Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajer adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang
lain. Seorang manajer dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya
menggunakan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, ia perlu memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun
sebutannya. Tidak setiap orang yang ditunjuk sebagai pemimpin bisa
menjalankan pekerjaan dengan baik. Selain itu, tidak setiap pemimpin dapat
menjadi pemimpin yang baik.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu
secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu
lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku
orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut.
Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan
adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk
melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar - benar
ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.
Atasan atau pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan
yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan,
sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan.Untuk dapat melakukan
hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang
pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk
motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
1. Apa peran dan fungsi pemimpin dalam pencapaian visi dan misi organisasi ?
2. Apa perbedaan peran pemimpin dan manajer ?
3. Apa saja indikator kepemimpinan ?
4. Bagaimana gambaran teori dan gaya kepemimpinan ?
5. Bagaimana bentuk – bentuk hubungan pemimpin dan bawahan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini supaya para pembaca khususnya
mahasiswa mampu untuk :
1. Untuk mengetahui peran dan fungsi pemimpin dalam pencapaian visi dan misi
organisasi.
2. Untuk mengetahui perbedaan peran pemimpin dan manajer.
3. Untuk mengetahui indikator kepemimpinan.
4. Untuk mengetahui gambaran teori dan gaya kepemimpinan.
5. Untuk mengetahui bentuk – bentuk hubungan pemimpin dan bawahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran dan Fungsi Pemimpin dalam Pencapaian Visi dan Misi Organisasi
2.1.1 Peran
Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal.
Kegiatan tersebut mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan,
menyupervisi, mengawasi tindakan anak buah, mengoordinasikan kegiatan
yang sedang atau akan dilakukan, dan mempersatukan usaha dan berbagai
individu yang memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies,1994). (Dengan
demikian, kegiatan kepemimpinan selalu bersinggungan dengan kegiatan
dalam manajemen.Brosten, Hayman dan Naylor (1979) menyebutkan bahwa
kegiatan kepemimpinan paling sedikit mencakup 4 hal yang terkait dengan
kegiatan manajerial, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan
pengendalian.

2.1.2 Fungsi
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 fungsi
pokok kepemimpinan,yaitu:
1. Fungsi instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikastor yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara menjalankan perintah), bila mana (waktu
memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat
mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebgai komunikasi
dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usahan

3
menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan
berkonsultasi dengan orang – orang yang dipimpinnya
3. Fungsi partisipatif
Dalam menjalankanufngsi artisipatif pemimpin berusaha
mengaktifkan ornag – orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan
keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok
memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas – tugas pokok, sesuai
dengan posisi masing – masing.
4. Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan
pelimpahan wewenag membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi
delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang
yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan
melaksanakannya secara bertanggung jawab.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif
harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal.dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.

2.2 Perbedaan Peran Pemimpin dan Manajer


Perbedaan pemimpin (leader) dan manajer memang tidak ada habisnya. Salah
satu sebabnya adalah satu peran tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa
keberadaan peran lain. Pemimpin yang tidak bisa mengelola (to manage) akan
gagal dalam kepemimpinannya, sementara manajer yang tidak bisa memimpin (to
lead) akan gagal dalam aktivitas manajerialnya. Namun sesungguhnya pemimpin

4
(leader) dan manajer merupakan dua konsep yang berbeda dan terdapat
perbedaan diantara keduanya.
Pemimpin (leader) adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat
kepemimpinan personality atau authority(berwibawa). Ia disegani dan
berwibawa terhadap bawahan atau pengikutnya karena kecakapan dan
kemampuan serta didukung perilakunnya yang baik. Pemimpin (leader) dapat
memimpin organisasi formal maupun informal, dan menjadi panutan bagi
bawahan (pengikut)nya. Biasanya tipe kepemimpinannya adalah “partisipatif
leader” dan falsafah kepemimpinannya adalah “pimpinan untuk bawahan”.
Sedangkan manajer juga merupakan seorang pemimpin, yang dalam praktek
kepemimpinannya hanya berdasarkan “kekuasaan atau authority formalnya”
saja. Bawahan atau karyawan atau staf menuruti perintah-perintahnya karena
takut dikenakan hukuman oleh manajer tersebut. Manajer biasanya hanya dapat
memimpin organisasi formal saja dan tipe kepemimpinannya ialah “autocratis
leader” dengan falsafahnya ialah bahwa “bawahan adalah untuk pemimpin”.
Perbedaan Manajer dan Pemimpin
Manajer Pemimpin
1. Mengelola 1. Berinovasi
2. Dapat di cetak 2. Tidak dapat di cetak
3. Memelihara 3. Mengembangkan
4. Memfokuskan pada sistem dan 4. Memfokuskan pada orang-
struktur orang (bawahan)
5. Mengandalkan control 5. Menumbuhkan kepercayaan
6. Berorientasi jangka pendek 6. Memiliki perspektif jangka
7. Bertanya bagaimana dan kapan panjang
8. Berorientasi pada hasil 7. Bertanya apa dan mengapa
9. Meniru 8. Berorientasi pada peluang-
10. Menerima status quo peluang masa depan
11. Seperti tentara yang siap selalu 9. Menciptakan

