HERNIA INGUINALIS
Disusun oleh:
Partisipan:
Preceptor:
Krishna Pradananta, dr., Sp.B., FInaCS
DAFTAR ISI.................................................................................................................1
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................2
1.1 Latar Belakang............................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.........................................................................................3
1.4 Metode Penulisan........................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1. Definisi.......................................................................................................4
2.2 Epidemiologi..............................................................................................4
2.3. Etiologi.......................................................................................................5
2.4 Klasifikasi..................................................................................................6
2.5. Patofisiologi...............................................................................................9
2.6. Gambaran Klinis......................................................................................13
2.7. Diagnosis..................................................................................................13
2.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................16
2.6. Tatalaksana ..............................................................................................16
2.7. Komplikasi...............................................................................................18
2.8. Prognosis..................................................................................................19
BAB 3. KESIMPULAN.............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Sekitar 80-90%
ditemukan pada laki-laki dan 10% pada perempuan. Hampir 75% dari hernia abdominalis
merupakan hernia ingunalis.1 Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-25% di
sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.2 Tahun 2004 di Indonesia, hernia inguinalis
menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus.3 Menurut data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap pada tahun 2010
- 2011 yaitu 410 kasus. Ini merupakan jumlah dari kasus hernia inguinalis yang terjadi di 6
rumah sakit yang ada di Sulawesi Tengah. Rumah Sakit Umum Anutapura Palu merupakan
rumah sakit yang memiliki jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap periode 2010 –
Pada hernia inguinalis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang waktu
istirahat baring.4 Hernia inguinalis inkarserata dan strangulata merupakan kasus akut abdomen
yang harus segera ditangani oleh karena dapat memengaruhi morbiditas (19-30%) dan juga
mortalitas (1,4-13,4%).5
Penulisan ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan tentang hernia
inguinalis lateralis.
3
1.4 Metode Penulisan
berbagai literatur.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Abdominal wall terbagi menjadi anterior wall, right & left lateral wall, (flanks), dan posterior wall.
Karena terdapat struktur di lateral wall yang juga berada di posterior wall (saraf dan otot) maka para
anatomis menggabungkan keduanya menjadi anterlateral wall.
Gambar 1
Dinding abdomen terdiri dari skin, subcuntaneous tissue (superficial fascia) yang terdiri dari
jaringan lemak, muscle, deep fascia, emdoabdominal fascia / fat, dan parietal peritoneum. Skin
menempel tidak kuat (longgar) ke subcutaneous tissue kecuali di bagian umbilicus yang menempel
dengan kuat. Bagian terbesar dari dinding abdomen ialah musculotendineous.
Kebanyakan anterolateral abdominal wall terdiri dari tiga musculotendinous layer yang memiliki
fiber berbeda. Strukturnya sama dengan intercostal space dalam thorax.
5
Anterolateral abdominal wall memanjang dari thoracic cage ke pelvis. Ia dibatasi oleh :
Gambar 2
6
Lapisan-lapisan anterolateral abdominal wall (dari luar) :
skin
fatty (Camper’s fascia)
membranous (Scarpa’s fascia)
deep fascia
external oblique muscle
deep fascia
internal oblique muscle
deep fascia
transverse abdominal muscle
transversalis fascia
endoabdominal (extraperitoneal) fat
parietal peritoneum
Ada lima otot di anterolateral abdominal wall, yaitu tiga otot yang flat dan dua otot yang vertical.
Tiga yang flat :
external oblique (superficial muscle yang muncul dari middle & lower rib)
internal oblique (intermediate muscle yang fiber nya berjalan secara horizontal di
anetrior superior iliac spine lalu menyilang naik & turun)
transverse abdominal (innnermost muscle)
Tiga otot tersebut berakhir pada aponeurosis di anterior.
Aponeurosis ini bersatu membentuk tendinous sheath dari rectus muscle yang disebut dengan
rectus sheath. Struktur lain yang terdapat dalam rectus sheath yaitu superior & inferior epigastric
arteries & veins, lymphatic vessels, dan ventral primary rami of T7-T12 nerves .
