Anda di halaman 1dari 12

Laporan kemajuan belajar mandiri ke 1

A. Ringkasan materi

1. SIFAT HAKIKAT MANUSIA

Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan dan
berkat pendidikan, maka sifat hakikat dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan
berimbang sehingga menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan bermaksud membantu peserta
didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Wujud sifat hakikat
manusia mencakup kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, pemilikan kata hati,
moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan (kemerdekaan), kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, kemampuan menghayati kebahagiaan.
Sedangkan dimensi-dimensinya meliputi dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, serta
keberagaman.

a. Dimensi keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Dikatakan bahwa individu bersifat
unik karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan,
cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
b. Dimensi kesosialan
Setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung
unsur memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak
lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul
setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Tidak ada seorang pun yang dapat
hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang
terasing. Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya
didalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya,
cita-citanyadi dalam interaksi dengan sesamanya.
c. Dimensi kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Drijarkoro mengartikan
manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati dan
melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. (Drijarkoro 1978 : 36 – 39) dalam
buku (Pengantar Pendidikan Prof Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La ulo 2005 : 21).
Kesusilaan diartikan juga mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu
berhubungan erat dengan nilai-nilai. Agar manusia dapat melakukan apa yang
semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami
nilai-nilai, kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut.
d. Dimensi keberagaman
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi
sandaran vertikal manusia. Pandangan Martin Buber “bahwa manusia adalah mahluk
Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat”. Pemerintah dengan
berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulum di
sekolah, mulai dari SD s/d PT, disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian
agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap disadari baha tekanannya
adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya
memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus diutamakan.

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
memenuhi dan menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Pada umumya sifat manusia dengan
segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang
khas tersebut membedakan secara prinsipil dunia hewan dan dunia manusia.

2. TEORI PENDIDIKAN

Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik pendidikan, misalnya


pengembangan kurikulum, proses belajar-mengajar dan manajemen sekolah. Kurikulum dan
pembelajaran memiliki keterkaitan dengan teori pendidikan atau dalam penyusunan suatu
kurikulum dan rencana pembelajaran mengacu pada teori pendidikan. Teori pendidikan dibagi
menjadi empat, yaitu pendidikan klasik, pendidikan teknologik, pendidikan personal dan
pendidikan interaksional. Berikut penjelasannya :

a. Pendidikan Klasik
Pendidikan klasik berorientasi untuk menciptakan siswa menjadi ilmuan. Teori
pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik seperti perenialisme, essensialisme
dan eksistensialisme, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih
menekankan pada peranan isi pendidikan dari pada proses.selain itu pendidikan klasik
menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu
kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta
didik menggunakan ide-ide dan proses penelitian melalui metode ekspositori dan
inkuiri.
b. Pendidikan Teknologik
Pendidikan teknologik dikembangkan menggunakan pola atau cara yang modern,
sistematik, logik, rasional, riil dan bisa dikembangkan. Pendidikan teknologik
berorientasi untuk menyiapkan tenaga profesional dan kompeten. Dalam konsep
pendidikan teknologik dijelaskan bahwa isi pendidikan berupa objek dan keterampilan
yang mengarah pada kemampuan vokasional. Isi disusun dalam bentuk desain
pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan media elektronik, dan para peserta
didik belajar secara individual. Sehingga pendidik berfungsi sebagai direktur belajar,
lebih banyak pada tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman
bahan.
c. Pendidikan Personal
Pendidikan personal berorientasi mengembangkan aspek kepribadian anak.
Kepribadian itulah yang disebut manusianya manusia. Teori pendidikan ini bertolak
dari asumsi bahwa sejak lahir anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Sehingga
peserta didik menjadi pelaku utama dalam pendidikan, sedangkan pendidik menempati
posisi kedua yakni berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayanan
peserta didik. Teori ini memiliki dua aliran yakni aliran pendidikan progesif dan aliran
pendidikan romantik. Pendidikan progesif dipelopori oleh Francis Parker dan John
Dewey, dimana peserta didik merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga materi
pengajaran berasal dari pengalaman peserta didiksendiri yang sesuai dengan minat dan
kebutuhannya. Sedangkan pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran J.J
Rousseau tentang tabula rasa yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,
memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
d. Pendidikan Interaksional
Pendidikan Interaksional berorientasi menyiapkan lulusan menjadi warga masyarakat
yang baik. Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak
dari pemikiran manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja
sama. Pendidikan interaksional ini mendorong timbulnya kurikulum rekontruksi sosial
yakni model kurikulum yang bertujuan menghadapkan para siswa pada tantangan,
ancaman, hambatanyang dihadapi manusia, sehingga siswa didorong untuk
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah sosial yang mendesak dan
bekerja sama untuk memecahkannya.

Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang
mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar
melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio budaya. Oleh karena
itu, setiap masyarakat pluralistic di zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang
terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan regenerasi dari masing-masing masyarakat
yang bersangkutan. Beragam permasalahan dalam pendidikan apabila tidak dapat
dihilangkan sama sekali, paling tidak hal itu perlu diperkecil sehingga persoalan-persoalan
yang muncul tidak mengganggu tercapainya tujuan pendidikan umumnya, atau tujuan
pembelajaran khususnya.
Menurut Sukardjo (2009 : 3) salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau memperkecil
permasalahan yang timbul adalah dengan berpijak pada teori-teori pendidikan. Dengan
demikian, penguasaan atas dasar-dasar pendidikan diharapkan menjadi cakrawala yang
memberikan bekal bagi pelaku pendidikan dalam rangka memperkecil persoalan pendidikan
dan memecahkan beragam permasalahan pendidikan pada umumnya, dan pembelajaran pada
khususnya. Dalam proses mengajar belajar, penguasaan seorang guru dan cara
menyampaikannya merupakan syarat yang sangat essensial. Penguasaan guru terhadap materi
pelajaran dan pengelolaan kelas sangatlah penting, namun demikian belum cukup untuk
menghasilkan pembelajaran yang optimal. Selain menguasai materi matematika guru
sebaiknya menguasai tentang teori-teori belajar, agar dapat mengarahkan peserta didik
berpartisipasi secara intelektual dalam belajar, sehingga belajar menjadi bermakna bagi siswa.
Hal ini sesuai dengan isi lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang
menyebutkan bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.
Terdapat dua aliran teori belajar, yakni aliran teori belajar tingkah laku (behavioristic) dan
teori belajar kognitif.
1. Teori belajar behavioristik
Teori belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) individu
(Suherman, dkk: 2001: 30). Didalamnya terdapat dua hal, yaitu 1) uraian tentang apa yang
terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual; dan 2) uraian tentang kegiatan intelektual anak
mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu. Teori belajar tingkah laku
dinyatakan oleh Orton (1987: 38) sebagai suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi
melalui hubungan stimulus (rangsangan) dan respon (response). Berikut dipaparkan empat
teori belajar tingkah laku yaitu teori belajar dari Thorndike, Skinner, Pavlov, dan Bandura.

a. Teori Belajar dari Thorndike


Edward Lee Thorndike (1874 – 1949) mengemukakan beberapa hukum belajar yang
dikenal dengan sebutan Law of effect. Belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap
suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini
bisa timbul sebagai akibat anak mendapatkan pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini
termasuk reinforcement. Setelah anak berhasil melaksanakan tugasnya dengan tepat dan cepat,
pada diri anak muncul kepuasan diri sebagai akibat sukses yang diraihnya. Anak memperoleh
suatu kesuksesan yang pada gilirannya akan mengantarkan dirinya ke jenjang kesuksesan
berikutnya.

Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga teori
belajar koneksionisme. Pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang terkait dengan teori
koneksionisme yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan
hukum akibat (law of effect). Dapat dijelaskan :

1) Hukum kesiapan (law of readiness) menjelaskan kesiapan seorang anak dalam melakukan
suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melakukan
kegiatan tertentu.

2) Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa jika hubungan stimulus- respon sering
terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan makin jarang hubungan
stimulus-respon dipergunakan, maka makin lemah hubungan yang terjadi. Hukum latihan pada
dasarnya menggunakan dasar bahwa stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu sama
lain secara kuat, jika proses pengulangan sering terjadi, makin banyak kegiatan ini dilakukan
maka hubungan yang terjadi akan bersifat otomatis. Seorang anak yang dihadapkan pada suatu
persoalan yang sering ditemuinya akan segera melakukan tanggapan secara cepat sesuai
dengan pengalamannya pada waktu sebelumnya.

3) Hukum akibat (law of effect) menjelaskan bahwa apabila asosiasi yang terbentuk antara
stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini
berarti bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya ganjaran dari guru akan memberikan
kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan
pencapaiannya itu. Selanjutnya thorndike mengemukakan hukum tambahan sebagai berikut :

a) hukum reaksi nervariaso ( low of multiple reaponse)

b) hukum sikap ( low of attitude )

c) hukum aktifitas berat sebelah ( low of prepotency element)

d) hukum respon melalui analogi ( law of reaponse by analogy)

e) hukum perpinsahan asosiasi ( law of associative shifting )

b. Teori belajar pavlov

Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik, pavlov mengemukakan konsep pembiasaan
( conditioning ). Agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan.

c. Teori belajar skinner

Burhus frederic skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses belajar.

Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan dianggap positif apabila seiring dengan meningkatnya perilaku anak dalam
melakukan pengulangan perilakunya contoh penguatan positif adalah pujian yg diberikan oleh
guru kepada siswa. Sedangkan penguatan negatif berupa teguran, peringatan atau sangsi.

d. Teori belajar bandura

Bandura mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru. Pengertian meniru disini
bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal- hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru
jika tulisan guru baik, guru bersikap sopan santun berbicara dengan sopan santun menggunakan
bahasa yang baik dan benar maka siswa akan menirunya. Dengan demikian guru harus menjadi
model manusia yang profesional.

2. Teori belajar vygotsky

Menurut pandangan kontruktivisme tentang belajar, individu akan menggunakan


pengetahuan sikap dan pengalaman pribadi yang telah dimilikinya untuk membantu memahami
masalah atau materi baru.

3. Teori belajar van hielle

Dalam pembelajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan van hielle (1954)
yang menguraikan tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Van hielle menyatakan
bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu :

a) tahap visualisasi ( pengenalan )

b) tahap analisis ( deskriptif )

c) tahap deduksi formal ( pengurutan atau ralasional )

d) tahap deduksi

e) tahap akurasi

4. Teori belajar Ausubel

David ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan, ausubel memberi penekanan
pada proses belajar yang bermakna. Teori belajar ausubel terkenal dengan belajar bermakna
dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Menurut ausubel belajar dapat
diklasifikasikan kedalam dua dimensi yaitu dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan.
Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada yang meliputi fakta, konsep dan generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa.
Prinsip-prinsip dalam teori belajar Ausubel :

a) Pengaturan awal ( advance organizer) mengarah kepada siswa tentang materi yang akan
dipelajari dan mengingatkan pada siswa tentang materi sebelumnya yang dapat
digunakan siswa untuk menanamkan pengetahuan baru.

b) Diferensiasi progresif adalah cara mengembangkan pokok bahasan melalui penguraian


bahan secara heirarkis sehingga setiap bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu
kesatuan yang besar.

c) Belajar superordinat dapat terjadi apabika konsep yang telah dipelajari sebelumnya
dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif.

d) Penyesuaian integratif ( Rekonsiliasi integratif )

