Anda di halaman 1dari 39

Rekayasa Pondasi II

Civil Engineering 15

BAB I
KONSTRUKSI TURAP

1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. Definisi Turap
Turap (sheet pile wall) adalah dinding menerus yang dibuat dengan cara
menghubungkan potongan-potongan/section yang saling mengunci (baja, beton
atau kayu) yang bertujuan untuk :
1. Menahan tekanan horisontal akibat tanah dan air
2. Menghasilkan stabilitas terhadap tekanan horisontal dari tanah yang
dipancang
3. Menghasilkan sokongan horisontal yang bersumber dari anchor yang yang
dipasang pada turap
1.1.2. Penggunaan Turap
Penggunaan turap antara lain adalah :
1. Melindungi struktur bangunan yang berhubungan dengan air (waterfront
structures) , misalnya pelabuhan, dock, shore protection works.
2. Sebagai konstruksi sementara seperti braced cut (galian yang tanahnya mudah
runtuh)
3. Penggunaan turap untuk melindungi sungai dari gerusan dan penahan tanah
pada tepi sungai

Berikut gambar contoh-contoh penggunaan turap :

Gambar 1.1.Penggunaan Turap pada struktur bangunan yang


berhubungan dengan air
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

1.1.3. Jenis-jenis Turap


Jenis-jenis turap dibedakan menurut bahan yang digunakan.
Bahan tersebut dapat bermacam-macam contohnya kayu, beton dan baja.
1. Turap Kayu
Turap kayu digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak begitu tinggi
karena tidak kuat menahan beban lateral yang besar. Turap kayu banyak
digunakan pada pekerjaan-pekerjaan sementara. Turap jenis ini tidak cocok
pada tanah berkerikil karena turap mudah pecah ketika dipancang.
Bentuk-bentuk dinding turap yang biasa digunakan planks, wakefield, tongue
and groove serta splineddan paku yang digunakan adalah dari bahan
baja/logam

Turap Kayu :

Ukuran Umum 50x30 cm

(pek. sementara diatas MAT)

Gambar 1.2. Turap kayu dan sambungan-sambungannya


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 438)

2. Turap Beton
Merupakan balok-balok beton yang telah dicetak dengan bentuk tertentu, yang
dibuat saling kait mengait satu sama lain. Ujung bawah biasanya dibuat
meruncing untuk memudahkan pemancangan.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Gambar 1.3. Turap Beton


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering)

Digunakan untuk konstruksi yang berat dan permanen dan biasanya diberi
perkuatan. Turap jenis ini harus mampu menahan tegangan yang timbul
selama pelaksanaan konstruksi dan setelah konstruksi selesai. Tebalnya 150 –
200 mm dan lebarnya 500 - 800 mm

3. Turap Baja
Turap baja umum digunakan karena berbagai keuntungan dan kemudahan
dalam penanganan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
 Kuat terhadap gaya-gaya benturan pada pemancangan
 Bahan relatif tidak begitu berat
 Dapat digunakan berulang-ulang
 Mempunyai keawetan tinggi
 Penyambungan mudah bila kedalaman turap besar

Dari US, tebalnya sekitar 0,4 in – 0,5 in dan dari Eropa ketebalannya lebih tipis
dan lebih lebar dengan bentuk penampangnya : z, deep arch, low arch dan
strigh web

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Gambar 1.4. Penampang Turap Baja


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 439)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

( a) koneksi Thumb & finger

( b) koneksi Ball & socket

Gambar 1.5. Interlock dan Tegangan Ijin Dari Turap Baja


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 439)

Turap menurut metode konstruksinya


Metode pelaksanaan konstruksi (Tsinker, 1983) untuk backfilled structure dan
dredged structure.
A. Dredged Structure
1. turap dipancang
2. diberi timbunan dan angker dipasang
3. ditimbun hingga permukaan
4. bagian depan di gali

Gambar 1.6. Urutan pelaksanaan konstruksi dredged structur

(Sumber : Braja M. Das Principle Foundation Engineering, Hal 441)

of
Megawati / F111 15 052
Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

B. Backfiled Structure
1. digali,
2. turap dipancang,
3. timbunan dan angker dipasang,
4. ditimbun hingga permukaan

Gambar 1.7. Urutan pelaksanaan konstruksi backfilled


structure
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 442)

Turap menurut tipe struktur dan pola beban


a). Cantilever sheet pile wall
Stabilitasnya secara penuh tergantung pada kekuatan tanah yang dipancang
terhadap tekanan tanah lateral.
b). Anchored sheet pile wall
Stabilitasnya tergantung tidak hanya pada kedalaman pemancangan tetapi juga
kepada angkur.
Turap menurut materialnya
a). Flexible SPW : umumnya terbuat dari baja, stabilitasnya tergantung pada
kedalaman pemancangan dan angkur

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

b). Rigid SPW : umumnya terbuat dari beton, stabilitasnya tergantung pada
kekuatan strukturnya sendiri.
Turap menurut End Support
a). Free End Support
Turap dipancang pada kedalaman yang tidak terlalu besar sehingga garis
elastiknya sederhana
b). Fixed End Support
Turap dipancang pada kedalaman tertentu, sehingga tumpuan akhirnya dalam
keadaan terjepit (fixed position)

1.2. DESAIN TURAP KANTILEVER


1.2.1. Turap Kantilever Pada Tanah Berpasir

Gambar. 1.8. Turap kantilever pada tanah pasir


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 443)

Turap kantilever direkomendasikan untuk dinding dengan tinggi menengah


yaitu 6 m atau kurang, diukur dari dredged line. Gambar 1.10 menunjukkan
distribusi tekanan lateral pada turap kantilever pada tanah pasir. Dinding turap
berotasi pada titik O. Karena tekanan hidrostatis pada kedalaman manapun dari
kedua sisi dinding turap saling meniadakan, hanya dipertimbangkan tekanan
tanah lateral efektif. Pada zona A, tekanan lateral hanya tekanan aktif dari tanah.
Pada zona B, ada tekanan aktif dari tanah dan tekanan pasif dari air. Kondisi
sebaliknya pada zona C, di bawah titik rotasi O. Distribusi tekanan aktual netto
pada gambar (b), dan disederhanakan dengan gambar (c).

