Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Disusun Oleh :
Aisyah Arini : NIM PO.62.24.2.17.241

Ayu Chairunnisa : NIM PO.62.24.2.17.246

Rhiska Nada Afifah R : NIM PO.62.24.2.17.270

Ribkauli : NIM PO.62.24.2.17.271

Risa Khalisah : NIM PO.62.24.2.17.273

Rosa Yerlia sinta : NIM PO.62.24.2.17.275

POLTEKKES KEMENKES

KEMENTERIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA

D III KEBIDANAN REG XIX

TAHUN 2017/2018
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, dan karunia serta taufik dan hidayah Nya kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai konsep dasar kebutuhan seksual ini
dengan baik dan lancar.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita seputar pemahaman mengenai
kebutuhan seksual seorang manusia . Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam pempuatan makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat dan memenuhi


fungsinya dalam rangka menunjang usaha mencapai tujuan pendidikan dan
dipahami bagi siapapun yang membacanya.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................... .......iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar belakang ............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 5
2.1 Konsep Kebutuhan Seksual ............................................................... 5
2.2 Fungsi Seksualitas ............................................................................... 5
2.3 Kesehatan Seksualitas ......................................................................... 7
2 .4 Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas ..................................................... 7
2. 5 Respon Seksual..................................................................................... 7
2 .6 Kehamilan Dan Seksualitas..................................................................... 8
2.7 Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas ............................. 10
2.8 Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia .............................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................ 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Seksualitas di


defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim dari lubuk hati paling
dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk
seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada
hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas
merupakan aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan
berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan
keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk elemen biologis; yang
terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari aspek
biologis. Elemen sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh
kultur terhadap peran dan kegiatan seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang
terakhir adalah elemen perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan
berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari
aspek psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh
individu berdasarkan gendernya.

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut
jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan. Seksualitas menyangkut
berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural.
Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk
bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan
seksual . Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan
fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis.

Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin
diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan. Dari segala macam
kebutuhan adapun kebutuhan yang paling mendasar yang harus di penuhi oleh setiap individu,
adapun 5 kebutuhan mendasar itu yakni : Kebutuhan Keamanan (Safety Needs), Kebutuhan Seks
(Sex Needs), Kebutuhan Ekonomi (Economical Needs), Kebutuhan Rohani (Spritual Needs),
Kebutuhan Inovasi (Innovation Needs). Dari kelima kebutuhan mendasar tersebut memiliki
keterkaitan satu dengan yang lainnya sehingga semua kebutuhan dasar tersebut harus terpenuhi
dengan semestinya, salah satu kebutuhan mendasar yang kita ketahui adalah kebutuhan seksual
karena kebutuhan seksual merupakan yang harus benar-benar terpenuhi dan apabila kebutuhan
seksual ini tidak terpenuhi semestinya maka akan terjadi sesuatu penyimpangan seksual. Karena
begitu pentingnya sebuah kebutuhan seksual bagi kelangsungan kehidupan manusia dan banyak
masalah yang ditimbulkan serta pertimbangan-pertimbangan yang sering kita jumpai dalam
kehidupan kita maka dari itu kami mengangkat sebuah judul makalah tentang “Pemenuhan
kebutuhan seksual”
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebutuhan Seksual


Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut WHO dalam
Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya
dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi.
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan
dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak
sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal,
dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan
menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual
psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti citra
diri, identifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran maskulin atau
feminin. Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu
berhubungan dengan dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan
orang lain. (Bobak: 2004)

