Anda di halaman 1dari 120

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA PARANOID AKIBAT
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG RAJAWALI
DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI
JAWA BARAT

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan pada Akademi
Keperawatan RS. Efarina

SEIMAN LASE
1400001135

AKADEMI KEPERAWATAN RS EFARINA PURWAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2017
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA
2017

SEIMAN LASE

Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. A dengan Diagnosa Medis Skizofrenia


Paranoid akibat Perilaku Kekerasan di Ruangan Rajawali Di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2017
Iv + 100 halaman + 7 tabel + 3 bagan + 1 gambar + 3 lampiran

ABSTRAK

Prevalensi gangguan jiwa menurut WHO ada sekitar 450 juta jiwa, Skizofrenia
sekitar 1,6 juta, perilaku kekerasan sekitar 60% dari 2,5 juta. Data perilaku kekerasan
diRumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dari bulan Januari-Mei 2017 sekitar 577
Jiwa. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata
dalam melaksanakan asuhan keperawatan langsung dan komprehensif meliputi aspek
bio- psiko-sosio- spiritual dengan pendekatan proses keperawatan dengan klien
perilaku kekerasan. Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini adalah metode deskriptif yang berbentuk studi kasus dengan menggunakan
pendekatan proses asuhan keperawatan. Diagnosa yang muncul dari hasil pengkajian
adalah perilaku kekerasan yang ditandai dengan klien cukup kooperatif dalam
mengemukakan semua perasaan dan masalahnya. Penulis melakukan tindakan bina
hubungan saling percaya, latih bercakap-cakap dengan orang lain, kontrol perilaku
kekerasan dengan cara tarik napas dalam dan pukul bantal, latih klien menggunakan
obat secara teratur dan spiritual. Evaluasi klien dapat mengontrol dan memutuskan
perilaku kekerasan dengan cara-cara yang telah diajarkan oleh penulis. Kesimpulan
dan Rekomendasi bagi pihak Rumah Sakit perlu adanya peningkatan daya dukung
sarana dan diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien seoptimal mungkin
dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

Kata Kunci : Skizofrenia, perilaku kekerasan dan perilaku bullying


Kepustakaan : 26 (2009-2015)
NURSING SCIENCE PROGRAM (D-III)
NURSING ACADEMI EFARINA HOSPITAL
2017

SEIMAN LASE

Nursing Care of the Soul on Mr.A with Medical Diagnosis Paranoid Schizophrenia
from Violent Behavior in Rajawali Room at Mental Hospital of West Java Province
2017.
Iv + 100 pages + 7 tables + 3 charts + 1 image + 3 attachments

ABSTRACT

The prevalence of mental disorders according to WHO is about 450 million people,
Schizophrenia is about 1.6 million, violent behavior about 60% from 2.5 million.
Data obtained due to violent behavior in the Mental Hospital of West Java Province
from January to May 2017 around 577 people. Violent behavior is a condition in
which a person performs actions that can be physically harmful, both to himself and
to others. The purpose of this paper is: to gain real experience In implementing direct
nursing care and comprehensively covers the bio-psycho-socio-spiritual aspect with
a nursing process approach with a client of violent behavior. The method used in the
preparation of Scientific Writing is a descriptive method in the form of case studies
using the approach process of nursing care. Diagnosis that emerged from the
assessment is violent behavior characterized by clients is quite cooperative in
expressing all the feelings and problems. The writer do coached the relatiosnhip of
mutual trust, trains conversation with others, controls violent behavior by means of
deep breathing and pillow strap, training clients using medication regularly and
spiritually according to the client's beliefs. Evaluation of clients can control and
decide violent behavior in ways that have been taught by the author. Conclusions and
Recommendations for the Hospital need to increase the carrying capacity of facilities
and is expected to provide services to clients as optimal as possible and improve the
quality of hospital services.

Keywords: Schizophrenia, violent behavior and bullying behavior

Literature: 26 (2009-2015)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. A dengan
Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid Akibat Perilaku Kekerasan di Ruang
Rajawali di Rumah Sakit jiwa Provinsi Jawa Barat Ta”.

Sebagaimana tertuang dalam kurikulum pendidikan Akademi Keperawatan RS.


Efarina Purwakarta, bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan tugas akhir
untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan, di Akademi
Keperawatan RS. Efarina Purwakarta.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menemukan beberapa kesulitan
dan hambatan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah, tetapi atas dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak yang ikut membantu dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, sehingga pada akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Wirdan Fauzi, S.Kep, Ners.,M.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan RS.


