Anda di halaman 1dari 34

PROMOSI KESEHATAN

Wanita G2P1A0 Hamil 32 Minggu Dengan Anemia dan

Kecacingan

Disusun Oleh:

dr. Iske Lucia Ganda

Pembimbing:

dr. M. Rehulina, M. Kes (Epid)

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

ANGKATAN VI TAHUN 2018

PERIODE 20 NOVEMBER – 20 MARET 2018

PUSKESMAS REMBANG II

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan Nasional mencakup upaya peningkatan semua segi

kehidupan bangsa. Agar penduduk dapat berfungsi sebagai modal pembangunan

dan merupakan sumberdaya manusia yang efektif dan produktif maka perlu

ditingkatkan kualitas fisik dan nonfisik Salah satu faktor yang tidak bisa

diabaikan dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia adalah gizi.

Pentingnya gizi dalam pembangunan kualitas hidup didasarkan pada beberapa hal

yaitu: pertama keadaan gizi erat hubungannya dengan tingginya angka kesakitan

dan angka kematian; kedua meningkatnya keadaan gizi penduduk merupakan

sumbangan yang besar dalam mencerdaskan bangsa; ketiga lebih baiknya status

gizi dan kesehatan akan memperbaiki tingkat produktifitas kerja penduduk.

Masalah gizi di Indonesia tidak lepas dari masalah pangan karena tubuh manusia

memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap sesuai dengan standart

kecukupan gizi namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi.

Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah

yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi mereka menderita lapar gizi.

Sebaliknya sekelompok masyarakat mengkonsumsi pangan secara berlebihan.

Oleh karena itu timbullah penyakit-penyakit degeneratif akibat gizi lebih. Akibat

dari keadaan tidak seimbangnya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan

kebutuhan tubuh akan zat gizi.

Di Indonesia penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan

merupakan masalah gizi utama adalah :


a). gangguan gizi akibat kekurangan kalori dan protein (KKP),

b). gangguan gizi akibat kekurangan vitamin A (KVA),

c). gangguan gizi akibat kekurangan Iodium (GAKI),

d). gangguan gizi akibat kekurangan zat besi (Anemia gizi)

Anemia gizi pada umumnya dijumpai di Indonesia terutama disebabkan

karena kekurangan zat besi, sehingga anemia gizi sering disebut sebagai anemia

kurang besi Disamping itu kekurangan asam folat dapat merupakan faktor

kontribusi terhadap terjadinya anemia, terutama terjadi pada segmen populasi

tertentu yaitu ibu hamil. Kekurangan vitamin B 12 tidak umum terjadi, dan tidak

mempunyai peranan penting dalam penyebab terjadinya anemia gizi.

Anemia kurang besi adalah salah satu bentuk gangguan gizi yang

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia,

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab utama anemia

kurang besi tampaknya adalah karena konsumsi zat besi yang tidak cukup dan

absorbsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang sebagian besar terdiri dari

nasi, dan menu yang kurang beraneka ragam. Konsumsi zat besi dari makanan

tersebut sering lebih rendah dari dua pertiga kecukupan konsumsi zat besi yang

dianjurkan, dan susunan menu makanan yang dikonsumsi tergolong pada tipe

makanan yang rendah absorbsi zat besinya. Selain itu infeksi cacing tambang

memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerah-daerah tertentu, terutama

di daerah pedesaan.
Kelompok masyarakat yang paling rawan adalah ibu hamil, anak

prasekolah dan bayi. Terjadinya anemia pada bayi erat hubungannya dengan taraf

gizi ibunya. Berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan

akan zat besi, atau kehilangan darah yang khronis dan adanya infeksi kecacingan

akan menambah kemungkinan timbulnya anemia.

Anemia kurang besi merupakan penyebab penting yang melatar belakangi

kejadian morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada

waktu melahirkan atau nifas sebagai akibat komplikasi kehamilan. Sekitar 20 %

kematian maternal negara berkembang penyebabnya adalah berkaitan langsung

dengan anemia kurang besi. Disamping pengaruhnya kepada kematian, anemia

pada saat hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah

dan peningkatan kematian perinatal.

Berdasarkan hasil penelitian terpisah yang dilakukan di beberapa tempat di

Indonesia pada tahun 2010, prevalensi pada ibu hamil berkisar antara 50-70 %,

wanita dewasa tidak hamil 30-40 %, laki-laki dewasa 20-30 %, pekerja

berpenghasilan rendah 30-40 % dan anak sekolah 25-35 % serta Balita 30-40 % .

Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992

menemukan bahwa angka prevalensi anemia gizi ibu hamil cukup tinggi yaitu

55,1 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa masalah anemia pada ibu hamil belum

banyak berubah dibandingkan pada akhir Pelita IV yang juga masih sekitar 55 %

(12).
Prevalensi anemia kurang besi pada ibu hamil masih sangat

memprihatinkan terutama pada usia kehamilan trimester III dibandingkan

trimester I. Infeksi kecacingan di Indonesia, prevalensinya juga cukup tinggi

terutama di daerah pedesaan yang kondisi lingkungannya sangat mendukung

untuk perkembangan cacing yang daur hidupnya adalah di dalam tanah. Hasil

survei yang telah diadakan hingga saat ini memberikan prevalensi yang cukup

tinggi yaitu 70-90 % untuk cacing gelang, 80-95 % untuk cacing cambuk dan

untuk cacing tambang prevalensinya lebih rendah dari kedua di atas yaitu 30-59%,

karena untuk cacing tambang lebih banyak ditemukan di daerah perkebunan dan

pertambangan .

Anemia kurang besi dipengaruhi juga oleh konsekuensi dari infeksi

kecacingan dengan hilangnya darah secara khronis . Penyakit kecacingan dan

anemia gizi merupakan masalah yang saling terkait dan dijumpai bersamaan

dalam suatu masyarakat, yaitu karena rendahnya sosial ekonomi masyarakat dan

sanitasi lingkungan yang sangat tidak memadai sehingga memudahkan terjadinya

penularan penyakit infeksi terutama infeksi kecacingan.

Interaksi antara infeksi kecacingan dan anemia gizi sudah banyak

terungkap dari berbagai penelitian yang telah dilakukan. Masing-masing saling

memberikan kontribusi terhadap terjadinya kesakitan. Besarnya kontribusi dari

infeksi kecacingan terhadap anemia kurang besi masih belum banyak dibuktikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius

terutama di derah tropis karena cukup banyak penduduk menderita kecacingan.

Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering

ditemukan di negara-negara berkembang. Di Indonesia penyakit kecacingan masih

merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena

diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya (Nasution, 2004).

Cacingan dan anemia merupakan dua hal saling terkait. Isu kesehatan

seperti cacingan dan anemia tidak mendapat banyak perhatian karena dipandang

tidak “seseksi” isu-isu kesehatan yang lain. Menurut Yayasan Kesehatan

Perempuan (YKP), anemia merupakan isu yang kritis, khususnya kalau

dihubungkan dengan angka kematian ibu melahirkan (AKI) akibat anemia

berkisar 70 persen dari seluruh penyebab AKI sejak 20 tahun lalu yang angkanya

tidak pernah turun tiap tahunnya.

Secara umum, kecacingan pada ibu hamil dapat menyebabkan :

1. Menyebabkan anemia defisiensi zat besi

Infeksi kecacingan pada manusia baik oleh cacing gelang, cacing

cambuk maupun cacing tambang dapat menyebabkan pendarahan yang

menahun yang berakibat menurunnya cadangan besi tubuh dan akhirnya

menyebabkan timbulnya anemia kurang besi. Pada daerah-daerah tertentu


anemia gizi diperberat keadaannya oleh investasi cacing terutama oleh

cacing tambang. Cacing tambang menempel pada dinding usus dan

memakan darah. Akibat gigitan sebagian darah hilang dan dikeluarkan dari

dalam badan bersama tinja. Jumlah cacing yang sedikit belum

menunjukkan gejala klinis tetapi bila dalam jumlah yang banyak yaitu

lebih dari 1000 ekor maka orang yang bersangkutan dapat menjadi

anemia.

