Anda di halaman 1dari 12

PENGENDALIAN NILAI pH ( CrpH )

I. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan praktik mahasiswa diharapkan dapat :


1. Menjelaskan dan membedakan mode pengendalian kontinyu dan tidak kontinyu.
2. Menjelaskan terminology yang digunakan dalam simulasi unit CrPH.
3. Memahami prinsip pengendalian level air padaa unit CrPH.
4. Melakukan simulasi pengendalian dan menjelaskan grafik terssebut.

II. ALAT DAN BAHAN

 Alat Yang Digunakan


1. Tangki umpan asam dan basa kapasitas volume 10 L
2. Tangki penampung 20L
3. Alat ukur PH
4. Flowmeter jenis float 0-15 L/jam
5. Pompa sentrifugal 570 L/jam
6. Pompa proposional

 Bahan Yang Digunakan


1. Asam klorida 30%
2. Natrium hidroksida 30%

III. DASAR TEORI

1. Pengendalian P/I/D
Sistem pengendalian secara kontinyu berbeda dengan sistem pengendalian tak
kontinyu (on-off). Pada sistem kontrol kontinyu, sistem secara kontinyu melakukan
evaluasi antara error dan set ppoint dan secara kontinyu pula memberikan masukan
(input) bagi elemen kontrol akhir untuk melakukan perubahan agar harga
pengendalian (control point) bagi elemen kontrol akhir untuk melakukan perubahan
agar harga pengendalian (control point) mendekati atau sama dengan harga set point.

Sistem pengendalian kontinyu ini menggunakan tiga terminologi berikut:


a. Proposional
b. Integral
c. Derivatif
Sinyal yang diregulasi yang didasarkan atas error (perbedaan antara set point
dengan kontrol point ditentukan oleh jumlah ketiga definisi diatas.

A. Proposional
Bagian atau komponen mode pengendalu ini menyatakan error yang terjadi
sebanding antara set point dan harga terukur. Sebanding ini dinyatakan sebagai harga
konstanta proposional (kp).
Ketiga sinyal regulasi mencapai 100% atau katup pneumatic terbuka penuh, error
mencapai level salurasi (jenuh) penambahan error tidak akan meningkatkan sinyal
regulasi.
Disini perlu diketahui range interval error sinyal regulasi dapat beroperasi antara
0%-100%. Range variasi error dinyatkan sebagai proposional band atau pita
proposional. Apabila error (e) antara 0-PB, maka persen harga isnyal regulasi (x)
adalah:
X = e. PB
Semakin besar PB semakin kecil keluaran kontroller (x) untuk error yang
sama. Dengan kata lain, semakin rendah proposional kontroller.
Sistem pengendalian yang harga menggunakan mode proposional ini
mempunyai ketentuan berikut:
a. Error tidak dapat dieliminasi (dikurangi) dan sulit mencapai set point.
b. Adanya error bisa (residu) yang disebut offset yang bertambah dengan
bertambahnya PB.

B. Integral
Mode kontrol integral selalu digunakan berpasangan dengan mode proposional
dengan persamaan:

Dengan mode bangunan ini error pertama – tama akan meningkat kemudian
berkurang dengan cepat oleh aksi proposional. Error tidak akan menjadi nol
dikarenakan oleh adanya offset. Aksi kontrol intergral akan mengurangi error residu
(offset) dari proposional. Dengan mode ini kemugkinan untuk mengurangi error
secara tuntas, sedangkan kondisi equilibrium baru memerlukan aliran masuk yang
baru yang digerakan oleh mode integral juga.
Umumnya mode gabungan ini digunakan ketika variabel yang dikendalikan
diharapkan mengalami perubahan besar namun lambat yang memerlukan perubahan
cukup besar pada sinyal regulassi (x).

C. Derivatif
Mode derivatif juga dipergunakan bergabungan dengan mode proposional dengan
persamaan:

jika error konstan derivatif sebagai fungsi waktu akan mempunyai harga nol
(tidak ada output). Mode proposional derivatif ini digunakan apabila diharpkan
perubahan yang cepat dan dalam batas level kontrol mempunyai variasi beban yang
rada lambat. Penggunaan mode proposional derivatif kurang memberikan pengertian
yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkab derivatif yang digunakan pada CrPH adalah
mode gabungan lengkap atau mode PID (proposional,integral,derivatif).
Dengan persamaan :