2.2 Fungsi Seksualitas

1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya
keinginan yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia
sebenarnya belum menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah
macam masyarakat yang secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi
apabila ia sanggup membuktikan kesuburannya.
2. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan atau
kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan
kenikmatan khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-
sama hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi
dari keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat keintiman tersebut
berakar dari risiko psikologis yang terlibat; secara khusus, resiko ditolak,
ditertawakan, mendapati bahwa dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali dapat
memadamkan gairah pasangan.
4. Menegaskan maskulinitas atau feminitas
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena
sebab lain (mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan), kita
mungkin menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
5. Meningkatkan harga diri
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara umum
dapat meningkatkan harga diri.
6. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek
maskulinitas, dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya berada dalam
posisi dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk mengendalikan hubungan baik oleh
pria dan wanita dan karenanya sering merupakan aspek penting dalam dinamika
hubungan. Kekuasaan tersebut mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke
interaksi seksual, menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah
proses menimbulkan efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus
menjadi faktor dalam suatu hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek
yang penting dan menarik dalam perilaku awal masa “berpacaran”.
7. Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita adalah
pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling relevan dalam
masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus penyerangan atau pemaksaan
seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh
pria terhadap wanita. Juga terdapat keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat
dipahami sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau
terhadap wanita itu sebagai pengganti wanita lain.
8. Mengurangi ansietas atau ketegangan
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan,
misalnya ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya
resiko tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi
HIV dan AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan memadamkan
respon seksual sehingga mereka mudah menghindari resiko tersebut. Namun, bagi
beberapa individu, gairah yang berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan
respons seksual. Untuk individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu
bentuk kesenangan yang dicari.
10. Keuntungan materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh keuntungan
dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih
sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan
semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama.
( Glasier: 2005 )
2.3 Kesehatan Seksualitas

Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik,


mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang
bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam
menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh
norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit
atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu
perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN, 2006).

2. 4 Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas

Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik,


mentaldan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang
bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam
menjagahubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh
norma dalammasyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau
gangguanlainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan
dan laki-lakidiakui dan dihormati (BKKBN, 2006).

2. 5 Respon Seksual

Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi
berturutturut.³Normal´ pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase,
dan hasil bercinta yang memuaskan.Empat tahapan siklus respon seksual:

1. Kegembiraan
2. Plateau
3. Orgasme
4. Resolusi

Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan
panjangdurasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. Selain itu,
intensitas darimasing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-
laki dan perempuan.

1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa
menitsampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan
yangterjadi dalam fase ini meliputi :
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot

3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan faseterpendek,
hanya berlangsung beberapa detik.
Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahankembali ke
tingkat fisiologis normal.

Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering


kali perempuan tidak memerlukan faseresolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan
kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme
selanjutnya. Seiring pertambahan usia lakilaki, panjang dari fase refraktori akan sering
meningkat.
Disfungsi seksual yang paling umum pada pria adalah ejakulasi dini. Masalahini
terjadi ketika ada pemendekkan fase kegembiraan dan fase plateau. Dalam rangkauntuk
mencegah ejakulasi dini, seorang pria harus belajar bagaimana memperlambatfase
kegembiraan dan fase plateau, yang dapat dicapai hanya dengan teknik yang benar dan
latihan.

2. 6 Kehamilan Dan Seksualitas

Perubahan kehidupan seksual dapat terjadi karena perubahan-perubahan yang


terjadisecara fisik dan mental, khususnya pada istri dan pasangan itu umumnya. Kondisi
yanglemah dari istri seperti karena mual-mual atau muntah, nafsu makan yang menurun
akanmembuatnya lemah dan keinginan seksualnya menurun. Kadang-kadang walau
suamimengajak, istri sering menolak. Hanya bila suami merasa senang dengan kehamilan
itu, diadapat mengatasinya dengan baik. Pada wanita yang tidak mengalami muntah atau
mual yang serius, maka aktivitasseksual tidak akan terganggu. Bahkan cukup banyak dari
mereka yang justru meningkatkeinginan seksual serta frekuensi hubungan seksnya karena
merasa bahagia telah hamil.Suami-istri senang bersama-sama dan ingin menikmatinya
dalam kontak seksual yang sering.Pada 3 bulan kedua, sekitar 80 persen wanita akan
meningkat dorongan seksnya. Selain itu,mual atau muntah sudah hilang.
Kesehatan umumnya akan meningkat. Perasaan senangkarena hamil. Pada sebagian
faktor lain ialah terjadinya pembesaran payudara yang membuatdaya tariknya meningkat.
Suami akan merasa lebih bergairah melihat istrinya yang payudaranya bertambah besar
serta bahagia karena istri telah hamil. Kedua faktor itumembuat suami juga meningkat
keinginan seksnya, sehingga pada sebagian besar pasangankontak seksual akan jauh lebih
sering pada periode ini.