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Gambar 1.9. Turap kantilever pada tanah berpasir (a) variasi diagram net pressure ; (b)
variasi momen
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 443)

Distribusi tegangan : tekanan dominan aktif dari kanan ke kiri pada bagian
atas dominan pasif dari kiri ke kanan pada bagian kaki.
Koefisien tekanan tanah aktif Rankine :
𝜑
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 − ) ( 1-1 )
2

Koefisien tekanan tanah pasif Rankine :


𝜑
𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛2 (45 + ) ( 1-2 )
2

Tekanan aktif pada kedalaman z = L1


𝜎1 ′ = 𝛾 𝐿1 𝐾𝑎 ( 1-3 )
dengan :
Ka = koefisien tekanan tanah aktif Rankine
 = berat volume tanah di atas muka air tanah
Untuk tekanan tanah aktif pada kedalam z = L1 + L2
𝜎2 ′ = (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 )𝐾𝑎 ( 1-4 )

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

dengan :
’ = berat volume tanah efektif = sat - w
Untuk menentukan net lateral pressure di bawah dredgeline sampai dengan
titik 0, perlu dihitung tekanan pasif dari water side dan tekanan aktifdari land
side.
Tekanan aktif pada kedalaman z :
𝜎𝑎′ = [ 𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 (𝑧 − 𝐿1 − 𝐿2 )]𝐾𝑎 ( 1-5 )
Tekanan pasif pada kedalaman z :
𝜎𝑝′ = 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿1 − 𝐿2 )𝐾𝑝 ( 1-6 )
dengan ;
Kp = koefisien tekanan tanah pasif
Kombinasi persamaan ( 1-5 ) dan ( 1-6 ) diperoleht:
𝜎 ′ = 𝜎𝑎′ − 𝜎𝑝′ = (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 )𝐾𝑎 − 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿1 − 𝐿2 ) 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎
= 𝜎2′ − 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿) 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 ( 1-7 )
dengan;
L = L1 + L2
Net Pressure (σ’), menjadi sama dengan nol pada kedalaman L3 di bawah
Dredge Line:
𝜎2′ − 𝛾 ′ (𝑧 − 𝐿) 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 = 0
atau
𝜎2′
(𝑧 − 𝐿) = 𝐿3 = ( 1-8 )
𝛾 ′ 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎

Kemiringan garis DEF : (Kp – Ka) ’, sehingga:


̅̅̅̅
𝐻𝐵 = 𝜎3′ = 𝐿4 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 𝛾 ′ ( 1-9 )

Pada bagian bawah turap tekanan pasif, 𝜎𝑝′ dari kanan ke kiri dan tekanan
aktif 𝜎𝑎′ berarah dari kiri ke kanan, sehingga pada z = L + D
𝜎𝑝′ = (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 + 𝛾 ′ 𝐷)𝐾𝑝 ( 1-10 )
Pada kedalaman yang sama :
𝜎𝑎′ = 𝛾 ′ 𝐷𝐾𝑝 ( 1-11 )
Tekanan lateral pada kaki turap :
𝜎𝑝′ − 𝜎𝑎′ = 𝜎4′ = (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 )𝐾𝑝 + 𝛾 ′ 𝐷 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎
= (𝛾𝐿1 + 𝛾 ′ 𝐿2 )𝐾𝑝 + 𝛾 ′ 𝐿3 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 + 𝛾 ′ 𝐿4 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎
= 𝜎5′ + 𝛾 ′ 𝐿4 𝐾𝑝 − 𝐾𝑎 ( 1-12 )

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Dengan : D = L3 + L4 ( 1-13 )
Syarat stabilitas turap :
 Gaya horizontal = 0
 Momen terhadap titik B = 0
Jumlah gaya horizontal = Luas diagram ACDE – Luas EFHB + Luas FHBG = 0

1 ′ 1 ( 1-14 )
𝑃− 𝜎3 𝐿4 + 𝐿5 (𝜎3′ + 𝜎4′ ) = 0
2 2

Dengan P = area diagram tekanan bidang ACDE,


Jumlah momen terhadap B :
1 𝐿4 1 𝐿5 ( 1-15 )
𝑃(𝐿4 + 𝑧) − 𝐿 𝜎′ + 𝐿4 (𝜎3′ + 𝜎4′ ) =0
2 4 3 3 2 3
Dari Persamaan 1-14, diperoleh :

𝜎3′ 𝐿4 − 2𝑃
𝐿5 = ( 1-16 )
𝜎3′ + 𝜎4′

Kombinasi persamaan (1-9), (1-12), (1-15) dan (1-16) didapat :


L44 + A1 L43 – A2 L42 – A3 L4 – A4 = 0 ( 1-17 )

Dengan :
5
A1 = ( 1-18 )
 ' ( Kp  Ka )
8P
A2 = ( 1-19 )
 ' ( Kp  Ka )

A3 =

6 P 2 z ' ( Kp  Ka)   5'  ( 1-20 )
 '2 ( Kp  Ka)2
P(6 z 5'  4P)
A4 = ( 1-21 )
 '2 ( Kp  Ka)2
Langkah – langkah untuk mendapatkan diagram tegangan tanah :
1. Hitung Ka dan Kp
2. Hitung 𝜎1′ dan 𝜎2′ ; L1 dan L2 diketahui
3. Hitung L3
4. Hitung P