Efarina Purwakarta.
2. Chaerani Triyuliana, S.Kep, Ners, selaku Pudir I bidang Akademi Keperawatan
RS. Efarina Purwakarta, dan sekaligus pembimbing I yang sudah membimbing,
mendidik, dan mengarahkan.
3. Dian Eka Putri, S. Si,T, selaku Pudir II bidang Administrasi Akademi
Keperawatan RS. Efarina Purwakarta.
4. Riandi Alfin, S.Kep, Ners, selaku Pudir III bidang Kemahasiswaan Akademi
Keperawatan RS. Efarina Purwakarta.
5. Tata Henrayana, S.Kep. MM, selaku Pembimbing II yang sudah membimbing,
mendidik, dan mengarahkan.
6. Widya Krisnawati Loem S.Kep.,Ners, selaku Penguji Utama yang sudah
membimbing, mendidik dan mengarahkan.
7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Akademi Keperawatan RS. Efarina
Purwakarta
8. Neneng S.pd, selaku koordinator Karya Tulis Ilmiah Tahun 2017
9. Ayah tercinta (Terasokhoda Lase) dan mama tercinta (Megasiria Waoma) yang
selama ini telah mendidik, mengasihi, memberi semangat dan dukungan kepada
penulis baik melalui doa maupun dana.
10. Untuk papa/ mama Gian dan papa/mama Angel yang selalu mendukung baik
melalui doa dan juga dana.
11. Untuk kakak Tika dan kakak Suzan yang selalu mendukung melalui doa
12. Untuk Andi F. Telaumbanua yang selalu membantu, memberi dukungan,
motivasi, kasih dan doa.
13. Untuk teman-teman khususnya dan keluarga besar tingkat III semester VI kelas
A,B,C, dan D yang berjuang bersama-sama
14. Semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Demikianlah ucapan terima kasih peneliti atas partisipasi dari bapak/ibu dan
saaudara/I yang telah mendukung peneliti kiranya Tuhan Yesus yang membalas
semuanya. Peneliti juga menyadari bahwa sepenuhnya penelitian ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
demi perbaikan dan kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata peneliti berharap
semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Purwakarta, 18 Juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRAC ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ………............…..…………………………………..... iii
DAFTAR ISI……………......……………………........…………………….... v
DAFTAR TABEL…..............……………………………………………….... vii
DAFTAR BAGAN ..…….....……………………………………………......... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..……... 1
A. Latar Belakang ………………………..……………..……… 1
B. Tujuan ……………................................................................ 7
1. Tujuan Umum ………………….………………………. 7
2. Tujuan Khusus ...……………...………………………... 7
C. Kerangka Penelitian ….…………………………………..…. 8
1. Tempat dan Waktu ..……………………………………. 8
2. Manfaat Penulisan ……………………………………… 8
a. Manfaat Teoritis ……………………………………. 8
b. Manfaat Praktis ……………………………………... 9
D. Sistematika Penulisan ………………………………………. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ….…….………………………….......... 10
A. Masalah Kesehatan ………………………………................ 10
1. Skizofrenia ...............………............................................ 10
a. Definisi ……………………………………………... 10
b. Tanda dan gejala Skizofrenia ……………………….. 10
c. Macam – macam Skizofrenia ………………………. 11
2. Perilaku Kekerasan ........................................................... 12
a. Definisi ……………………………………………... 12
b. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan ……………… 13
c. Rentang Respon Perilaku Kekerasan ……………….. 13
d. Patofisiologi ……………………………………….... 16
e. Pohon Masalah ……………………………………... 17
f. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ………... 18
g. Farmakologi ………………………………………… 21
h. Data fokus pengkajian sesuai teori …………………. 23
B. Rencana Asuhan Keperawatan .............................................. 25
1. Pengkajian ……………………………………………… 25
2. Diagnosa Keperawatan …………………………………. 31
3. Intervensi ……………………………………………….. 32
4. Implementasi …………………………………………… 46
5. Evaluasi ………………………………………………… 49
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN............................... 50
A. Tinjauan Kasus ........................................................................ 51
B. Pembahasan ............................................................................. 80
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 96
A. Kesimpulan .............................................................................. 96
B. Saran ........................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101
LAMPIRAN ...................................................................................................... 104
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ….............. 18

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ………………………………... 32

Tabel 2.3 Implementasi ………………………………………....... 46

Tabel 3.1 Terapi Obat ...................................................................... 60

Tabel 3.2 Analisa Data .................................................................... 61

Tabel 3.3 Rencana Asuhan keperawatan.......................................... 63

Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan ............................................. 70

Tabel 3.5 Evaluasi ........................................................................... 77


DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 2.1 Rentang Respon …………………………………………… 14

Bagan 2.2 Patofisiologi Perilaku kekerasan ………………………….. 16

Bagan 2.3 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan ………………………. 17


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Genogram Keluarga................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Monitoring konsultasi bimbingan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa menurut WHO (World Head Organitation) adalah berbagai

karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan

kejiwaaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadianya. Kesehatan Jiwa

menurut Undang-undang kesehatan jiwa tahun 2014 adalah suatu kondisi dimana

seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi

untuk komunitasnya (Direja, 2011)

Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata

keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Seseorang dikatakan sehat apabila

seluruh aspek dalam dirinya dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis,

maupun sosial. Fisiknya sehat, maka mental (Jiwa) dan sosial pun sehat, jika

mentalnya terganggu atau sakit, maka fisik dan sosialnyapun akan sakit.

Seseorang yang tidak memenuhi karakteristik sehat, maka bisa dikatakan

gangguan jiwa (Stuart & Laraia dalam Hidayati, 2012)

Sesuai dengan pasal 144 Undang-Undang no 36 Tahun 2009 tentang

kesehatan, penanganan gangguan jiwa harus dilakukan dengan standar pelayanan


kesehatan paripurna meliputi: (a) Promotif kesehatan merupakan sebagai segala

intervensi, berbasis lingkungan dan berbasis behavioral, yang berusaha

menunjukkan dan memungkinkan perubahan-perubahan pada status kesehatan

individu dan populasi (Alberry & Munafo, 2012). (b) Preventif, aspek preventif

dalam penanganan kesehatan jiwa dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko

gangguan kejiwaan berkembang. (c) Kuratif, aspek kuratif dalam penanganan

kesehatan jiwa lebih banyak menekankan pada intervensi medis. Oleh karena itu

dokter spesialis kedokteran jiwa dan perawat kejiwaan merupakan tenaga

professional yang paling dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan kuratif. (d)

Rehabilitatif, proses rehabilitasi pada penanganan kesehatan jiwa berbeda dengan

rehabilitasi kesehatan umumnya. Dalam tahapan ini aspek rehabilitatif bertujuan

untuk mengembalikan fungsi personal dan sosial (PUU Keswa, 2012).

Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis

bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan

gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011).

Gangguan jiwa menurut Pasien perilaku gangguan jiwa III adalah sindrom pola

perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

(distress) atau hendaya (impairment) didalam suatu atau lebih fungsi yang

penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan

itu tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan

masyarakat (Maramis, 2010)


Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat

signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan

jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) dalam

Yosep (2013) , ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan

jiwa. Menurut (Kemenkes RI, dalam Kirana, 2014) dalam kutipan WHO (2012)

menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah

mental, dan masala gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah

menjadi masalah yang sangat serius.

Menurut National Institute of Health gangguan jiwa mencapai 13% dari

penyakit secara keseleruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25%

ditahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya prevelensi

gangguan jiwa dari tahun ke tahun diberbagai Negara. Berdasarkan hasil sensus

penduduk Amerika Serikat, diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18-30

tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa (NIMH, 2011).

Di Amerika Serikat terdapat 300 ribu pasien skizofrenia akibat perilaku

kekerasan yang mengalami episode akut tiap tahun. Menurut penelitian di

Finlandia di University Of Helsinki dan University Helsinki Central Hospital

Psyciatry Centre, dari 32% penderita skizofrenia melakukan tindakan kekerasan,

16% dari perilaku kekerasan pada klien mengakibatkan kematian, dari 1.210

klien.

Prevelensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3%- 1% dan biasanya

timbul pada usia sekitar 15-45 tahun, namun ada juga yang berusia 11-12 tahun
sudah menderita skizofrenia. Dengan jumlah penduduk di Indonesia yang lebih

dari 200 juta jiwa, maka jumlah penderita skizofrenia sebanyak 400 ribu sampai

1,6 juta jiwa.

