Anda di halaman 1dari 4

KASUS PERPAJAKAN

SOAL 1A NOMOR 4

A. Menurut Anda, mungkinkah Perusahaan melakukan pembetulan SPT PPh Badan


Tahun 2015?
 Dasar Hukum: Pasal 8 ayat (1) sampai dengan ayat (2) Undang-undang Nomor 28
Tahun 2007 (UU KUP).
 Penjelasan berdasarkan UU: Dalam Pasal 8 ayat (1) tertulis bahwa, “Wajib Pajak
dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.” Sehingga jika ditemukan
kekeliruan dalam SPT maka WP dapat melakukan pembetulan atas kemauan sendiri,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.
Dalam ayat (2) tertulis bahwa, “Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan
sebagaimana diatas menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat
Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa
penetapan.”
 Kesimpulan: Sehingga dalam Kasus PT ABC, dapat disimpulkan bahwa PT ABC
dapat melakukan pembetulan SPT PPh Badan Tahun 2015 atas kesalahan hitung dalam
SPT PPh Badan tahun 2015 yang menimbulkan potensi tambahan pajak kurang bayar
sebesar Rp 220 juta.

B. Sudah tepatkah tindakan yang diambil oleh manajemen Perusahaan untuk tidak
melakukan pembetulan SPT PPh Badan Tahun 2015? Jika Perusahaan mungkin
melakukan pembetulan, adakah sanksi perpajakan jika Perusahaan melakukan
pembetulan SPT PPh Badan Tahun 2015?
 Dasar Hukum: Pasal 8 UU KUP, Pasal 13 UU KUP, Pasal 15 UU KUP, Pasal 38 UU
KUP, Pasal 39 UU KUP
 Penjelasan berdasarkan UU:
1. Pembetulan sebelum dilakukan pemeriksaan
Jika WP melakukan pembetulan SPT sebelu dilakukan pemeriksaan maka dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan. Bunga yang
terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai
dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

2. Pembetulan SPT dalam Proses Pemeriksaan


Saat Wajib Pajak menyadari bahwa terdapat data yang belum
dilaporkan dalam SPT yang sedang diperiksa oleh Pemeriksa Pajak, Wajib Pajak
masih mempunyai kesempatan dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran tersebut sesuai Pasal 8 ayat 4 UU KUP. Pajak yang kurang dibayar
yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) beserta sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang dibayar,
harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud
disampaikan.

3. Pembetulan SPT setelah Pemeriksaan


Dalam pasal 8 ayat (3) UU KUP menyatakan “Walaupun telah dilakukan
tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai
adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak
akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai
pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.” Dari pasal tersebut dapat
disimpulkan bahwa bila Wajib Pajak telah dilakukan pemeriksaan atau sedang
dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana perpajakan sehubungan
Wajib Pajak belum mau mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT pada
waktu pemeriksaan, Wajib Pajak masih diberi kesempatan untuk menggunakan
haknya mengungkapkan ketidakbenaran tersebut disertai sanksi administrasi
sesuai Pasal 8 ayat (3) UU KUP.
Namun apabila kesempatan untuk mengungkapkan ketidakbenaran pengisian
SPT ini tetap tidak digunakan oleh Wajib Pajak sedangkan data sudah ditemukan
dan dimiliki oleh DJP maka akan menerima konsekuensi hukum sebagai berikut :
1. Bila Wajib Pajak belum melakukan pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT dan data baru (novum) ditemukan oleh DJP maka akan
dilakukan pemeriksaan ulang sehingga terbit Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) sesuai Pasal 15 ayat (1) UU
KUP. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut.
2. Bila Wajib Pajak belum melakukan pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT, dilanjutkan dengan pemeriksaan bukti permulaan, maka
sanksi yang akan diterima oleh Wajib Pajak minimal karena unsur
kealpaan pertama kali adalah sesuai Pasal 13A UU KUP. Wajib Pajak
yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai
sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh
Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak
yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar.
3. Bila ketidakbenaran pengisian SPT tersebut merupakan tindak pidana
karena unsur kealpaan yang kedua kali, maka akan dilakukan tindakan
penyidikan yang akan dikenakan sanksi sesuai Pasal 38 UU KUP. Setiap
orang yang karena kealpaannya: sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan
paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
4. Apabila ketidakbenaran pengisian SPT tersebut merupakan tindak pidana
karena unsur kesengajaan termasuk konsekuensi atas tidak mendaftarkan
NPWP dan/atau PKP, maka akan dilakukan tindakan penyidikan yang
akan dikenakan sanksi sesuai Pasal 39 UU KUP. Setiap orang yang
dengan sengaja sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak
4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
 Kesimpulan:
a. Dari penjelasan pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan manajemen
untuk tidak melakukan pembetulan SPT PPh Badan Tahun 2015, menurut
kelompok kami dinilai kurang tepat. Hal ini dikarenakan konsekuensi sanksi
yang jauh lebih ringan jika PT ABC menggunakan haknya untuk
mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT dibandingkan kesalahan
tersebut diungkapkan oleh DJP.
b. Serta sanksi perpajakan jika Perusahaan melakukan pembetulan SPT PPh
Badan Tahun 2015 adalah sebesar 2% per bulan. Bunga yang terutang atas
kekurangan pembayaran pajak tersebut, dihitung mulai dari berakhirnya batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Anda mungkin juga menyukai