2. Menurunkan efektivitas vaksin TT dan DPT pada ibu hamil

Infeksi cacing merupakan masalah kesehatan di negara-negara

tropis, termasuk Indonesia, yang terabaikan. Padahal, infeksi cacing kronis

menurunkan respons imun pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan

terhadap antigen tetanus toksoid atau TT meski telah divaksinasi. Respon

imun terhadap TT pada ibu hamil yang rendah dan ditambah infeksi

cacing yang menyertai, dimungkinkan akan berakibat pada bayi yang

dilahirkan. Infeksi tetanus merupakan penyakit yang dapat dicegah. Di

sejumlah negara maju di mana kontrol terhadap sanitasi, higienis, dan

penyakit infeksi seperti cacing sudah berhasil, pemberian vaksinasi tetanus

sangat efektif untuk menurunkan angka kasus infeksi tetanus. Di lain

pihak, vaksinasi TT di negara-negara tropis dan berkembang kurang

optimal hasilnya.

Sejumlah studi membuktikan, antigen dari ibu hamil terinfeksi

cacing dapat menembus plasenta dan menstimulasi sistem imun janin yang

dikandung. Keadaan ini akan memengaruhi respons imun bayi pada

antigen lain seperti vaksin.


Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan banyaknya kasus

kegagalan program vaksinasi tetanus di daerah Asia dan Afrika terkait

dengan beberapa faktor, seperti ketidaktepatan jadwal imunisasi, potensi

vaksin rendah, serta rendahnya respons imun ibu. Padahal, angka kasus

infeksi cacing di banyak negara di Asia dan Afrika masih tinggi.

3. Menurunkan berat badan ibu hamil

Kekurangan micronutrient dalam darah menyebabkan pasokan gizi

ibu hamil dan janin berkurang. Keadaan yang demikian jika dibiarkan

berlanjut selama kehamilan akan meyebabkan berat badan ibu hamil tidak

bertambah bahkan bisa berkurang karena cadangan gizi ibu hamil

ditujukan untuk pertumbuhan janin.

4. Menyebabkan perdarahan pada usus

Perdarahan terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing dan

juga akibat perembesan darah disekitar tempat hisapan. Cacing berpindah

tempat menghisap setiap 6 jam perdarahan ditempat yang ditinggalkan

segera berhenti dan luka menutup kembali denqan cepat karena turn over

sel epithel usus sangat cepat.

Kehilangan darah yang terjadi pada infeksi kecacingan dapat

disebabkan oleh adanya lesi yang terjadi pada dinding usus juga oleh

karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri walaupun ini masih belum

terjawab dengan jelas termasuk berapa besar jumlah darah yang hilang

dengan infeksi cacing ini.

5. Menyebabkan kekurangan mikronutrien ibu hamil


Cacing pada usus ibu hamil selain menyebabkan perdarahan, juga

menyebabkan terganggunya penyerapan nutrisi makanan yang masuk. Jika

selama kehamilan tersebut cacing masih terdapat pada usus, maka

penyerapan micronutrient akan terganggu. Micronutrient dalam darah

cenderung menurun.

Pada ibu hamil, kekurangan micronutrient menyebabkan

menurunnya kemampuan untuk melahirkan anak-anak yang sehat dan

berotak cerdas. Sementara cacing trikhuris dapat menimbulkan perdarahan

kecil yang dapat menimbulkan anemia, meski tak separah cacing tambang.

Komplikasi yang dapat terjadi:

1. Bila cacing dalam jumlah besar menggumpal dalam usus dapat terjadi

obstruksi usus (ileus)

2. Anemia berat

3. Perdarahan

4. BBLR

5. Kecacingan berat dapat menyebabkan radang paru, gangguan hati,

kebutaan, penyumbatan usus, bahkan kerusakan tubuh secara signifikan

yang meninggalkan kecacatan

Diagnosis :

Dilakukan skrining uji feces pada ibu hamil. Untuk mengetahui banyaknya

cacing di dalam usus dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya telur dalam

tinja. Bila didalam tinja terdapat sekitar 2000 telur/ gram tinja, berarti ada kira-

kira 80 ekor cacing tambang di dalam perut dan dapat menyebabkan darah yang
hilang kira-kira sebanyak 2 ml per hari. Dengan jumlah 5000 telur/gram tinja

adalah berbahaya untuk kesehatan orang dewasa. Bila terdapat 20.000 telur/gram

tinja berarti ada kurang lebih 1000 ekor cacing tambang dalam perut yang dapat

menyebabkan anemia berat.

Tanda dan Gejala Klinis:

Tanda Kecacingan adalah ditemukan minimal 2000 telur/gram tinja.