Pada 3 bulan ketiga, beban kehamilan itu sudah memberati si Ibu. Banyak wanitayang jadi
susah makan. Juga banyak keringat yang membuatnya tidak bersih, sehingga
dayatariknya pun menurun. Selain itu pada kehamilan yang mulai tua, akan timbul
peningkatancairan tubuh. Hampir semua badan letih atau bengkak. Air ditahan dalam
badan. Akibatnya,cairan vagina juga bertambah. Ada terasa licin yang mengganggu
sehingga kontak seksualmenjadi kurang memuaskan. Pada pasangan-pasangan yang
saling mencintai akan senang akan kehamilan itu, pertambahan cairan vagina tak akan
mengganggu. Tetapi pada orang-orang yang sangatmendambakan kenikmatan seksual,
apalagi bila ada konflik suamiistri, maka kondisi itudapat menjadi biang keladi kekurang
puasan sampai pada hubungan seks luar nikah. Bila percekcokan atau hubungan diluar
nikah sampai terjadi, maka perlu dicari penyebabnya.Apakah pribadi suami yang
mengakibatkan pertambahan cairan vagina sebagai gara-gara atauada konflik diantara
mereka.

Pada sebagian wanita hamil berat, maka kontak seksual dirasakan ancaman
terhadapkehamilan. Bila rahim dengan bayi telah mulai menurun kearah vagina, maka
penis suamidapat membentur daerah rahim. Stimulasi yang berat ke leher rahim akan
membuat seluruhrahim bergerak seolah-seolah mau melahirkan. Bahkan ada yang bisa
gugur. Timbul kontraksi rahim yang kuat. Kadang ada darah, ancaman keguguran
menjadi kekhawatiran.Karenanya sebagaian wanita menolak melakukan hubungan
seksual pada akhir-akhir kehamilan. Pada kondisi dimana keguguran sering terjadi, maka
sepantasnyalah hubungan seksdilakukan dengan berhati-hati. Bila keguguran telah sering
terjadi dan kehamilan belum pernah berlangsung selamat, maka sebaiknya 3 bulan
pertama dilarang atau berhentimelakukan hubungan seks. Sesudah 3 bulan pertama
lewat, hubungan seks dapat dicoba kembali dengan sangathati-hati sehingga penis
diharapkan tidak membentur daerah rahim. Namun bila terasa sakitatau keluar darah, maka
sebaiknya senggama dihentikan. Demikian juga pada akhir-akhir kehamilan. Benturan yang terlalu
keras dari penis terutama ke daerah rahim, akan membuatkontraksi rahim sangat kuat
seperti akan melahirkan. Ini membuat si Ibu ketakutan dankesakitan. Dalam keadaan
demikian hubungan seks harus dilakukan hati-hati dan jangansampai didorong kuat-kuat.
Dengan demikian penis tidak terlalu jauh masuk ke dalam namundiharapkan keduanya masih
bisa mencapai kepuasan. Tetapi sering justru cara dan sifat suami yang sulit.