Dan menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010,

jumlah penderita di Indonesia mencapai 2,5 juta yang terdiri dari pasien perilaku

kekerasan. Di perkirakan sekitar 60% penderita perilaku kekerasan di Indonesia

(Wirnata, 2012)

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menunjukan jumlah penderita

gangguan jiwa di Jawa Barat melonjak Pada tahun 2014 tercatat 296.943 orang

yang mengalaminya sedangkan berdasarkan hasil pendataan tim Dinkes Jabar

pada 2015, jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 465.975 orang (Dinkes

Jabar, 2015).

Menurut data pencatatan Rekam Medis (RM) Rumah sakit jiwa Provinsi

Jawa Barat pada periode bulan Januari - Mei 2017 menunjukan jumlah gangguan

jiwa Perilaku Kekerasan sebanyak 577 jiwa (42,9%), dan jumlah klien diruang

Rajawali selama satu minggu dilakukan penelitian berjumlah 18 orang

diantaranya klien perilaku kekerasan 7 orang dan klien halusinasi 9 orang (profil

Diklat Rumah sakit jiwa provinsi jawa barat, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta (2011)

prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%. Angka tersebut

tergolong sedang dibandingkan dengan negara lainnya. Data dari 33 Rumah Sakit

Jiwa (RSJ) yang ada di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah
penderita gangguan jiwa berat men capai 2,5 juta orang. Penderita gangguan jiwa

berat dengan usia diatas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,46% . Hal ini berarti

terdapat lebih dari satu juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan jiwa

berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 11,6% dari 19 juta penduduk

Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional (Riset Kesehatan

Dasar, 2011). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa

mencapai 1,7 juta per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riset

Keperawatan dasar, 2014 dan 2015).

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya

kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk (Riset Kesehatan

Dasar, 2013). Skizofrenia diakibatkan karena ada gangguan pada struktur otak

yang mengakibatkan perubahan kemampuan berfikir, bahasa, emosi, perilaku

sosial dan kemampuan berhadapan dengan realita secara tepat (Varcaloris &

Halter, 2010). Salah satu gejala umum skizofrenia adalah perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada dirinya

sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak

terkontrol (Kusumawati & Hartono, 2010).

Gangguan jiwa dapat terjadi pada semua usia, salah satunya pada usia

remaja. Di mana masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan

kepribadian, sebagai masa “badai dan stress”. Pada usia tersebut psikososial
remaja juga mengalami perubahan respon psikologi yang terdiri dari harga diri

rendah, rasa bersalah, dan malu serta marah ( Fitri & Nita, 2012)

Dilihat dari angka kejadian diatas penyebab paling sering timbulnya

gangguan jiwa dikarenakan masih ada kasus penyimpangan perilaku kekerasan

dilakukan dikalangan remaja. Salah satu masalah yang berkembang yaitu

melakukan perilaku bullying. Perilaku bullying telah lama menjadi bagian dari

dinamika yang ada disekolah. Umumnya orang lebih mengenal istilah- istilah

pemalakan, pengucilan, intimidasi, dan lain-lain. Kasus kekerasan disekolah

seperti tawuran, pencurian, pelecehan seksual, senior menganiaya junior, diolok-

olok teman , senior menghukum junior dengan push up masih terus terjadi.

Perilaku bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk

menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma,

tidak berdaya, dan peristiwanya terjadi berulang-ulang (Mujiyati,2015). Bullying

melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korban

berada pada kondisi yang tidak berdaya untuk mempertahankan diri secara

efektif melawan tindakan negative yang diterimanya. Bullying akan selalu

melibatkan adanya ketidak seimbangan kekuatan, niat untuk mencederai,

ancaman, angresi lebih lanjut, dan terror. Colorosa (dalam Mujiyati, 2015)

Ketika anak menjadi pelaku bullying yang sering mendapat paparan

kekerasan perilaku yang selanjutnya akan menjadi agresif, pemberani, berani

melawan, lebih mudah mencari dukungan sosial (Hertinjung dkk dalam Anung

Saputro, 2015)
Dari uraian diatas maka peneliti mengambil judul “Asuhan Keperawatan

Jiwa pada Tn.A dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid akibat

Perilaku Kekerasan di Ruang Rajawali Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat ”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu memberikan Asuhan Keperawatan jiwa pada Tn.A

dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid akibat Perilaku Kekerasan di

Ruang Rajawali di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.A dengan Perilaku

Kekerasan.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pada Tn.A dengan Perilaku

Kekerasan.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.A

dengan Perilaku Kekerasan.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.A dengan Perilaku

Kekerasan.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.A dengan Perilaku

Kekerasan.
C. Kerangka Penelitian

1. Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode

ilmiah yang bersifat menggunakan data, menganalisa data serta menarik

kesimpulan yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk narasi.

Adapun teknik yang penulis gunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini adalah sebagai berikut :

a. Obsevasi pengamatan

b. Interview atau wawancara

c. Studi Dokumentasi

2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan untuk dapat memberikan Asuhan

Keperawatan dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Paranoid Akibat Perilaku

kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2017. Penelitian ini

dilaksanakan pada Februari - Juli 2017.

3. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan menjadi masukan bagi ilmu keperawatan

serta meningkatkan wawasan pengetahuan dan sebagai tambahan referensi

kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut dibidang keperawatan Jiwa.


b. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

1) Dapat mengerti dan menerapkan Asuhan Keperawatan jiwa pada

klien.

2) Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan Asuhan

Keperawatan.

3) Meningkatkan keterampilan dalam memberikan Asuhan

Keperawatan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan referensi dan dokumentasi untuk perpustakaan

kampus Akademi Keperawatan RS. Efarina Purwakarta.

D. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Tujuan, Kerangka Penelitian,

Sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA : (1) Masalah Kesehatan : Definisi, Tanda

gejala, Rentang Respon, Patofisiologi, Pohon Masalah, Strategi pelaksanaan

tindakan keperawatan, Farmakologi, Data Fokus pengkajian sesuai teori,

Rencana keperawatan sesuai teori. (2) Asuhan keperawatan : Pengkajian,

Diagnosa keperawatan, Intervensi, Implementasi, Evaluasi.

3. BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN: Laporan kasus,

Pembahasan.

4. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN : Kesimpulan, Saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Kesehatan

1. Skizofrenia

a. Definisi

Skizofrenia sebagai penyakit neurogis yang mempengaruhi persepsi

klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial. Di dalam otak yang

terserang skyzofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada system

komunikasi tersebut. (Yosep, 2014)

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan

gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-

kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh

kekuatan dari luar (Ibrahim, 2011)

Pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya,

sebab itu dinamakan: demensia (kemunduran intelegensi) Prekox (muda

sebelum waktunya) (Maramis, 2010)

b. Tanda dan Gejala skizofrenia

1) Gejala Primer

a) Gangguan proses pikir

b) Gangguan emosi
c) Gangguan kemauan

d) Waham

2) Gejala sekunder

a) Halusinasi

b) Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain

c. Macam- macam Skizofrenia menurut Maramis (2010)

1) Skizofrenia Simplek sering timbul pertama kali pada masa pubertas.