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

5. Hitung z
6. Hitung σ5
7. Hitung A1, A2, A3 dan A4
8. Hitung L4 (Eq 1-17) dengan cara trial and error
9. Hitung 𝜎4′
10. Hitung 𝜎5′
11. Hitung L5
12. Gambar pressure diagram
13. Teoretical depth diperoleh L3 + L4
Actual depth ditambah 20% - 30% Theoretical depth.
Kp
Beberapa designer menggunakan Kp(design) = ; FS berkisar 1,5 – 2,0
FS

Maximum Bending Moment (Mmax)


Mmax terjadi pada gaya geser = 0 (pada E – F’)
1
P = 2 (z’)2 (Kp – Ka) ’

2P
z’= ( 1-22 )
( Kp  Ka) '
Jika titik gaya geser = 0 maka :
1  1 
Mmax = P ( z + z’) -   ' z ' ( Kp  Ka ) z ' 
2
( 1-23 )
2  3 
M max
Mmax diketahui, S = ( 1-24 )
all
Dimana : S = Section modulus sheet pile per satuan panjang
all = Allowable flexural stress of the sheet pile

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

1.2.3. Turap Kantilever pada Tanah Berlempung

Gambar 1.10. Turap kantilever pada tanah lempung


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 453)

 Pada kedalaman z > L1 + L2, diatas titik rotasi O :

 a  L1   ' L2  sat( z  L1  L2)Ka  2c Ka ( 1-25 )

 p   sat z  L1  L2 K p  2c K p ( 1-26 )

Net pressure :
 6   p  a

  sat z  L1  L2   2c  L1   ' L2   sat z  L1  L2   2c

 4c  L1   ' L2  ( 1-27 )


Pada bagian bawah turap, tekanan pasif dari kanan ke kiri adalah :
 p  L1   ' L2   sat D   2c ( 1-28 )

tekanan aktif dari kiri ke kanan adalah:


 a   sat D  2c ( 1-29 )

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Sehingga, net pressure adalah :


7   p  a

 4c  L1   ' L2  ( 1-30 )


 Untuk analisi kesetimbangan, FH = 0  Luas diagram ACDE – Luas EFIB
+ Luas GIH = 0, atau

P1 - 4c  (L1   ' L 2)D  L 44c  (L1   ' L 2)  4c  (L1   ' L 2)  0
1
2
Dengan, P1 = area diagram tekanan ACDE
D4c  (L1   ' L2)  P1
L4 = ( 1-31 )
4c
  Mb = 0
D2 1 L 
P1 (D + z1 ) - 4c  (L1   ' L2)  L4 8c  4   0 ( 1-32 )
2 2  3
Kombinasi persamaan ( 1-31 ) dan ( 1-32 ) diperoleh:
P1( P1  12cz1 )
D2 4c  (L1   ' L 2)  2 DP1  0 ( 1-33 )
(L1   ' L 2)  2c
Langkah – langkah untuk mendapatkan diagram tekanan tanah :
1. Hitung Ka = tan2 (45 - /2)  Granular soil
2. Hitung σ1 dan σ2
3. Hitung P1 dan z1
4. Gunakan persamaan ( 1-33 ) untuk mendapatkan D
5. Gunakan persamaan (1-31 ) untuk memperoleh L4
6. Hitung σ6 dan σ7
7. Gambar Pressure diagram
8. Dactual = 1,4 – 1,6 Dtheoretical

 Maximum Bending Moment


Momen maksimum terjadi pada daerah L1 + L2< z< L1 + L2 + L3
Gunakan sistem koordinat yang baru z’, untuk gaya geser = 0 :
P1
P1 – σ6 z’ = 0  z’ = ( 1-34 )
6

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Momen maksimum dapat dihitung dengan menggunakan persamaam :


1
Mmax = P1 (z’ + z 1) - σ6 z’2 ( 1-35 )
2

1.3. TURAP DENGAN ANGKUR


Pada turap dengan tinggi tanah timbunan melampaui 6 m, maka akan lebih
ekonomis untuk mengikat turap di dekat bagian atas dinding turap. Hal ini biasa
disebut dengan turap berangkur (anchored sheet pile wall atau anchored bulkhead).
Pemakaian angkur meminimalkan kedalaman pancang yang diperlukan dan
mengurangi besarnya penampang dan berat turap yang diperlukan pada konstruksi.
Ada dua metode dasar dalam melaksanakan turap berangkur: (a) free earth
support methode dan (b) fixed earth support methode. Gambar di bawah
menunjukkan asumsi defleksi turap yang dirancang menggunakan dua metode
tersebut.

Anchor tie rod Anchor tie rod


Moment
Water
Water
table
table Moment Mmax
Deflection

Mmax
Dredge line Point of inflection
Dredge line

D
D Sheet pile fixed
Sheet pile
at lower end
simply supported
( b)
(a)

Gambar 1.11. Variasi defleksi dan momen turap berangkur (a) metode free earth support ;
(b) metode fixed earth support
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 460)

Free earth support metode adalah metode dengan kedalaman pentrasi


minimum. Di bawah dredged line tidak ada pivot point untuk sistem statik. Variasi
bending moment terhadap kedalaman dari kedua metode tersebut juga ditunjukkan
pada gambar tersebut.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

1.3.1. Metode Free Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berpasir

Gambar 1.12. Turap berangkur pada tanah berpasir


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 461)

σ1 =  L1 Ka
σ2 = ( L1 + ’ L2) Ka
2
L3 = ;
 ' ( Kp  Ka )
Pada z = L1 + L2 + L3 + L4, maka tekanan tanah menjadi :
σ8 = ’ (Kp - Ka) L4 ( 1-36 )
Syarat keseimbangan :  Mo’ = 0 dan  FH = 0
 FH = 0  Luas ACDE – Luas EBF – F = 0
Dengan : F = Tension dalam tie rod / satuan panjang dinding (wall)
1
P- σ8 L4 – F = 0 atau
2

