. Hal. 578)
Dimana:
𝑛1 = Jumlah tiang horizontal
𝑛1 = Jumlah tiang vertikal
Dimana :
𝑄𝑤𝑝 = Beban yang dipikul ujung tiang dibawah kondisi beban kerj
𝑄𝑤𝑠 = Beban yang dipikul kulit tiang di bawah kondisi beban kerja
𝐴𝑃 = Luas penampang tiang
𝐿 = Panjang tiang
Dimana:
𝐷 = Diameter tiang
𝑞𝑃 = Tahanan ujung tiang
𝐶𝑃 = Koefisien empiris, dapat dilihat pada tabel berikut:
Dimana:
𝐿 = Panjang tiang
𝐶𝑠 = Koefisien empiris
𝐿
𝐶𝑠 = (0.93 + 0.16√𝐷)𝐶𝑝 (Pers.11.79 Braja M. Das. Hal. 590)
Dimana:
𝐵𝑞 = Lebar tiang kelompok
𝐷 = Diameter satu tiang dalam kelompok
𝑆𝑒 = Penurunan elastik tiang tunggal