Gejala utamanya adalah kedangkalan emosi, kemunduran kemauan dan

timbulnya perlahan – lahan sekali.

2) Skizofrenia Katatonis, timbul pertama kali umur antara 15- 30 tahun dan

biasanya akut serta didahului oleh stress emosional.

3) Skizofrenia Akut, timbulnya mendadak sekali dan pasien seperti dalam

keadaan mimpi, kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini

timbul perasaan seakan dunia luar maupun dirinya berubah. Semuanya

seakan punya arti khusus.

4) Skizofrenia Hebefrenik, permulaanya perlahan- lahan dan sering timbul

pada masa remaja antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah

gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi

waham dan halusinasi yang banyak sekali.

5) Skizofrenia Paranoid gejalanya didominasi oleh waham yang relatif

stabil dan halusinasi.


6) Skizofrenia Residual, keadaan skizofrenia dengan gejala primernya

tetapi tidak jelas adanya gejala sekunder.

7) Jenis Skizo – efektif, jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa

efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan.

2. Perilaku Kekerasan

a. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri

maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana

seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik

yang tidak terkontrol (Mukhripah Damaiyanti & Iskandar,2014)

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis yang

dapat membahayakan diri sendiri maupun lingkungan (Fitria,2011).

perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor

yang dihadapi oleh seseorang yang dapat menimbulkan kerugian baik pada

diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar menurut Keliat (2010)

Menurut penelitian yang dilakukan Hertinjung dkk (2012) mengenai

perilaku dan korban bullying yang pada umumnya agresif, kurang memiliki

rasa empati, kurang dapat mengontrol emosi, cenderung mengatur dan

menguasai lingkungan.
b. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Menurut Stuart dan laraia, dalam Arifin P Waskitho (2015) perilaku

kekerasan dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:

1) Motorik

Mondar mandir, ketidakmampuan untuk duduk diam, tangan

mengepal atau meninju, rahang mengantup, pernapasan meningkat, tiba-

tiba menghentikan aktifitas motorik (kataton), merusak benda dan

melukai orang lain.

2) Verbalisasi

Mengancam kearah objek nyata, meminta perhatian yang

mengganggu, suara keras dan tertekan, ada isi pikir delusi dan paranoid.

3) Afek

Marah, bermusuhan, sangat cemas, mudah tersinggung, perasaan

senang berlebihan atau tidak sesuai dengan emosi labil.

4) Tingkatkan kesadaran

Sadar, tiba-tiba perubahan status mental, disorientasi, gangguan daya

ingat, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.

c. Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Menurut (Mukhripah Damaiyanti &Iskandar,2014) perilaku kekerasan

merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang

dimanifestasikan dalam bentuk tubuh. Kemarahan tersebut merupakan

suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu.


Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan

bahwa ia “tidak setuju, tersinggung, merasaa tidak dianggap, merasa tidak

dituruti atau diremehkan”. Rentang Respon kemarahan individu dimulai

dari respon normal (asertif) sampai pada respon sangat tidak normal

(maladaptif).

Bagan 2.1
Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Direja, 2011

Keterangan :

1) Asertif

Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang

lain dan memberikan ketenangan.

2) Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak

dapat menemukan alternatif.

3) Pasif

Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

4) Agresif

Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut

tetapi masih terkontrol.

5) Kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control


d. Patofisiologi

Bagan 2.2

Patofisiologi Perilaku kekerasan


SKIZOFRENIA

Frontalis Perilaku Kekerasan Temporalis

Adanya Lesi Hipotalamus


Limbik

NE
Serotonin
Dopamin NE

Epineprin,
Norepinerpin,
Lobus Frontalis BB Gangguan Dopamin,
Keseimbangan Asetikolin &
Seretonin

Korteks Serebri Nafsu Makan


Serabut
Efferent

Ggn Fungsi
Lobus Frontalus Hormon
androgen
Antidepresan Fisik Psikososial Pada
Norepinerpin
Gejala Negatif
Menekan
 Motivasi (-) Sistem Saraf TD,ND,RR
 Apatis -Teori Seretonin
pusat Psikoanalisa

-Imination
Parkinson Modeling GABA

-Learning
Teori
Kekakuan Cerebrospinal
Vertebra

Ketidakseim
bangan fisik Perilaku Perilaku
Agresif Agresif

Tremor
Marah,amuk,
memukul
e. Pohon Masalah

Bagan 2.3

Pohon masalah perilaku Kekerasan

Resiko Perilaku Kekerasan (mencederai diri


sendiri, orang lain dan lingkungan

effect

Perilaku kekerasan

Core Problem

Harga diri rendah

Causa

Nita Fitria,2012
f. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Tabel 2.1

Strategi pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Diagnosa Pasien Keluarga

Perilaku Strategi pelaksanaan I Strategi Pelaksanaan I

Kekerasan a. Mendiskusikan masalah


a. Mengidentifikasi
yang dirasakan keluarga
penyebab perilaku
dalam merawat klien.
kekersan
b. Menjelaskan pengertian,
b. Mengidentifikasi tanda
tanda dan gejala perilaku
dan gejala perilaku
kekerasan yang dialami
kekerasan.
klien serta proses
c. Mengidentifikasi perilaku
terjadinya.
kekerasan yang
c. Menjelaskan cara- cara
dilakukan.
merawat klien perilaku
d. Mengidentifikasi akibat
kekerasan.
perilaku kekerasan.

e. Menyebutkan cara

mengontrol perilaku

kekerasan.
f. Membantu klien

mempraktikan latihan

cara mengontrol fisik 1.

g. Menganjurkan klien

memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian.

Stategi Pelaksanaan II
Strategi Pelaksanaan II

a. Mengevaluasi jadwal
a. Melatih keluarga
kegaitan harian klien.
mempraktikan cara
b. Melatih klien mengontrol
merawat klien perilaku
perilaku kekerasan dengan
kekerasan.
cara fisik II.
b. Melatih keluarga
c. Menganjurkan klien
melakukan cara merawat
memasukan dalam jadwal
klien perilaku kekerasan.
kegiatan harian.

d. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien.

e. Melatih klien mengontrol

perilaku kekerasan dengan

cara verbal.
Strategi Pelaksanaan III

a. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien


Strategi Pelaksanaab III
b. Melatih klien mengontrol
a. Membantu keluarga
perilaku kekerasan dengan
membuat jadwal
cara sosial/ verbal
aktivitas dirumah
c. Menganjurkan klien
termasuk minum obat.
memasukkan ke dalam
b. Menjelaskan follow up
kegaitan harian.
klien setelah pulang.