F=P-
1
 ' ( Kp  Ka)L4 2 ( 1-37 )
2
Dengan P = diagram tekanan area ACDE

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

 Mo’ = 0

-P ( L1  L 2  L3)  ( z  l1) 
1
 ' ( Kp  Ka)L 4 2  l2  L2  L3  2 L4   0
2  3 
Atau :
3P( L1  L 2  L3)  ( z  l1)
L43 + 1,5L42 (l2 + L2 + L3) - =0 ( 1-38 )
 ' ( Kp  Ka)
Eq. ( 1-38 ) dapat diselesaikan dengan cara tiral and error untuk menetukan nilai
L4:
Dteoritis = L3+L4
Dactual = 1,3 – 1,4Dteoritis ( 1-39 )

Maximum Bending Moment


Momen maksimum teoritis pada turap akanterjadi antaraz =L1dan z = L1 + L2
Kedalaman dimana terjadi gaya geser = 0 dapat diperoleh melalui persamaan:
 1 L1  F   1' z  L1   K a ' z  L1 2  0
1 ' 1
( 1-40 )
2 2
Jika nilai z telah diketahui, menentukan momen maksimum akan lebih mudah
untuk ditentukan

1.3.2. Metode Free Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berlempung
A

l1
L1 O F

Sand, γ, φ'
l2
Water level 1 C

z
Sand

L2
γsat, φ'
P1

z1

Dred g e line 2 D
E

Clay
Clay
γsat
D φ=0
c

F 6 B
Gambar 1.13. Turap berangkur pada tanah lempung
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 482)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

σ1 =  L1 Ka
σ2 = ( L1 + sat L2) Ka
σ6 = 4c – ( L1 + ’ L2)
Gaya angkur : F = P1 – σ6 D ( 1-41 )
Dengan :
P1 = Luas diagram tekanan tanah ACD
F = gaya pada angkur per satuan panjang
 Mo’ =0
D
P1 (L1 + L2 – l1 – z 1) – σ6 D (l2 + L2 + )=0
2
Disederhanakan menjadi :
σ6D2 + 2 σ6 D (L1 + L2 – l2) – 2 P1 (L1 + L2 – l1 – z 1) = 0 ( 1-42 )
dari persamaan ( 1-42 ) dapat ditentukan kedalaman penetrasi teoritis ( Dteoritis)
Mmax diperoleh pada L1< z < L1 + L2. Kedalaman dimana geser = 0, maka
momen maksimum dapat ditentukan dengan persamaan ( 1-40 ).

1.3.3. Metode Fixed Earth Support Untuk Turap Pada Tanah Berpasir
A

l1
L1 O F
Anchor l Sand
Water table C
2
g,φ
1

Deflected
z
shape of
Sand
sheet pile L2
γsat
φ

2 D
L5 L5
I
L3 J P
E

D
H
F

B G
Gambar 1.4. Diagram tekanan tanah pada turap berangkur dengan metode
fixed earth support pada tanah berpasir
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 476)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Jika menggunakan Fixed Earth Support Method dalam analisis SPW asumsi
yang digunakan yaitu bahwa bagian bawah dari SPW tidak mengalami rotasi.
σ1 =  L1 Ka ; σ2 = ( L1 + ’ L2) Ka
2
L3 = (sama seperti persamaan sebelumnya)
 ' ( Kp  Ka )
Prosedur mendesain dinding turap berangkur (Cornfield, 1975) :
Langkah 1. Hitung L5 dengan menggunakan table berikut, sesuaikan dengan
harga 

Langkah 2. Hitung jarak eqivalen


L’ = l2 + L2 + L5 ( 1-43 )
Langkah 3. Hitung beban total (W). Diagram tekanan area antara O’ dan I
Langkah 4. Hitung momen maksimum
WL '
M max  ( 1-44 )
8
Langkah 5. Hitung P’ dengan momen pada titik O’ atau
1
P'  (momen dari area ACDJI pada titik O’) ( 1-45 )
L'
Langkah 6. Hitung kedalaman penetrasi ( D )
6 P'
D  L5  1,2
K p  K a  '
( 1-46 )

Langkah 7. Hitung gaya angkur per satuan panjang, F. dengan mengambil


momen pada titik I. Atau
1
F (momen dari area ACDJI pada titik I) ( 1-47 )
L'

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

1.4. DESAIN ANGKUR


Tipe – tipe Angkur yang umum digunakan pada sheet pile wall :
 Anchor Plates dan Beams (deadman), terbuat dari blok beton
 Tie Backs, batang / cable ditempatkan pada lubang + concrete grout
 Vertical Anchor Piles, anchor terbuat dari pile
 Anchor Beams yang ditopang oleh batter piles

Placement of Anchors
 Anchorage akan sia – sia jika anchor terletak didalam “Sliding Wedge” dari
backfill
 Pemasangan anchor jangan pada “Unstable Ground”
 Kapasitas anchor tidak maximal jika anchor terletak pada area dimana
“Active Wedge” dan “Passive Wedge” berinterferensi di depan anchor

Capacity of Deadman
A. Continuous Deadman Near Ground Surface
Continuous Deadman (CD) adalah deadman yang mempunyai L yang lebih
besar dari kedalamannya (H).
1 1
h’< to H
3 2
Tult = Pp - Pa

B. Short Deadmen Near Ground Surface


Total Earth Pressure pada tanah granular :

HX
   
H
1

O
H
H
Kp  H Ka (dx)Ko 
6
Ko Kp  Ka H 3

 Experiment membuktikan, pada saat runtuh (failure), tanah dimuka


“deadman” mengalami keruntuhan yang membentuk bidang a d b b’d a’
yang lebih panjang dari deadman (L)
 Permukaan gelincir pada ujung deadman adalah kurva a b d e dan a’ b’ d’
e’
 Tahanan terhadap gelincir sepanjang permukaan abde dan a’ b’ d’ e’ lebih
kecil dari tahanan gelincir sepanjang bidang vertikal a b e dan a’ b’ e’

