Anda di halaman 1dari 20

Evaluasi Kinerja Kebijakan Sektor Pariwisata

dalam mendukung Kota Bandung sebagai


Kota Kreatif
disusun oleh:
Raditya Pamungkas

ABSTRAK

Keberadaan sektor pariwisata bukan lagi sebagai sektor pelengkap, namun telah
menjadi sektor utama yang dapat membangkitkan sektor lainnya di suatu daerah. Selama
kuartal I 2014, Pertumbuhan sektor pariwisata mencapai 6.86%, lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi nasional yaitu sebesar 5.21%. Guna menghadapi pasar bebas ASEAN tahun 2015,
perlunya mendorong sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan yang berdaya
saing. Kota Bandung, sebagai salah satu ikon pariwisata di Jawa Barat, diusulkan menjadi
Kota Kreatif UNESCO selain Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Salah satu upaya
meningkatkan peran sektor pariwisata guna mendukung Kota Bandung sebagai Kota Kreatif
sebagaimana yang tercantum dalam RPJMD Kota Bandung dan usulan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ke UNESCO adalah dengan mengevaluasi kinerja kebijakan
yang telah berjalan atau terimplementasikan saat ini, guna mendapatkan masukan atau
rekomendasi mengenai bentuk kebijakan dimasa yang akan datang.
Makalah Penelitian ini mengunakan teknik analisis data Mixed Methods atau Metode
Kombinasi (kuantitatif dan kualitatif). Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
evaluasi kinerja kebijakan menurut Riant Nugroho (2012), yang menyatakan bahwa model
penilaian kinerja kebijakan berkenaan dengan: Dimensi hasil, Dimensi proses, Dimensi
sumber daya, Dimensi keberadaan dan perkembangan organisasi, dan Dimensi
kepemimpinan.. Masing-masing dimensi tersebut akan diukur tingkat pencapaiannya, sehingga
pada akhirnya akan dilihat masalah atau isu apa yang menjadi prioritas utama dalam upaya
memperbaiki kebijakan sektor pariwisata. Dimensi-dimensi tersebut di atas akan disandingkan
dengan dengan kriteria Kota Kreatif. Hasil sandingan tersebut menghasilkan isu kebijakan
yang menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan review kebijakan pariwisata sehingga
menghasilkan kebijakan baru yang mendukung Kebijakan Kota Bandung sebagai Kota Kreatif.

Key words: Evaluasi Kinerja Kebijakan, Pariwisata, Kota Kreatif

1. PENDAHULUAN menjadi sektor utama yang dapat


Pariwisata adalah berbagai macam membangkitkan sektor lainnya di suatu
kegiatan wisata dan didukung berbagai daerah.
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Keberadaan sektor pariwisata bukan
Pemerintah Daerah1. Saat ini, pariwisata lagi sebagai sektor pelengkap, namun telah
merupakan salah satu bidang yang sedang menjadi sektor utama yang dapat
berkembang di dunia. Berwisata sudah membangkitkan sektor lainnya di suatu
menjadi kebutuhan pokok masyarakat dan daerah. Selama kuartal I 2014,
tidak tergantikan khususnya bagi Pertumbuhan sektor pariwisata mencapai
masyarakat perkotaan di Indonesia. 6.86%, lebih tinggi dari pertumbuhan
Keberadaan sektor pariwisata bukan lagi ekonomi nasional yaitu sebesar 5.21%.
sebagai sektor pelengkap, namun telah Guna menghadapi pasar bebas ASEAN

1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009
tentang Kepariwisataan, pasal 1
tahun 2015, perlunya mendorong sektor 2. TEORI
pariwisata menjadi salah satu sektor 2.1. Kebijakan Publik
unggulan yang berdaya saing. Kaitan Kebijakan publik pada umumnya
dengan hal tersebut di atas, Kota Bandung dibuat berlandaskan hukum dan
ditetapkan sebagai salah satu ikon kewenangan tertentu. Para warga
pariwisata di Jawa Barat, dan menjadi ujung masyarakat menerima kebijakan
tombak dalam pengembangan pariwisata di pemerintah sebagai suatu produk hukum
provinsi Jawa Barat itu sendiri. Hal tersebut yang absah. Dengan demikian, kebijakan
kemudian diaktualisasi oleh pemerintah publik memiliki daya ikat yang kuat
Kota Bandung dalam rankaian kebijakan terhadap publik secara keseluruhan dan
yang salah satunya tertuang dalam memiliki daya paksa tertentu yang tidak
Peraturan daerah Kota Bandung Nomor 01 dimiliki oleh kebijakan yang dibuat oleh
Tahun 2013 Tentang RIPPDA Tahun 2012 organisasi-organisasi. Dunn (1999:51-52)
– 2025 yang menyebutkan bahwa Visi menjelaskan mengenai kebijakan adalah
Pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagai berikut:
adalah Kota Bandung sebagai Destinasi Secara etimologis, istilah kebijakan atau
Pariwisata Perkotaan yang Kreatif, policy berasal dari bahasa Yunani,
Berbudaya, dan Berakhlak Mulia. Sangsekerta dan Latin. Akar kata dari
bahasa Yunani dan Sangsekerta polis
Sektor pariwisata merupakan salah (negara kota) dan pur (kota)
satu sektor unggulan di Kota Bandung dan dikembangkan dalam bahasa latin
menyumbangkan kontribusi yang cukup menjadi polita (negara) dan akhirnya
signifikan terhadap perekonomian Kota dalam bahasa Inggris policie, yang
Bandung. Pemasukan pendapatan daerah berarti mengangani masalah-masalah
dari sektor pariwisata (Pajak Hotel, Pajak publik atau administrasi pemerintah.
Restoran, Pajak Hiburan) pada Tahun 2013
yaitu:realisasi penerimaan Pajak Hotel pada Kebijakan publik dalam proses
tahun 2013 sebesar Rp 127.331.725.457 penyelenggaraan pemerintah mempunyai
atau 86,03% , sedangkan realisasi peranan yang sangat dominan terutama
penerimaan Pajak Restoran pada tahun untuk menentukan hal-hal prinsip yang
2013 sebesar Rp 85.646.245.632 atau menyangkut kepentingan umum.
83,97%. Mustopadidjaja (2002:5) menyebutkan
bahwa “Kebijakan publik pada dasarnya
Kota Bandung, sebagai salah satu adalah suatu keputusan yang dimaksudkan
ikon pariwisata di Jawa Barat, diusulkan untuk mengatasi permasalahan tertentu,
menjadi Kota Kreatif UNESCO selain untuk melakukan kegiatan tertentu, atau
Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Salah untuk mencapai tujuan tertentu, yang
satu upaya meningkatkan peran sektor dilakukan oleh instansi yang
pariwisata guna mendukung Kota Bandung berkewenangan dalam rangka
sebagai Kota Kreatif sebagaimana yang penyelenggaraan tugas pemerintahan
tercantum dalam RPJMD Kota Bandung negara dan pembangunan”.
dan usulan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif ke UNESCO adalah 2.2. Evaluasi Kinerja Kebijakan
dengan mengevaluasi kinerja kebijakan Menurut William N. Dunn dalam
yang telah berjalan atau terimplementasikan Riant Nugroho (2012) menyatakan bahwa
saat ini, guna mendapatkan masukan atau proses analisis kebijakan2terdiri dari:
rekomendasi mengenai bentuk kebijakan 1. Merumuskan masalah
dimasa yang akan datang. 2. Peramalan masa depan kebijakan