7
Gambar 3
rectus abdominis
pyramidalis : small triangle muscle, tidak ada pada 20% manusia. Anterior terhadap
bagian inferior rectuus abdominis & menempel ke permukaan anterior pubis &
anterior pubic ligament. Berakhir di linea alba (fibrous band yang ada di superior
pubic symphysis)
8
Gambar 5
merupakan otot paling besar dan paling superficial dari ke 3 buah otot aabdominal yang flat
muscle fiber berjalan secara inferomedial, sedangkan aponeurotic nya kira-kira di
midclavicular line & membentuk sheeth of tendinous fibers yang menyilang di linea alba
medial terhadap pubic tubercle, aponeurosis nya menempel ke pubic crest (gambar Moore
hal.181 b). Tepi inferior aponeurosis nya tebal dan melipat ke belakang membentuk inguinal
ligamanent (fibrous band yang memanjang di antara anterior superior iliac spine & pubic
tubercle). Beberapa fiber inguinal ligament menyilang di linea alba & bersatu dengan lower
fibers of the controlateral aponeurosis. Fibers ini membentuk reflected inguinal liogament.
9
aponeurosis fiber nya menyatu dengan aponeurosis fiber transverse abdominal muscle
sehingga membentuk conjoint tendon
di antara internal oblique muscle dan transverse abdominal muscle terdapat neurovascular
plane yang berisi:
- thoracoabdominal nerve, anterior abdominal (cutaneus) branches of ventral primary rami
(intercostal nerves) of T7-T11
- Subcostal nerve, the large ventral ramus of T12 nerve
- Iliohypogastric & ilioinguinal nerves, branches of the ventral ramus of L1 nerve
- Inferior intercostal, subcostal & lumbar arteries
- Deep circumflex iliac artery, a branch of the external iliac artery
Fibernya kebanyakan berjalan secara transversomedial kecuali di inferior nya yang parallel
dengan internal oblique muscle.
Otot panjang yang kuat yang merupakan vertical muscle di anterior abdominal wall
Ada sepasang yaitu kanan & kiri, keduanya dipisahkan oleh linea alba
Luas & tipis di superior, dan menyempit serta menebal di inferior
Rectus muscle menempel ke lapisan anterior rectus sheath pada tiga atau lebih tendinous
intersections (ditandai dengan celah dalam kulit di antara rectus muscle yang menggembung)
Intersections ini biasanya ada setinggi xiphoid process, umbilicus, dan di tengah struktur
tersebut
10
Gambar 6
Memiliki rectus sheath yang kuat, terdiri dari fibrous rectus abdominis dan pyramidalis
muscle dan dibnetuk oleh aponeurosis abdominal muscle. Rectus sheath mempunyai :
a. Anterior layer
2/3 superior dari aponeurosis internal oblique terbagi menjadi dua layer (disebut juga
laminae) di tepi lateral rectus abdominis. Satu lamina melewati anterior rectus
abdominal muscle (disebut anterior laminae of the internal oblique aponeurosis), dan
satu lagi melewati posteriornya (disebut posterior laminae of the internal oblique
aponeurosis).
Anterior layer dari rectus sheath ini terdiri dari aponeurosis external oblique dan
anterior lamina nya aponeurosis internal oblique
b. Posterior layer
Terdiri dari posterior lamina of the internal oblique aponeurosis dan transverse
abdominal aponeurosis
11
Gambar 7
Tabel 1
12
Nerves of the Anterolateral Abdominal Wall
Gambar 8
13
1. Superior epigastric dari internal thoracic vessels
2. Inferior epigastric dan deep circumflex dari external iliac vessels
3. Superficial circumflex iliacs dan superficial epigastrics dari femoral artery dan greater
saphenous vein
4. Anterior & collateral cabang posterior intercostal vessels di intercostal space ke 10 & 11, dan
dari anterior cabang subcostal vessels
5. Cabang dari musculophrenic vessels dari internal thoracic vessels
Tabel 2
1. Superficial lymphatic vessels bersama dengan subcutaneous vein. Terbagi menjadi dua, yaitu
superficial lymphatic vessels yang superior terhadap umbilicus yang akan men-drainase
axillary lymph nodes dan beberapa ke parasternal lymph nodes; serta superficial lymphatic
vessels yang inferior terhadap umbilicus yang akan men-drainase ke superficial inguinal lymph
nodes.
2. Deep lymphatic vessels bersama dengan deep veins & men-drainase ke external iliac, common
iliac, dan lumbar (lateral aortic) lymph nodes.
I. INGUINAL REGION
Inguinal region (groin / lipatan) adalah area yang penting dalam pembedahan karena ia
merupakan tempat inguinal hernia yang terjadi baik pada wanita maupun pria (namun lebih sering
pada pria).
14
Inguinal region merupakan area terlemah di abgian inferior dari anterolateral abdominal wall
terutama pada laki-laki, karena spermatic cord melewati struktur inguinal canal.
Gambar 9
Struktur yang melewati inguinal canal ialah spermatic cord (pada laki-laki) & round ligament
of the uterus (pada wanita). Selain itu juga terdapat blood vessel & lymphatic vessel serta ilioinguinal
nerve (baik pada laki-laki maupun wanita).
Inguinal canal memiliki pembukaan / lubang (opening) di setiap ujungnya, yaitu deep
(internal) inguinal ring dan superficial (external) inguinal ring.
15
Deep (internal) inguinal ring
Gambar 10
16
Superficial (external) inguinal ring
Slitlike opening (pembukaan yang membelah) antara diagonal fibers dari aponeurosis
external oblique
Terletak di superolateral terhadap pubic tubercle
Tempat lewatnya spermatic cord (pada laki-laki) dan round ligament of the uterus
(pada wanita) yang muncul dari inguinal canal
Tepi lateral dan medial superficial ring dibentuk oleh celah / belahan (split) di
aponeurosis yang disebut dengan crura
Terdapat dua macam crura, yaitu lateral crus (yang menempel ke pubic tubercle) dan
medial crus (yang menempel ke pubic crest)
Terdapat intercrural fibers yang muncul dari inguinal ligament, di lateral terhadap
superficial ring arch. Fibers ini berfungsi untuk mencegah kedua buah crura melebar
(menjaga celah dalam aponeurosis tersebut dari expansi)
Gambar 11
Inguinal canal memiliki dua dinding (yaitu anterior wall dan posterior wall), roof (atap), serta floor
(lantai).
17
a. Anterior wall, dibentuk oleh aponeurosis external oblique & bagian lateral dinding
yang diperkuat oleh fibers internal oblique
b. Posterior wall, dibentuk oleh transversalis fascia dengan bagian medial dinding yang
diperkuat oleh conjoint tendon (inguinal falx, telah dijelaskan di bab anterolateral
abdominal wall), yaitu gabungan aponeurosis internal oblique & transverse
abdominal yang menempel ke pubic menjadi sebuah common tendon
c. Roof, dibentuk oleh lengkungan fibers internal oblique & transverse abdominal
muscle
d. Floor, dibentuk oleh permukaan superior dari in-curving inguinal ligament yang
membentuk celah dangkal. Diperkuat di bagian medial dindingnya oleh lacunar
ligament ke pectoral line nya pecten pubis (sambungan supeior pubic ramus)
Gambar 12
Sebenarnya terdapat struktur lain yang juga berperan dalam membentuk dinding posterior inguinal
canal yaitu iliopubic tract. Iliopubic tract (deep crural arch) merupakan tepi inferior yang tebal dari
transversalis fascia yang tampak sebagai fibrous band yang berjalan parallel & posterior (deep)
terhadap inguinal ligament. Iliopubic tract hanya tampak ketika region inguinal dilihat dari aspek
internalnya. Ia berfungsi sebagai jembatan external iliofemoral vessels dari iliopectineal arch ke
superior pubic ramus. Iliopubic tract membatasi tepi inferior deep inguinal ring dan tepi superomedial
dari femoral canal (yang berisi femoral vessels).
Terdapat suatu struktur yang disebut dengan inguinal (Hesselbach) triangle yang berada di antara
inferior epigastric artery, rectus abdominis muscle, dan inguinal ligament.
18
Gambar 13
Gambar 14
19
Definisi
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang
Epidemiologi
• 75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah sekitar lipat paha
Etiologi
Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
Kongenital
Aquisial
Klasifikasi :
20
Hernia inguinalis media:
Nama lain hernia direk. Hernia ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian
tekanan intra abdominal kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbach.
Oleh karena itu umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang
bahkan tidak pernah terjadi inkarserata atau stranggulata.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosessus vaginalis peritoneum sebagai akibat penurunan testis ke
skrotum. Hernia ini dapat terjadi bilateral, sebelah kanan isi hernia biasanya terdiri dari
caecum dan sebagian colon ascenden, sebelah kiri terdiri dari sebagian colon
descenden.
Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar,
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang sehat, ada
tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis antara lain, kanalis
inguinalis yang berjalan miring, struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus
inguinalis ketika berkontraksi, dan fasia transversa kuat yang menutupi trigonum Hesselbach
yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme ini menyebabkan terjadinya
hernia. Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga abdomen, dan kelemahan dinding abdomen karena usia.1
21
Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya
beberapa persen. Tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita
hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi
kekuatan jaringan penunjang.1 Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-
abdominal yang tiba-tiba dan kuat seperti waktu mengangkat barang yang sangat berat,
mendorong, batuk, atau mengejan dengan kuat pada waktu miksi atau defekasi.11
terbesar yang menyebabkan hernia, melainkan faktor kolagen. Hernia merupakan penyakit
yang diakibatkan ketidakseimbangan tipe kolagen I dan III. Hal ini didukung bukti
histologis dan hubungan antara hernia dan penyakit lain yang berhubungan dengan
22
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini
merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat, mengangkat barang –
barang berat dan mengejan, kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut.14,15
Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Ukuran defek dapat bervariasi, mungkin
sangat kecil atau sangat luas. Defek kecil dengan dinding yang kaku akan membuat isi hernia
terperangkap, sehingga mencegah pergerakan isi hernia keluar masuk secara bebas dan
Isi hernia bisa berupa jaringan dari rongga ekstraperitoneal seperti vesika urinaria pada
hernia ingunalis medial atau direk. Jika hernia meluas maka peritoneum bisa juga tertarik
kedalam isi hernia bersama struktur intraperitoneal seperti usus atau omentum, dikenal sebagai
Pada umumnya ketika peritoneum berada dalam dibawah otot abdomen yang lemah,
tekanan memaksa peritoneum melewati defek dan masuk ke jaringan subkutan membentuk
kantong. Kantong ini akan membawa usus dan omentum melalui defek. Pada kebanyakan
kasus, organ intraperitoneal dapat bergerak bebas keluar masuk hernia yang disebut hernia
23
reducible/reponible, tetapi jika terbentuk adhesi atau defeknya kecil, usus dapat terperangkap
dan tidak dapat kembali ke rongga peritoneum, disebut hernia irreducibel/irreponibel dengan
Bagian tersempit dari kantong pada defek dinding abdomen disebut leher kantong. Ketika
jaringan terperangkap didalam hernia, leher sempit ini bertindak sebagai cincin kontraksi yang
menghambat aliran balik vena dan meningkatkan tekanan didalam hernia, sehingga
menyebabkan ketegangan dan memicu nyeri. Jika hernia berisi usus maka akan menyebabkan
obstruksi secara total atau parsial dan menunjukan gejala ileus obstruksi. Jika tekanan
meningkat, darah arteri tidak dapat masuk ke hernia dan isi hernia menjadi iskemik bahkan
infark, sehingga dikatakan hernia telah mengalami strangulasi. Dinding usus akan perforasi,
melepaskan agen infeksius, meracuni usus ke dalam jaringan dan kembali ke rongga peritoneal,
sehingga menimbulkan nekrosis/gangren. Risiko strangulasi tinggi pada hernia yang memiliki
leher kecil dan kaku. Istilah inkarserata tidak didefinisikan secara jelas dan digunakan untuk
Manifestasi Klinis
Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada daerah lipat
paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang
timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar hingga
skrotum. Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis rutin. Gejala yang ditimbulkan oleh
hernia inguinalis direk lebih ringan dan kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau
strangulata lebih kecil.16 Pada hernia strangulasi, dimana aliran darah ke isi hernia terganggu
akan timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-
24
25
26
Diagnosis
Anamnesis
Asymptomatic
Extrainguinal symptom yaitu adanya perubahan pada bowel habit atau buang air keci lebih
jarang. Nyeri menusuk pada tempat hernia serta nyeri yang menjalar.
Riwayat penyakit :
- Pernah mengalami nyeri yang sama serta durasi dan waktu dari gejalanya.
- Peningkatan ukuran
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
mencapai skrotum.
Hernia inguinalis medialis bentuk sirkular, simetris, terletak dekat cincin externa.
(Trigonum Hasselbach)
27
Physical Examination
Penilaian :
• Position
• Temperature
• Pain
• Size
• Shape
• Tensile strength
Palpasi
Masukkan jari telunjuk pada scrotum menuju ke external inguinal ring. Lalu eksplorasi inguinal
Tes Kompresi:
Jari pemeriksa menutup cincin interna dan penderita diminta melakukan manuver valsalva:
28
Gejala klinik banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel satu-satunya
adalah benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan
dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpa, kalau ada biasanya dirasakan
di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah baru timbul jika terjadi inkarserasi karena ileus atau nekrosis dan
Pemeriksaan fisik juga untuk membedakan indirect hernia dengan direct hernia. Jika indirect
hernia, transmisi batuk akan muncul pada ujung jari. Jika direct hernia akan muncul pada
Femoral hernia akan teraba dibawah inguinal ligament, lateral pada pubic tubercle. Pada pasien
29
Clinical grading
• reponible + - - -
• irreponible - - - -
• incarceration - colic + -
• strangulation - steady + ++
increase leucocytosis
Pemeriksaan Penunjang
CT Scan
30
Treatment
Pada prinsipnya semua jenis hernia harus dioperasi. Tidak ada kontraindikasi absolut
pada seorang penderita hernia inguinal. Apalagi jika penderita tersebut mengalami hernia
inkarserata atau bahkan strangulata. Pada penderita usia tua dengan manifestasi penyakit
penyerta yang berat dapat cukup menggunakan anastesi lokal atau spinal untuk meminimalisir
efek samping atau resiko penggunaan obat-obat anestesi umum. Namun selain operasi masih
ada beberapa pilihan non operatif dengan terapi konservatif, misalnya dengan penggunaan
Pada hernia inguinalis inkarserata, dapat dicoba dengan teknik reposisi, yang hanya
boleh dilakukan dalam 4 jam pertama sejak terjadi hernia. Bila sudah terlambat, teknik ini dapat
menyebabkan bahaya perforasi, suatu reposisi isi hernia yang sudah gangren. Reposisi akan
31
lebih mudah setelah pengosongan buli-buli. Reposisi spontan dapat dilakukan dengan
pemberian analgetik dan sedatif serta dengan memposisikan penderita dalam posisi
trendelenburg. Disarankan penggunaan teknik reposisi ini hanya saat menunggu persiapan
emergensi.
Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
meungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada orang dewasa, tindakan
herniotomi saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya rekurensi. Barier alami berupa otot dan
fasia pada hernia gagal menjalankan fungsinya, sehingga harus diganti oleh barier mekanik
32
Tipe Hernioraphy:
1. Basini
Teknik Baccini mengurangi rekurensi. Perbaikan dengan diseksi dari spermatic cord,
hernia sac dengan ligasi tinggi dan rekonstruksi dari inguinal canal.
33
2. Shouldice
Shouldice merupakan rekapitulasi dari Bassini, melibatkan beberapa lapisan jaringan untuk
3. Mcvay repair
34
Mcvay repair untuk kedua inguinal dan femoral ring defects teknik ini diindikasikan
Teknik ini menggunakan prosthetic mesh untuk meminimalisir tekanan dari perbaikan.
35
5. Mesh plug and patch
6. Laparoscopic herniorraphy
repair, intraperitoneal onlay mesh (IPOM) repair. Laparoscopic digunakan untuk recurrent
inguinal hernia.
36
Komplikasi
Walaupun operasi hernia merupakan tindakan yang aman, komplikasi masih mungkin
1. Recurrence, saat pasien merasakan adanya nyeri, benjolan, atau masa pada daerah
a. Nociceptive: Paling sering karenga melibatkan ligament atau trauma dari otot
b. Neuropathic : terjadi karena terkena langsung pada saraf yang rusak dan
37
3. Cord dan testicular : bisa terjadi injury dari spermatic cord structures karena
ischemic orchitis atau atrofi dari testicular. Biasanya terjadi 1 minggu setelah
inguinal hernia repair dan terjadi pembesara serta nyeri pada testis, walaupun
Bisa terjadi pada saat melakukan diseksi pada kantong hernia direk ataupun indirek
yang besar
5. Komplikasi pada testis seperti pembengkakan, orchitis, dan atrofi testis, lebih
7. Laparoscopic complication :
visceral injuries. Bisa terkena pada colon, bladder, dan small bowel.
38
Prognosis
Prognosis dilihat dari komplikasi, durasi operasi, berapa lama rawat inap di rumah sakit.
Lichenstein technique kekambuhannya hanya 0.2%, tidak ada kekambuhan pada tahun
pertama. Mesh repair merupakan kekambuhan paling sering. Laparoscopic primary inguinal
hernia repair merupakan prosedur dengan rekurensi yang minimal dan waktu pemulihan yang
39
BAB 3
KESIMPULAN
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Hernia diberi nama sesuai lokasi anatominya, seperti
hernia inguinal, diafragma, umbilikalis, femoralis, dan lain-lain. Hampir 75% dari hernia
abdominalis merupakan hernia ingunalis. Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia
Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Sebesar 60% hernia terjadi
pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.
Hernia inguinalis disebabkan karena defek/lemahnya dinding rongga perut, baik terjadi
secara kongenital maupun didapat. Faktor yang dipandang berperan adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga abdomen, dan kelemahan dinding
abdomen karena usia. Hernia inguinalis dapat bersifat reponible, irreponible, inkerserata, dan
strangulata. Gejala utama hernia ingunalis adalah adanya benjolan/bengkak di lipat paha,
kadang disertai pula dengan nyeri. Pada hernia strangulata dapat timbul rasa tegang, bengkak,
panas, memerah pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain itu perasaan
Terapi hernia inguinalis dapat berupa konservatif dan operatif, yaitu berupa herniotomi,
hernioplasti, dan lainnya. Komplikasi dapat timbul hernia strangulata, nekrosis usus, perforasi
menyebabkan fistel, dan peritonitis. Prognosis tergantung dari umur penderita, ukuran hernia
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Hernia. In: Sjamsuhidayat R, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi
ke-3). Jakarta: EGC, 2010; p. 619-29.
3. American College of Surgeons. Pediatric hernia inguinal and femoral repair. Tersedia dari:
http://www.facs.com.
41