Gejala-gejala cacingan antara lain:

1. Perut buncit

2. Gatal-gatal sekitar anus

3. Muntah ada cacing

4. Cacing dalam kotoran

5. Anemia atau kurang darah

6. Penyumbatan usus

7. Fesesnya encer, kadang bercampur lendir dan darah, cacing tampak keluar

dalam feses

Penatalaksanaan:

Pada kondisi hamil, selama sepertiga pertama kehamilan (trimester

pertama) sebaiknya tidak minum obat yang membunuh cacing. Namun, langkah-

langkah kebersihan saja dapat bekerja. Cacing mati setelah sekitar enam minggu.

Dengan syarat ibu hamil tidak menelan telur baru, maka tidak ada cacing baru

akan tumbuh. Selama 6 minggu tersebut ibu hamil dianjurkan untuk menjaga

kebersihan untuk mematahkan siklus cacing sehingga tidak terjadi re-infeksi.


Setelah trimester pertama, pengobatan mungkin perlu dilakukan namun harus

dibawah pengawasan dokter.

Obat yang biasa digunakan yaitu :

- Pirantel pamoat 10 mg/kg BB per hari selama 3 hari.

- Mebendazol 500 mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari

selama tiga hari berturut-turut

- Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja)

- Ditambah sulfas ferrous 500 mg 2 x sehari

Langkah pencegahan :

Pertama, bertujuan untuk membersihkan telur:

1. Mencuci pakaian tidur, sprei, handuk. Membuang kain setelah digunakan.

Perhatian khusus pada kamar tidur termasuk debu kasur.

2. Benar-benar membersihkan kamar mandi.

Kemudian, setiap anggota rumah tangga harus melakukan berikut ini

selama dua minggu:

1. Tidak menyentuh kulit di dekat anus dan menggaruk daerah anus

2. Setiap pagi mandi mencuci di sekitar dubur langsung setelah bangun dari

tempat tidur.

3. Idealnya, perubahan dan mencuci pakaian tidur setiap hari.

Dan kebersihan umum langkah-langkah yang harus selalu bertujuan untuk

lakukan untuk mencegah mendapatkan infeksi cacing lagi:


1. Cuci tangan dan gosok di bawah kuku di pagi hari, setelah menggunakan

toilet atau, dan sebelum makan atau menyiapkan makanan.

2. Cobalah untuk tidak menggigit kuku atau menghisap jari

3. Jika mungkin, hindari berbagi handuk atau flanel. Bilas dengan baik

sebelum digunakan.
BAB III

TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

3.1. Tujuan Kegiatan

a. Meningkatkan pengetahuan mengenai anemia karena kecacingan

mengenai penyebab, dan cara pencegahan serta, keterkaitan antara

keduanya.

b. Mengetahui cara pencegahan kecacingan dan anemia melalui perilaku

hidup bersih dan sehat serta pemberian nutrisi yang adekuat untuk ibu

hamil.

3.2. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah ibu G2P1A0 hamil 32 minggu dengan anemia

dan kecacingan.
BAB IV

BENTUK KEGIATAN

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkonfirmasi

diagnosis anemia dan kecacingan. Selain itu kami meminta hasil

pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan sebelumnya untuk

melengkapi data. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik

terhadap pasien, kami menyimpulkan faktor resiko atau masalah apa saja

yang dialami oleh pasien tersebut sehingga intervensi yang diberikan dapat

tepat sasaran.

2. Penyuluhan mengenai Anemia dan Kecacingan

Penyuluhan langsung kepada pasien dan keluarga pasien mengenai anemia

dan kecacingan pada ibu hamil. Materi berisi tentang definisi, penyebab,

dan akibat yang dapat terjadi serta bagaimana pencegahan yang dapat

dilakukan.

3. Penyuluhan mengenai hidup bersih dan pemberian nutrisi yang

adekuat

Penyuluhan langsung kepada pasien dan keluarga pasien mengenai cuci

tangan dan perilaku hidup bersih sehat lainnya, serta cara pemberian

nutrisi yang baik untuk ibu hamil.