2
Nugroho, Riant, 2012, Public Policy, Jakarta, PT. Elex
Media Komputindo.
3. Rekomendasi kebijakan Keempat komponen kebijakan itulah
4. Pemantauan hasil kebijakan yang menentukan apakah kebijakan akan
5. Evaluasi kinerja kebijakan berhasil-guna atau tidak. Namun, konsep
dalam konsep “evaluasi” sendiri selalu
Tujuan evaluasi kebijakan tidak boleh terikut konsep “kinerja” sehingga evaluasi
hanya tentang “menemukan kesalahan” dan kebijakan publik pada ketiga wilayah
“siapa yang membuat salah”, dan oleh bermakna “kegiatan pasca”. Pada penelitian
karenanya menggantung mereka di kertas ini, dimensi yang akan dibahas dan
untuk dinilai secara politis. Tujuan utama digunakan sebagai pijakan penelitian ini
evaluasi kebijakan adalah untuk menilai adalah dimensi kinerja kebijakan.
kesenjangan atau perbedaan antara harapan
dan kinerja, dan kemudian menemukan cara Evaluasi yang ketiga adalah tentang
untuk menutup kesenjangan tersebut. Oleh kinerja kebijakan. Evaluasi ini paling kritis
karenanya, evaluasi sebaiknya dilaksanakan dan penting karena tujuan evaluasi adalah
secara positif. Karakter-karakter evaluasi untuk membandingkan antara hasil yang
yang tepat3adalah: dimaksud dan hasil yang dilakukan.
1. Tujuannya adalah untuk menemukan Kebijakan dikembangkan untuk mencapai
masalah strategis untuk memengaruhi kinerja tertentu. Kebijakan harus mengarah
kinerja kebijakan ke visi, misi, dan tujuan yang dinyatakan
2. Evaluator mampu membuat jarak dalam strategi yang dipilih.
kepada pembuat kebijakan, Spitzer (2007) dalam Riant Nugroho (2012)
pengimplementasi kebijakan, dan menyatakan bahwa :
target kebijakan. “...salah satu kunci yang paling
3. Prosedur evaluasi secara metodologi penting bagi keberhasilan organisasi
akuntabel. Anda dpat ditemukan di tempat yang
4. Implementasi evaluasi dilakukan tidak sangat tidak memungkinkan – suatu
dalam situasi kebencian. tempat yang kebanykan dari Anda
5. Cakupan evaluasi mencakup anggap rumit, tidak dapat diakses, dan
perumusan kebijakan, implementasi, bahkan mungkin membosankan.
kebijakan, dan konteks (lingkungan) Bagaimana jika... (bahwa) kunci
keberhasilan sudah merupakan salah
satu kekuatan yang paling ada di
aman-mana dan paling berdampak
dalam organisasi Anda?... Kunci
keberhasilan adalah ukuran. Ukuran
yang dilakukan dengan benar dapat
mengubah organisasi Anda. Ukuran
tidak hanya dapat menunjukkan
kepada Anda di mana Anda sekarang,
tetapi dapat membawa Anda untuk
sampai kemanapun yang Anda
inginkan... ukuran bersifat
fundamental bagi kinerja yang tinggi,
perbaikan, dan terutama keberhasilan
dalam bisnis, atau dalam bidang usaha
manusia lainnya... tidak peduli
seberapa penting dan kuatnya
Gambar 1. Konteks Evaluasi Kebijakan penghargaan tersebut, mereka tidak

3
Nugroho, Riant, 2012, Public Policy, Jakarta, PT. Elex
Media Komputindo.
lebih baik dari sistem ukuran yang Hipotesis inilah yang nantinya dikaitkan
digunakan sebagai dasarnya” dengan kriteria kota kreatif Formulasi Kota
Kreatif Landry, 2006 dan Kriteria Kota
Dalam hal ukuran kinerja, Kreatif UNESCO tahun 2013. Hasil
masalahnya bahwa “pengevaluasi” sandingan antara penilaian Kinerja
biasanya hanya berhenti pada “pencapaian Kebijakan Pariwisata dengan Kriteria Kota
kinerja”. Sebagai model berikut dapat Kreatif tersebut menghasilkan isu kebijakan
dijelaskan dimensi penilaian kinerja pariwisata yang baru yang menjadi dasar
kebijakan yang lebih komprehensif yaitu pertimbangan untuk melakukan review
sebagai berikut: kebijakan pariwisata sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan kebijakan
yang berkaitan atau mendukung Kebijakan
Kota Bandung sebagai Kota Kreatif.