Gabungan ketiganya disini memberikan pengendalian yang sempurna dan


menghasilkan pengendalian yang optimal.
Pengendalian PID
Merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu sistem intrumentasi degan
karakteristik adanya umpan balik pada sistem tersebut. Komponen PID ini terdiri dari
tiga jenis yaitu: proposional, integral, derivatif.
1. Kontrol proposional
Ciri – ciri pengontrol proposional
a. Jika nilai Kp kecil, pengontrol proposional hanya mampu melakukan
koreksi kesalahn yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang
lambat (menambah rise time).
b. Jika nilai Kp dinaikan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat
mencapai keadaan mentapnya (mengurangi rise time)
c. Namun, jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan
akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan
berosilasi
d. Nilai Kp dapat diset sedemikian sehingga mengurangi steady state error
tetapi tidak menghilangkannya.
2. Kontrol integral
Ciri – cirir pengontrol integral
a. Keluaran pengontrol integral membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga
pengontrol integral cenderung memperlambat respon
b. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluaran pengontrol akan bertahan
pada nilai sebelumnya.
c. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukan
kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan
nilai Ki
d. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya
offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta ki akan mengakibatkan
peningkatan osilasi sari sinyal keluaran pengontrol.

3. Kontrol derivatif
Ciri – ciri kontrol derivatif
a. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan
pada masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan )
b. Jika sinyal kesalahan berupa terhadap waktu, maka keluaran yang dihasilkan
pengontrol tergantung pada nilai kd dan laju perubahan sinyal kesalahan.
Dosing pump
Dosing pump adalah pompa khusus untuk menginjeksikan chemical secara
terukur dan akurat serta manan untuk berbagai aplikasi. Dosing pump/ pompa
dosing/ metering pump/ pompa injeksi kimia adalah pompa yang bertugas
untuk menginjeksikan bahan kimia dengan ukuran yang akurat untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
IV. LANGKAH KERJA

1. Memipet 6ml larutan NaOH 30% ke dalam galon aquadest bagian bawah,
menambahkan aquadest hingga terisi 9L.
2. Memipet 3ml larutan HCl 30% ke dalam galon aquadest pada bagian atas dan
menbahkan aquadest hingga terisi 9L.
3. Menghidupkan alat dengan memutar main switch ke posisi on.
4. Mengambil sampel dari masing – masing galon sejumlah 50ml dan cek PH dengan
menggunakan PH elektroda tersedia. Membilas elektroda.
5. Memutar katup tempat elektroda PH kedalam mengencangkan kembali dengan
memutar.
6. Menghidupkan komputer dan menghubungkan antara CrPH dengan komputer
menggunakan kabel USB tersedia. Menjalankan program DIDATEC CONTROL
pada layar dekstop dengan mengklik 2x menggunakan mouse.
7. Switch on pengaduk, menekan tombol power pada bagian pengaduk sampai muncul
50 rpm, menekan tanda + pada bagian hingga kecepatan pengaduk menjadi 350rpm.
8. Menghidupkan pompa sentrifugal dan mengatur debit pada 3,5 l/h mengamati
permukaan cairan didalam tangki proses ingga elektroda terselup dengan baik.
9. Mengatur USB PORT di monitor ke COMB dan mengubah set point menjadi 8
10. Memasukan harga proposional band 50% dan integral time 1 dan derivatif time 0
11. Menghidupkan dosing pump.
12. Mengklik START ACQUISTION pada layar monitor untuk memulai proses
pengendalian PH. Klik kanan pada bagian sumbu x untuk mengaktifkan
AUTOSCALE pada output pompa dan klik kanan pada bagian Y untuk mengaktifkan
AUTOSCALE pada bagian pengukuran.
13. Mengamati hingga didapat grafik perubahan yang cenderung stabil
14. Setelah selasai RUN 1 terdapat 2 lembah dan 1 bukit klik stop.
15. Klik save graph untuk melihat pengukuran dan mengisi maka grafik yang akan
disimpan
16. Mengubah parameter dengan mengganti nilai proposional band menjadi 30% dan
70%

V. DATA PENGAMATAN

P I D

30 1 1
50 1 1
70 1 1
50 0 0
VI. PERHITUNGAN DATA
1. pH larutan HCL 30% (teori)
% .𝑝 1000
M1 = 𝐵𝑀
𝑔𝑟
30% .1,18 ⁄𝑙 .1000
= 𝑔𝑟 = 9,698 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
36,5 ⁄𝑚𝑜𝑙

M1. V1 = M2 . V2

M1.V1 9,698 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙 .0,006 𝐿


M2 = = = 4,463 X 10-3 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
V2 9𝐿

pH = -log [4,463 X 10-3]

= 3 -log 4,465

= 2,35

pH (praktek) = 4,29
4,29−2,35
%keasalahan = 𝑥 100%
4,29

= 45,22%

2. pH larutan NaOH 30% (teori)


% .𝑝 1000
M1 = 𝐵𝑀

𝑔𝑟
30% .2,13 ⁄𝑙 .1000
= 𝑔𝑟 = 15,975 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙
40 ⁄𝑚𝑜𝑙