4. Penyuluhan mengenai cara merencanakan persalinan tanpa

komplikasi
Penyuluhan langsung kepada pasien dan suami pasien untuk

mempersiapkan apa saja yang perlu di persiapkan saat persalinan agar ibu

selamat, dan bayi lahir sehat

5. Evaluasi mengenai perubahan perilaku

Kunjungan ulang untuk mengkonfirmasi pemahaman pasien mengenai

materi yang disampaikan dalam penyuluhan yang sudah dilakukan dan

mengevaluasi apakah pasien sudah mampu melakukan cuci tangan yang

baik dan benar serta menerapkan perilaku hidup bersih sehat di lingkungan

rumah tangga.
BAB V

PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Tanggal : 1 Februari 2018

Waktu : 08.30 -09.00 WIB

Pelaksana : dr. Iske

2. Penyuluhan mengenai Anemia dan Kecacingan pada ibu hamil

Tanggal : 2 Februari 2018

Waktu : 09.00 -10.00

Pelaksana : dr. Iske

Peraga : Leaflet

3. Penyuluhan mengenai PHBS dan pemberian nutrisi adekuat

Tanggal : 2 Februari 2018

Waktu : 10.00 -10.30

Pelaksana : dr. Iske

Peraga : Leaflet cuci tangan dan PHBS

4. Evaluasi kegiatan

Tanggal : 6 Februari 2018

Waktu : 16.30

Pelaksana : dr. Iske

Kegiatan : Pemeriksaan Ibu Hamil, praktek cuci tangan, dan

post test PHBS, anemia, dan kecacingan


BAB V

LAPORAN KEGIATAN

5.1.Identitas Penderita

Nama : Ny. S

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : Pulo 6/3

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

5.2.Anamnesa

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 Feb 2018 di

Poli Konseling Puskesmas Rembang 2

A. Keluhan Utama

Pusing dan Gatal di anus

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli KIA atas rujukan dari bidan desa. Pasien

mengeluh pusing dan rasa gatal di bagian anus terutama pada malam

hari. Keluhan dirasakan sudah tiga hari ini. Kemudian dari poli KIA

pasien di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium darah

rutin dan fesen rutin. Seminggu sebelumnya pasien mengatakan

bahwa ia membantu suami menanan tanaman sawi di pot, tanpa

memakai sarung tangan. Serta pasien sering mengkonsumsi lalapan

tanpa dimasak terlebih dahulu.


C. Riwayat Menstruasi

HPHT : 26 – 06 – 2017

HPL : 03 – 04 – 2018

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 – 30 hari

Lama : 7 hari

D. Riwayat Pernikahan :

Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang pada usia 21 dan

usia pernikahan 12 tahun.

E. Riwayat Obstetri :

G2P1A0 Hamil 32 minggu

I. 2008/laki-laki/bidan/aterm/3500/sehat

F. Riwayat KB :

Menggunakan KB suntik selama 5 tahun

G. Riwayat Penyakit Dahulu :


o Riwayat hipertensi : disangkal
o Riwayat diabetes melitus : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat operasi kandungan : disangkal
o Riwayat penyakit anemia : disangkal
o Riwayat penyakit kecacingan : disangkal

H. Riwayat Penyakit Keluarga


o Riwayat hipertensi : disangkal
o Riwayat diabetes melitus : ada
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat operasi kandungan : disangkal
o Riwayat penyakit anemia : disangkal
o Riwayat penyakit kecacingan : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai
wiraswasta. Biaya kesehatan ditanggung BPJS non PBI.

5.3.PEMERIKSAAN FISIK
Status Present (1 Februari 2018)
Keadaan Umum : tampak sehat
Kesadaran : composmentis
Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 76 x/menit
o RR : 20 x/menit
o Suhu : 36,4 0C
o TB : 146 cm
o BB : 57 kg
o LILA : 29,5 cm
Status Internus
o Kepala : Mesocephale
o Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-)
o Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping
hidung (-)
o Telinga : Discharge (-)
o Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
o Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
o Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
o Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
o Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara
tambahan (-)
o Paru
 Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : stemfremitus dextra dan sinistra sama
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)

Status Obstetri:
o Abdomen
 Inspeksi : perut tampak membesar, striae gravidarum (+),
linea nigra(+), bekas luka operasi (-)
 Auskultasi : DJJ 12-11-12 = 140x/m
 Perkusi :-
o Palpasi : TBJ = 155 x (30-12) = 2790 gr
 Leopold 1 : bulat, keras, kepala
 Leopold 2 : Kanan : keras, tahanan memanjang (punggung)
Kiri : bagian kecil-kecil janin (ekstremitas)
 Leopold 3 : bulat, lunak (bokong)
 Leopold 4 : konvergen belum masuk PAP

o Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin +/+ +/+
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+

5.4. Pemeriksaan Laboratorium


Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah didapatkan

sebelumnya.