3. METODE PENELITIAN
Secara operasionalisasi ukuran atau
parameter evaluasi kinerja kebijakan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Dimensi hasil (selisih target dan
pencapaian)
Dimensi hasil yang dimaksud di atas
adalah mengukur atau melihat suatu
keberhasilan yang dicapai
Gambar 2. Model Penilaian Kinerja dibandingkan dengan seperangkat
Kebijakan keberhasilan yang diharapkan (target).
Perbandingan ini kemudian dilanjutkan
Dari model di atas didapatkan dengan pengidentifikasian faktor-
dimensi penilaian kinerja kebijakan yang faktor yang berpengaruh pada
berkenaan dengan: kegagalan dan keberhasilan.
a. Dimensi hasil (selisih target dan Pengukuran dimensi hasil ini dapat
pencapaian) dilakukan secara internal oleh mereka
b. Dimensi proses pencapaian hasil dan yang melakukan proses yang sedang
pembelajaran dievaluasi ataupun oleh pihak lain, dan
c. Dimensi sumber daya yang dapat dilakukan secara teratur maupun
digunakan (efesiensi dan efektivitas) pada saat-saat yang tidak beraturan.
d. Dimensi keberadaan dan Proses ini dilakukan setelah sebuah
perkembangan organisasi kegiatan selesai, dimana kegunaannya
e. Dimensi kepemimpinan dan adalah untuk menilai/ menganalisa
pembelajarannya apakah keluaran, hasil ataupun dampak
dari kegiatan yang dilakukan sudah
Model tersebut di atas akan dijadikan sesuai dengan yang diinginkan.
landasan peneliti dalam melakukan evaluasi Hasilnya tersebut akan digunakan bagi
kinerja kebijakan sektor pariwisata Kota pihak yang berkepentingan untuk
Bandung. Masing-masing dimensi tersebut mengambil keputusan.
akan diukur tingkat pencapaiannya melalui
metode analisis kuantitatif. Selanjutnya 2. Dimensi proses pencapaian hasil dan
hasil analisis kuantitatif tersebut akan pembelajaran
dibandingkan dengan hipotesis awal, Penilaian proses merupakan penilaian
sehingga mengasilkan hipotesis baru. yang menitikberatkan sasaran penilaian
pada tingkat efektivitas, proses Efektivitas selalu terkait dengan
adaptasi, serta inovasi suatu kebijakan hubungan antara hasil yang diharapkan
terkait program dan kegiatan sektor dengan hasil yang sesungguhnya
pariwisata dalam rangka pencapaian dicapai. Efektivitas merupakan
tujuan pembangunan di bidang hubungan antara output dengan tujuan,
pariwisata. Penilaian proses semakin besar kontribusi (sumbangan)
menyangkut penilaian terhadap output terhadap pencapaian tujuan,
kegiatan pelaku pariwisata (pemerintah maka semakin efektif organisasi,
daerah, pelaku usaha pariwisata, dan program atau kegiatan. Efektivitas
masyarakat) serta keterlaksanaan dapat dilihat dari berbagai sudut
program dan kegiatan di bidang pandang (view point) dan dapat dinilai
pariwisata di kota Bandung. Sedangkan dengan berbagai cara dan mempunyai
Hasil yang dimaksud pada dimensi ini kaitan yang erat dengan efisiensi.
adalah merupakan hal yang dapat
dipandang dari pelaku pariwisata di Bila dikaitakan dengan perihal efisiensi
Kota Bandung, yaitu pemerintah dan efektvitas, ada tiga (tiga)
daerah, pelaku usaha pariwisata, dan sumberdaya yang dievaluasi dalam
masyarakat. Dimensi pembelajaran kinerja kebijakan, yaitu man, money,
merupakan tingkat perkembangan dan machine. Sumber daya manusia
pariwisata saat ini yang lebih baik bila (man) merupakan sumber daya yang
dibandingkan pada masa sebelumnya. paling penting, karena manusia
Menurut Muller (1997), tingkat merupakan pengelola dari sumber daya
perkembangan pariwisata tersebut lainnya, jika sebuah organisasi tidak
terwujud pada 1) pertumbuhan mempunyai sumber daya manusia yang
ekonomi yang sehat, 2) kesejahteraan bagus, maka tidak peduli sebagus apa
masyarakat lokal, 3) Kelestarian sumber daya yang tersebut tidak akan
sumber daya alam lokal, 4) kebudayaan bisa digunakan secara maksimal. Oleh
masyarakat lokal yang tumbuh secara karena itu sumber daya manusia (man)
sehat, 5) peningkatan kepuasan merupakan sumber daya yang paling
wisatawan. berharga dalam sebuah organisasi
dalam melaksanakan suatu kebijakan.
3. Dimensi sumber daya yang Sumber daya uang/ finansial (money)
digunakan (efesiensi dan efektivitas) merupakan salah satu sumber daya
Dimensi sumber daya yang dimaksud yang penting yang harus dimiliki oleh
adalah penilaian terhadap suatu kinerja organisasi dalam pelaksanaan
kebijakan dikaitkan dengan tingkat kebijakan, karena organisasi dengan
efesiensi dan efektivitas pelaksanaan sumber daya finansial yang bagus
suatu kebijakan atu organisasi. tentunya akan dengan mudah
Efesiensi adalah ratio input terhadap memperluas jangkauan kegiatannya.
output, yaitu output yang dihasilkan Sumber daya alat (machine) mencakup
dari suatu kebijakan tercapai dengan peralatan dan fasilitas yang dimiliki
sumber daya input yang minimal. oleh suatu organisasi yang berguna
Efisiensi tidak hanya dikaitkan dengan untuk mendukung jalannya proses-
uang, tetapi juga dikaitkan dengan proses yang ada dalam organisasi
waktu, manusianya, dan peralatan yang tersebut, sekaligus membantu dalam
digunakan atau dikeluarkan. merealisasikan kebijakan. Organisasi
Sedangkan Efektivitas berasal dari kata yang memiliki sumber daya alat
efektif yang mengandung pengertian (machine) yang bagus memiliki potensi
dicapainya keberhasilan dalam yang besar untuk menghasilkan produk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. dan layanan yang bagus pula.
Dimensi Efektivitas kebijakan dapat Dimensi keberadaan dan
diuraikan menjadi indikator (1) perkembangan organisasi yaitu
Kejelasan tujuan kebijakan; (2) Kesesuaian, Kecukupan, dan Kesiapan.
Kejelasan startegi pencapaian tujuan Kesesuaian ialah bagaimana usaha atau
kebijakan; (3) perumusan kebijakan strategi yang dilakukan organisasi
yang baik; (4) penyusunan kebijakan dalam mencapai tujuan bersama sesuai
yang tepat; (5) Penyediaan sarana dan dengan arahan kebijakan yang telah
prasarana; (6) Efektivitas operasional dirancang sebelumnya dan terhadap
kebijakan; (7) Efektivitas fungsional eksitensi sumber daya yang ada.
kebijakan; (8) Efektivitas tujuan Kecukupan berkenaan dengan seberapa
kebijakan; (9) Efektivitas sasaran jauh suatu tingkat efektifitas
kebijakan; (10) Efektivitas individu memuaskan kebutuhan, nilai atau
dalam pelaksanaan kebijakan; dan (11) kesempatan yang menumbuhkan
Efektivitas unit kerja dalam masalah. Kriteria kecukupan
pelaksanaan kebijakan. Sementara itu, menekankan pada kuatnya hubungan
Dimensi Efisiensi kebijakan diuraikan antara alternatif kebijakan dengan hasil
menjadi indikator; (12) Hasil yang diharapkan. Kesiapan adalah
perencanaan pekerjaan yang dilakukan; bagaimana sasaran yang ingin dicapai
(13) Hasil pelaksanaan pekerjaan yang dari strategi yang diusahakan bersama
dilakukan; (14) Hasil pencapaian dalam suatu organisasi dalam kondisi
pekerjaan yang dilakukan; (15) yang siap menerima dan melaksanakan
Efisiensi pembiayaan; (16) Efisiensi kebijakan yang ada.
pembiayaan pelaksanaan kebijakan;
(17) Efisiensi waktu pelaksanaan 5. Dimensi kepemimpinan dan
kebijakan; dan (18) Efisiensi pembelajaran
penggunaan anggaran. Dimensi Kepemimpinan dan
pembelajaran yang dimaksud adalah
4. Dimensi keberadaan dan tindakan yang dilakukan seorang
perkembangan organisasi pemimpin dengan maksud
Dimensi keberadaan dan mengembangkan lingkungan kerja
perkembangan organisasi merupakan yang produktif dan memuaskan bagi
usaha atau strategi yang bertujuan bawahannya, serta pada akhirya
meningkatkan efektivitas mampu menciptakan kondisi kerja
keorganisasian dengan organisasi meningkat. Secara implisit
mengintegrasikan keinginan bersama definisi ini mengandung maksud
akan pertumbuhan dan perkembangan bahwa kepemimpinan dan
dengan tujuan keorganisasian. Dimensi pembelajaran merupakan tindakan
ini diwujudkan sebagai suatu disiplin yang mengarah pada terciptanya iklim
perubahan perencanaan yang kerja suatu organisasi yang mampu
menekankan pada penerapan ilmu mendorong terjadinya proses
pengetahuan dan praktek keperilakuan pembelajaran yang optimal. Prinsip
untuk membantu organisasi-organisasi yang harus dianut dalam dimensi
mencapai efektivitas yang lebih besar. kepemimpinan dan pembelajaran ini
Guna menghadapi akselerasi adalah memiliki visi, memiliki sistem
perubahan yang semakin cepat, nilai, dan keberanian. Prinsip-prinsip
Dimensi keberadaan dan tersebut tertuang dalam beberapa
perkembangan organisasi diperlukan indikator sebagai berikut:
untuk bisa mengatasi konsekuensi- (1) mengartikulasikan pentingnya visi,
konsekuensi dari perubahan tersebut. misi, dan tujuan kebijakan yang
Terdapat 3 (tiga) aspek utama dalam menekankan pada nilai efesiensi dan
efektivitas, (2) mengarahkan dan yang akan ditentukan sesuai dengan
membimbing pengembangan kinerja kebutuhan penelitian ini.
organisasi, (3) membimbing
pengembangan dan perbaikan proses 4. ANALISIS
realisasi kebijakan yang meliputi 4.1. Analisis Kuantitatif
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Peneliti telah menyusun kuesioner
serta pengelolaan kebijakan, (4) dengan 40 pertanyaan yang mewakili
mengevaluasi kinerja organisasi dan masing-masing dimensi yang telah
mengembangannya, (5) membangun diuraikan oleh Riant Nugroho. Kuesioner
iklim kerja yang baik, (6) menerapkan tersebut disebar di Dinas Kebudayaan dan
kepemimpinan visioner dan Pariwisata Kota Bandung. Responden
situasional, (7) melayani masyarakat, untuk populasi kuantitaf adalah meliputi
(8) melakukan perbaikan secara terus orang-orang yang menempati di beberapa
menerus, (9) menerapkan karakteristik bidang yang ada di Dinas Kebudayaan dan
pemimpin yang efektif, (10) Pariwisata Kota Bandung yaitu: Bidang
memotivasi, mempengaruhi, dan Budaya dan Kesenian, Bidang Objek
mendukung prakarsa, kreativitas, Wisata, Bidang Sarana Wisata, dan Bidang
inovasi, dan inisiasi pengembangan Pemasaran. Adapun jumlah responden pada
kebijakan organisasi, (11) membangun penelitian ini adalah 54 responden atau
teamwork yang kompak dalam seluruh pegawai yang ada di Dinas
lingkungan organisasi, dan (12) Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.
menginspirasi dan memberi contoh
yang baik. Setelah melihat hasil penilaian dari
responden mengenai kinerja kebijakan
Populasi dalam penelitian ini dibagi pariwisata Kota Bandung, maka dapat
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu populasi diambil kesimpulan bahwa berdasarkan
untuk analisis kuantitatif dan populasi parameter evaluasi kinerja kebijakan yang
untuk analisis kualitatif. Responden untuk telah dijelaskan sebelumnya, maka dimensi
populasi kuantitaf dalam penelitian ini sumber daya merupakan dimensi yang
adalah pihak yang terlibat dalam kebijakan paling rendah nilainya dibanding dimensi
pariwisata Kota Bandung yaitu Dinas lainnya.
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung
sebanyak 54 orang. Metode pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampel total atau sensus dengan
menggunakan seluruh anggota populasinya.
Dari 54 orang tersebut, peneliti menjadikan
seluruh pegawai di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Bandung sebagai sampel
dalam penelitian ini.

