Anda di halaman 1dari 4

Ketiga tahap sejarah itu, menurut Hill, adalah penahanan,

pembauran, dan reformasi. Pada tahap pertama, raja-raja


Afrika menahan atau membendung pengaruh Muslim dengan
memisahkan komunitas Muslim. Pada tahap kedua, penguasa
Islam Afrika mencampur Islam dengan tradisi lokal,’’ ujar Hill.

Pada tahap ketiga, lanjut Hill, Muslim Afrika ditekan untuk


melakukan reformasi dalam upaya untuk menyingkirkan
masyarakat mereka dengan mencampur tradisi lokal dengan
Syariah.

Tahap penahanan: Ghana dan Tekur

Di awal kehadirannya, ajaran Islam hanya dianut oleh


komunitas tertentu yang terhubung dengan jalur perdagangan
trans-Sahara. Pada abad ke-11 M, menurut Hill, geografer
Andalusia bernama Al-Idrisi mencatat, di wilayah Ghana dan
Tekur terdapat sejumlah orang Arab dan imigran dari Afrika
utara.

Beberapa faktor yang menghambat perkembangan Islam di


Afrika Utara adalah keberadaan kerajaan non-Muslim,” ungkap
Hill. Menurut dia, para saudagar dan ulama berperan besar
dalam penyebaran agama Islam di kawasan Afrika Barat.
Para pedagang Muslim yang terpelajar, ungkap Hill, banyak
membantu kerajaan-kerajaan non-Muslim dalam bidang
administrasi kerajaan tersebut. Mereka memfasilitasi
perdagangan jarak jauh dengan membuatkan aturan kontrak,
kredit, dan informasi jaringan,’’ paparnya.

Dari abad ke-8 hingga 13 M, hubungan antara Muslim dan


penduduk Afrika Barat mulai meningkat. Sejak saat itu, negara
Muslim mulai muncul dan berkembang di Sahel. Menurut Hill,
sejak itu raja-raja Afrika mulai mengizinkan Muslim untuk
berintegrasi. Pada abad ke-11 M, dilaporkan sudah ada
kerajaan Islam bernama Tekur di pertengahan lembah
Senegal,’’ papar Hill.

Tahap percampuran:

Setelah Islam berkembang pesat di sub-Sahara, menurut Hill,


penguasa Afrika mulai mengadopsi Islam. Meskipun, penduduk
kerajaan itu memiliki kepercayaan dan budaya yang berbeda.
Banyak penguasa yang kemudian mencampur Islam dengan
budaya dan ajaran lokal. Inilah fase yang disebut para ahli
sebagai periode pencampuran.’’
Kekaisaran Mali (1215-1450 M) merupakan kerajaan yang
mengadopsi Islam. Wilayah kekuasaannya mencapai Mali
modern, Senegal, sebagian Mauritania, dan Guinea. Menurut
Hill, kekaisaran Mali merupakan negara yang terdiri atas
berbagai agama dan kelompok budaya.

Kaum Muslim memiliki peranan yang penting di pengadilan


sebagai pengacara dan penasihat. Sejatinya, pendiri Kerajaan
Mali bernama Sunjiata Keita bukanlah seorang Muslim. Raja
Mali pertama yang masuk Islam adalah Mansa Musa (1307-
1332). Ia menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan.
Pada 1324, Raja Mali sempat menunaikan haji ke Tanah Suci.”

Kabar perjalanan haji Raja Mansa Musa ke Makkah sempat


tersiar hingga ke Eropa karena kekayaan dan dana yang
dikeluarkan untuk perjalanan itu begitu besar. Menurut Hill,
pengeluarannya selama perjalanan ke Makkah sempat
mendevaluasi harga emas di Mesir selama beberapa tahun.

Tahap Reformasi pada abad ke-19:

Pada abad ke-19 M, menurut Hill, terjadi gerakan jihad di Afrika


Barat. Inilah fase ketiga perkembangan Islam di sub-Sahara.
Para pemikir, ulama, dan Muslim terpelajar mulai menyadari
pentingnya melakukan reformasi. Umat Muslim mulai
mengubah praktik keagamaan mereka yang sempat
dicampurbaurkan penguasa Afrika dengan budaya dan
kepercayaan lokal dengan mengadopsi nilai-nilai Islam yang
sesuai syariah.

Gerakan reformasi ini melahirkan kekhalifahan Sokoto di Tanah


Hausa dan negara Umarian di Senegambia.

Anda mungkin juga menyukai