5 Agustus 2017 : Hb : 11 g/dl

HbsAg : (-)

HIV : Non Reaktif

31 Januari 2018 : Hb : 10 g/dl

1 Februari 2018 :

Pemeriksaan feses :

Makroskopis : - Leukosit :-

- Warna : kehijauan - Eritrosit :-

- Konsistensi : lembek - Parasit : telur cacing

- Darah :- kremi (+) dan larva cacing

- Lendir :- (+)

Mikroskopis :

 Diagnosis Obstetri: Wanita 33 tahun G2P1A0 hamil 32 minggu dengan

anemia dan kecacingan

5.5. Kegiatan Promosi Kesehatan:

1. Penyuluhan Tentang Anemia pada Kecacingan Pada Ibu Hamil

Pemberian edukasi dengan menggunakan media berupa leaflet/print

out materi mengenai gizi seimbang untuk mencegah anemia pada

kecacingan, yang berisi tentang daftar makanan apa saja yang dapat

di konsumsi untuk mencegah anemia dan kecacingan. Dan cara


mempersiapkan cara persalinan tanpa komplikasi agar ibu selamat,

bayi lahir sehat.

2. Penerapan Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat dan Cuci Tangan

Pemberian edukasi mengenai hidup bersih di lingkungan rumah

tangga untuk pencegahan berbagai macam penyakit, pelatihan cuci

tangan pakai sabun, dan meningkatkan kesadaran hidup bersih dan

sehat pada anggota keluarga.

3. Penyuluhan Tentang Pemberian Gizi Seimbang

Pemberian informasi menggunakan lembar print out piramida

makanan gizi seimbang yang baik di konsumsi oleh ibu hamil,

terutama yang mengalami anemia dan kecacingan. Serta

memberikan informasi kandungan gizi tiap makanan yang

dianjurkan.

4. Penyuluhan Tentang Merencanakan Persalinan Tanpa Komplikasi

Memberikan informasi menggunakan lembar print out mengenai 10

langkah cara merencanakan persalinan agar ibu selamat dan bayi

sehat.
BAB VI

MONITORING, EVALUASI, DAN KESIMPULAN

1. Monitoring

a. Pada tanggal 1 Februari 2018 dilaksanakan kegiatan anamnesis dan

pemeriksaan fisik pasien serta penggalian faktor resiko. Pada kegiatan

tersebut didapatkan ibu hamil diagnosis anemia dan kecacingan serta

berbagai faktor pencetus, dan faktor higienitas yang buruk.

b. Pada tanggal 2 Februari 2018 dilaksanakan kegiatan penyuluhan

menggunakan print out tentang anemia pada kecacingan dan komplikasi

yang terjadi, serta perilaku hidup bersih sehat, pasien diajari cara mencuci

tangan yang benar dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Serta

memberikan informasi mengenail 10 langkah merencanakan persalinan

tanpa komplikasi agar ibu selamat dan bayi sehat.

c. Pada tanggal 6 Februari 2018 dilaksanakan kunjungan evaluasi

untuk melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dan menilai pemahaman

dari pasien mengenai materi penyuluhan yang telah disampaikan. Pasien

sudah paham tentang anemia dan kecacingan yang dideritanya, berikut

penyebab dan pencegahannya. Pasien telah mulai memperbaiki higienitas

di rumah tangga dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

mencuci bahan makanan sebelum dimasak dan memulai perilaku hidup

bersih. Pasien sudah bisa melakukan cuci tangan 7 langkah dengan baik

dan benar. Pasien dan suami sudah memutuskan untuk dimana tempat, dan

penolong persalinan nanti kelak.


2. Evaluasi

Secara keseluruhan, rangkaian kegiatan promosi kesehatan ini

berjalan dengan baik dan pasien sangat kooperatif.Adapun hal-hal yang

dapat di evaluasi pada kegiatan promosi kesehatan kepada pasien meliputi:

1. Kebersihan lingkungan sekitar rumah. Sanitasi lingkungan sekitar

rumah masih kurang sehingga kemungkinan penyakit lain yang

berhubungan dengan sanitasi masih mengancam keluarga dan

masyarakat setempat apabila tidak membiasakan perilaku hidup bersih

sehat.