Sementara Responden untuk populasi


kualitatif dalam penelitian ini adalah para
pemangku kepentingan bidang Pariwisata
Kota Bandung, serta yang terkait dengan Sumber: Hasil Analisis, 2015
pengembangan Bandung Kota Kreatif, Gambar 3. Hasil Penilaian Kinerja Kebijakan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Berdasarkan
Kota Bandung, Pelaku Usaha Pariwisata Variabel Penelitian
Kota Bandung, serta pihak-pihak lainnya
Berdasarkan data tersebut di atas tingkat nasional maupun
dapat dikatakan bahwa Kinerja Kebijakan internasional;
Sektor Pariwisata dalam mendukung Kota 5. Presence and future development of
Bandung sebagai Kota Kreatif yang professional schools, conservatories,
ditentukan oleh penilaian terhadap dimensi academies and higher education
Hasil, Proses, Sumber Daya, Organisasi dan institutions specialised in one or more
Kepemimpinan, mendapatkan hasil yaitu creative fields;
dimensi sumber daya yang terdiri dari Peran serta dan turut membangun
sumber daya manusia (man), sumber daya sekolah profesional, konservasi,
uang/ finansial (money), dan sumber daya akademis dan perguruan tinggi khusus
alat (machine), merupakan dimensi yang dalam satu atau beberapa bidang
paling rendah penilaiannya dengan nilai kreatif;
2,82. Dimensi Sumber daya tersebut di atas 6. Domestic or international online
akan disandingkan dengan dengan kriteria platforms dedicated to creative
Kota Kreatif versi UNESCO melalui industries and creative economy;
metode analisis kualitatif. Adapun kriteria Perencanaan sistem online baik
Kota Kreatif berdasarkan UNESCO adalah domestik atau internasional yang
sebagai berikut: didedikasikan untuk industri kreatif
1. Commitment to working towards the dan ekonomi kreatif;
objectives and in the areas of action 7. Cultural spaces suited for practicing
pertaining to the mission of the and consumption, and for educational
Creative Cities programme, as activities in the field concerned,
described in the Creative Cities including amateur initiatives;
Mission Statement Ruang Budaya untuk pelatihan dan
Komitmen untuk bekerja menuju tujuan konsumsi publik, serta untuk kegiatan
dan tindakan yang berkaitan dengan pendidikan yang terakit (kota kreatif),
misi program Creative Cities, seperti termasuk kalangan amatir;
yang dijelaskan dalam Creative Cities 8. Educational and research
Mission Statement; programmes in the field concerned,
2. Quality, quantity and diversity of both in the formal and informal
specific international cooperation sectors;
initiatives in the creative field Program Pendidikan dan penelitian di
concerned; bidang yang terkait (kota kreatif), baik
Kualitas, Kuantitas, dan keragaman di sektor formal maupun informal;
dari inisiasi kerjasama internasional 9. Active involvement of medias in
khusus dalam bidang kreatif; promoting the concerned field,
3. Presence and future development of activity(ies) and practice(s);
recognised centres of creation in the Peran aktif media dalam
city, and promotion of activities in one mempromosikan aktivitas-aktivitas dan
or more creative fields; pelatihan-pelatihan yang terkait (kota
Peran serta dan turut membangun kota kreatif);
menjadi pusat kreasi dan 10. Specific comparative assets at an
memasarkannya dalam satu atau international level, in the context of
beberapa bidang kreatif; the pertinent field;
4. Experience and commitment in Perbandingan potensi khusus pada
hosting festivals and events at a tingkat internasional, dalam konteks
national or international level; bidang yang terkait (kota kreatif);
Pengalaman dan komitmen sebagai
penyelenggara festival dan acara di
11. Quality and quantity of professional 2. Pemeliharaan Creative Class
organizations and individuals (golongan atau individu kreatif)
involved; 3. Perencanaaan dan pengembangan
Kualitas dan kuantitas dari organisasi Lingkungan Kreatif
profesional dan individu-individu yang
terlibat (kota kreatif); Bila dikaitkan dengan kriteria Kota
Kreatif berdasarkan UNESCO maka 11
Sedangkan teori mengenai Kota kriteria yang telah dijelaskan di atas
Kreatif yang disampaikan Landry (2006: ternyata terkait dengan formulasi Kota
hal.390-400) menyebutkan tiga aspek Kreatif yang disampaikan oleh Landry
penting yang dapat memformulasikan Kota tersebut, adapun kesamaan adalah sebagai
Kreatif, antara lain: berikut :
1. Pemeliharaan dan pengembangan
potensi Ekonomi Kreatif

Tabel 1. Keterkaitan Formulasi Kota Kreatif Landry (2006) dan Kriteria Kota Kreatif
UNESCO (2013)

Kota Kreatif Landry (2006) Kota Kreatif UNESCO (2013)


Pemeliharaan dan 4. Experience and commitment in hosting festivals and
pengembangan potensi Ekonomi events at a national or international level;
Kreatif Pengalaman dan komitmen sebagai penyelenggara
festival dan acara di tingkat nasional maupun
internasional;
6. Domestic or international online platforms dedicated to
creative industries and creative economy;
Perencanaan sistem online baik domestik atau
internasional yang didedikasikan untuk industri kreatif
dan ekonomi kreatif;
9. Active involvement of medias in promoting the concerned
field, activity(ies) and practice(s);
Peran aktif media dalam mempromosikan aktivitas-
aktivitas dan pelatihan-pelatihan yang terkait (kota
kreatif);
Pemeliharaan Creative Class 1. Commitment to working towards the objectives and in the
(golongan atau individu kreatif) areas of action pertaining to the mission of the Creative
Cities programme, as described in the Creative Cities
Mission Statement
Komitmen untuk bekerja menuju tujuan dan tindakan
yang berkaitan dengan misi program Creative Cities,
seperti yang dijelaskan dalam Creative Cities Mission
Statement;
2. Quality, quantity and diversity of specific international
cooperation initiatives in the creative field concerned;
Kualitas, Kuantitas, dan keragaman dari inisiasi
kerjasama internasional khusus dalam bidang kreatif;
7. Cultural spaces suited for practicing and consumption,
and for educational activities in the field concerned,
including amateur initiatives;
Ruang Budaya untuk pelatihan dan konsumsi publik,
serta untuk kegiatan pendidikan yang terakit (kota
kreatif), termasuk kalangan amatir;
Kota Kreatif Landry (2006) Kota Kreatif UNESCO (2013)
11. Quality and quantity of professional organizations and
individuals involved;
Kualitas dan kuantitas dari organisasi profesional dan
individu-individu yang terlibat (kota kreatif);
Perencanaaan dan 3. Presence and future development of recognised centres of
pengembangan Lingkungan creation in the city, and promotion of activities in one or
Kreatif more creative fields;
Peran serta dan turut membangun kota menjadi pusat
kreasi dan memasarkannya dalam satu atau beberapa
bidang kreatif;
5. Presence and future development of professional schools,
conservatories, academies and higher education
institutions specialised in one or more creative fields;
Peran serta dan turut membangun sekolah profesional,
konservasi, akademis dan perguruan tinggi khusus dalam
satu atau beberapa bidang kreatif;
8. Educational and research programmes in the field
concerned, both in the formal and informal sectors;
Program Pendidikan dan penelitian di bidang yang
terkait (kota kreatif), baik di sektor formal maupun
informal;
10. Specific comparative assets at an international level, in
the context of the pertinent field;
Perbandingan potensi khusus pada tingkat internasional,
dalam konteks bidang yang terkait (kota kreatif);
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Keterkaitan dimensi sumber daya pelatihan mengenai pengembangan