5
diperintah 10. Menentang status quo
12. Melakukan dengan benar 11. Adalah dirinya sendiri
12. Melakukan hal yang benar

2.3 Indikator Kepemimpinan


Menurut Wahjosumidjo (1991:154) secara garis besar indicator
kepemimpinan adalah sebagai berikut:
a. Bersifat adil
Dalam kegiatan suatu organisasi, rasa kebersamaan diantara para anggota
adalah mutlak, sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya merupakan
pencerminan dari pada kesepakatan antara para bawahan maupun antara
pemimpin dengan bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Memberi sugesti
Sugesti biasanya disebut sebagai saran atau anjuran. Dalam
rangkakepemimpinan, sugesti merupakan pengaruh dan sebagainya,
yangmampu menggerakkan hati orang lain dan sugesti mempunyai
perananyang sangat penting di dalam memelihara dan membina harga
diriserta rasa pengabdian, partisipasi, dan rasa kebersamaan diantara
parabawahan.
c. Mendukung tujuan
Tercapainya tujuan organisasi tidak secara otomatis terbentuk, melainkan
harus didukung oleh adanya kepemimpinan. Oleh karena itu, agar setiap
organisasi dapat efektif dalam arti mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, maka setiap tujuan yang ingin dicapai perlu disesuaikan dengan
keadaan organisasi serta memungkinkan para bawahan untuk bekerja sama.
d. Katalisator
Seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai katalisator, apabila
pemimpin itu selalu dapat meningkatkan segala sumber daya manusia yang

6
ada, berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangatdan daya kerja
cepat semaksimal mungkin.
e. Menciptakan rasa aman
Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan rasa aman bagi
parabawahannya. Dan ini hanya dapat dilaksanakan apabila setiappemimpin
mampu memelihara hal-hal yang positif, sikap optimismdi dalam menghadapi
segala permasalahan, sehingga dalammelaksanakan tugas-tugasnya, bawahan
merasa aman, bebas darisegala perasaan gelisah, kekhawatiran, merasa
memperoleh jaminankeamanan dari pimpinan.
f. Sebagai wakil organisasi
Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun,
selalumemandang atasan atau pimpinannya mempunyai peranan dalamsegala
bidang kegiatan, lebih-lebih yang menganut prinsip-prinsipketeladanan atau
panutan-panutan. Seorang pemimpin adalah segalasegalanya, oleh karena itu
segala perilaku, perbuatan, dan katakatanya akan selalu memberikan kesan-
kesan tertentu terhadaporganisasinya.
g. Sumber inspirasi
Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi
parabawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus selalu
dapatmembangkitkan semangat para bawahan sehingga bawahan
menerimadan memahami tujuan organisasi dengan antusias dan bekerja
secaraefektif ke arah tercapainya tujuan organisasi.
h. Bersikap menghargai
Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya pengakuan
danpenghargaan diri pada orang lain. Demikian pula setiap bawahandalam
organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaandari atasan. Oleh
karena itu, menjadi suatu kewajiban bagi pemimpinuntuk mau memberikan
penghargaan atau pengakuan dalam bentukapapun kepada bawahannya.

7
2.4 Gambaran Teori dan Gaya Kepemimpinan
2.4.1 Teori Kepemimpinan
1. Teori kepemimpinan sifat (Trait theory)
Analisis imliah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan
perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama di Yunani
kuno dan di Romawi yang bernggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan
bukannya diciptakan.Dalam perkembangan, teori ini mendapat pengaruh dari
aliran perilaku pemikir piskologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya tidak dilahirkan, akan tetapi juga dapat di
capai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat
fisik, mental, dan kepribadian.
2. Teori kepemimpinan perilaku dan situasi
Berdasarkan penelitian perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan
teori ini memilki kecenderungan kearah 2 hal :
a. Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh membela bawahan, member
masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.
b. Struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh bawahan mendapat
instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan dan hasil apa yang akan dicapai.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi
kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga. Kemudian juga
timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus
merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus merupakan

8
seorang pendiagnosa yang baik fan harus bersifat fleksibel, sesuai
dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

c. Teori kontingensi
Teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu system manajemen
yang optimum, system tergantung pada tempat perubahan
lingkungannya. System ini disebut system organic (sebagai lawan
system mekanistik), pada system ini mempunyai beberapa ciri :
- Substansinya adalah manusia bukan tugas.
- Kurang menekankan hirarki.
- Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama.
- Struktur saling berhbungan, fleksibel dalam bentuk kelompok.
- Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma
d. Teori behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran psikoloki ynag memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmania dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasan individu dalam suatu belajar.
Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada
pemahaman tentang pekerja lebih berorientasi pad manusia sebagai
pelaku.
e. Teori humanistic
Teori ini menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teor humanistic
biasanya dicirikan dengan adanya Susana saling menghargai dan
adanya kebebasan. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah
manusia merupakan “motivated organism”. Orgnaisasi memiliki
stuktur dan system control tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisaskan
potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu
yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.