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

(d)

Gambar 1.15. Berbagai tipe pengangkuran untuk turap: (a) plat angkur atau beam; (b)
tie back; (c) tiang berangkur vertikal; (d) anchor beam with batter piles

 Menurut Teng (1962) :

Tult = L (Pp – Pa) +


1
3
K o  
Kp  Ka H 3 tan   Granular soil

Tult = L (Pp – Pa) + qu H2  Cohesive soil


Dimana : qu = Unconfined Compression Strength

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

 Menurut Ovesen dan Stromann (1972) :


A. Step 1 :
T’ult = ½  H2 (Kp cos  - Ka cos )
Dimana : Ka= Koefisien tekanan tanah aktif dengan  = 
Kp = Koefisien tekanan tanah pasif
Untuk menghitung Kp cos , Kp sin  dihitung dahulu :
1
W  H 2 Ka sin 
W  Pa sin  2
Kp sin  = 
1 1
H 2
H 2
2 2
B. Step 2 : (Strip Case)
 
 Cov  1 
T’ult (s) =  T ' ult
 Cov  H 
 h 
T’ult (s) = Ultimate resistance for strip case
Cov = 19  Dense sand ; 114  Loose sand

C. Step 3 : (Actual Case)


Tult = T’ult (s) * Be
Be = Lebar equivalen
Be adalah fungsi dari S’ (spasi anchor), B, H dan h
Tult
Tallowable =  SF dianjurkan 2
SF
T all
S’ =  F = gaya persatuan panjang SPW
F

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

0.7

0.6
0.5 Pa

0.4

0.3 Arc of lo g spiral


a
K

0.2

0.1
10 20 30 40 45

Soil friction angle, (deg)


(a)
14

12
45
10
40
8
35
co 6
s
p 30
K

= 25
3

2
0 1 2 3 4 5
Kp sin δ’
(b)

Gambar 1.16. (a) Variasi nilai Ka (untuk  = ); (b) variasi Kp cos  dengan Kp sin 
(menurut Ovesen dan Stromann, 1972)
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 489)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Ultimate Resistance Dari Pelat dan Beam Anchor Pada Clay ( = 0)


Bila sebuah pelat anchor memiliki dimensi hx B tertanam pada kedalaman H.
Pola keruntuhan dari sebuah pelat anchor akan sebagai berikut :
H
  = 4,7 + 2,9 * 10-3 c  7  Anchor bujur sangkar B/h = 1
 h  cr  s

H H   B  H


  =   0,9  0,1   1,3   Anchor persegi B/h  1
 h  cr  R  h  cr  S   h   h  cr  S

c = Undrained Cohesion

Gambar 1.17. (a) actual case untuk baris angkur; (b) variasi (Be-B)/(H+h) dengan (S’-
B)/(H+h) (menurut Ovesen dan Stromann, 1973)
(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 490)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

 Tult 
Fc =   ;
 Bh c 
Dengan : Fc = Break Out Factor
Tult = Ultimate Resistance
Pult / Tult = 9 h2c (Square Anchor)

 h 
Tult = 9 Bhc 0,825  0,175  (Rectangular Anchor)
  H 
Atau
  h 
Tult = Bhc 7,425  1,575 
  B 

Gambar 1.18. Angkur plat atau beam vertikal: displacement horisontal pada beban ultimit
(after Neeley dkk, 1973)
Untuk Square dan rectangular anchor dengan H/h  (H/h)cr, ultimate
resistance dapat dihitung dengan persamaan :
 H /h 
 ( H / h)cr 
   H /h 
= 0,41 + 0,59  
Tult / cBh  H / hcr 
7,425  1,575h / B 

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Gambar 1.19. Permukaan runtuh pada tanah di sekeliling plat angkur vertikal:
(a) H/h relatif kecil (b) H/h > (H/h)cr

Ultimate Resistance of Tie Backs


Tult =  d l  v ' K tan  (Sandy Soil)

 v' = Tegangan vertikal rata-rata efektif


K  Dipakai Ko bila concrete grout dipasang under pressure
Tult =  d l ca (Clay soil)
2
Ca = adhesion, dapat didekati dengan c
3

Gambar 1.20 Parameter-parameter untuk penentuan tahanan ultimit tie backs


(Sumber : Braja M. Das Principle of Foundation Engineering, Hal 496)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

BAB II
PONDASI DALAM (TIANG)

2.1 LANDASAN TEORI


A. Pengertian Pondasi
Fondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat
terletak sangat dalam. Fondasi tiang juga digunakan untuk mendukung bangunan
yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat
tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin. Selain
itu, tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung bangunan dermaga,
dimanapada bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan kapal
dan gelombang air.(Harry Cristadi, 2011)
Tiang pancang merupakan batang-batang struktur yang terbuat dari baja,
beton, dan kayu. Digunakan untuk membangun pondasi tiang pancang, yang
mana dalam dan membutuhkan dana lebih dibandingkan pondasi dangkal.
Meskipun membutuhkan dana besar, penggunaan tiang pancang sering dianggap
perlu untuk menjamin keamanan structural. Daftar berikut mengidentifikasikan
beberapa kondisi yang mensyaratkan dibutuhkannya pondasi tiang pancang
(Vesic, 1977).