5. Teori. Belajar Bruner

Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia ,


bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan
mentransformasikan pengetahuan. Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem
keterampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna ketiga sistem
keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian ( modes of presents), yaitu :

a) Cara penyajian enaktif

b) Cara penyajian ikonik

c) Cara penyajian simbolik

3. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah untuk melaksanakan


kurikulum 2013 tertuang dalam permendikbud nomor 103 tahun 2014 yang dinaungi dengan
permendikbud nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses beserta lampirannya. Dalam
lampiran tersebut peraturan tersebut dinyatakan tentang konsep dasar mengenai proses
pembelajaran yaitu bahwa peserta didik dipandang sebagai subyek yang memiliki kemampuan
untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan sejalan
dengan pandangan tersebut, pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan
kepada peserta didik untk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Selanjutnya agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan peserta didik
perlu di dorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya
dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Berikut ini akan diuraikan beberapa desain pembelajaran yang selaras dengan prinsip
pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 :

1. Pendekatan saintifik ( dalam pembelajaran ) dan metode saintifik

Dalam permendikbud no 103 tahun 2014 dinyatakan bahwa pembelajaran dengan


pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni : mengamati ( observing ),
menanya ( questioning ), mengumpulkan informasi / mencoba ( experimenting ), menalar atau
mengasosiasi ( associating ) dan mengkomunikasikan ( communicating ). Pendekatan saintifik
disebut juga pendekatan berbasis proses keilmuan, artinya proses bentuk memperoleh
pengetahuan ( ilmiah ) secara sistimatis.

2. Pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning )

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata


dalam kehidupan sehari - hari ( otentik ) yang bersifat terbuka ( open ended ) untuk diselesaikan
oleh peserta didik untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar
mandiri dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda
dengan pembelajaran konvensional yang jarang menggunakan masalah nyata atau
menggunakan masalah nyata hanya ditahap akhir pembelajaran sebagai penerapan dari
pengetahuan yang dipelajari.

3. Pembelajaran berbasis projek ( project based learning)

Pembelajaran berbasis proyek ( PBP ) Adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan


proyek / kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas- aktivitas
peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, membuat sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk skema, karya tulis,
karya seni, karya teknologi dan lain- lain.

Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut :

a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran

b. Meningkatkan kemampuam peserta didik dalam memecahkan masalah proyek

c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks
dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola


sumber / bahan / alat untuk menyelesaikan tugas/ proyek
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok.

Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas- tugas proyek pada
kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

b. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik
yang telah ditentukan dalam pembelajaran

c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu kompetensi dasar
tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran tertentu

d. Penyelidikan atau ekperimen dilakukan secara eksperimen dilakukan secara otentik dan
menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/
topik yang disusun dalam bentuk produk ( laporan atau hasil karya ).

e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam fasilitasi
dan monitoring oleh guru.

4. Pembelajaran Inquiry/ Discovery

Inquiry/ discovery merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Tujuan pertama inquiry/ discovery learning adalah agar siswa mampu merumuskan dan
menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana dsb. Dengan kata lain
membantu siswa berpikir secara analitis. Tujuan kedua adalah untuk mendorong siswa agar
semakin berani dan kreatif berimajinasi.

4. EVALUASI HASIL BELAJAR

Berdasarkan pasal 1 Permendikbud nomor 53 tahun 2015 tentang penilaian hasil belajar
oleh pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah, penilaian hasil
belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang capaian pembelajaran
peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
sistematis dan terencana yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan
perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan secara berkesinambungan.

1. Fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar,
kemajuan hasil belajar dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan memenuhi fungsi
formatif dan sumatif dalam penilaian.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi, menetapkan program perbaikan
atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi dan memperbaiki proses
pembelajaran

2. Cakupan aspek penilaian oleh pendidik

Berikut adalah rincian singkat cakupan penilaian :

a. Sikap

b. Pengetahuan

c. Keterampilan

3. Pendekatan penilaian

Penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran.
Pemanfaatan penilaian bukan sekedar mengetahui pencapaian hasil belajar, justru yang lebih
penting adalah bagaimana penilaian mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
proses belajar.

Penilaian seharusnya dilakukan dalam 3 pendekatan yaitu assesment of learning ( penilaian


akhir pembelajaran ), assesment for learning ( penilaian untuk pembelajaran ), assesment as
learning ( penilaian sebagai pembelajaran ).