terhadap kriteria kota kreatif adalah sebagai kreatifitas di sektor pariwisata dapat
berikut: membentuk individu-individu kreatif
1. Keterkaitan Dimensi Sumber Daya serta golongan atau komunitas kreatif
Manusia (Man) terhadap Kriteria yang mengarahkan sektor pariwisata
Kota Kreatif kota Bandung menjadi salah satu sektor
Dimensi sumber daya manusia (man) unggulan di Kota Bandung dan secara
dapat dikaitkan dengan salah satu tidak langsung akan mendukung
kriteria pembentukan kota kreatif keberlangsungan Kota Bandung
menurut Landry (2006), yaitu dengan sebagai Kota Kreatif, sebagaimana
Pemeliharaan Creative Class yang diagendakan oleh pemerintah
(golongan atau individu kreatif). daerahnya. Menurut Landry dan
Maksudnya adalah kualitas, kuantitas, Bianchini (1995) menjelaskan bahwa
dan komitmen dari sumber daya sosialisasi dan dukungan dari
manusia yang bergerak di sektor masyarakat dapat diperoleh ketika
pariwisata, terutama di lingkungan mereka sendiri merasa terlibat dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota merasakan manfaatnya langsung dari
Bandung, menjadi suatu hal yang kegiatan atau proyek yang melibatkan
penting bagi keberlangsungan atau mereka.Maka dari itu sangatlah oenting
pengembangan kinerja sektor untuk melibatkan masyarakat dalam
pariwisata kota Bandung dalam pengembangan pariwisata kreatif kota
mendukung kebijakan Kota Bandung Bandung.
sebagai Kota Kreatif. Pendidikan dan
Organisasi profesional dan individu- pariwisata. Tarikan wisatawan
individu yang terlibat dalam sektor terhadap keberadaan sektor ekonomi
Parwisata Kota Bandung perlu dijaga kreatif tersebut ke Kota Bandung
eksistensinya agar menjadi aktor utama cukup besar. Keberadaan objek-objek
dalam pengembangan ekonomi kreatif wisata kreatif di Kota Bandung sangat
dimana merekalah yang berkreativitas berkembang pesat. Kebanyakan objek
sehingga menghasilkan produk berupa wisata tersebut menyediakan atau
intellectual property yang memiliki menawarkan sesuatu hal yang kreatif.
nilai komersial. Creative Class pun Keberadaan objek wisata kreatif ini
membutuhkan lingkungan yang berpotensi untuk menciptakan
kondusif dan inspiratif sehingga kesejahteraan dan lapangan kerja
mereka dapat melakukan kegiatan melalui pengembangan dan eksploitasi
kreatif. Saat ini, Bandung memiliki intelektual karena pariwisata kreatif
komunitas kreatif yang mampu berbasiskan kreativitas, keterampilan
mengembangkan ekonomi kreatif di dan bakat individu. Festival atau
bidang pariwisata, namun sayangnya kegiatan-kegiatan keparwisataan di
belum didukung oleh lingkungan yang Kota Bandung telah mengarah ke
kreatif. Disinilah peran pemerintah pengembangan sektor ekonomi kreatif,
kota Bandung perlu di kedepankan, seperti kegiatan festival Kreatif
dengan menyediakan ruang-ruang Independent Clothing Komunity
kreatif diharapkan mampu mendorong (KICK) yang setiap tahun
potensi sumber daya manusia di bidang diselengarakan d Kota Bandung.
pariwisata yang intelek dan tahan Beberapa agenda lainnya juga turut
terhadap permasalahan lingkungan mengantarkan pariwisata kota bandung
kotanya. Saat ini, pemerintah Kota menjadi sektor unggulan dalam
Bandung telah berupaya menyediakan pengembangan Ekonomi Kreatif, dan
ruang-ruang kreatif, beberapa ruang secara tidak langsung mendorong Kota
kreatif yang dibangun berupa ruang bandung sebagai Kota Kreatif.
publik yang sejalan dengan waktu
dijadikan tempat berkumpul oleh 3. Keterkaitan Dimensi Sumber Daya
komunitas kreatif Kota Bandung. Hal Alat (Machine) terhadap Kriteria
ini dapat dijadikan sebagai inisiasi awal Kota Kreatif
dalam membentuk Creative Class Dimensi sumber daya Alat (maschine)
terutama yang bergerak dibidang dapat dikaitkan dengan salah satu
Pariwisata Kota Bandung agar kriteria pembentukan kota kreatif yaitu
menumbuhkan dan mengembangkan dengan Perencanaaan dan
pariwisata Kota Bandung menjadi pengembangan Lingkungan Kreatif.
Pariwisata Kreatif. Saat ini Pemerintah kota Bandung telah
menunjukkan upayanya dalam
2. Keterkaitan Dimensi Sumber Daya menetapkan kebijakan yang dapat
Uang (Money) terhadap Kriteria mengembangkan kota Bandung
Kota Kreatif sebagai kota kreatif, salah satunya
Dimensi sumber daya Uang (Money) dapat dilihat dengan dibangunnya
dapat dikaitkan dengan salah satu beberapa ruang publik sebagai tempat
kriteria pembentukan kota kreatif yaitu berkumpul komunitas kreatif Kota
dengan Pemeliharaan dan Bandung. Menurut Landry (1995: 28-
pengembangan potensi Ekonomi 30), ruang publik dapat menjadi salah
Kreatif. Saat ini ekonomi kreatif di satu tempat mengakomodasi kreativitas
Kota Bandung terdapat pada sektor yang penting sekaligus dapat berperan
desain, fashion, kuliner, arsitektur, dan sebagai katalis yang menarik semua
kalangan masyarakat untuk berkumpul Kota Kreatif versi UNESCO serta formulasi
dan berinteraksi. Jika ruang publik Kota Kreatif dari Landry (2006). Dari
didesain dengan mengintegrasikan proses tersebut akan didapatkan
beberapa fungsi di dalamnya, maka rekomendasi penanganan masalah kinerja
masyarakat pun akan mengoptimalkan kebijakan sektor pariwisata Kota Bandung
fungsi tersebut tanpa adanya paksaan. untuk mendukung kebijakan Kota Bandung
Masyarakat Bandung juga tergolong sebagai Kota Kreatif.
siap untuk berpartisipasi mewujudkan Berdasarkan hasil analisis kuantitatif
Bandung kota kreatif, hanya saja bila pada bagian sebelumnya, dapat dilihat
dikaitkan dengan sektor pariwisata bahwa dimensi sumber daya merupakan
Kota Bandung, beberapa kesiapan alat dimensi yang paling rendah nilainya
pendukung di sektor Pariwisata kota dibanding dimensi lainnya. Dimensi
Bandung belum sepenuhnya siap. sumber daya terdiri dari sumber daya
Unsur teknologi sistem informasi manusia (man), sumber daya uang/ finansial
dalam menjalankan kepawisataan (money), dan sumber daya alat (machine).
daerah belum terwujud di Kota Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba
Bandung. Pengelolaan informasi menkonfirmasi hasil analisis kuantitatif
kepariwisataan daerah saat ini kepada pihak-pihak yang berkepentingan di
kebanyakan masih dijalankan melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
pengelolaan konvensional. Pentingnya Bandung, serta beberapa nara sumber
teknologi sistem informasi dalam terkait pariwisata Kota Bandung. Maka dari
pengelolaan pariwisata daerah akan itu peneliti akan membahas hal ini satu
mempercepat pertumbuhan sektor persatu.
pariwisata Kota Bandung, karena di era A. Sumber Daya Manusia (Man)
globalisasi saat ini, peran teknologi Sumber daya manusia dibidang
dalam pengembangan ekonomi daerah pariwisata adalah sumber daya manusia
sangatlah signifikan, penyebaran yang terlibat dalam berbagai macam
informasi kepariwisataan yang cepat kegiatan wisata dan didukung berbagai
akan berdampak pada peningkatan fasilitas serta layanan yang tersedia
tarikan wisatawan ke Kota Bandung, oleh: masyarakat, pengusaha, dan
karena informasinya dapat diakses oleh pemerintah daerah. Semua sumber
banyak orang (calon wisatawan). daya manusia (SDM) pariwisata
tersebut bertujuan memenuhi
Berdasarkan hasil penjabaran diatas kebutuhan dan mewujudkan
maka dapat dikatan dimensi sumber daya terciptanya kepuasan, kelestarian
mempengaruhi pembentukan Kota lingkungan wisata.
Bandung sebagai Kota Kreatif. Maka dari
itu, dimensi sumber daya tersebut akan SDM pariwisata yang memiliki
dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan kompetensi tinggi, akan berperan
metode analisis kualitatif. penting dalam pengembangan
kepariwisataan daerah, khususnya di
4.2. Analisis Kualitatif Kota Bandung. Rencana Kerja Dinas
Analisis kualitatif pada penelitian ini Kebudayaan dan Pariwisata Kota
menggunakan analisis deskripsi kualitatif. Bandung menyebutkan bahwa salah
Data yang dianalisis adalah hasil dari satu urusan Dinas Kebudayaan dan
analisis kuantitatif sebelumnya, dilihat Pariwisata Kota Bandung di bidang
mana saja variabel yang menjadi prioritas kepariwisataan adalah melaksanakan
penanganan untuk evaluasi kinerja pelayanan yang berkaitan dengan
kebijakan sektor pariwisata Kota Bandung kepariwisataan melalui fasilitasi
dan disandingkan dengan variabel Kriteria investasi dan promosi pariwisata,
kerjasama dengan mitra pariwisata, B. Sumber Daya Uang/ Finansial
fasilitasi kegiatan/ event kepariwisata- (Money)
an, pembinaan pengelolaan sarana Seiring dengan gerakan reformasi yang
wisata dan obyek wisata. tengah belangsung, maka telah terjadi
perubahan dalam berbagai aspek
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota kehidupan dalam rangka berbangsa,
Bandung sendiri telah mencoba bernegara, dan bermasyarakat.
meningkatkan pelayanannya di bidang Perubahan yang terjadi dalam aspek
pariwisata dengan menetapkan suatu kewenangan, penataan kelembagaan
kebijakannya yaitu: Mengembangkan maupun keuangan. Hal tersebut
Sumber Daya Manusia dan menjadi peluang dan tantangan bagi
Kelembagaan Kepariwisataan yang pemerintah daerah dalam upaya
profesional, berkarakteristik sunda dan mengelola suatu aset atau potensi
berwawasan global. daerah tersebut.