B. Fungsi Fondasi
Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan
atau mentrasferkan beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke
lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Fondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain:
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak,
ke tanah pendukung yang kuat.
2. Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman
tertentu sehingga fondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang
cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan sisi tiang dengan tanah
disekitarnya.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas


akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.
4. Untuk menahan gaya-gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring.
5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut
bertambah.
6. Untuk mendukung fondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah
tergerus air. .(Harry Cristadi, 2011)
Daftar berikut mengidentifikasikan beberapa kondisi yang mensyaratkan
dibutuhkannya fondasi tiang pancang (Vesic, 1977)
1. Ketika bagian tanah lapisan bagian atas sangatlah kompressibel dan terlalu
lemah untuk mendukung beban yang disalurkan oleh superstruktur, sehingga
tiang pancang digunakan untuk menyalurkan beban kelapisan batu dasar atau
lapisan tanah yang lebih keras (kuat).

Gambar 1. Jika tanah lapisan kerasnya letaknya dikedalaman, beban


ditransfer ke tanah keras.

2. Ketika batuan dasar (bedrock) tidak didapatkan pada kedalaman yang


beralasan, tiang pancang digunakan untuk menyalurkan beban struktur secara
gradual (bertahap). Perlawanan yang dipakai oleh beban struktur secara
umum (sebagian besar) diperoleh oleh gesekan antara tanah dan permukaan
tiang pancang.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Gambar 1. Jika tanah lapisan keras juga tidak dapat dicapai oleh tiang,
pondasi digunakan untuk menyalurkan beban secara bertahap.

3. Ketika menerima gaya horizontal, pondasi tiang pancang melakukan


perlawanan dengan melentur sementara, tetap mendukung beban vertikal
yang disalurkan oleh superstruktur.Tipe seperti ini diatasi dengan desain dan
konstruksi dari struktur penahan tanah dan pondasi untuk gedung bertingkat
banyak yang dikhususkan untuk menerima beban angin yang besar dan
tekanan (gaya) gempa.

Gambar 3. Jika ada gaya horizontal, digunakan untuk menahan gaya momen.

4. Dalam banyak kasus, tanah yang ekspansif dan kolapsibel dapat ditemukan
pada lokasi dimana struktur akan dibangun. Tanah seperti ini dapat meluas
pada kedalaman yang besar dibawah permukaan tanah. Tanah yang ekspansif
mengembang dan menyusut seturut dengan meningkatnya dan menurunnya
kadar air. Jika pondasi dangkal digunakan pada situasi seperti ini, maka
struktur akan menderita kerusakan yang tidak bias diabaikan.Tanah seperti
loess secara alami kolapsibel ketika kadar air dari tanah seperti ini
meningkatstrukturnya rusak (breakdown), sehingga mengakibatkan
settlement yang besar.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Gambar 4. Jika terdapat tanah ekspansif yang cukup tebal.


Sehingga struktur harus dijaga dari naik turunnya muka tanah.

5. Pondasi dari beberapa struktur, seperti menara transmisi, platformoffshore,


dan pondasi ruang bawah tanah dibawah muka air tanah akan menerima gaya
angkat, sehingga pondasi tiang pancang melawan gaya ini

Gambar 5. Jika gaya tarik ke atas sangat besar

6. Abutment dari jembatan biasanya dikonstruksi diatas pondasi tiang pancang


untuk menghindari kemungkinan hilangnya daya dukung tanah akibat
penggunaan pondasi dangkal oleh erosi tanah pada permukaan.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Gambar 6. Untuk pier abutments, karena akan ada erosi dari sungai.

C. Tipe-Tipe Tiang Pancang dan Karakteristik Strukturalnya


1. Tiang pancang baja.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat
dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti
halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan
sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang
dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap tekstur
tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembapan tanah.
a. Pada tanah yang memiliki tekstur tanah yang kasar/kesap, maka karat
yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oksigen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi
karena terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah
yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir
tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang
pancang baja.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang
dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition
( keadaan udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya
bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
memoles tiang baja tersebut dengan ter ( coaltar ) atau dengan sarung beton
sekurang-kurangnya 20” ( ± 60 cm ) dari muka air tanah terendah. Karat/korosi
yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang
terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi
baja biasa.

Gambar 7. Tiang pancang baja


2. Beton
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti biasanya. Tiang
pancang ini dapat dibagi dalam 3 macam berdasarkan cara pembuatannya
(Bowles, 1991), yaitu:
a. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang
setelah cukup keras kemudian diangkat dan dipancangkan. Karena
tegangan tarik beton kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri beton besar, maka tiang pancang ini harus
diberikan penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50
ton untuk setiap tiang, hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya.
Precast Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran,
segi empat, segi delapan dapat dilihat pada (Gambar 2.4).

Gambar 8. Tiang Pancang beton precast reinforced concrete pile. (Bowles, 1991)

b. Precast Prestressed Concrete Pile


Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang
pancang beton yang dalam pelaksanaan pencetakannya sama seperti
pembuatan beton prestess, yaitu dengan menarik besi tulangannya ketika
dicor dan dilepaskan setelah beton mengeras seperti dalam (Gambar 2.5).
Untuk tiang pancang jenis ini biasanya dibuat oleh pabrik yang khusus
membuat tiang pancang, untuk ukuran dan panjangnya dapat dipesan
langsung sesuai dengan yang diperlukan.

Gambar 9. Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile


(Bowles, 1991)

c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan
cara membuat lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan
pengeboran. Pada Cast in Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

a. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi


dengan beton dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik keatas.
b. Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton sedangkan pipa baja tersebut tetap tinggal di dalam
tanah.
3. Kayu
Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya
telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong
dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang
ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam
tanah yang sangat lembek. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan
sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus
menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan
tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah
busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di
bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau
busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.
Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk
kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, akan
tetapi tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang
pancang kayu biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari
25 sampai 30 ton untuk setiap tiang. Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk
daerah rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu
seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk di gunakan sebagai
tiang pancang.