M1. V1 = M2 . V2

15,975 . 0,012 L = M2 . 9L

M2= 0,0213 𝑚𝑜𝑙⁄𝑙

pOH = -log [0,0213]

= 1,671

pH = 14 – 1,671 = 12,328

pH (praktek) = 7,81
12,328−7,81
%kesalahan = 𝑥 100% = 36,65 %
12,328
PERHITUNGAN DATA

 mode proporsional, integral, dan derivatife (PID)


PB = 30 %
1. Penentuan Ep
ℎ𝑒𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡−𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
Ep = 𝑥 100%
𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛

7,6−7,4
= 𝑥 100%
14

= 1,42%

2. Penentuan Konstanta Proporsional (KP)


100 100
Kp = = = 3,33%
𝑃𝑏 30
3. Penentuan output controller (P)
Ki =2; Kd =1; Po =50%

𝑡 𝑑𝐸𝑃
P = Kp . Ep + Ki ∫0 𝐸𝑝 (𝑡) dt + Kd + Po
𝑑𝑡

𝑡 𝑑𝐸𝑃
P – Kp. Ep + Ki ∫0 𝐸𝑝 (𝑡) – Po = Kd 𝑑𝑡

𝑑𝑡 𝑑𝐸𝑃
∫ 𝐾𝑑 = ∫ 𝑡
𝑃−𝐾𝑝 .𝐸𝑝−𝐾𝑖 ∫0 𝐸𝑝 (𝑡)−𝑃𝑜

𝑡2−𝑡1 1 𝑡
= - 𝐾𝑝.𝐾𝑖 ln (P –Kp. Ep - Ki∫0 𝐸𝑝 (𝑡) – Po)
𝐾𝑑

1−0 1 1,42%
= - 3,33 𝑥 2 ln (P –3,33 x 1,42% - 2[ (1)] – 50%)
1 2

-6,67 = ln (P – 4,7286% - 1,42% - 50%)

𝑒 −6,67 = (P – 4,7286 - 1,42 - 50)

𝑃 = 56,15
 mode proporsional, integral, dan derivatife (PID)
PB = 50 %
1. Penentuan Ep
ℎ𝑒𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡−𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
Ep = 𝑥 100%
𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛

7,6−7,4
= 𝑥 100%
14

= 1,42%

2. Penentuan Konstanta Proporsional (KP)


100 100
Kp = = = 2%
𝑃𝑏 50
3. Penentuan output controller (P)
Ki =2; Kd =1; Po =50%

𝑡 𝑑𝐸𝑃
P = Kp . Ep + Ki ∫0 𝐸𝑝 (𝑡) dt + Kd + Po
𝑑𝑡

𝑡 𝑑𝐸𝑃
P – Kp. Ep + Ki ∫0 𝐸𝑝 (𝑡) – Po = Kd 𝑑𝑡

𝑑𝑡 𝑑𝐸𝑃
∫ 𝐾𝑑 = ∫ 𝑡
𝑃−𝐾𝑝 .𝐸𝑝−𝐾𝑖 ∫0 𝐸𝑝 (𝑡)−𝑃𝑜

𝑡2−𝑡1 1 𝑡
= - 𝐾𝑝.𝐾𝑖 ln (P –Kp. Ep - Ki∫0 𝐸𝑝 (𝑡) – Po)
𝐾𝑑

1−0 1 1,42%
= - 2 𝑥 2 ln (P –2 x 1,42% - 2[ (1)] – 50%)
1 2

-2 = ln (P – 2,84% - 1,42% - 50%)

𝑒 −2 = (P – 2,84 - 1,42 - 50)

𝑃 = 54,28
 mode proporsional, integral, dan derivatife (PID)
PB = 70 %
1. Penentuan Ep
ℎ𝑒𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡−𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
Ep = 𝑥 100%
𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛

7,6−7,4
= 𝑥 100%
14

= 1,42%

2. Penentuan Konstanta Proporsional (KP)


100 100
Kp = = = 1,43%
𝑃𝑏 70
3. Penentuan output controller (P)
Ki =2; Kd =1; Po =50%

𝑡 𝑑𝐸𝑃
P = Kp . Ep + Ki ∫0 𝐸𝑝 (𝑡) dt + Kd + Po
𝑑𝑡

𝑡 𝑑𝐸𝑃
P – Kp. Ep + Ki ∫0 𝐸𝑝 (𝑡) – Po = Kd 𝑑𝑡

𝑑𝑡 𝑑𝐸𝑃
∫ 𝐾𝑑 = ∫ 𝑡
𝑃−𝐾𝑝 .𝐸𝑝−𝐾𝑖 ∫0 𝐸𝑝 (𝑡)−𝑃𝑜

𝑡2−𝑡1 1 𝑡
= - 𝐾𝑝.𝐾𝑖 ln (P –Kp. Ep - Ki∫0 𝐸𝑝 (𝑡) – Po)
𝐾𝑑

1−0 1 1,42%
= - 1,43 𝑥 2 ln (P –1,43 x 1,42% - 2[ (1)] – 50%)
1 2

-2,86 = ln (P –2,0306% - 1,42% - 50%)