Selain itu, kepuasan pelanggan di Kota Bandung merupakan salah satu


bidang pariwisata dapat dicapai apabila kota yang memiliki Pendapatan Asli
SDM pariwisata yang terlibat, baik Daerah (PAD) yang tinggi, bahkan
langsung ataupun tidak langsung dalam mengalami peningkatan disetiap
pelayanan dapat mengerti dan tahunnya, memiliki potensi pariwisata
menghayati serta berkeinginan untuk yang sangat besar. Namun, dari
melaksanakan pelayanan yang baik kontribusi tersebut dapat diliha bahwa
(prima). Konsekuensi logis dari Kota Bandung masih belum mampu
fenomena diatas adalah: pemerintah memenuhi kebutuhan belanja
berkewajiban untuk membangun operasional daerahnya, meskipun
sebuah kekuatan aparatur yang mampu Pendapatan Asli Daerah untuk setiap
beradaptasi dengan perubahan dan tahunnya meningkat tapi belum
aspiratif terhadap segala kondisi mampu mengimbangi besarnya
kemasyarakatan yang muncul di peningkatan belanja operasional
masing-masing wilayah. Penghayatan daerahnya.
terhadap masing-masing peran dan
tanggung jawab sebagai aparat negara Pengelolaan pariwisata dalam era
yang bertugas untuk memberikan otonomi daerah merupakan
pelayanan kepada masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
mutlak dibutuhkan. Pengejawantahan dalam rangka percepatan
dari peran tersebut adalah upaya yang pembangunan di daerah. Sehubungan
sistematis untuk mewujudkan tata dengan hal tersebut, maka perlu
kelola pemerintahan yang efektif, disadari bahwa kepariwisataan harus
efisien, akuntabel dan melayani. dikelola dan dikembangkan secara
Kinerja aparatur pemerintah harus terkendali, terintegrasi, dan
dapat diukur dengan parameter berkesinambungan berdasarkan
terselenggaranya pelayanan publik rencana yang matang dan
sesuai dengan harapan masyarakat. terkoordinasi. Dengan cara ini,
Keterlibatan aktif masyarakat dalam diharapkan sektor pariwisata dapat
mengawal pembangunan adalah memberi manfaat ekonomi yang berarti
mutlak diperlukan sebagai langkah bagi Kota Bandung itu sendiri tanpa
membangun sebuah pemerintahan menimbulkan masalah yang berarti.
yang akuntabel.
Pengelolaan keuangan sektor
pariwisata dapat dilakukan dengan
menerapkan perencanaan dari bawah kepentingan dalam proses
(bottom up planning), dengan cara pembangunan kepariwisataan merupa-
menggali seluruh potensi yang dimiliki kan salah satu cara yang efektif guna
daerah dengan penuh kreativitas dan penyediaan sumber dana yang lebih
inovasi untuk pengembangan industri dari cukup untuk pengembangan
pariwisata yang lestari dirasakan sangat pariwisata. Kemitraan pemerintah
penting dan mendesak, karena daerah dan swasta yang tangguh dapat
pengembangan industri pariwisata menjamin pengembangan program
salah satunya sangat tergantung pada pembangunan kepariwisataan yang
daya tarik dari kegiatan yang berkaitan ada. Saat ini, upaya kemitraan telah
dengan keadaan alam, peninggalan dilakukan oleh pemerintah Kota
sejarah, dan warisan seni budaya, serta Bandung. Fasilitas dan tempat-tempat
hal lain dari daerah yang menjadi ciri hiburan telah banyak yang dibangun
khas. atas inisiasi bersama antara pemerintah
daerah Kota Bandung dengan pihak
Tuntunan peningkatan dan swasta. Sejalan dengan kebijakan
pengembangan pelaksanaan pemba- nasional, Kota Bandung memiliki
ngunan industri pariwisata secara hasrat yang sama untuk
proporsional merupakan syarat pokok mengembangkan industri-industri
yang harus diwujudkan bagi pariwisata kreatif yang dikembangkan
tercapainya pariwisata yang berdaya di basis masyarakat secara mandiri dan
saing dimasa yang akan datang. tidak selalu tergantung pada anggaran
pemerintah daerah. Sinergitas antara
Strategi yang dilakukan dalam tiga pilar utama intelektual, bisnis dan
merealisasikan hal tesebut adalah pemerintah diharapkan pada gilirannya
dengan cara : dapat menumbuhkan sebuah ruang
1. Meningkatkan penyelenggaraan kreasi bersama sesuai dengan perannya
event kreatif serta optimalisasi masing-masing dalam memberikan
daya dukung potensi pariwisata sumbangsih nyata bagi pemberdayaan
yang berdaya saing serta masyarakat. Sehingga peningkatan
pengembangan promosi pariwisata kesejahteraan warga kota secara
yang efektif, kreatif, terarah, bertahap akan dapat diwujudkan.
terpadu dan berkelanjutan.
2. Mengembangkan sarana prasarana C. Sumber Daya Alat (Machine)
utama dan pendukung bagi Sumber daya alat (machine) mencakup
pengembangan MICE yang dapat peralatan dan fasilitas yang dimiliki
secara signifikan menjadi factor oleh suatu organisasi yang berguna
penarik wisatawan serta trigger untuk mendukung jalannya proses-
bangkitan ekonomi lainnya. proses yang ada dalam organisasi
tersebut, sekaligus membantu dalam
Dalam rangka pengembangan merealisasikan kebijakan. Organisasi
pariwisata di daerah yang berdaya yang memiliki sumber daya alat
saing, pemerintah daerah diberikan (machine) yang bagus memiliki potensi
kewenangan sesuai dengan asas yang besar untuk menghasilkan produk
otonomi untuk melakukan kerjasama. dan layanan yang bagus pula. Tanpa
Dalam hal ini kerjasama yang disadari ternyata pembangunan sektor
dimaksud adalah dalam bidang pariwisata yang berstandar
pariwisata di daerah itu sendiri. internasional dapat menjadi beban
Kemitraan pemerintah daerah dan biaya tersendiri bagi pemerintah.
pihak swasta sebagai pemangku
Berkembangnya sektor pariwisata juga transportasi untuk mencapai suatu
dapat mendorong pemerintah lokal kawasan wisata juga dapat membuat
untuk menyediakan infrastruktur yang suatu kawasan wisata tidak
lebih baik agar dapat meningkatkan berkembang dengan baik.
kualitas hidup baik wisatawan dan juga
masyarakat lokal itu sendiri sebagai Harus diakui bahwa kebanyakan
tuan rumah. Terkait dengan konsep pengelolaan informasi kepariwisataan
pariwisata yang berdaya saing, maka saat ini hanya bersandar pada
diperlukan suatu konsep pengelolaan konvensional yang
pengembangan pariwisata yang dapat menggandalkan penjualan pariwisata
menjawab dan menyesuaikan dengan dengan promosi lewat majalah
tuntutan globalisasi, salah satunya pariwisata, brosur pariwisata, dan
adalah penerapan teknologi sistem informasi dari mulut ke mulut.
informasi dalam menjalankan
kepawisataan daerah. Perkembangan dunia teknologi
informasi yang ditandai dengan
Sejak penemuan World Wide Web penggunaan internet yang meningkat
(WWW) oleh Tim Bernert-Lee pada sangat pesat haruslah dimanfaatkan
tahun 1989 yang dipandang sebagai dengan sebaik-baiknya dalam
penguak tabir rahasia dbalik internet, pengembangan dunia kepariwisataan di
maka berbagai jenis layanan dan indonesia. Pemanfaatan teknologi
aplikasi telah berkembang secara pesat, informasi ini akan memudahkan
sehingga internet menjadi suatu pusat informasi bagi para wisatawan tentang
layanan, termasuk pada sektor objek-objek wisata dengan sarana dan
kepariwisataan. Saat ini, teknologi prasarana pendukungnya, informasi
internet telah dapat menurunkan biaya tentang rute, jarak, biaya dan moda
penyebaran informasi tentang yang dapat digunakan untuk mencapai
kepariwisataan suatu daerah. suatu lokasi wisata.
Pemanfaatan teknologi canggih ini
perlu segera diimplementasikan oleh Dengan pemanfaatan teknologi
pelaku industri pariwisata, karena informasi dalam pengelolaan informasi
sudah saatnya kita harus meneropong pariwisata yang memberikan
masa depan melalui suatu kegiatan kemudahan bagi pihak pemerintah atau
analisis objektif untuk diolah bersama pengelola suatu objek atau kawasan
guna menghasilkan nilai yang lebih wisata dalam mempromosikan potansi-
berdaya guna. potensi wisatanya serta kemudahan
para wisatawan dalam memilih daerah
Salah satu faktor yang menghambat tujuan wisata, paket-paket wisata,
perkembangan suatu pariwisata adalah akomodasi dan moda transportasi yang
pola promosi dan sistem pengelolaan akan digunakan, serta adanya ruang
informasi pariwisata yang belum baik interaksi, maka diharapkan akan
sehingga terkadang objek wisata membawa perkembangan bagi sektor
menjadi tidak dikenal dan tentunya pariwisata daerah sehingga mampu
tidak menjadi objek tujuan para menjadi salah satu sektor unggulan
wisatawan untuk berwisata. dalam peningkatan pendapatan asli
Keterbatasan informasi tentang tujuan daerah di masa mendatang.
wisata, objek wisata yang menarik,
produk atau hasil kerajinan, budaya dan Pemanfaatan teknologi informasi
tradisi lokal serta sarana dan prasarana dalam pengembangan pariwisata
yang tersedia, serta masalah dilakukan dengan menginput data-data
tentang objek-objek wisata, hotel dan paling utama yaitu memberikan
penginapan disekitar lokasi wisata, informasi dan kepastian bagi
moda yang dapat digunakan untuk wisatawan ketika mereka memilih
mengakses lokasi, event-event yang untuk berkunjung ke daerah tujuan
sering diselenggarakan, keunikan wisata. Namun pengembangan E-
budaya dan tradisi lokal didaerah Tourism bukan tanpa kendala, salah
kawasan wisata serta peta penyebaran satunya adalah masalah penganggaran
objek pariwisata yang disertai dengan yang selalu menjadi kendala utama
petunjuk tentang rute perjalanan. Hasil dalam menyiapkan data pariwisata
analisis data ini dengan segenap dengan menggunakan Teknologi
detailnya kemudian di informasikan Informasi. Untuk membangun sarana
kepada para calon wisatawan yang dalam merepresentasikan, menyimpan
diaplikasikan dalam bentuk paket dan memelihara data pariwisata
kegiatan wisata. Pemanfaatan sistem menggunakan media internet
informasi dalam satu sistem informasi membutuhkan biaya yang cukup besar.
pariwisata ini juga harus memberikan
ruang untuk berinteraksi antara para 5. KESIMPULAN DAN SARAN
wisatawan dengan penyedia jasa 5.1. Kesimpulan
pariwisata sehingga dengan Berdasarkan temuan-temuan studi
kemudahan interaksi ini maka akan yang diperoleh selama studi mengenai
memudahkan transaksi antar kedua Evaluasi Kinerja Kebijakan Sektor