Ada suami yang sudah terbiasakuat-kuat dengan harapan istri akan lebih puas padahal
justru bahaya jadi mengancam. Kemungkinan juga karena keduanya sudah terangsang
tinggi, maka secara otomatisdan tanpa sadar mendorong sekuat-kuatnya. Akibatnya
timbul benturan penis dengan leher rahim. Inipun akan mengancam keguguran.
2.7 Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas

Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:

1. Ketidaktahuan mengenai Seks


Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya
sendiri.Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak
orang.Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini berpangkal
darikurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak
memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas
informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan
seks di sekolah ataulembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks
didapatkannya dari berbagai media. Untuk ituorang tua hendaknya memberikan
pendidikan soal sekskepada anak-anaknya sejak dini. Salahsatunya dengan memisahkan
anakanaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluhtahun, sekalipun sama-sama
perempuan atau laki-laki.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-
jawaban yangdiberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak.
Karena itulah, orangtua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 ±
15 tahun pada pria dan 12 ± 14tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa
pubertas yaitu masa peralihan dari masaanak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula,
mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Masa remaja merupakan masa yang penuh
gejolak serta penuh keingintahuan dan petualangan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk
mengisi kehidupan mereka kelak.Sayangnya, banyak di antara mereka tidak menyadari
beberapa pengalaman yang tampaknyamenyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa
ingin tahu para remaja kadang-kadangkurang disertai pertimbangan rasional akan akibat
lanjut dari suatu perbuatan. Itu pun terjadiakibat kurangnya kontrol orang tua dan
minimnya pendidikan seks dari sekolah atau lembagaformal lainnya.

2. Kelelahan

Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini
dalammelakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang
wanita harusikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada
waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang
sedang lelah jarangmerasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka
memilih untuk tidur.Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan
untuk memuaskankebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal
yang akhirnya bisamemadamkan gairah seks.

3. Konflik

Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai


perangterbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi
kendalahubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay.
Pasangan dapatmempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau
mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat
melukai perasaan pasangannya.Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa
menyebabkan sejumlah masalahseksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau
sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya
biasanya tidak baik dan tidak juga buruk.Jadi haruslah dipandang hanya sebagai
perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau perasaankesal akan selalu menghambat gairah
seks.

4. Kebosanan

Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap
seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi
berlebihan sampai kesuatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu
adalah kemarahan yangdisadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi.
Masalah ini diderita olehkebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-
tahun. Sebagian pasangan yangsudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama
merasa kehilangan getaran kenikmatanyang datang ketika melakukan hubungan seks
dengan pasangan yang baru. Orang demikianmelihat rayuan penguat ego, dibandingkan
bila bersenggama dengan mitra baru.

2.8 Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia

Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari


beberapa tahap yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks dengan
menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru dapat
tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap jarinya. Oleh
karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air besar,
antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah
terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya
pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk
siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang
dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung sampai
mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja dan memuja mulai muncul,
keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak. Saat ini masa yang sangat
berbahaya, sehingga memerlukan perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating
bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan
atau hamil bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan
jasmani belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak
dihendaki, memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009)
Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual :
1. Remaja

Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan penegasan
identitas gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi perubahan-perubahan di
tubuh yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahan-perubahan hormon
menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.

Peran seks yang diakui selama masa remaja

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengolongan peran seks atau belajar
melakukan peran seks yang diakui lebih mudah bagi laki-laki daripada wanita. Pertama, sejak
awal masa anak-anak laki-laki telah didasarkan akan prilaku seksual yang patut dan didorong
,didesak atau bahkan dipermalukan untuk upaya penyelesaiuan diri dengan standar-standar yang
diakui. Kedua, dari tahun kwtahun laki-laki mengetahui bahwa peran pria member martabat yang
lebih terhormat daripada peran wanita.

Anak perempuan sebaiknya sering kali memasuki masa remaja dengan membawa konsep
peran wanita yang kabur sekalipun konsepnya tentang peran pria lebih jelas dan terumus secara
baik.kenyataan tersebut terjadi karena, sebagaimana anak-anak, perempuan diperbolehkan tampil,
ertindak dan berasa seperti lak-laki tanpa adanya dorongan untuk bersikap “feminism”. Sekalipun
berusa mempelajari harapan sosial, namun dorongan untuk membentuk perilaku sesuai dengan
dorongan perab seks wanita yang tradisional sering melemah karena remaja sadar bahwa peran
ini kurang bergengsi daripada peran pria dan lebih kurang bergengsi daripada peran anak-anak.