𝑒 −2,86 = (P –2,0306- 1,42 - 50)

𝑃 = 50,5079
 mode proporsional
PB = 50 %
1. Penentuan Ep
ℎ𝑒𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡−𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
Ep = 𝑥 100%
𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛

7,6−7,4
= 𝑥 100%
14

= 1,42%

2. Penentuan Konstanta Proporsional (KP)


100 100
Kp = = = 2%
𝑃𝑏 50
3. Penentuan output controller (P)

P = Kp . Ep + Po

= 2 . 1,42 % + 50 %

= 52,84
VII. ANALISA DATA

Setelah melakukan praktikum pengendalian nilai CRpH dapat dianalisa bahwa pada
pengendalian pH terdapat dua mode pengendalian yang digunakan yaitu PI dan PID. Kedua
mode pengendalian ini digunakan untuk mengendalikan pH larutan dengan cara
mengalirkannya menuju tangki pengaduk. kedua larutan yang digunakan dalam tangki adalah
larutan asam (HCl) sehingga nilai penurunan pH yang terjadi cukup kecil. Mode proposional
integral digunakan untuk mengukur dengan respon cukup cepat dan untuk menghilangkan
offset yang terjadi. Sementara mode proposional, integral, derivatif digunakan untuk situasi
dimana terjadi beban pengendalian yang sangat cepat. Tujuan utama pengendalian pH ini
adalah untuk mengendalikan pH larutan yang terdapat pada tangki utama (MAIN) berupa
larutan HCl yang mengalir ke bawah masuk menuju tangki pencampuran. Larutan gangguan
(NOISE) berupa NaOH juga dialirkan masuk kedalam tangki pencampuran. Kedua aliran
tersebut diatur oleh katup kontrol yang digerakkan oleh aliran listrik dengan controller
sebagai pemberi input sinyal penggerak katup. Kedua larutan asam dan basa tersebut
bercampur dan ph larutan akan terukur oleh elektroda yang terdapat didalam tangki.
Elektrolit-elektrolit yang terdapat didalam larutan akan dibaca oleh alat controller dan
memberikan keluaran berupa penggerak pompa peristaltik untuk mengatur besarnya keluaan
larutan NaOH yang harus dialirkan kedalam tangki pencampuran.

Dari pembacaan grafik pada saat Pb= 30% ; integral time 1; derivatif time 1 ; nilai
yang terukur pada puncak tertinggi adalah 63. Pada saat Pb= 50% ; integral time 1; derivatif
time 1 ; nilai yang terukur pada puncak tertinggi adalah 46, sedangkan pada saat Pb= 70% ;
integral time 1; derivatif time 1 ; nilai yang terukur pada puncak tertinggi adalah 42. Hal ini
terjadi dikarenakan perubahan nilai proposional band. Semakin tinggi nilai propsional band
nya maka semakin rendah nilai puncak yang terukur dan waktu yang ditempuh untuk
menghasilkan 2 bukit 1 lembah semakin lama juga. Nilai output controller (P) yang didapat
juga semakin kecil.
VIII. KESIMPULAN
1. Nilai P yang didapat saat:
 Pb 30 adalah 56,15
 Pb 30 adalah 54,28
 Pb 30 adalah 53,5079
2. % Kesalahan pada saat pengukuran nilai pH :
 HCL 30% = 45,22%
 NaOH 30% = 36,65%

DAFTAR PUSTAKA

 JOBSHEET penuntun praktikum pengendalian proses politeknik negeri sriwijaya


2016
 http//.Sribd.com
 http//. academiaedu.com
 http//. Google.com
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN PROSES
PENGENDALIAN NILAI pH (CRpH 2)

DISUSUN
OLEH :
Kelompok 3
1. AGUNG RAFILANDA (0614 4041 0767)
2. INDRI MAYANG SARI (0614 4041 0774)
3. MUHAMMAD HANIF FATIN (0614 4041 0777)
4. MUHAMMAD RAFLI (0614 4041 0778)
5. RIFKY AJIE PERMATA (0614 4041 0781)
6. RIZKI MEILANI (0614 4041 0782)
7. HERLIN SUMARNA (0614 4041 1724)

Kelas : 4 EG.A

Dosen Pembimbing : Yuniar, S.T , M.Si .

TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2016 - 2017

Anda mungkin juga menyukai