Strategi Pelaksanaan IV

a. Mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien.

b. Melatih klien mengontrol

perilaku kekerasan dengan

cara spiritual.

c. Menganjurkan klien

memasukan dalam jadwal

kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan V

a. Mengevaluasi jadwal

kegaitan harian klien.

b. Melatih klien mengontrol

perilaku kekerasan dengan

cara minum obat.

c. Menganjurkan klien

memasukan dalam jadwal

kegiatan harian.

g. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi Somatik

a) Pengikatan

b) Terapi Kejang Listrik

c) Fototerapi

d) Terapi Deprivasi

2) Terapi Perawat

a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Suatu bentuk terapi modalitas yang didasarkan pada

pembelajaran hubungan interpersonal. Klien mengalami konflik

yang bersumber dari interpersonal. Dengan bergabung dalam


kelompok klien dapat saling bertukar pikiran dan pengalamannya,

serta mengembangkan pola perilaku yang baru. Terapi kelompok

adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan

waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.

Fokus terapi kelompok adalah sadar diri (self awereness),

peningkatan hubungan interpesonal, membuat perubahan atau

ketiganya. Indikasi yaitu semua klien rehabilitasi. Kontra indikasi

yaitu psikopat dan sosiapat.

3) Terapi Farmakologi

Menurut Yosep (2014) obat- obatan yang biasa diberikan pada

pasien dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :

a) Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat

mengendalikan agitasi yang kuat. Benzodiazepine seperti lorazepam

dan clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik

untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak

direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu malam karena

dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa

memperburuk symptom depresi.

b) Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku

kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.

c) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif

dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.


Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang

berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organic.

d) Lithium, efektif untuk agresif karena manik.

e) Antipsychotic, dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan.

h. Data fokus Pengkajian Sesuai Teori

Menurut Mukhripah Damaiyanti & Iskandar (2014), pada dasarnya

pengkajian pada klien perilaku kekerasan ditujukan pada semua aspek,

yaitu biopsikososial-kultural- spiritual.

1) Aspek Biologis

Respon biologis timbuk karena kegiatan system saraf otonom

bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,

takikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urin meningkat. Ada

gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya

kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,

tubuh kaku, dan reflex cepat.

2) Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,

jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,

bermusuhan, dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

3) Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melaui proses

intelektual, peran panca indra sangat penting untuk berdaptasi dengan


lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai

suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,

mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,

diklarifikasi, dan diintegrasikan.

4) Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan

ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.

Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah

laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan

mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.

Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri

dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

5) Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu

dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki

dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral

dan rasa tidak berdosa.


B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan

data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien (Abdul Muhith, 2015). Seorang perawat harus berjaga-jaga

terhadap adanya peningkatan agitasi pada klien, hierarki perilaku agresif dan

kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang

berhubungan dengan perilaku agresif (Yosep dalam Abdul Muhith, 2015).

Data yang perlu dikaji menurut Deden Dermawan & Rusdi, 2013 yaitu:

a. Identitas

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan

klien tentang: nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,

topik yang akan dibicarakan. Isi semua identitas lengkap penanggung jawab

b. Alasan masuk

Tanyakan kepada klien/ keluarga:

1) Apa yang menyebabkan klien/ keluarga datang ke Rumah sakit saat ini?

2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?

3) Bagaimana hasilnya?
c. Faktor predisposisi

1) Tanyakan kepada klien/ keluarga apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa dimasa lalu, dan tanyakan sudah berapa kali dirawat dan

tahun berapa?

2) Apabila poin satu ya maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan

sebelumnya?

3) Tanyakan pada klien/ keluarga, apakah klien pernah melakukan dan atau

mengalami dan menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari

lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.

4) Tanyakan kepda klien/keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya

yang mengalami gangguan jiwa. Apabila ada anggota keluarga lain yang

mengalami gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana hubungan klien

dengan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta

riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota

keluarga tersebut.

5) Tanyakan pada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak

menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma

selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.

d. Faktor presipitasi

Kaji faktor pencetus atau kejadian/ peristiwa terakhir yang dialami klien

yang meyebabkan terjadinya perubahan perilaku sampai klien dirawat atau

sampai kambuh kembali.


e. Persepsi dan harapan klien

1) Persepsi klien atas masalahnya

Tanyakan bagaimana klien memandang dirinya atas masalahnya

sehubungan dengan penyakitnya.

2) Harapan klien sehubungan dengan pemecahan masalahnya.

Tanyakan apa harapan klien terhadap perawatan dirinya dirumah sakit

dan harapan klien kalau sudah kembali ke rumah.

f. Koping klien

Tanyakan apa yang dilakukan klien ketika menghadapi suatu masalah,

apa yang dilakukan kalau klien merasa sedih, bahagia, marah atau

tersinggung. Bagaimana perasaan klien setelah melakukan koping tersebut?

g. Fisik

Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ:

1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan

pernafasan klien.

2) Ukur tinggi dan berat badan klien.

3) Tanyakan pada klien apakah ada keluhan fisik yang dirasakn oleh klien.

4) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.


h. Psikososial

1) Genogram

Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan

hubungan klien dan keluarga. Jelaskan masalah yang terkait dengan

komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh

Tanyakan tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh

yang disukai dan tidak disukai.

b) Identitas diri, tanyakan tentang:

Status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap

status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki/ perempuan.

c) Peran diri, tanyakan tentang

Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.

Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut.

d) Ideal diri, tanyakan tentang:

Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran. Harapan klien

terhadap lingkungan dan harapan klien terhadap penyakitnya.

e) Harga diri, tanyakan tentang:

Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no 1,2,3,4

dan penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.


3) Hubungan sosial

Tanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya,

tempat mengedu, tempat bicara. Tanyakan pada klien kelompok apa saja

yang diikuti dalam masyarakat. Tanyakan pada klien sejauh mana ia

terlibat dalam kelompok dimasyarakat.

4) Spiritual

a) Nilai dan keyakinan, tanyakan tentang:

Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan

norma budaya dan agama yang dianut.

b) Kegiatan ibadah, tanyakan tentang:

Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok, pendapat

klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.

i. Status Mental

1) Penampilan

2) Pembicaraan

3) Aktivitas motorik

4) Alam perasaan

5) Afek

6) Interaksi selama wawancara

7) Persepsi

8) Proses pikirIsi pikir

9) Tingkat kesadaran
10) Memori

11) Tingkat kosentrasi dan berhitung

12) Kemampuan penilaian

13) Daya tilik diri

j. Kebutuhan Persiapan pulang

1) Makan

2) BAB/BAK

3) Mandi

4) Berpakaian

5) Istrahat dan tidur

6) Penggunaan obat

7) Pemeliharaan kesehatan

8) Aktivitas didalam rumah

k. Mekanisme koping

Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap

masalah yang dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.

l. Pengetahuan

Data didapat melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki

oleh klien simpulkan dalam masalah.

m. Aspek medik

Tuliskan diagnosa medis klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang

merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka.
n. Analisa data

Tulis semua data subjektif maupun data objektif dari hasil pengkajian,

analisa data tersebut mejadi suatu masalah.

o. Daftar masalah keperawatan

Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif

dan data objektif.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon actual atau

potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/

proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu permasalahan (P) berhubungan

dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah

(Yusuf, Rizky Fitryasari & Hanik, 2015)

a. Perilaku kekerasan
3. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat dilaksanakan untuk mencapai setiap

tujuan khusus (Yusuf, Rizky Fitryasari & Hanik, 2015)

Tabel 2.2

Intervensi keperawatan

Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional


Keperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi

Perilaku 1. Klien 1. Klien mau 1. Beri salam/ panggil nama Hubungan saling percaya
Kekerasan
dapat membalas salam klien merupakan landasan utama

membina 2. Klien mau 2. Sebutkan nama perawat untuk hubungan

hubungan menjabat tangan sambil jabat tangan selanjutnya

saling 3. Klien mau 3. Jelaskan maksud hubungan

percaya menyebutkan interaksi


nama 4. Jelaskan tentang kontrak

4. Klien mau yang akan dibuat

tersenyum 5. Beri rasa aman dan sikap

5. Klien mau kontak empati

mata 6. Lakukan kontak singkat tapi

6. Klien mengetahui sering

nama perawat

7. Menyediakan

waktu untuk

kontrak

2. Klien 1. Klien dapat 1. Beri kesempatan untuk Beri kesempatan untuk

dapat mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan

mengident perasaannya. perasaannya perasaannya dapat

ifikasi 2. Klien dapat 2. Bantu klien untuk membantu mengurangi


penyebab mengungkapkan mengungkapkan penyebab stress dan penyebab

perilaku perasaan jengkel/ kesal perasaan jengkel/ kesal

kekerasan jengkel/kesal dapat diketahui

(dari diri sendir,

dari lingkungan/

orang lain.

3. Klien 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien 1. Untuk mengetahui hal

dapat mengungkapkan mengungkapkan apa yang yang dialami dan dirasa

mengident perasaan saat dialami saat marah/jengkel saat jengkel

ifikasi marah/jengkel 2. Observasi tanda perilaku 2. Untuk mengetahui

tanda- 2. Klien dapat kekerasan pada klien. tanda-tanda klien

tanda menyimpulkan 3. Simpulkan bersama klien jengkel/kesal

perilaku tanda- tanda tanda-tanda jengkel/kesal 3. Menarik kesimpulan

kekerasan jengkel/kesal yang yang dialami klien bersama klien supaya


dialami. klien mengetahui

secara garis besar

tanda-tanda

marah/kesal

4. Klien 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk 1. Mengeksplorasi

dapat mengungkapkan mengungkapkan perilaku perasaan klien terhadap

mengident perilaku kekerasan kekerasan yang biasa perilaku kekerasan

ifikasi yang biasa dilakukan klien yang biasa dilakukan

perilaku dilakukan. 2. Bantu klien bermain peran 2. Untuk mengetahui

kekerasan 2. Klien dapat sesuai dengan perilaku perilaku kekerasan

yang biasa bermain perran kekerasan yang biasa yang biasa dilakukan

dilakukan dengan perilaku dilakukan dan dengan bantuan

kekerasan yang 3. Bicarakan dengan klien perawat bisa

biasa dilakukan apakah cara yang klien membedakan perilaku


3. Klien dapat lakukan masalahnya konstruktif dan

mengetahui cara selesai? destrukktif.

yang dapat 3. Dapat membantua klien

menyesuaikan menemukan cara yang

masalah atau tidak dapat menyelesaikan

masalah

5. Klien 1. Klien dapat 1. Bicarakan akibat/kerugian 1. Membantu klien untuk

dapat menjelaskan akibat dari cara yang dilakukan menilai perilaku

mengident dari cara klien klien kekerasan yang

ifikasi digunakan klien 2. Bersama klien dilakukannya.

akibat menyimpulkan akibat cara 2. Dengan mengetahui

perilaku yang digunakan oleh klien. akibat perilaku

kekerasan kekerasan diharapkan

klien dapat merubah


perilaku destruktif yang

dilakukannya menjadi

perilaku yang

konstruktif

6. Klien 1. Klien dapat 1. Tanyakan pada klien 1. Agar klien dapat

dapat melakukan cara “apakah ia ingin mempelajari cara yang

mengident berespon terhadap mempelajari cara baru yang lain yang konstruktif

ifikasi cara kemarahan secara sehat?” 2. Dengan

konstruktf konstruktif 2. Berikan pujian jika klien mengidentifikasi cara

dalam mengetahui cara lain yang yang konstruktif dalam

merespon sehat merespon terhadap

terhadap 3. Diskusikan dengan klien kemarahan dapat

kemarahan cara lain yang sehat membantu klien

a. Secara fisik: tarik napas menemukan cara yang


dalam jika sedang baik untuk mengurangi

kesal/memukul kejengkelannya

bantal/kasur atau olah sehingga klien tidak

raga atau pekerjaan stress lagi.

yang memerlukan 3. Reinforcement positif

tenaga pada memotivasi klien

b. Secara verbal: katakan dan meningkatkan

bahwa anda sedang harga dirinya

kesaal/tersinggung/ 4. Berdiskusi dengan

jengkel (saya kesal anda klien untuk memilih

berkata seperti iu; saya cara yang lain sesuai

marah karena mama dengan kemampuan

tidak memenuhi klien.

keinginan saya
c. Secara sosial: lakukan

dalam kelompok cara-

cara marah yang sehat;

latihan asentif. Latihan

menajemen periaku

kekerasan

d. Secara spiritual:

anjurkan klien

sembahyang, berdoa/

ibadah lain; meminta

pada Tuhan untuk

diberi kesabaran,

mengadu pada Tuhan.


e.

