BASUKI
TJAHAJA PURNAMA ALIAS AHOK
NPM 14206007
1. KASUS POSISI
Terdakwa Ir. Basuki Tjahaja Purnama alias AHOK, yang menjabat sebagai
Gubernur Provinsi DKI Jakarta, didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dua
dakwaan yaitu Pasal 156 a Huruf a KUHP sebagai dakwaan alternatif pertama dan
Pasal 156 KUHP sebagai dakwaan alternatif kedua.
Hal ini diawali dengan peristiwa yang terjadi pada tanggal 27 September 2016,
bertempat di Pelelangan Ikan, Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang,
Kecamatan Pulau Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Terdakwa pada saat itu sedang mengadakan kunjungan kerja di Tempat Pelelangan
Ikan. Pada saat terdakwa mengadakan kunjungan kerja tersebut, terdakwa telah
terdaftar sebagai salah satu calon Gubernur DKI Jakarta yang pemilihannya akan
dilaksanakan pada bulan Februari 2017.
Pada saat berpidato, terdakwa memberikan sambutan dan memasukkan
kalimat yang berkaitan dengan surat Al-Maidah ayat 51 yaitu
“ ... ini pemilihan kan dimajuin jadi kalo saya tidak terpilih pun saya
berhentinya Oktober 2017 jadi kalo program ini kita jalankan dengan baik pun
bapak k ibu masih sempet panen sama saya sekalipun saya tidak terpilih jadi
gubernur Jadi cerita ini supaya bapak ibu semangat, jadi ga usah pikiran
ah..nanti kalau ga ke pilih, pasti Ahok programnya bubar, engga........saya
sampai Oktober 2017, jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati
kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, ya kan dibohongi pakai surat Al-Maidah 51,
macem – macem itu itu hak bapak ibu yah jadi kalo bapak ibu perasaan gak
bisa kepilih nih karena saya takut masuk neraka karna dibodohin gitu ya enga
papa, karna inikan panggilan pribadi bapak ibu program ini jalan saja, jadi
bapak ibu gak usah merasa gak enak, dalam nuraninya ga bisa milih Ahok,
gak suka sama Ahok nih, tapi programnya gua kalo terima ga enak dong jadi
utang budi jangan bapak ibu punya perasaan ga enak nanti mati pelan-pelan
loh kena stroke.”
Pada putusan sela yang diputus pada sidang tanggal 27 Desember 2016,
dinyatakan bahwa keberatan yang dari terdkwa dan penasihat hukumnya tidak dapat
diterima, dan persidangan tetap dilanjutkan. Dalam persidangan ini terdapat 20 saksi
yang dihadirkan oleh pihak jaksa penuntut umum dan 9 keterangan ahli. Sedangkan
dari pihak terdakwa menghadirkan 5 orang saksi, dan 11 keterangan ahli. Barang
bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum adalah sejumlah 51 buah.
Setelah melalui proses pembuktian, baik dari saksi, keterangan ahli maupun
pengumpulan barang bukti, jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan
hukuman penjara satu tahun dengan masa percobaan dua tahun, dimana jaksa menilai
terdakwa dianggap bersalah dengan dakwaan kedua namun tidak bersalah dalam
dakwaan pertama. Pada sidang terakhir yaitu pembacaan amar putusan, hakim
menjatuhkan hukuman kepada terdakwa yaitu terbukti secar sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tidak pidana penodaan agma dan dipidana penjara selama 2
tahun.
2. Analisis
Dalam eksaminasi ini akan dibahas beberapa bagian, yaitu bagian dakwaan
dan bagian putusan.
A. Dakwaan dan Surat Dakwaan
Dalam dakwaan yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum, ada beberapa
kelemahan yaitu tidak dilewatinya suatu mekanisme yaitu peringatan terhadap
terdakwa terlebih dahulu melainkan langsung dikenakan unsur pidana. Hal ini
berdasarkan pada Pasal 1, 2, dan 3 UU 1/PNPS 1965 dimana berbunyi barang
siapa melanggar pasal satu diberikan perintah atau peringatan untuk menghentikan
perbuatannya.
B. Tuntutan
Dalam tuntutan, terdapat perbedaan dengan dakwaan yaitu penuntut umum
melakukan tuntutan kepada terdakwa dengan pasal 156, berbeda pada saat
dakwaan. Dalam tuntutan ini terdapat beberapa kelemahan dalam isi tuntutan yang
dilakukan oleh penuntut umum yaitu pada posisi saksi, dimana semua saksi yang
dihadirkan oleh jaksa penuntut umum tidak berada pada tempat kejadian perkara,
para saksi hanya mendapat informasi berdasarkan keterangan orang lain yang ada
di tempat kejadian perkara. Hal ini bertentangan dengan definisi saksi yaitu orang
yang melihat, mendengar dan mengalami suatu kejadian.
Selain itu, para saksi dan keterangan ahli yang dihadirkan oleh jaksa penuntut
umum memiliki conflict of interest terhadap terdakwa dimana ada beberapa
kejadian yang menunjukkan bahwa beberapa saksi dan ahli memiliki konflik
dengan terdakwa.
Kelamahan yang lain adalah bahwa fatwa MUI yang digunakkan sebagai alat
bukti tidak memiliki posisi yang kuat karena bukan merupakan sumber hukum
tertulis yang sah oleh hukum.
3. Kesimpulan
Dari eksaminasi pengadilan putusan hakim terhadap terdakwa, dapat
disimpulkan beberapa hal, yaitu:
A. Terdapat beberapa kelemahan dari proses pengadilan ini, mulai dari
dakwaan, tuntutan hingga putusan hakim.
B. Tidak adanya saksi yang hadir pada saat kejadian tersebut terjadi dan saksi
yang dihadirkan oleh jaksa penuntut hukum yang memiliki konflik
tersendiri dengan terdakwa.
C. Adanya kesulitan dalam pembuktian terhadap suatu niat yang dalam hal ini
ditudukan kepada terdakwa apakah secara sengaja atau tidak dan berniat
menistakan agama.
D. Perlu dipertanyakan mengenai kenetralan hakim yang menangani kasus ini
karena cenderung bersifat tidak netral.