belah pihak. Pariwisata dalam mendukung Kota
Bandung sebagai Kota Kreatif, maka dapat
Konsep e-Tourism sebagai bentuk diambil beberapa kesimpulan bahwa
pemanfaatan teknologi informasi untuk berdasarkan hasil evaluasi kinerja kebijakan
pengembangan sektor pariwisata pariwisata, bahwa dimensi sumber daya
daerah, khususnya di Kota Bandung. merupakan dimensi yang paling rendah
Pengembangan sistem E-tourism ini nilainya dibanding dimensi lainnya.
haruslah terintegrasi dengan kebijakan- Dimensi sumber daya terdiri dari sumber
kebijakan pengembangan pariwisata daya manusia (man), sumber daya uang/
dan terintegrasi dengan sistem finansial (money), dan sumber daya alat
informasi pelayanan pendukung seperti (machine).
industri jasa penerbangan, pelayaran, 1. Sumber daya manusia (man),
angkutan jalan raya, asuransi, agen merupakan faktor yang paling penting
travel, hotel, restoran, serta sentra dalam pengembangan pariwisata
kerajianan khas daerah dan pengelola daerah. Peran sumber daya manusia
daerah, kawasan atau objek wisata itu dalam pengembangan pariwisata daerah
sendiri. guna mendorong Kota Bandung sebagai
Kota Kreatif adalah aktivitas yang
Hendriksson (2005), menyatakan dilakukan oleh masing-masing pelaku
bahwa ada empat karateristik utama pariwisata Kota Bandung (Pemerintah,
bila kita ingin mengembangkan E- Masyarakat, dan Dunia Usaha/ Swasta)
Tourism yaitu : 1) produk pariwisata; yang berupaya secara kreatif sehingga
2) dampak berantai yang ditimbulkan menghasilkan produk berupa
oleh industri pariwisata; 3) struktur intellectual property yang memiliki
industri pariwisata; 4) adalah nilai komersial di bidang pariwisata.
ketersediaan perangkat teknologi Peingkatan kualitas sumber daya
komunikasi dan informasi. manusia di bidang pariwisata Kota
Pengembangan E-Tourism harus Bandung perlu dilakukan dengan cara
mampu menyentuh pada aspek yang mengadakan pembelajaran dan
pelatihan di bidang pariwisata bagi perlu segera mengeluarkan arahan
aparat yang terkait, masyarakat, dan pengembangan dan aturan khusus untuk
dunia usaha sektor pariwisata. mengatur pengembangan sektor industri
Sinergitas antara Pemerintah, Swasta pariwisata kreatif sebagai respon
dan Masyarakat penting dalam terhadap pencangangan pengembangan
pengembangan Bandung sebagai Kota sektor ekonomi dari pemerintah pusat
Kreatif. maupun minat yang tinggi dari pebisnis
maupun masyarakat terhadap sektor
2. Sumber Daya Uang/ Finansial (Money), industri pariwisata kreatif.
Pengelolaan pariwisata dalam era
otonomi daerah merupakan tanggung 3. Sumber daya alat (machine),
jawab pemerintah daerah dalam rangka pendayagunaan teknologi sistem
percepatan pembangunan di daerah. informasi dalam berbagai aktivitas saat
Pengelolaan pembiayaan dan keuangan ini tidak dapat dielakan lagi. Begitu pula
sektor pariwisata daerah haruslah dengan pengembangan sektor
berjalan sesuai prinsip akuntabilitas. pariwisata yang sangat memerlukan
Akuntabilitas adalah instrumen yang teknologi sistem informasi sebagai
menunjukkan apakah prinsip-prinsip media dalam menyebarkan informasi
pemerintahan, hukum, keterbukaan, terkait kepariwisataan daerah.
transparansi, keberpihakan dan Pemanfaatan teknologi informasi dalam
kesamaan di hadapan hukum telah pengembangan sektor pariwisata dalam
dihargai atau tidak. Akuntabilitas bentuk E-Tourism akan memberikan
adalah hal yang penting untuk dampak yang sangat besar bagi
menjamin nilai-nilai seperti efisiensi & perkembangan sektor pariwisata dan
efektivitas dari pelayanan adaministrasi berujung pada peningkatan pendapatan
publik. Sehubungan dengan hal dalam bidang kepariwisataan.
tersebut, maka perlu disadari bahwa Pemanfaatan teknologi informasi ini
kepariwisataan harus dikelola dan harus di sinergikan dengan kebijakan-
dikembangkan secara terkendali, kebijakan pemerintah dalam sektor
terintegrasi, dan berkesinambungan pariwisata yang tertuang dalam rencana
berdasarkan rencana yang matang dan induk pengembangan pariwisata daerah
terkoordinasi. Dengan cara ini, dan terintegrasi dengan sistem
diharapkan sektor pariwisata dapat pendukung pariwisata lainnya. Terkait
memberi manfaat ekonomi yang berarti dengan mewujudkan Kota Bandung
bagi Kota Bandung itu sendiri tanpa sebagai Kota Kreatif, usaha menciptkan
menimbulkan masalah yang berarti. lingkungan kreatif di dalam sektor
Selain itu juga, dalam kaitannya dengan pariwisata perlu dilakukan. Lingkungan
mewujudkan Kota Bandung Sebagai kreatif yang dimaksud adalah terkait
Kota Kreatif maka sumber daya uang dengan aspek arsitektural yang
dalam sektor pariwisata juga harus merupakan prasyarat fisik untuk
dikelola secara kreatif sehingga mewujudkan lingkungan yang
berpotensi untuk menciptakan kondusif, atraktif, dan inspiratif.
kesejahteraan dan lapangan kerja Dengan rancangan arsitektural yang
melalui pengembangan dan eksploitasi kreatif pada lokasi-lokasi pariwisata
intelektual, karena yang dimaksud diharapkan mampu menciptakan
dengan prinsip kreatif disini adalah lingkungan kreatif (baik psikis maupun
sesuatu yang berbasiskan kreativitas, fisik) yang kondusif, atraktif dan
keterampilan dan bakat dari masing- inspiratif untuk mengembangkan
masing individu pelaku pariwisata ekonomi kreatif dan komunitas kreatif
daerah di Kota Bandung. Kota Bandung di bidang pariwisata.
5.2. Saran 2. Untuk Pengelolaan Sumber daya uang
Berdasarkan kesimpulan diatas maka sektor pariwisata Kota Bandung adalah
saran yang bisa diberikan bagi upaya dengan penerapan prinsip-prinsip good
pengembangan sektor pariwisata secara governance secara tegas dalam
umum dalam mendukung Kota Bandung pengelolaan sumber daya uang sektor
sebagai Kota Kreatif diantaranya adalah: pariwisata Kota Bandung, serta
1. Untuk Peningkatan Sumber daya menciptakan industri kreatif di bidang
manusia sektor pariwisata Kota pariwisata Kota Bandung.
Bandung adalah dengan melakukan Pengembangan industri pariwisata
kegiatan Pendidikan dan Pelatihan bagi kreatif secara serius agar dapat
pelaku pariwisata kota Bandung agar berkontribusi lebih besar kepada
lebih kreatif dan inovatif dalam perekonomian kota sehingga dapat
menjalankan industri pariwisata Kota membantu pemenuhan kebutuhan
Bandung. Selain itu untuk mewujudkan pembiayaan kota lainnya. Jika hal
sinergitas antara pemerintah, tersebut dapat dijalankan dengan
masyarakat dan dunia usaha maka perlu komitmen yang tinggi, maka secara
dilakukan berbagai upaya. Pertama, tidak langsung akan berdampak pada
untuk menghasilkan kekuatan kesejahteraan masyarakat, karena
kolaboratif yang lebih besar bagi masyarakat akan secara mandiri mampu
komunitas kreatif yang ada di Kota mensejahterakan dirinya dan membuka
Bandung, dapat memanfaatkan potensi- lapangan kerja di bidang industri
potensi kreativitas yang belum terjaring. pariwisata kreatif.
Secara normatif, Pemerintah Kota
Bandung menyediakan sarana yang 3. Untuk Peningkatan dan Pengembangan
memberi kesempatan kepada seluruh sumber daya alat sektor pariwisata Kota
stakeholder kota untuk berpartisipasi Bandung adalah dengan menjalankan
dalam pembangunan dengan konsep e-tourisme dalam
menyampaikan usulan pengembangan sistem informasi
program/kegiatan yang akan didanai pariwisata Kota Bandung. E-tourism
APBD melalui Musyawarah merupakan suatu konsep pemanfaatan
Perencanaan Pembangunan Daerah teknologi informasi dan komunikasi
(Musrenbang). Kedua, Untuk untuk meningkatkan daya guna dalam
membangun kota kreatif tentunya bidang pariwisata, memberikan
memerlukan proses kreatif dari berbagai jasa layanan pariwisata kepada
manajemen kota. Bandung sebagai Kota customers dalam bentuk telematika, dan
Kreatif belum terlihat secara kasat mata. menjadikan penyelenggaraan
Oleh karena itu, Pemerintah diharapkan pemasaran pariwisata lebih mudah
melakukan penataan kota yang benar- diakses. Melalui E-Tourism paling tidak
benar mencerminkan sebagai Kota dapat memberikan peningkatan
Kreatif, misalnya dengan memberikan pendapatan dalam bidang
fasilitasi ruang-ruang kreatif, kepariwisataan bagi pariwisata
pemeliharaan taman sebagai ruang Indonesia, dan juga mendorong promosi
kreatif dan membangun infrastuktur serta penyediaan informasi secara
pendukung lainnya. Untuk hal tersebut, lengkap bagi wisatawan. Selain
Pemerintah Kota Bandung dapat pengembangan konsep e-tourisme, Kota
memanfaatkan ide-ide kreatif yang Bandung juga perlu mengembangkan
dihasilkan komunitas-komunitas kreatif aspek arsitektural lokasi-lokasi terkait
di Kota Bandung untuk menerapkannya pariwisata Kota Bandung agar dapat
dalam kebijakan Pemerintah Daerah menciptakan lingkungan kreatif bagi
Kota Bandung. pelaku pariwisata Kota Bandung.
Lingkungan kreatif menekankan pada Oka A Yoeti, Drs, 2000, Ekowisata
lingkungan yang inspiratif yang dapat Pariwisata Berwawasan Lingkungan
mempengaruhi pengalaman ruang Hidup, Jakarta, PT. Pertja.
manusia, dimana manusia merasa Pendit, I Nyoman S, 2002,Ilmu Pariwisata
nyaman dan terdorong untuk Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta,
mengeluarkan ide-ide kreatifnya. Aspek PT. Pradnya Paramita.
arsitektur dalam pengembangan objek Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta.
wisata menjadi penting ketika sebuah 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
kota menggunakan strategi Yogyakarta, Penerbit Andi.
pengembangan dan perencanaan fisik Purwanto, Erwan Agus dan Sulistyastuti,
kota sebagai perangsang atau pemicu Dyah Ratih, 2012, Implementasi
ekonomi kreatif maupun Kebijakan Publik : Konsep dan
pengembangan individu atau komunitas Aplikasinya di Indonesia,
kreatif. Yogyakarta, Gava Media.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian
--- o0o --- Kombinasi (Mixed Methods),
Alfabeta, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA Tugas Akhir dan Tesis :


