Kecacingan
Disusun Oleh:
Pembimbing:
PUSKESMAS REMBANG II
2018
BAB I
PENDAHULUAN
dan merupakan sumberdaya manusia yang efektif dan produktif maka perlu
ditingkatkan kualitas fisik dan nonfisik Salah satu faktor yang tidak bisa
Pentingnya gizi dalam pembangunan kualitas hidup didasarkan pada beberapa hal
yaitu: pertama keadaan gizi erat hubungannya dengan tingginya angka kesakitan
sumbangan yang besar dalam mencerdaskan bangsa; ketiga lebih baiknya status
Masalah gizi di Indonesia tidak lepas dari masalah pangan karena tubuh manusia
memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap sesuai dengan standart
Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah
yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi mereka menderita lapar gizi.
Oleh karena itu timbullah penyakit-penyakit degeneratif akibat gizi lebih. Akibat
dari keadaan tidak seimbangnya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan
karena kekurangan zat besi, sehingga anemia gizi sering disebut sebagai anemia
kurang besi Disamping itu kekurangan asam folat dapat merupakan faktor
tertentu yaitu ibu hamil. Kekurangan vitamin B 12 tidak umum terjadi, dan tidak
Anemia kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang
kurang besi tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang tidak cukup dan
absorbsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari
nasi, dan menu yang kurang beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan
tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang
dianjurkan, dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe
makanan yang rendah absorbsi zat besinya. Selain itu infeksi cacing tambang
di daerah pedesaan.
Kelompok masyarakat yang paling rawan adalah ibu hamil, anak
prasekolah dan bayi. Terjadinya anemia pada bayi erat hubungannya dengan taraf
akan zat besi, atau kehilangan darah yang khronis dan adanya infeksi kecacingan
kejadian morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada
pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah
Indonesia pada tahun 2010, prevalensi pada ibu hamil berkisar antara 50-70 %,
berpenghasilan rendah 30-40 % dan anak sekolah 25-35 % serta Balita 30-40 % .
menemukan bahwa angka prevalensi anemia gizi ibu hamil cukup tinggi yaitu
55,1 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa masalah anemia pada ibu hamil belum
banyak berubah dibandingkan pada akhir Pelita IV yang juga masih sekitar 55 %
(12).
Prevalensi anemia kurang besi pada ibu hamil masih sangat
untuk perkembangan cacing yang daur hidupnya adalah di dalam tanah. Hasil
survei yang telah diadakan hingga saat ini memberikan prevalensi yang cukup
tinggi yaitu 70-90 % untuk cacing gelang, 80-95 % untuk cacing cambuk dan
untuk cacing tambang prevalensinya lebih rendah dari kedua di atas yaitu 30-59%,
karena untuk cacing tambang lebih banyak ditemukan di daerah perkebunan dan
pertambangan .
anemia gizi merupakan masalah yang saling terkait dan dijumpai bersamaan
dalam suatu masyarakat, yaitu karena rendahnya sosial ekonomi masyarakat dan
infeksi kecacingan terhadap anemia kurang besi masih belum banyak dibuktikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering
merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena
Cacingan dan anemia merupakan dua hal saling terkait. Isu kesehatan
seperti cacingan dan anemia tidak mendapat banyak perhatian karena dipandang
berkisar 70 persen dari seluruh penyebab AKI sejak 20 tahun lalu yang angkanya
memakan darah. Akibat gigitan sebagian darah hilang dan dikeluarkan dari
menunjukkan gejala klinis tetapi bila dalam jumlah yang banyak yaitu
lebih dari 1000 ekor maka orang yang bersangkutan dapat menjadi
anemia.
menurunkan respons imun pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan
imun terhadap TT pada ibu hamil yang rendah dan ditambah infeksi
optimal hasilnya.
cacing dapat menembus plasenta dan menstimulasi sistem imun janin yang
vaksin rendah, serta rendahnya respons imun ibu. Padahal, angka kasus
ibu hamil dan janin berkurang. Keadaan yang demikian jika dibiarkan
berlanjut selama kehamilan akan meyebabkan berat badan ibu hamil tidak
segera berhenti dan luka menutup kembali denqan cepat karena turn over
disebabkan oleh adanya lesi yang terjadi pada dinding usus juga oleh
karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri walaupun ini masih belum
terjawab dengan jelas termasuk berapa besar jumlah darah yang hilang
cenderung menurun.
kecil yang dapat menimbulkan anemia, meski tak separah cacing tambang.
1. Bila cacing dalam jumlah besar menggumpal dalam usus dapat terjadi
2. Anemia berat
3. Perdarahan
4. BBLR
Diagnosis :
Dilakukan skrining uji feces pada ibu hamil. Untuk mengetahui banyaknya
cacing di dalam usus dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya telur dalam
tinja. Bila didalam tinja terdapat sekitar 2000 telur/ gram tinja, berarti ada kira-
kira 80 ekor cacing tambang di dalam perut dan dapat menyebabkan darah yang
hilang kira-kira sebanyak 2 ml per hari. Dengan jumlah 5000 telur/gram tinja
adalah berbahaya untuk kesehatan orang dewasa. Bila terdapat 20.000 telur/gram
tinja berarti ada kurang lebih 1000 ekor cacing tambang dalam perut yang dapat
1. Perut buncit
6. Penyumbatan usus
7. Fesesnya encer, kadang bercampur lendir dan darah, cacing tampak keluar
dalam feses
Penatalaksanaan:
pertama) sebaiknya tidak minum obat yang membunuh cacing. Namun, langkah-
langkah kebersihan saja dapat bekerja. Cacing mati setelah sekitar enam minggu.