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

2.2 ANALISA RUMUS


Untuk mengetahui daya dukung tiang (Qu), terdapat 2 tahap penyelesaian, yaitu:
a. Menghitung perlawanan ujung tiang (Qp)
b. Menghitung perlawanan kulit tiang (Qs)

Rumus umum :
𝑸𝒖 = 𝑸𝒑 + 𝑸𝒔 (Pers. 11.9 Braja M. Das. Hal. 554)
Tahap penyelesaian sebagai berikut:
a. Menghitung perlawanan ujung tiang (Qp)
Rumus umum :
Q p  Ap q p  Ap (cN c*  q' N q* ) (Pers. 11.13 Braja M. Das. Hal. 556)
Dimana :
Ap = Luasan tiang
c = Kohesi tanah yang mendukung ujung tiang
q p = Titik unit perlawanan
q ' = Tekanan vertikal efektif
*
N , N q* = Faktor daya dukung
c

1) Metode Meyerhof
Pada tanah pasir, c = 0
𝑄𝑃 = 𝐴𝑃 𝑞𝑝 = 𝐴𝑃 . 𝑞 ′ 𝑥𝑁𝑞∗ ; 𝑄𝑝 ≤ 𝐴𝑝. 𝑞𝑙 (Pers.11.16 Braja M. Das. Hal. 556)
Pada tanah lempung, ∅= 0
𝑄𝑃 = 𝑁𝐶∗ 𝐶𝑢 𝐴𝑃 = 9𝐶𝑢 𝐴𝑃 (Pers.11.18 Braja M. Das. Hal. 559)
Dimana :
𝐶𝑢 = Kohesi tak terairi
𝐴𝑃 = Luasan tiang
𝑁𝑞∗ = Faktor daya dukung (Lihat tabel 11.15 Braja M.Das, hal 558)
𝑞 ′ = Tegangan vertikal efektif pada ujung tiang = 𝛾. 𝐿
𝑞1 = Tahanan titik pembatas = 0.5 𝑃𝑎 𝑁𝑞∗ 𝑡𝑎𝑛∅

2) Metode Vesic
Pada tanah pasir, c = 0
𝑄𝑃 = 𝐴𝑃 𝑞𝑝 = 𝐴𝑃 𝜎0′ 𝑁𝜎∗ (Pers.11.19 Braja M. Das. Hal. 560)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

Dimana :
𝜎0′ = Tegangan efektif normal rata-rata pada ujung tiang
1+2𝐾𝑜
𝜎0′ = ( ) 𝑞′ (Pers.11.20 Braja M. Das. Hal. 560)
3

𝐾𝑜 = Koefisien tekanan tanah diam = 1 − 𝑠𝑖𝑛∅


𝑁𝑐∗ , 𝑁𝜎∗ = Faktor daya dukung
3𝑁𝑞∗
𝑁𝜎∗ = 1+2𝐾 (Pers.11.22 Braja M. Das. Hal. 560)
𝑜

Pada tanah lempung, ∅= 0


𝑄𝑃 = 𝐴𝑃 𝑞𝑝 = 𝐴𝑃 𝐶𝑢 𝑁𝑐∗ (Pers.11.31 Braja M. Das. Hal. 561)
Dimana :
𝐶𝑢 = Kohesi tak terairi
𝐴𝑃 = Luasan tiang
4 𝜋
𝑁𝑐∗ = 3 (ln 𝐼𝑟𝑟 + 1) + + 1 (Pers.11.32 Braja M. Das. Hal. 561)
2

3) Metode Janbu
Qp = Ap (C . N*c + N*q . q) (Pers 8.29, Bowles (Hal 493).

Untuk tanah berpasir :


Qp = Ap . qp.
Dimana :
= (tan  + 1  tan   (l2 tan  ) (Pers. 8.30, Bowles (Hal 496)
2
Nq*
Nc* = (N*q – 1). Cos  (Pers. 8.31, Bowles (Hal 496)

Nilai Nq* dan Nc* dapat ditentukan berdasarkan grafik 9.15.

b. Menghitung perlawanan kulit tiang (Qs)


𝑄𝑠 = Σ 𝑝 Δ𝐿 𝑓
Dimana :
𝑝 = Keliling penampang tiang
Δ𝐿 = Panjang tiang
𝑓 = Tahanan gesek satuan pada setiap kedalaman z
Pada tanah pasir :
Tahanan gesek satuan untuk kedalaman tertentu tiang di dalam pasir dapat
dinyatakan sebagai berikut, untuk kedalaman z = 0 sampai L’ :

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

𝑓 = 𝐾𝜎𝑣′ 𝑡𝑎𝑛𝛿 (Pers.11.41 Braja M. Das. Hal. 569)


Untuk z = L’ sampai L
𝑓 = 𝑓𝑧=𝐿′ (Pers.11.42 Braja M. Das. Hal. 569)
Dimana :
𝐾 = Koefisien tekanan tanah

(Sumber : Princeples of Foundation Engineering, Braja M.Das. Hal 570)

Nilai K yang direkomendasikan oleh Mansur dan Hunter (1970) :


H-Piles................................K = 1.65
Steel pipe piles....................K = 1.26
Precast conceret piles..........K = 1.5
𝜎𝑣′ = Tegangan vertikal efektif
𝛿 = Sudut gesek antara tanah-tiang = 0.8𝜙

Pada tanah lempung :

1) Metode 𝝀
𝑓𝑎𝑣 = 𝜆(𝜎̅𝑜′ + 2𝐶𝑢 ) (Pers.11.51 Braja M. Das. Hal. 575)
Dimana:
𝜎̅𝑜′ = Nilai tengah tegangan vertikal efektif untuk seluruh panjang tiang
𝐶𝑢 = Kohesi tak terair, 𝜙 = 0
𝜆 = (Lihat tabel 11.9, Braja M.Das. Hal. 576)