2. Pemantauan melalui kegiatan kelas ibu hamil belum dilakukan dengan

rutin. Hal ini sebaiknya disampaikan ke kader setempat atau perangkat

desa setempat agar kesadaran warna terutama ibu hamil untuk

mengunjungi kelas ibu hamil meningkat, namun belum sempat

dilakukan.

3. Evaluasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat, anemia, dan

kecacingan.

Dilakukan evaluasi secara lisan dan menggunakan soal post test. Di

dapatkan 8 jawaban benar dari 10 soal yang diberikan. Pasien

mengaku sudah menerapkan cuci tangan sebelum dan sesudah makan

menggunakan sabun dan menggunakan air mengalir. Serta tidak

melakukan tanam menanam menggunakan media tanah.

3. Kesimpulan

Kegiatan promosi kesehatan mengenai anemia dan kecacingan ini

memberikan pengaruh yang baik terhadap pengetahuan dan sikap pasien


dan keluarga terhadap penyebab, serta pencegahan kecacingan yang dapat

mengakibatkan anemia terutama pada pasien ini yang sedang hamil dan

perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu perlu dilakukan follow up yang

lebih lanjut dan intervensi yang lebih baik terhadap masyarakat setempat

agar promosi kesehatan yang sudah dilakukan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan RIDinKes Jateng,

2013

Rasmaliah. 2004. Anemia Kurang Besi Dalam Hubungannya Dengan Infeksi

Cacing Pada Ibu Hamil. Tersedia :

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah8.pdf. Diunduh

tanggal, 20 Februari 2014Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil

Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013.

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RIDinKes Jateng, 2013 Manalu SM. Biran SI.

2006. Infeksi Cacing Tambang. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran.

Proverawati A dan Siti A. 2010.

Buku Ajar untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Proverawati, Atikah.

2013. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika Puji E,

Sri S, Nadimin, Fathiyatul F. 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Pola

Konsumsi Dengan Kejadian Anemia Gizi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas

Kassi-KassI.
LAMPIRAN
Kunjungan Pertama
Pemberian Sabun Cuci Tangan dan Langkah Cuci Tangan

Evaluasi Mengenai PHBS di Rumah Tangga


Penerapan Sabun Cuci Tangan dan Poster Langkah Cuci Tangan

Evaluasi Menggunakan Soal Post Test


SOAL PRE TEST DAN POST TEST

PROMKES

Nama:

Alamat:

1. Apa yang anda ketahui tentang kepanjangan dari PHBS?


a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
b. Perilaku Hidup Baik dan Sehat
c. Perilaku Hidup Baik dan Sakit
d. Betul semua

2. Apa sajakah yang termasuk kegiatan PHBS di rumah tangga?


a. Merokok, tidak cuci tangan
b. Olahraga, pemberian ASI pada balita, tersedia jamban, tersedia air
c. Membuang sampah sembarangan
d. Jarang melakukan aktivitas fisik

3. Kapan sebaiknya kita mencuci tangan?


a. Sebelum dan sesudah makan
b. Sebelum dan sesudah keluar rumah
c. Setelah mandi
d. Setelah tidur

4. Bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar?


a. Menggunakan sabun
b. Menggunakan air mengalir
c. Dilakukan secara cepat
d. A dan B benar

5. Darimanakah sumber penyakit kecacingan?


a. Dari tanah
b. Dari bahan makanan yang tidak dicuci bersih
c. Dari bahan makanan yang tidak dimasak
d. Dari pakaian yang tidak di cuci

6. Bagaimana cara penularan cacing bisa masuk ke tubuh kita?


a. Lewat makanan
b. Lewat tangan dan jari
c. Lewat udara
d. Lewat sentuhan

7. Bagaimana cara mencegah terjadinya kecacingan?


a. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
b. Selalu mencuci bersih bahan makanan
c. Minum obat cacing
d. Benar semua

8. Apa komplikasi penyakit kecacingan pada ibu hamil?


a. Anemia/kurang darah
b. Pusing
c. Darah tinggi
d. Keguguran

9. Berikut ini adalah makanan bergizi untuk mencegah anemia, kecuali?


a. Daging, telur, ikan
b. Sayur sayuran
c. Santan, gorengan, jeroan
d. Buah-buahan, susu

10. Berikut adalah tanda-tanda penyakit anemia, kecuali?


a. Lemas, letih
b. Lesu, lelah, lunglai
c. Hb rendah
d. Penurunan berat badan

Anda mungkin juga menyukai