Kalau gadis remaja memberontak terhadap peran wanita tradisonal, mereka tidak saja
ditolak oleh lawan jenis tetapi juga oleh gadis-gadis yang lainya. Sebelum awal masa remaja
berakhir, sebagian besar perempuan menerima, dengan berat hati, stereotik peran wanita sebagai
panutan bagi prilaku mereka sendiri dan berpura-pura menjadi sangat “feminim” sekalipun lebih
menyukai peran sederajat yang menggabungkan cirri-ciri peran pria dan peran wanita. Inilah
pergorbanan mereka, setidaknya untuk sementra, untuk memperoleh dukungan sosial.

2. Pasangan dan awal perkawinan

Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam


pertalian seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman barunya”. Pada
tahap inilah membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting untuk kelanjutan
perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan pasangannya mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak
menyenangkan maka akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan
dipecahkan.
3. Awal menjadi orang tua

Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan lebih


lanjut akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya mengalami penurunan
keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks menjelang akhir kehamilnya
karena terjadinya perubahan-perubahan fisik dan mekanis. Periode pascanatal, karena
berbagai alasan merupakan salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual
yang apabila pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai
untuk mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah jangka
panjang yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak wanita.

4. Usia paruh baya

Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi


hambatan yang berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan seksual
telah lama hilang. Bagi banyakorang halini tidak menimbulkan masalah. Mereka telah
mengembangkan bentuk kenyamanan intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian
integral dari hubungan mereka. Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang
rutin ini akan memakan korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya
akan mudah menyebabkan kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk
melakukan aktivitas seksual. Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai
konsekuensinya dapat timbul ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut. Pada
kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama adalah masalah
ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita. Proses penuaan memang
menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu tidak selalu negatif. Pasangan pada
usia ini lebih kecil kemungkinannya meminta pertolongan dalam konteks keluarga
berencana atau kesehatan reproduksi.
(Glasier: 2005)
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek
inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender,
orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari
seksualitas itu sendiri yaitu sebagai Kesuburan, Kenikmatan, Mempererat ikatan dan
meningkatkan keintiman pasangan, Menegaskan maskulinitas atau feminitas,
Meningkatkan harga diri, Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan,
Mengungkapkan permusuhan, Mengurangi ansietas atau ketegangan, Pengambilan
resiko, Keuntungan materi. Seksualitas dipengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi
sosiokultural, dimensi agama dan etik, dimensi psikologis, dan dimensi biologis. Ada
banyak permasalahan seksualitas yang antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan
mengenai seks, kelelahan, konflik, dan kebosanan.

3.2 Saran
Masalah seksual merupakan masalah subyektif dan karena diagnosis sering kali
bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri, masalah/gangguan seksual
sulit sekali untuk diidentifikasi, ditangani dan dipantau, terutama jika masalahnya
bersifat psikoseksual, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya promosi kesehatan
seksual kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dengan benar konsep seksualitas
untuk meningkatkan kontrol dan meningkatkan kesehatan seksual mereka. Apalagi
kepada remaja yang rentan terlibat dalam perilaku seksual yang beresiko yang
menyebabkan infeksi menular seksual, kehamilan tidak diharapkan, dan kesehatan
seksual yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Chandranita, Ida Ayu dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie diterjemahkan oleh Brahm U. 2005. Keluarga Berencana Dan
Kesehatan Reproduksi, E/4. Jakarta: EGC
Mardiana. Aktifitas Seksual Pra Lansia dan Lansia yang Berkunjung ke Poliklinik Geriatric RS
Pusat Angkatan Udara dr. Esanawati Antariksa Jakarta Timur tahun 2011. Skripsi.
Depok. FKM UI
Reeder, Sharon J dkk diterjemahkan oleh Yati Afiyanti dkk. 2011. Keperawatan Maternitas:
Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC
Stevens, PJM. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
http://www.psychologymania.com/2012/09/dimensi-seksualitas.html

Anda mungkin juga menyukai