Dengan syarat ibu hamil tidak menelan telur baru, maka tidak ada cacing baru
akan tumbuh. Selama 6 minggu tersebut ibu hamil dianjurkan untuk menjaga
Langkah pencegahan :
2. Setiap pagi mandi mencuci di sekitar dubur langsung setelah bangun dari
tempat tidur.
3. Jika mungkin, hindari berbagi handuk atau flanel. Bilas dengan baik
sebelum digunakan.
BAB III
keduanya.
hidup bersih dan sehat serta pemberian nutrisi yang adekuat untuk ibu
hamil.
Sasaran kegiatan ini adalah ibu G2P1A0 hamil 32 minggu dengan anemia
dan kecacingan.
BAB IV
BENTUK KEGIATAN
terhadap pasien, kami menyimpulkan faktor resiko atau masalah apa saja
yang dialami oleh pasien tersebut sehingga intervensi yang diberikan dapat
tepat sasaran.
dan kecacingan pada ibu hamil. Materi berisi tentang definisi, penyebab,
dan akibat yang dapat terjadi serta bagaimana pencegahan yang dapat
dilakukan.
adekuat
tangan dan perilaku hidup bersih sehat lainnya, serta cara pemberian
komplikasi
Penyuluhan langsung kepada pasien dan suami pasien untuk
mempersiapkan apa saja yang perlu di persiapkan saat persalinan agar ibu
baik dan benar serta menerapkan perilaku hidup bersih sehat di lingkungan
rumah tangga.
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
Peraga : Leaflet
4. Evaluasi kegiatan
Waktu : 16.30
LAPORAN KEGIATAN
5.1.Identitas Penderita
Nama : Ny. S
Umur : 33 Tahun
5.2.Anamnesa
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke poli KIA atas rujukan dari bidan desa. Pasien
mengeluh pusing dan rasa gatal di bagian anus terutama pada malam
hari. Keluhan dirasakan sudah tiga hari ini. Kemudian dari poli KIA
HPHT : 26 – 06 – 2017
HPL : 03 – 04 – 2018
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 – 30 hari
Lama : 7 hari
D. Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang pada usia 21 dan
E. Riwayat Obstetri :
I. 2008/laki-laki/bidan/aterm/3500/sehat
F. Riwayat KB :
5.3.PEMERIKSAAN FISIK
Status Present (1 Februari 2018)
Keadaan Umum : tampak sehat
Kesadaran : composmentis
Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 76 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,4 0C
o TB : 146 cm
o BB : 57 kg
o LILA : 29,5 cm
Status Internus
o Kepala : Mesocephale
o Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-)
o Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping
hidung (-)
o Telinga : Discharge (-)
o Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
o Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
o Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
o Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
o Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara
tambahan (-)
o Paru
Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : stemfremitus dextra dan sinistra sama
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Status Obstetri:
o Abdomen
Inspeksi : perut tampak membesar, striae gravidarum (+),
linea nigra(+), bekas luka operasi (-)
Auskultasi : DJJ 12-11-12 = 140x/m
Perkusi :-
o Palpasi : TBJ = 155 x (30-12) = 2790 gr
Leopold 1 : bulat, keras, kepala
Leopold 2 : Kanan : keras, tahanan memanjang (punggung)
Kiri : bagian kecil-kecil janin (ekstremitas)
Leopold 3 : bulat, lunak (bokong)
Leopold 4 : konvergen belum masuk PAP
o Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin +/+ +/+
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
sebelumnya.
HbsAg : (-)
1 Februari 2018 :
Pemeriksaan feses :
Makroskopis : - Leukosit :-
- Lendir :- (+)
Mikroskopis :
kecacingan, yang berisi tentang daftar makanan apa saja yang dapat
dianjurkan.
sehat.
BAB VI
1. Monitoring
yang terjadi, serta perilaku hidup bersih sehat, pasien diajari cara mencuci
tangan yang benar dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Serta
bersih. Pasien sudah bisa melakukan cuci tangan 7 langkah dengan baik
dan benar. Pasien dan suami sudah memutuskan untuk dimana tempat, dan
sehat.
dilakukan.
kecacingan.
3. Kesimpulan
mengakibatkan anemia terutama pada pasien ini yang sedang hamil dan
perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu perlu dilakukan follow up yang
lebih lanjut dan intervensi yang lebih baik terhadap masyarakat setempat
kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
2013
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah8.pdf. Diunduh
Kassi-KassI.
LAMPIRAN
Kunjungan Pertama
Pemberian Sabun Cuci Tangan dan Langkah Cuci Tangan
PROMKES
Nama:
Alamat: