Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK”

NAMA NIM
1) ARIF RAHMAN GAFAR 2016210018
2) MEIDA HESNAWATI 2016210024
3) ROSIANA PRATIWI 2016210007

DOSEN MATA KULIAH :


SUGENG RIADI, SE., M.Ak., Akt, CA

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT., Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Standar Akuntansi Sektor Publik.
Adapun makalah tentang Standar Akuntansi Sektor Publik telah kami
usahakan semaksimal mungkin dengan bantuan berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu kami sadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang Standar
Akuntansi Sektor Publik ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Bekasi, 05 Februari 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Akuntansi Sektor Publik | 2


KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................6
A. Definisi Standar Akuntansi Sektor Publik..........................................6
B. Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik..........................................6
C. Ragam Dan Hubungan Antar Standar Akuntansi Sektor Publik.........6
D. Kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia................7
E. Teknik Penyusunan Standar...............................................................8
F. Standar Nomenklatur...........................................................................9
G. Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik.....................................11
H. Standar Audit Sektor Publik.............................................................18
I. Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik.............................................21
BAB III PENUTUP....................................................................................22
Kesimpulan............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................23

Akuntansi Sektor Publik | 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen.
Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga
bagi stekeholder sektor publik, mereka membutuhkan informasi yang lebih
bervariasi, handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan
tanggung jawab akuntan sektor publik adalah menyediakan informasi baik
untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak
eksternal. Akuntansi sektor publik memiliki peran penting untuk menyiapkan
laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu
proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang
bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi.
Informasi keuangan bukan merupakan tujuan akhir akuntansi sektor publik.
Informasi keuangan berfungsi memberikan dasar pertimbangan untuk
pengambilan keputusan. Informasi akuntansi merupakan alat untuk
melaksanakan akuntabilitas sektor publik secara efektif, bukan tujuan akhir
sektor publik itu sendiri. Karena kebutuhan informasi di sektor publik lebih
bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada informasi keuangan yang
dihasilkan dari sistem akuntansi organisasi.
Informasi non-moneter seperti ukuran output pelayanan harus juga
dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan. Untuk itulah kelompok kami
yang mana mendapatkan kesempatan untuk menyajikan pembahasan
mengenai pelaporan keuangan sektor publik berusaha untuk menyampaikan
Pelaporan Keuangan Sektor Publik secara singkat, padat dan jelas.

Akuntansi Sektor Publik | 4


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Akuntansi Sektor Publik ?
2. Apa saja lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik ?
3. Apa ragam dan hubungan antar Standar Akuntansi Sektor Publik ?
4. Apa saja kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia ?
5. Bagaimana teknik penyusunan standar ?
6. Apa yang dimaksud dengan standar nomenklatur ?
7. Untuk apa Standar Akuntansi Sektor Publik ?
8. Apa yang dimaksud dengan standar audit sektor publik ?
9. Apa itu Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Standar Akuntansi
Sektor Publik
2. Untuk dapat mengetahui lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik
3. Untuk dapat mengetahui ragam dan hubungan antar Standar Akuntansi
Sektor Publik
4. Untuk dapat mengetahui apa saja kebutuhan Standar Akuntansi Sektor
Publik di Indonesia
5. Untuk dapat menjelaskan teknik penyusunan standar
6. Untuk dapat menjelaskan Standar nomenklatur
7. Untuk dapat menjelaskan Standar Akuntansi Sektor Publik
8. Untuk dapat menjelaskan Standar audit sektor publik
9. Untuk dapat menjelaskan Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Standar Akuntansi Sektor Publik


Standar akuntansi sektor publik memberi kerangka demi berjalannya
fungsi-fungsi tahapan siklus akuntansi sektor publik, yaitu perencanaan,
penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan,
audit, dan pertanggung jawaban publik. Di Indonesia, standar akuntansi yang
telah digunakan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar

Akuntansi Sektor Publik | 5


Akuntansi Pemerintahan (SAP), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP),
dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Ini merupakan panduan
bagi pemakainya dalam melaksanakan fungsi terkait. Standar-standar tersebut
merupakan Acuan yang telah disepakati dan ditetapkan oleh organisasi yang
berkompetensi serta berwenang dalam bidang terkait.

B. Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik


Berdasarkan kebutuhan tersebut, pedoman akuntansi ini disusun dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang
diharapkan dapat diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan organisasi
sektor publik yang berlaku dewasa ini,
2. Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang
dilengkapi dengan klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta
jurnal standar yang telah disesuaikan dengan siklus kegiatan organisasi
sektor publik, yang mencangkup penganggaran, perbendaharaan, dan
pelaporannya.

C. Ragam Dan Hubungan Antar Standar Akuntansi Sektor Publik


Secara umum terdapat 4 ragam standar yang mengatur organisasi sector
public yaitu:
1) Standar Nomenklatur
2) Standar Akuntansi Sektor Publik
3) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
4) Standar Akuntansi Biaya
Standar Nomenklatur memandu proses perencanaan dan
pertanggungjawaban yang terkait dengan pengkodean aktivitas public atau
transaksi publik yang terjadi, serta berbagai barang dan jasa yang telah
dihasilkan.
Sementara itu, standar akuntansi biaya merupakan dasar pengukuran
besarnya investasi yang akan dilakukan. Belanja investasi biasanya dilakukan
dalam jumlah yang besar. Karena itu proses pertanggungjawaban investasi
membutuhkan dasar formulasi perhitungan yan lebih rinci dan pasti.

Akuntansi Sektor Publik | 6


Standar pada tahap pelaporandan audit mencangkup hubungan yang saling
mengaitkan satu sama lain, karena standar audit memberikan pedoman bagi
pelaksanaan audit atas pelaporan sector public dan standar akuntansi keuangan
memberikan pedoman untuk menghasilkan pelaporan yang memenuhi syarat
untuk diaudit. Kedua hal itu sangat menentukan bagi kelangsungan siklus
akuntansi sector public secara keseluruhan.

Standar Standar Biaya


Nomenklatur Akuntansi
Perencanaan Publik

Pertanggungjawaban
Publik Penganggaran Publik
Akuntansi
Sektor
Publik Realisasi Anggaran
SPAP Audit Sektor Publik
Publik
SPKN

Pelaporan Keuangan Pengadaan Barang


SAP Sektor Publik dan Jasa Publik
SAK
D. Kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia
Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) dikembangakan
sesuai dengan standar yang berlaku di tingkat internasional, dengan harapan
dapat tercapainya informasi keuangan yang konsisten dan dapat dibandingkan
bagi semua yuridiksi. Walaupun praktek dan aplikasi-aplikasi prinsip
akuntansi serta manajemen keuangan pada entitas sektor publik dapat terjadi
baik pada entitas dengan level yuridiksi yang sama maupun berbeda.
Semuanya tergantung pada kebijakan dan praktek yang ada.
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan realibilitas laporan akuntansi dan
keuanganorganisasi sector publik, khususnya dalam hal ini organisasi
pemerintahan.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis
dan keuangan.

Akuntansi Sektor Publik | 7


d. Mengusahakan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar
akuntansi yang sama.
Penerapan SAKSP akan menghasilkan system akuntansi dan manajemen
keuangan pemerintahan yang lebih baik, sehingga laporan keuangan yang
dihasilkan mempunyai informasi yang lebih baik. Sementara itu, peramalan
serta penganggaran menjadi lebih terpercaya, sama baiknya dengan
manajemen terhadap sumber daya ekonomis dan kewajiban.

E. Teknik Penyusunan Standar


Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses penyusunan standar
akuntansi harus dilakukan melalui tahap-tahap prosedur yang seksama dan
teliti. Hal ini diperlukan mengingat dokumen yang dihasilkan akan
mempunyai status sebagai standar resmi dengan tingkat otoritas yang tinggi.
Berikut adalah tahap – tahap dalam menyusun standar akuntansi
(Suwardjono,2006:109):
1. Evaluasi masalah pada tahap awal
2. Mengadakan riset dan analisis
3. Menyusun dan mendistributifkan memorandum diskusi (discussion
memorandum) kepada setiap pihak yang berkepentingan
4. Mengadakan Dengar Pendapat Umum (public hearing)
5. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas memorandum
diskusi
6. Menerbitkan draft awal standar yang telah diusulkan
7. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis
8. Memutuskan (keputusan penerbitan)
9. Menerbitkan (penerbitan pernyataan)

F. Standar Nomenklatur
1) Definisi Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar perkiraan/akun buku besar
yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan
perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan

Akuntansi Sektor Publik | 8


keuangan pemerintah pusat. Selain itu nomenklatur juga merupakan daftar
perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk
memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban,
pelaporan keuangan, serta memudahkan pemeriksaan dan pengawasan.
2) Tujuan Penyusunan Nomenklatur
Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening. Dalam system
pengolahan data akuntansi, kode ini memenuhi berbagai tujuan berikut :
(1) Mengidentifikasi data akuntansi secara unik
(2) Meringkas data
(3) Mengklasifikasi rekening atau transaksi
(4) Menyampaikan makna tertentu.
3) Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Menyusun Nomenklatur
Dalam merancang kerangka nomenklatur, berbagai pertimbangan
berikut ini perlu diperhitungkan :
a. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan
metode pengolahan data yang digunakan.
b. Setiap kode harus mewakili secara unik unsure yang diberi kode.
c. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.
4) Metode Penyusunan Nomenklatur
Ada 5 metode penyusunan nomenklatur atau kode rekening yaitu :
I. Kode angka atau alphabet huruf (numerical-or alfabethic-secuence
code)
Dalam metode ini rekening buku besar diberi kode angka atau huruf
yang berurutan. Contoh :
1. Kas 6. Persekot Biaya
2. Investasi Sementara 7. Aktiva Lainnya
3. Piutang 8. Investasi Jangka Panjang
4. Cadangan Kerugian Piutang 9. Tanah
5. Persediaan 10. Bangunan
II. Kode angka blok (block numerical code)
1-24 Aktiva Lancar
1 kas

Akuntansi Sektor Publik | 9


2 investasi Sementara
3 piutang
25-39 Investasi Jangka Panjang
25 Investasi Jangka Panjang – saham
26 Investasi Jangka Panjang – Obligasi
125-129 Utang Jangka Panjang
125 Utang Jangka Panjang – Bank
126 Utang Jangka Panjang - Obligasi
III. Kode angka kelompok (group numerical code) Kode angka kelompok
ini mempunyai karakteristik sbb :
a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf
b. Jumlah angka dan/huruf dalam kode adalah tetap
c. Posisi angka dan atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu
d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka
atau huruf ke kanan
IV. Kode angka decimal (decimal code) Desimal berarti per sepuluhan.
Kode angka decimal member kode angka terhadap klasifikasi yang
membagi kelompok menjadi maksimum sepuluh sub kelompok dan
membagi sub kelompok menjadi sepuluh golongan yang lebih kecil
dari subkelompok tersebut.
V. Kode angka urut didahului dengan referensi huruf (numerical
secuence receded by analfabethic reference) Kode ini jarang
digunakan karena terbatas nya kode huruf. Namun kode ini
memudahkan identifikasi dan mengingat referensi yang penting.

G. Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik


1. PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Karakteristik organisasi sector public berbeda dengan organisasi bisnis.
Ukuran kinerjaorganisasi sector public penting bagi pengguna. Para
pengguna laporan keuangan organisasi sector public memiliki kepentingan
bersamayang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai :

Akuntansi Sektor Publik | 10


a. Jasa yang diberikan oleh organisasi sector public dan kemampuannya
untuk terus memberikan jasa tersebut
b. Cara pengelolah melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya
c. Aspek kinerja pengelolah
Pertanggungjawaban pengelolah mengenai kemampuannya mengelolah
sumber dayaorganisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan
melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.

2. Laporan Keuangan yang Dihasilkan


Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktifitas,kewajiban, dan aktiva bersih serta informasi mengenai
hubungan diantara unsur-unsur tersebutpada waktu tertentu.
Informasi likuiditas diberikan dengan cara :
1. Menyajikan aktiva berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban
berdasarkan jatuh tempo
2. Mengelompokkan aktiva kedalam lancar dan tidak lancar serta
kewajiban kedalam jangka pendek dan jangka panjang
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aktiva atau saat jatuh
tempo nya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aktiva pada
catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok
aktiva bersihberdasarkan ada atau tidak nya pembatasan oleh penyumbang,
yaitu terikat secara permanen,terikat secara temporer dan tidak terikat.
Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
1. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat
aktiva bersih
2. Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain
3. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Aktiva
Aktiva akan diakui dalam posisi keuangan jika manfaat ekonomisnya
dimasa depan atau jas apotensialnya kemungkinan besar akan diperoleh

Akuntansi Sektor Publik | 11


organisasi, dan aktiva tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan
andal.
Kewajiban
Keewajiban diakui dalam laporan osisi keunagan jikapengeluaran
sumberdaya yang membrikan manfaat ekonomi kemungkinan besar akan
dilakukan untuk mnyelasiakna kewajiban (obligation) sekarang, dan
jumlah yang harus diselsesaikan dapat diukur dengan andal.
Ekuitas
Ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam laporan posisi keuanagn dimana
relevansi pengklasifikasianya terjadia apabila pos tersebut
mengidentifikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainya atas
kemamampuan organisasi.
Pendapatan
Pendapatan diakui dalam laporan kinrja keuangan jika kenaikan manfaat
ekonoi dimasa yang akan dtang yang berkaitan dengan penigkatan aktiva
atau penurunan kewajiban, telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Biaya
Biaya diakui dalam laporan kinerja keuanagan berdasarkan hubungan
langsung antar biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang
diperoleh.

3. Standar Akuntansi Pemerintahan


Setelah mengalami proses yang panjang, Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13
Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Dengan
ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali Indonesia memiliki
standar akuntansi pemerintahan. Menandai Dimulainya Implementasi
Standar Akuntansi Pemerintahan, Wakil Presiden RI meluncurkan Standar
Akuntansi Pemerintahan di Istana Wakil Presiden pada tanggal 6 Juli 2005.
Acara ditandai dengan penyerahan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kepada Ketua BPK, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur

Akuntansi Sektor Publik | 12


DKI Jakarta, Bupati Toli-Toli dan Walikota Pangkal Pinang. Dalam
sambutannya Wakil presiden menyatakan keharusan implementasi SAP
bagi pemerintah pusat dan daerah.
Latar Belakang terbitnya PP SAP
Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah
lama ada, namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan
berkembangnya akuntansi di sector komersil yang dipelopori dengan
dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (1994), kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali
menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN),
Departemen Keuangan mulai mengembangkan standar akuntansi.
Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya
adalah PP 105/2000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar
akuntansi pemerintahan dalam pertanggungjawaban keuangan daerah.
Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar
Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep
standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam KMK
308/KMK.012/2002.
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan
bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar
tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan
dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan
penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan
pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi
pemerintahan dengan keputusan presiden. Dalam penyusunan standar
harus melalui langkah-langkah tertentu termasuk dengar pendapat
(hearing), dan meminta pertimbangan mengenai substansi kepada BPK
sebelum ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

Akuntansi Sektor Publik | 13


Proses Penyusunan SAP
Komite standar yang dibentuk oleh Menteri Keuangan sampai dengan
tahun pertengahan tahun 2004 telah menghasilkan draf SAP yang terdiri
dari Kerangka konseptual dan 11 pernyataan standar, kesemuanya telah
disusun melalui due procees. Proses penyusunan (Due Process) yang
digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional
dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian
dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan
kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar yang
ditetapkan. Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
e. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
g. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat
Publik (Public Hearings)
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar
Penetapan SAP
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas
bersama dengan Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK.
Setelah dilakukan pembahasan berdasarkan masukan-masukan KSAP
melakukan finalisasi standar kemudian KSAP meminta pertimbangan
kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini belum
diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres.
Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden Nomor 84
Tahun 2004 dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini
segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah
diajukan kepada BPK agar pada awal tahun 2005 dapat segera ditetapkan.

Akuntansi Sektor Publik | 14


Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK pada bulan
Nopember 2004 dan mendapatkan pertimbangan dari BPK pada bulan
Januari 2005. BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera
Menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Peraturan
Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun berjalan dengan
Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan
Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga
penandatanganan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan oleh Presiden pada tanggal 13 Juni 2005.
Kandungan PP SAP
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan terdiri dari:
 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
 PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan;
 PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran;
 PSAP 03: Laporan Arus Kas;
 PSAP 04: Catatan atas Laporan Keuangan;
 PSAP 05: Akuntansi Persediaan;
 PSAP 06: Akuntansi Investasi;
 PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap;
 PSAP 08: Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
 PSAP 09: Akuntansi Kewajiban;
 PSAP 10: Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar- Biasa:
 PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian.
PP SAP akan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah berupa:
1. Neraca
2. Laporan Realisasi Anggaran,
3. Laporan Arus Kas, dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan.

Akuntansi Sektor Publik | 15


Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat/daerah
akan lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan, andal dan dapat
diperbandingkan). Dan laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh
BPK untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas
laporan, sebelum disampaikan kepada para stakeholder antara lain:
pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif), investor, kreditor dan
masyarakat pada umumnya dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas
keuangan negara.
Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
Entitas akuntasi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Entitas
pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas pelaporan adalah
seluruh kementerian negara/lembaga dan Pemerintah Pusat sendiri yaitu
laporan konsolidasi dari laporan keuangan seluruh departemen lembaga
yang ada di Departemen Keuangan. Sedangkan pada pemerintah daerah
yang menjadi entitas pelaporan adalah Seluruh pemerintah provinsi (33),
seluruh kabupaten dan kota. Sehingga akan terdapat lebih dari 500 entitas
pelaporan di Republik ini, yang semuanya akan menyusun laporan
keuangan dan diaudit oleh BPK.
Konsekwensi Ditetapkannya PP SAP
Dengan ditetapkan PP SAP, diharapkan akan adanya transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangn negara guna
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga
diperlukan langkah-langkah strategis yang perlu segera diupayakan dan
diwujudkan bersama dalam rangka implementasi Standar akuntansi
Pemerintahan.
Salah satu langkah yang akan dilakukan pemerintah adalah menyusun
sistem akuntansi yang mengacu pada SAP. Sistem akuntansi pemerintahan

Akuntansi Sektor Publik | 16


pada tingkat pemerintah akan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Saat ini telah dikeluarkan PMK 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sistem akuntansi
pemerintahan pada tingkat pemerintah daerah diatur dengan peraturan
gubernur/bupati/walikota, mengacu pada Perda tentang pengelolaan
keuangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Untuk implementasi pada pemerintah daerah, Departemen Dalam
Negeri telah membuat serangkai kebijakan/strategi implementasi SAP.
Antara lain:
1. Omnibus Regulation : Revisi PP 105/2000 dan Kepmendagri 29/2002
2. Melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang memerlukan revisi
(antara lain jenis laporan keuangan, penyesuaian beberapa kode
rekening, perubahan sistem dan prosedur akuntansi, perubahan peran
organisasi keuangan daerah).
3. Penerapan PP SAP disesuaikan dengan kondisi Pemda dalam
penerapan sistem pertanggungjawaban sesuai Kepmendagri 29/2002.
4. Revisi dilaksanakan secara bertahap dan selektif.
5. Melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam
implementasi standar akuntansi.
6. Pelaksanaan Daerah media Inkubator (DMI) secara sukarela dalam
penerapan PP SAP. DMI adalah salah satu program Depdagri melalui
Ditjen BAKD dalam rangka menegakkan pilar good governance:
akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan transparansi, melalui
pemberian pedoman, pembinaan, bimbingan, diklat, konsultasi dan
pengawasan. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan kemampuan
daerah, dan perlu adanya sosialisasi dan penyamaan persepsi kepada
para stakeholders (auditor, pemda dan pihak terkait lainnya)
7. Evaluasi dan monitoring secara berkala dari pihak-pihak yang
berwenang

H. Standar Audit Sektor Publik


1. Terbitnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Akuntansi Sektor Publik | 17


Standar Audit adalah ukuran mutu berupa persyaratan minimum yang
harus dipenuhi oleh seorang auditor. Saat ini, BPK telah menetapkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN) sebagai standar audit di
lingkungan keuangan Negara. SPKN ini merupakan revisi dari Standar
Audit Pemerintahan (SAP) 1995.
SKPN memuat standar umum yang mengatur tentang persyaratan
professional auditor, standar pekerjaan lapangan yang memuat mutu
pelaksanaan audit di lapangan, dan standar pelaporan yang memuat
persyaratan laporan audit yang professional.
Berdasarkan UU no. 15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN), terdapat tiga jenis audit keuangan Negara,
yaitu:
1. Audit Keuangan
Adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2. Audit Kinerja
Adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap
berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam
hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik.
3. Audit dengan Tujuan Tertentu
Adalah audit khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja yang
bertujuan untuk memberikan kesimpulan atas hal yang diaudit.

Hubungan antara SAP dan SPKN


Sebagai suatu proses, auditing berhubungan dengan prinsip dan
prosedur akuntansi yang digunakan oleh organisasi. Untuk melaksanakan
audit tersebut auditor harus berpedoman pada SPKN. Auditor akan
mengeluarkan opini atas laporan keuangan suatu entitas, yang merupakan

Akuntansi Sektor Publik | 18


hasil dari system akuntansi dan diputuskan atau dibuat oleh pihak
pengelola. Pengelola suatu entitas menggunakan data mentah akuntansi
yang kemudian dialokasikan ke masing-masing laporan surplus-defisit dan
neraca, serta menyajikan hasilnya dalam bentuk laporan yang
dipublikasikan. Dalam melaksanakan proses akuntansi tersebut, akuuntan
sector public berpedoman pada SAP.
SPKN merupakan pedoman dalam proses audit di Indonesia. Standar
ini akan menjadi acuan bagi auditor pemerintah dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pemeriksa. Sedangkan SAP digunakan sebagai pedoman
dalam mengatasi berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit di pemerintahan baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan
bahwa SPKN merupakan bagian dari SAP itu sendiri. Di dalam SAP juga
diatur tentang audit/pemeriksaan di pemerintah.
2. International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI)
Auditor merupakan suatu profesi yang dapat ditumbuhkembangkan.
Untuk itu, dilingkungan BPK, jabatan fungsional auditor telah
dikembangkan. Di dunia internasional, hal serupa juga telah lama
berkembang. Perkembangan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi
dari masing-masing Negara. Salah satu perkembangan dalam bidang
auditor di dunia internasional adalah telah diterbitkannya Kode Etik
Auditor Sektor Publik oleh INTOSAI, yakni organisasi yang terdiri atas
BPK-BPK seluruh dunia pada tahun 1998. Menurut INTOSAI, kode etik
auditor merupakan pelengkap atau tambahan penting yang dapat
memperkuat standar audit. Sejak tahun 1994, BPK telah mengeluarkan
standar audit pemerintahan yang dikenal dengan istilah SAP, sebagai
pedoman bagi semua auditor sector public dalam melaksanakan tugas
auditnya. Selain SAP, dilingkungan BPK selama ini juga dikenal Sapta
Prasetya Jati BPK dan Ikrar Pemeriksa yang merupakan pedoman bagi
pegawai BPK dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Berikut adalah
bagian-bagian penting dari kode etik yang dimaksud:

Akuntansi Sektor Publik | 19


1. Kode etik auditor adalah prinsip dasar atau nilai-nilai yang menjadi
acuan dalam melaksanakan kegiatan audit. Mengingat bahwa budaya
suatu bangsa biasanya berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya, maka
sangat mungkin terjadi bahwa budaya bangsa tersebut ikut mewarnai
kode etik yang bersangkutan. Sesuai dengan anjuran INTOSAI, setiap
BPK suatu Negara selaku lembaga pemeriksa eksternal pemerintah
bertanggungjawab mengembangkan kode etik yang sesuai dengan
budaya, system social, atau lingkungannya masing-masing.
Selanjutnya, BPK perlu memastikan bahwa segenap auditor secara
mandiri mempelajari nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dimuat dalam
kode etik tersebut dan berperilaku sesuai dengan kode etik itu. Dengan
mengacu pada kode etik tersebut, perilaku auditor dalam setiap
situasi/keadaan atau setiap saat hendaklah merupakan perilaku yang
tidak tercela.
2. Apabila terdapat kekurangan dalam perilaku auditor maupun perilaku
yang tidak benar dalam kehidupan pribadinya, maka hal yang demikian
akan menempatkan integritas auditor, lembaga tempat ia bekerja,
kualitas dan validitas tugas pemeriksaannya pada situasi yang tidak
menguntungkan dan dapat menimbulkan keraguan terhadap keandalan
serta kompetensi lembaga pemeriksa tersebut.

I. Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik


1. Pemahaman Akuntansi Biaya Sektor Publik
Standar akuntansi biaya sector public dirancang untuk mencapai
keseragaman dan konsistensi dalam pengukuran, penetapanm serta
pengalokasian biaya pada organisasi sector public. Standar itu didasarkan
pada pemeriksaan praktek akuntansi biaya yang umum di seluruh industry
atau usaha yang ada. Saran dan masukan diminta dari organisasi sector
public, industry, serta asosiasi profesi akuntansi. Selain itu, juga dilakukann
review atas berbagai publikasi tersebut.
Definsi standar pada tiga area Akuntansi Biaya:

Akuntansi Sektor Publik | 20


1) Pengukuran biaya, termasuk metode dan teknik yang digunakan dalam
mendefinisikan komponen biaya, menentukan dasar pengukuran biaya,
dan menetapkan criteria untuk menggunakan teknik pengukuran biaya
sector public alternative
2) Penetapan biaya selama periode akuntansi biaya, menunjuk pada
metodeyang digunakan ketika menentukan jumlah biaya yang
ditetapkan selama periode akuntansi biaya tersendiri.
3) Alokasi biaya ke tujuan biaya, menunjuk pada metode penetapan
alokasi biaya langsung dan tidak langsung

2. Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik versus Prinsip-prinsip Biaya


Standar akuntansi biaya sector public dan prinsip-prinsip biaya adalah
hal yang berlainan. Standar akuntansi biaya sector public berkaitan dengan
pengukuran, penetapan, dan alokasi biaya kontrak organisasi sector public.
Sementara itu, prinsip-prinsip biaya menunjuk pada pemenuhan biaya, yang
merupaka unsure dalam pengadaan barang dan jasa serta merupakan fungsi
dari hokum, aturan, dan kontrak tersendiri. Biaya mungkin saja dialokasikan
namun belum tentu dapat memenuhi prinsip-prinsip biaya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akuntansi Sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan
keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Dilihat dari
sisi internal organisasi laporan keuangan sektor publik merupakan alat
pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi
eksternal, laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban terhadap publik
dan sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Akuntansi sektor publik bertujuan
untuk memberi informasi yang bertujuan untuk pengambilan keputusan ekonomi,
sosial, politik, dan sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan, serta
untuk memberi informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial

Akuntansi Sektor Publik | 21


dan organisasional. Laporan keuangan pemerintahan dan laporan keuangan
komersial memiliki perbedaan. Pernedaan tersebut meliputi jenis laporan yang
dihasilkan, elemen laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, dan teknik
akuntansi yang digunakan. 4.2 Saran Dalam memahami Pelaporan Keuangan
Sektor Publik, disarankan kepada Mahasiswa/I untuk tidak melupakan dasar-dasar
pada pelaporan perusahaan swasta, karena pada dasarnya keduanya memiliki
beberapa persamaan sehingga jika telah memahami pelaporan pada perusahaan
swasta, tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami pembahasan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Deddi Nordiawan, 2010, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Salemba Empat,


Jakarta.

Indra Bastian, 2010, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Penerbit


Erlangga, Jakarta.

Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.

Bhaskoroperwiro. 2013. “Standar Akuntansi Sektor Publik”. Di Akses pada


01 Februari 2018. https://bhaskoroperwiro.wordpress.com

Akuntansi Sektor Publik | 22


LAMPIRAN

Kasus Yang Relevan

1. BPK temukan masalah dalam laporan keuangan pemerintah


Selasa, 11 Juni 2013 15:27 WIB | 8.764 Views
Pewarta: Zul Sikumbang

Ketua BPK, Hadi Poernomo, menyampaikan hasil pemeriksaan Laporan


Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) di Gedung MPR/DPR/DPD RI Jakarta,
Selasa.(ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan
empat masalah dalam audit Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Saat menyampaikan pemeriksaan LKPP di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta,

Akuntansi Sektor Publik | 23


Selasa, Ketua BPK Hadi Poernomo mengatakan permasalahan itu merupakan
gabungan dari ketidaksesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
kelemahan sistem pengendalian intern, dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan.

Menurut Hadi, masalah pertama dalam LKPP adalah pemerintah telah mencatat
realisasi PNBP dan belanja lainnya dari untung/rugi selisih kurs dalam LRA tahun
2012 masing-masing Rp2,09 triliun dan Rp282,93 miliar.

"Namun pemerintah belum menghitung penerimaan/belanja karena untung/rugi


selisih kurs dari seluruh transaksi mata uang asing sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan. Penerimaan belanja dari untung/rugi selisih kurs dapat berbeda
secara signifikan," kata Hadi.

Masalah kedua, lanjutnya, pengendalian atas revisi dokumen pelaksanaan


anggaran lemah sehingga terjadi pelampauan atas pagu Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) untuk belanja selain belanja pegawai Rp11,37 triliun.

"Terdapat penggunaan anggaran belanja barang dan modal yang melanggar


ketentuan sehingga merugikan negara Rp546,01 miliar. Rp240,16 miliar belum
dipertanggungjawabkan," kata dia.

Selain itu, BPK juga menemukan pelanggaran terkait realisasi pembayaran


belanja barang dan modal pada akhir tahun sebesar Rp1,31 yang tidak sesuai
dengan realisasi fisik.

"Belanja bantuan sosial Rp1,91 triliun yang sudah dicairkan tetapi dana yang
belum tersalurkan sampai 31 Desember 2012 tidak disetor ke kas negara dan
penyaluran bantuan sosial yang tidak sesuai sasaran Rp269,98 miliar," jelasnya.

Masalah LKPP yang ketiga, pemerintah belum menelusuri sebagian aset dari eks-
BPPN sebesar Rp8,79 triliun dan aset properti eks-PPA sebesar Rp1,21 triliun.

Akuntansi Sektor Publik | 24


Dan masalah yang keempat, Laporan Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah
sebesar Rp70,26 triliun pada akhir 2012 berbeda pencatatannya dengan rincian
fisik SAL dengan perbedaan sampai Rp8,15 miliar.

"Selain itu pemerintah juga tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai
atas penambahan fisik SAL Rp33,49 miliar dan tidak dapat menunjukkan sumber
dokumen atas koreksi pencatatan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran sebesar
Rp30,89 miliar," demikian Hadi Poernomo.

Editor: Maryat
COPYRIGHT © ANTARA 2013

2. Rabu, 15 Mei 2013


Tantangan Profesi Akuntan Indonesia Menuju Tahun 2020 Akuntan Indonesia kini
menghadapi berbagai tantangan baru, baik tantangan yang datang dari dalam
profesi maupun dari luar profesi. Dari dalam profesi tantangannya berupa
banyaknya standar-standar baru yang harus diterapkan. Sejalan dengan
konvergensi IFRS dan ISA, serta pronouncement lainnya yang diterbitkan IFAC,
maka organisasi akuntan Indonesia terus menerus melakukan adopsi standar-
standar tersebut, melakukan pendidikan kepada akuntan, serta .

melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perguruan tinggi, industri, dsb.


Tantangan dari luar profesi datang dari berbagai pihak, mencakup tantangan
meningkatnya tuntutan governance dari pihak pemakai jasa akuntan, regulasi yang
lebih ketat oleh pemerintah, serta tantangan menjaga kepercayaan pemerintah
ditengah-tengah masih sedikitnya jumlah akuntan publik di Indonesia. Sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, semakin banyak investasi
ditempatkan di Indonesia, baik oleh investor dalam negeri maupun luar negeri.
Demikian juga kredit perbankan tumbuh secara positif. Pada saat investasi dan
kredit perbankan bergerak positif maka semakin tinggi tuntutan kepada akuntan
untuk menegakkan governance.

Akuntansi Sektor Publik | 25


Akuntan dipadang sebagai salah satu pihak yang sangat kompeten untuk menjaga
risiko investasi dan perkreditan dari investor atau kreditur. Kemudian, masih
sejalan dengan tuntutan governance tersebut, pemerintah Indonesia kini aktif
membuat peraturan untuk profesi akuntan publik. Pembatasan rangkap jabatan
dan pemberian jasa, aturan quality control dan independensi sengaja dibuat untuk
memenuhi tuntutan governance di satu sisi, namun disisi lain menjadikan profesi
akuntan penuh dengan aturan

Di sisi lain, tantangan juga timbul dari kepercayaan pemerintah pada akuntan
publik yang merencanakan pada masa datang laporan audit diakui sebagai dasar
perhitungan pajak oleh dirjen pajak. Tentu saja jika wacana ini dilaksanakan maka
akan semakin besar peluang pasar jasa akuntan publik di Indonesia. Tantangan
dari wacana pemerintah ini adalah jumlah akuntan publik masih sedikit. Saat ini
jumlah akuntan publik baru 1100 orang dan jumlah KAP baru 400 kantor.

Tentu jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah perusahaan


sebanyak 16.000 dan penduduk Indonesia 240 Juta jiwa. “Satu hal yang paling
diperlukan oleh Indonesia saat ini adalah menambah jumlah akuntan,” kata
Manajer Manajemen Keuangan Kawasan Asia Timur dan Pasifik Bank Dunia
Samia Msadek di Jakarta, Senin, dalam peluncuran “Report on the Observance of
Standards and Codes” (ROSC) di Indonesia dari Bank Dunia. Per 31 Juli 2010,
menurut data Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), ada 8.832 anggota perorangan
organisasi tersebut, 1.407 di antaranya adalah akuntan publik sementara 3.680
adalah akuntan yang bekerja di sektor publik.

Saat ini Indonesia sedang mempersiapkan sistem laporan keuangan perusahaan


yang berkiblat pada standar internasional atau International Financial Reporting
Standards (IFRS) yang akan diberlakukan mulai Januari 2012. Pertama,
pemerintah perlu memperhatikan dan mengusahakan pendidikan bagi akuntan dan
menambah jumlah akuntan secara berkelanjutan demi menjaga sistem akuntansi
yang ditetapkan.

Akuntansi Sektor Publik | 26


“Pendidikan yang diberikan perlu disesuaikan dengan perkembangan sistem
akuntansi, termasuk bagaimana meningkatkan kemampuan para akuntan yang
sudah bekerja saat ini mengingat standar akuntasi dan pemeriksaan keuangan
terus berubah,” kata Samia.Kedua, menerapkan aturan akuntansi, sesuai dengan
Undang-undang yang disahkan, khususnya bagi perusahaan publik dan
perusahaan yang tercatat dalam pasar modal.

Rekomendasi ketiga adalah pengawasan implementasi aturan, mengingat proses


konvergensi sistem laporan keuangan lama menjadi sistem IFRS perlu dipahami
oleh manajemen perusahaan dan badan pengawas laporan keuangan yaitu Bank
Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK).

Akuntansi Sektor Publik | 27

Anda mungkin juga menyukai