2) Metode 𝜶
𝑓 = 𝛼. 𝐶𝑢 (Pers.11.53 Braja M. Das. Hal. 577)
Dimana :
𝛼 = faktor adhesion empiris (Lihat tabel 11.10, Braja M.Das Hal 577)

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

3) Metode 𝜷
Jika tiang disorongkan ke dalam lempung jenuh, tekanan air pori di sekitar
tiang akan meningkat. Kelebihan tekanan air pori ini pada lempung
terkonsolidasi normal bisa jadi sebesar 4-6 kali cu. Namun, di dalam satu
bulanan, tekanan ini perlahan-lahan berkurang. Maka tahanan gesek satuan
untuk tiang dapat ditentukan dengan mengacu pada parameter tegangan efektif
lempung dalam keadaan remolded (yaitu c = 0). Maka pada suatu kedalaman
tertentu,
𝑓 = 𝛽𝜎𝑣′ (Pers.11.56 Braja M. Das. Hal. 578)
Dimana :
𝜎𝑣′ = Tegangan vertikal efektif untuk kedalaman tertentu
𝛽 = 𝐾 tan 𝜙𝑅
𝜙𝑅 = Sudut gesek salur lempung remolded
𝐾 = Koefisien tekanan tanah
Nilai K dapat secara konservatif diambil sebagai koefisien tekanan tanah diam,
atau
𝐾 = 1 − 𝑠𝑖𝑛𝜙𝑅 (Pers.11.58 Braja M. Das. Hal. 578)
𝐾 = 1 − 𝑠𝑖𝑛𝜙𝑅 √𝑂𝐶𝑅 (Pers.11.59 Braja M. Das. Hal. 578)

c. Menghitung Dukung Ijin Tiang


Daya dukung batas tiang dapat dihitung sebagai jumlah dari daya dukung
ujung dan daya dukung tahanan kulit. Dengan diperolehnya daya dukung batas,
maka daya dukung ijin dapat diperoleh dengan memakaikan suatu faktor keamanan
sedemikian hingga beban ijin total untuk masing-masing tiang dapat dihitung
dengan :
𝑄𝑢
𝑄𝑎𝑙𝑙 =
𝐹𝑆
Dimana :
𝐹𝑆 = Faktor keamanan (2-4),
𝑄𝑎𝑙𝑙 = Daya dukung ijin masing-masing tiang
𝑄𝑢 = Daya dukung Ijin

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

d. Menghitung Dukung Ijin Tiang Kelompok


2(𝑛1 +𝑛2 −2)𝑑+4𝐷
𝑄𝑔(𝑢) = [ ] Σ𝑄𝑢 (Pers.11.119 Braja M. Das. Hal. 619)
𝑝𝑛1 𝑛2

Dimana:
𝑛1 = Jumlah tiang horizontal
𝑛1 = Jumlah tiang vertikal

e. Penurunan Pondasi Tiang


1) Penurunan Elastik Tiang Tunggal
Penurunan tiang di bawah beban bekerja vertikal (Qw) disebabkan oleh tiga
faktor berikut ini :
𝑆𝑒 = 𝑆𝑒(1) + 𝑆𝑒(2) + 𝑆𝑒(3) (Pers.11.72 Braja M. Das. Hal. 588)
Dimana :
𝑆𝑒 = Penurunan tiang total
𝑆𝑒(1) = Penurunan batang tiang
𝑆𝑒(2) = Penurunan tiang akibat beban titik
𝑆𝑒(3) = Penurunan tiang akibat beban yang tersalur sepanjang batang

a) Penurunan tiang batang


𝑄𝑤𝑝 +𝜉𝑄𝑤𝑠 𝐿
𝑆𝑒(1) = (Pers.11.73 Braja M. Das. Hal. 589)
𝐴𝑃 𝐸𝑃

Dimana :
𝑄𝑤𝑝 = Beban yang dipikul ujung tiang dibawah kondisi beban kerj
𝑄𝑤𝑠 = Beban yang dipikul kulit tiang di bawah kondisi beban kerja
𝐴𝑃 = Luas penampang tiang
𝐿 = Panjang tiang

Megawati / F111 15 052


Rekayasa Pondasi II
Civil Engineering 15

𝐸𝑃 = Modulus elastisitas bahan tiang


𝜉 = 0.5-0.67

b) Penurunan tiang akibat beban titik


𝑄𝑊𝑃 𝐶𝑃
𝑆𝑒(2) = (Pers.11.75 Braja M. Das. Hal. 589)
𝐷𝑞𝑃

Dimana:
𝐷 = Diameter tiang
𝑞𝑃 = Tahanan ujung tiang
𝐶𝑃 = Koefisien empiris, dapat dilihat pada tabel berikut:

(Sumber : Princeples of Foundation Engineering, Braja M.Das. Hal 590)

c) Penurunan tiang akibat beban yang tersalur sepanjang batang


𝑄𝑊𝑃 𝐶𝑠
𝑆𝑒(3) = (Pers.11.78 Braja M. Das. Hal. 590)
𝐿𝑞𝑃

Dimana:
𝐿 = Panjang tiang
𝐶𝑠 = Koefisien empiris
𝐿
𝐶𝑠 = (0.93 + 0.16√𝐷)𝐶𝑝 (Pers.11.79 Braja M. Das. Hal. 590)

2) Penurunan tiang kelompok


𝐵𝑞
𝑆𝑔(𝑒) = √ 𝐷 𝑆𝑒 (Pers.11.122 Braja M. Das. Hal. 624)

Dimana:
𝐵𝑞 = Lebar tiang kelompok
𝐷 = Diameter satu tiang dalam kelompok
𝑆𝑒 = Penurunan elastik tiang tunggal

Megawati / F111 15 052

Anda mungkin juga menyukai