9
(Blanchard & Zigarmi, 2001)

2.4.2 Gaya Kepemimpinan


Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan
dalam suatu organisasi antara lain:
a. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding
kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika
bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan
partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

b. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert


Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
1. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau
hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2. Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan
membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide
bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3. Sistem Konsultatif

10
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup
besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi
bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh
bawahan.
4. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan.
Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

c. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y


Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human
Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam
suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai
Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak
menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab,
cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang
bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu
mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan Teori X.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.

11
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya
sesuai dengan Teori Y.
4. Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

d. Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House


Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam
Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin
selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
2. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap
ramah terhadap bawahan.
3. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin.
(Sujak dalam Nursalam, 1990)

12
e. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang
dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau
pekarjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam
memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai
dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada
kepentiungan tugas. Motivasi denganreward dan punishment.
2. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk
mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan
sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya.
Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya
serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan
akhir ada pada kelompok.
4. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi
pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai
sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

2.5 Bentuk – Bentuk Hubungan Pemimpin dan Bawahan


2.5.1 Komunikasi Pemimpin dan Bawahan

13
Untuk mencegah terjadinya konflik dalam suatu perusahaan antara
pimpinan dengan bawahan, maka perlu adanya langkah-langkah yang di
lakukan,demi kebaikan suatu perusahaan. Adapun langkah-langkah yang di
maksud di antaranya:
1. Membentuk suatu system informasi yang terstruktur agar tidak terjadi
kesalahan dalam komunikasi misalnya dengan membuat papan
pengumuman atau pengumuman atau melalui loadspeaker.
2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancar
dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin karena dengan
komunikasi yang dua arah yang akan mengurangi masalah di
lapangan.
3. Beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan,
pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap
individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal
komunikasi.
4. Adapun cara memecahkan masalah dalam suatu perusahaan, seperti:
a. Mediasi
b. Arbitrasi
c. Konsliasi
d. Pengadilan industry

2.5.2 Memotivasi Bawahan


Motivasi adalah sebagai energi dan kekuatan seseorang yang akan
membangkitkan tingkat antusiasme dan ketekunan dalam melakukan suatu
kegiatan atau usaha, baik yang datang dari dalam diri sendiri (motivasi
internal) ataupun dari luar individu (motivasi eksternal). Motivasi ini
merupakan tugas dari seorang pimpinan untuk membuat para bawahan atau
karyawannya bersemangat melakukan tugas-tugasnya. Motivasi kerja
bersumber dari adanya kesempatan untuk maju dan berkembang, dari jenis
pekerjaan, serta adanya perasaan bangga diri menjadi bagian dari suatu

14
perusahaan atau tempat seseorang tersebut bekerja. Selain itu, motivasi kerja
sangat dipengaruhi oleh perasaan aman dalam bekerja, penghasilan atau gaji
yang adil dan kompetitif, kondisi lingkungan kerja yang menyenangkan,
penghargaan dan pengakuan atas prestasi kerja, serta perlakuan yang adil dari
pimpinan.

2.5.3 Menumbuhkan Partisipasi


Saat melaksanakan fungsi dan kegiatan karyawan berhubungan dengan
kepuasan dan tingkat imbalan, sehingga dapat ditambahkan faktor lain yaitu
harapan mengenai imbalan, persepsi terhadap tugas, dorongan eskternal atau
kepemimpinan, kebutuhan menurut Maslow dan faktor pekerjaan (desain,
variasi tugas, umpan balik, pengawasan, dan pengendalian).

2.5.4 Pemberdayaan
Melalui pemberdayaan, pemimpin memberikan bawahannya rasa
pencapaian , kepemilikan dan harga diri. Satu cara pemimpin perawat dapat
memberdayakan staf adalah mendiskusikan dengan mereka ide – ide tentang
memberikan perawatan klien.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, menggerakkan, mengarahkan,
mendorong, dan mengajak orang lain untuk bekerja sama dan mau bekerja secara
produktif guna pencapaian tujuan tertentu, sehingga indikator yang digunakan
dalam variabel kepemimpinan adalah menggunakan teori dari Wahjosumidjo
yaitu: bersifat adil, memberi sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai
katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi,
dan bersikap menghargai.
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin
menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan.
Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi
denganreward dan punishment.
b. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong
ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri.
Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi
diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
c. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya serta

16
mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada
pada kelompok.
d. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi
pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber
informasi dan pengendalian secara minimal.

3.2 Saran

Mahasiswa diharapkan mencari refrensi yang lebih banyak mengenai


managemen dalam kepemimpinan, sehingga kedepannya dapat lebih memahami
materi tersebut serta mengisi kekurangan pada makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Suyanto, S. M. (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di


Rumah Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendikia Offset.

18

Anda mungkin juga menyukai