Miranti Manisyah, 2009, Kota Kreatif
Buku: (Creative City): penelusuran terhadap
Dunn, William N. 1999. Pengantar Analisis konsep kota kreatif melalui
Kebijakan Publik. (Edisi Bahasa pengamatan studi kasus,Depok,
Indonesia). Yogyakarta : Gajah Mada Fakultas Teknik, Departemen
University Press. Arsitektur, Universitas Indonesia
Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2003. FRESKA FITRIYANA, 2012, Peran
Kebijakan Publik : Formulasi, Komunitas Kreatif Dalam
Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta : Pengembangan Kota (studi kasus :
PT. Gramedia. Identifikasi Kekuatan Kolaboratif
Dye, Thomas R. 2002. Understanding of Bandung Creative City Forum/ BCCF),
Public Policy. New Jersey : Prentice Bandung, Program Studi Magister
Hall Inc. Perencanaan Wilayah dan Kota,
Hamdi, Muchlis, 2014, Kebijakan Publik: Institut Teknologi Bandung.
Proses, Analisis dan Partisipasi,
Ghalia Indonesia, Bogor Dokumen Peraturan:
Islamy, M. Irfan. 2002. Prinsip-prinsip Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Perumusan Kebijaksanaan Negara,. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Jakarta Bumi Aksara. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009
Landry, Charles. 2008. Creative city: a tentang Pengembangan Ekonomi
toolkit for urban innovation. London: Kreatif
Earthscan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 01
Moleong, Lexy J., 2004, Metodologi Tahun 2013 tentangRencana Induk
Penelitian Kualitatif, Bandung, Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Remaja Rosda Karya. Tahun 2012 – 2025
Nugroho, Riant, 2014, Kebijakan Publik di Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08
Negara-negara Berkembang, Tahun 2011 tentangPerubahan Atas
Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Peraturan Daerah Kota Bandung
Nugroho, Riant, 2012, Public Policy, Nomor 09 Tahun 2009 Tentang
Jakarta, PT. Elex Media Komputindo. RPJMD Tahun 2009 – 2013
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 www.kinciakincia.com : 09 September
Tahun 2011 tentang Perubahan atas 2014
Peraturan Daerah Kota Bandung www.beritasatu.com, 08 Mei 2014
Nomor 03 tahun 2006 tentang Rencana www.dezeen.com
Tata Ruang Wilayah RTRW) Kota www.superblue.co.uk
Bandung www.monocle.com
www.inhabitat.com
www.londonist.com
Website: www.london.gov.uk
www.parekraf.go.id, 2-Jun-2014 www.d4b.org.uk
www. wartaekonomi. co.id, 04 Juli 2014: www.architecture.com
Rubrik Ekonomi Bisnis www.cosmur.co.uk
www.bandungcreativecityblog.wordpress.c www.helarfest.com
om : 10 Mei 2008 www. orders.multiply.com
www.republika.co.id, 22 November 2013 www. heterologia.multiply.com
www.unesco.org www.commonroom.info

Anda mungkin juga menyukai