4. Prinsip Penilaian

a) sahih f) Sistematis

b) objektif g) Menyeluruh dan berkesinambungan

c) adil h) beracun kriteria

d) terpadu i) Akuntabel

e) terbuka

5. Tehnik Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memangau proses kemajuan belajar
dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan pengukuran pencapaian satu atau lebih
kompetensi dasar. Penilaian dilakukan dengan berbagai tehnik. Pendidik dapat memilih tehnik
penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar, indikator atau tujuan belajar yang akan
dicapai.

6. Prosedur penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup :


a) penyusunan rencana penilaian

b) Pelaksanaan penilaian

c) Pengolahan analisis dan interpretasi hasil penilaian

d). Pengolahan hasil penilaian, pengolahan hasil penilaian sikap untuk membuat deskripsi
nilai/ perkembangan sikap selama satu semester.

1) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru bk masing2 mengelompokkan catatan
sikap pada jurnal yang dibuatnya ke dalam sikal spritual dan sikap sosial ( apabila
ada kolom belum ada butir nilai )

2) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru bk masing-masing membuat rumusan
deskripsi singkat spritual dan sikap sosial berdasarkan catatan - catatan jurnal untuk
setiap peserta didik.

3) Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat dari guru mata pelajaran dan guru BK.

4) Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi

e) Pelaporan dan pemanfaatan hasil penilaian

Berdasarkan pengolahan hasil penilaian, pendidik membuat laporan hasil penilaian. Hasil
penilaian dapat berupa rekap nilai peserta didik dan atau nilai pada lembar jawaban masing-
masing atau sesuai dengan tujuannya.

B. Materi yang sulit dipahami

Dari uraian materi yang telah dibahas, materi yang sulit dipahami ada pada bagian
pencapaian keberhasilan pelaksanaan program BK, yang mana jika berkaca pada kenyataan
yang terjadi dilapangan sangatlah jauh berbeda. Sangat banyak sekolah yang tidak memiliki
guru BK, walaupun ada guru BK tapi sebagian besar tidak memiliki kompetensi dan pengakuan
secara sah untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Ruangan yang tidak
mendukung dan kadang kala masih menumpang diruangan lain sehingga sulit menjaga asas
kerahasiaan. Anggapan sebagian besar warga sekolah bahwa guru BK adalah polisi sekolah
menjadikan semua masalah langsung diserahkan pada guru BK. Kurangnya dukungan dana
dari sekolah sehingga banyak program yang tidak bisa berjalan maksimal. Serta kurangnya
dukungan dari orang tua atau pihak luar yang membuat kerjasama kolaborasi untuk
mengentaskan masalah peserta didik menjadi sulit.
C. Materi esensial apa saja yang anda anggap essensial tapi tidak dijelaskan dalam
bagian ini

Yang essensial tapi tidak dijelaskan adalah materi tentang metodologi yang dipakai dalam
membuat penilaian, peran serta guru BK saat peserta didik menghadapi pengayaan sebagai
hasil dari penilaian, Follow up setelah mendapatkan hasil penilaian, evaluasi hasil belajar
kurang dijelaskan karena kebanyakan yang dibahas adalah tentang hasil penilaian, serta
penyaluran bakat dan minat peserta didik yang sesuai dengan karakteristiknya.

D. Materi apa saja yang tidak essensial namun ada dalam sumber belajar.

Uraikan materi yang menurut anda tidak esensial tetapi dijelaskan dalam bagian ini :

Hingga saat ini belum ada aturan yang baku penyelenggaraan bimbingan dan
konseling pada jalur nonformal maupun informal. Bagi konselor yang mempunyai
kepedulian dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di jalur informal
maupun nonformal dalam jenis pendidikan keagamaan, dapat mengimplementasikan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dalam jalur formal dengan
modifikasi-modifikasi, disesuaikan dengan konteks yang ada.

Anda mungkin juga menyukai