7. Klien 1. Klien dapat 1. Bantu klien memilih cara 1. Memberikan stimulasi

dapat mendemontrasika yang paling untuk klien kepada klien untuk

mendemon n cara 2. Bantu klien menilai respon perilaku

trasikan mengontrol mengidentifiakasi manfaat kekerasan secara tepat.

cara perilaku cara memilih 2. Membantu klien dalam

mengontro kekerasan 3. Bantu keluarga klien untuk membuat keputusan

l perilaku a. Fisik: tarik menstimulasi cara tersebut terhadap cara yang

kekerasan napas dalam, (role play) telah dipilihnyadengan

olahraga 4. Berreinforcement positif melihat manfaatnya.

b. Verbal: atau keberhasilan klien 3. Agar klien mengetahui

mengatakanny menstimulasi cara tersebut cara marah yang

a secara 5. Anjurkan klien untuk konstruktif

langsung menggunakan cara yang 4. Pujian dapat


dengan tidak telah dipelajari saat meningkatkan motivasi

menyakiti jengkel/marah dan harga diri klien

c. Spiritual: 5. Agar klien dapat

sembahyang, melakukan cara yang

berdoa, atau telah dipilihnya jika ia

ibadah lain sedang kesal/marah

8. Klien 1. Keluarga klien 1. Identifiksi kemampuan 1. Kemampuan keluarga

mendapat dapat : keluarga merawat klien dari dalam

dukungan a. Menyebutk sikap apa yang telah mengidentifikasi akan

keluarga an cara dilakukan keluarga memungkinkan

dalam merawat terhadap klien selama ini keluarga untuk

mengontro klien yang 2. Jelaskan peran serta melakukan penilaian

l perilaku berperilaku keluarga dalam merawat terhadap penilaian

kekerasan kekerasan klien perilaku kekerasan.


b. Mengungka 3. Jelaskan cara-cara merawat 2. Meningkatkan

pkan rasa klien: pengetahuan keluarga

puas dalam a. Terkit dengan cara tentang cara merawat

merawat mengontrol perilaku klien sehingga

klien marah secara konstruktif keluarga terlibat dalam

b. Sikap tenang, bicara perawatan klien.

tenang dan jelas 3. Agar keluarga dapat

c. Membantu klien merawat klien dengan

mengenal penyebab ia perilaku kekerasan.

marah 4. Agar kelarga

4. Bantu keluarga mengeahui cara

mendemontrasikan cara merawat klien melalui

merawat klien demontrasi yang

5. Bantu keluarga dilihat kelaurga secara


mengungkapkan langsung

perasaannya setelah 5. Mengeksplorasi

melakukan demontrasi perasaan keluarga

setelah melkukan

demontrasi.

9. Klien 1. Klien dapat 1. Jelaskan jenis-jenis obat 1. Klien dan keluarga

dapat menyebutkan yang diminum klien pada dapat mengetahui

mengguna obat-obatan klien keluarga nama-nama obat yang

kan obat- yang diminum 2. Diskusikan manfaat minum diminum oleh klien

obatan dan obat dan kerugian berhenti 2. Klien dan keluarga

yang kegunaannya minum obat tanpa seizing dapat mengetahui

diminum (jenis, waktu, dokter kegunaan obat yang

dan dan efek) 3. Jelaskan prinsip benar dikonsumsi klien

kegunaann 2. Klien dapat minum obat (baca nama 3. Klien dan keluarga
ya (jenis, minum obat yang tertera pada botol mengetahui prinsip

waktu, sesuai program obat, dossis obat, waktu benar agar tidak terjadi

dosis dan pengobatan dan cara minum) kesalahan dalam

efek) 4. Ajarkan klien minta obat mengkonsumsi obat.

dan minum tepat waktu 4. Klien dan keluarga

5. Anjurkan klien melaporkan mengtahui prinsip

pada perawat/ dokter jika benar agar tidak terjadi

merasakan efek yang tidak kesalahan dalam

menyenangkan mengkonsumsi obat

6. Beri pujian, jika klien 5. Klien dapat memiliki

minum obat dengaan benar. kesadaran pentingnya

minum obat dan

bersedia minum obat

dengan kesadaran
sendiri.

6. Mengetahui efek

samping sedini

mungkin sehingga

tindakan dapat

dilakukan sesegara

mungkin untuk

menghindari

komplikasi.
4. Implementasi Keperawatan

Sebelum tindakan keperawatan diimplentasikan perawat perlu memfalidasi apakah rencana tindakan yang

ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri

apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai tindakan yang akan dilaksanakan (Yusuf,

Rizky Fitryasari & Hanik, 2015)

Tabel. 2.3

Implementasi Keperawatan

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan

Keperawatan Keperawatan

Perilaku Kekerasan Strategi Pelaksanaan 1 Melakukan SP 1 perilaku kekerasan:

1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan


3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

4. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan

5. Membantu latihan cara 1 perilaku kekerasan: latihan

nafas dalam.

6. Menganjurkan memasukkan dalam jadwal harian.

Strategi Pelaksanaan 2 Melakukan SP 2 perilaku kekerasan:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara fisik 2: pukul kasur dan bantal

3. Menganjurkan klien memasukakkan kedalam jadwal

harian klien.

Strategi Pelaksanaan 3 Melakukan SP 3 perilaku kekerasan:

1. Mengevaluasi jadwal kegaitan harian klien.


2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara sosial/verbal

3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal

keegaitan harian.

Strategi Pelaksanaan 4 Melakukan SP 4 perilaku kekerasan:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara spiritual

3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal

kegaitan harian klien.

Strategi Pelaksanaan 5 Melakukan SP 5 perilaku kekerasan:

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan


minum obat.

3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian klien.


5. Evaluasi

Mengukur apakah tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat

mengobservasi perilaku klien. Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat

mengindikasikan evaluasi yang positif ( Yosep dalam Abdul Muhith,2015)

a. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien

b. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut

c. Sudahkan klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada yang

lain.

d. Buatlah komentar yang kritikal

e. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda

f. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi

perasaan marahnya

g. Mampu mentoleransi rasa marahnya

h. Konsep diri klien sudah meningkat.

i. Kemandirian dalam berfikir dan aktivitas meningkat.


BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
(a). Identitas Klien
Nama :Tn. A
Usia :19 Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Suku Bangsa :Sunda
Pendidikan Terakhir :SMP
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Dusun IV RT 08/02
kel.Kertamulya kec.Padalarang
Tanggal masuk RS :02 Mei 2017
Tanggal pengkajian :05 Mei 2017
No RM :06588
Diagnosa Medis :Skizofrenia Paranoid
(b). Identitas Penanggung Jawab
Nama :Ny.E
Usia :25 Tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien :Kakak kandung
Alamat :Dusun IV RT 08/02
kel.Kertamulya kec.Padalarang
2) Riwayat Kesehatan
a). Keluhan utama
Marah-marah, gelisah, mudah tersinggung, tidur
sering terbangun, sering mandi.
b). Riwayat penyakit sekarang
Dua tahun yang lalu ibu klien meninggal dunia pada
tahun 2015 dan klien merasa tertekan dan terlalu larut
dalam kesedihan. Klien mengatakan kepada ayahnya
tidak boleh menikah sebelum klien menikah, namun
ayahnya menikah lagi lebih dari bulan setelah ibu klien
meninggal sehingga klien marah dan sering mabuk-
mabukkan. Dan klien menikah diusia 18 tahun, setelah
menikah istri klien meminta klien untuk dibelikan rumah
mewah dan meminta pekerjaan yang layak seperti kerja
dikantoran, namun pekerjaan klien saat ini hanya sebagai
pedagang kupat tahu, sehingga klien merasa makin
tertekan dan terbebani.
Pada tanggal 10 Mei 2017 klien dirawat dengan
mudah marah, mendengar bisikan yang tidak ada
sumbernya, sulit tidur, dan diagnosa dengan halusinasi
pendengaran. Pada tanggal 26 Mei 2017 klien diizinkan
pulang oleh Dokter.
Pada tanggal 02 Juni 2017 klien masuk lagi, namun
sejak 2 hari sebelum masuk Rumah sakit jiwa klien
marah-marah, bicara kadang kacau, mudah tersinggung,
emosi labil, tidur susah terbangun, sering mandi,
menyiram adik dan ayahnya dan klien mengatakan ingin
bunuh diri.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 05 Juni 2017
klien mengatakan marah-marah sama istri dan mengamuk
sama ayahnya. Hasil observasi klien tampak kooperatif,
mondar mandir, tatapan mata tajam, nada bicara keras,
bicara kacau, dan emosi labil.
c) Riwayat gangguan jiwa
(1) Faktor Predisposisi
Klien pernah dirawat pada tanggal 10 Mei 2017,
pengobatan sebelumnya tidak berhasil dikarenakan
putus obat. Klien pernah mengalami penganiayaan
fisik oleh teman dan ayahnya, klien pernah jadi
korban pemukulan pada waktu masa SMP, dan pernah
jadi pelaku pemukulan pada usia 17 tahun. Klien
pernah menjadi korban kekerasan dalam keluarga oleh
ayah kandungnya. Klien juga pernah melakukan
tindakan kriminal seperti minum minuman
beralkohol, penggunaan obat-obatan, dan pernah ada
rencana bunuh diri.
(2) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga klien tidak pernah mengalami
gangguan jiwa seperti yang dialami klien saat ini.
3) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum, kesadaran, TTV


(1) Keadaan umum : klien tampak gelisah
Kesadaran : sadar penuh
(2) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit reguler
Respirasi : 22x/menit reguler
Suhu : 36oC
(3) Berat badan dan tinggi badan
BB : 60 kg
TB : 168 cm
4) Psikososial

Gambar 3.1
Genogram Keluarga

X X

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan

X : Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
: Garis Keturunan
Klien merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara.

Klien termasuk anak yang aktif, klien menuturkan bahwa

pola asuh terhadap dirinya baik dan senang diasuh sama


bibinya. Saat ini klien sudah menikah dan istrinya sedang

hamil 7 bulan. Klien tinggal serumah dengan ayah dan

istri. Hubungan komunikasi klien dengan orang tua (ayah)

kurang baik dikarenakan ayah klien orang yang

tempramental. Dalam pengambilan keputusan diambil

oleh ayah klien.

5) Konsep diri

a) Gambaran Diri

Klien mengatakan tubuh yang paling disukai tangan

sebelah kanan, dan yang tidak disukai tangan sebelah kiri.

Klien mengatakan bagian tangan tersebut terlihat kotor

dan memalukan.

b) Identitas diri

Klien mengatakan bahwa dirinya senang menjadi

laki-laki dan memiliki ketertarikkan pada lawan jenis.

c) Peran diri

Klien mengatakan bahwa dirinya berperan sebagai

kepala keluarga dan calon ayah, namun belum bisa

menjalankan perannya sebagai laki-laki yaitu belum

memenuhi kebutuhan istrinya

d) Ideal diri

Klien mengatakan dirinya berharap untuk dapat

cepat sembuh dan pulang.


e) Harga diri

Klien mengatakan tidak peduli dengan keadaan

disekelilingnya.

6) Hubungan Sosial

a) Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang berarti dengan klien

adalah bibinya.

b) Peran serta dalam kegiatan kelompok

Klien mengatakan sebelum sakit sering mengikuti

kegiatan ronda malam didesanya.

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Pasien mengatakan selama bersosialisasi tidak ada

hambatan hubungan dengan orang lain.

7) Spiritual

a) Nilai dan Keyakinan

Klien menganut agama islam, klien yakin bahwa

sakitnya akan sembuh karena klien yakin bahwa semuanya

merupakan cobaan dari Allah SWT.

b) Kegiatan ibadah

Menurut penuturan klien klien jarang melakukan

ibadah sholat 5 waktu.


8) Status Mental

a) Penampilan

Klien tampak berpakaian rapi, rambut berkotombe,

kuku kotor, dan rambut acak-acakan.

b) Pembicaraan

Frekuensi bicara cepat namun jelas dan dapat

dipahami, klien belum mampu memulai pembicaraan,

pembicaraan berpindah pindah dari satu kalimat ke

kalimat lain.

c) Aktivitas motorik

Klien terlihat menggunakan aktivitas berulang-

ulang seperti bolak balik kekamar mandi untuk cuci muka

selama wawancara.

d) Alam perasaan

Klien mengatakan bahwa dirinya masih merasa

kesal terhadap ayahnya, sehingga klien selalu marah.

e) Afek

Hasil observasi klien tampak labil ditandai dengan

emosi klien yang berubah-rubah.

f) Interaksi selama wawancara

Selama wawancara klien tampak kooperatif, tampak

kesal, mudah tersinggung, kontak mata tajam, dan mondar

mandir.
g) Persepsi

Klien mengalami gangguan sensori persepsi

halusinasi penglihatan, isi halusinasi bahwa klien melihat

bayangan-bayangan yang tidak jelas, bayangan itu muncul

tiap malam dan muncul hanya sebentar pada saat klien

duduk diam.

h) Proses pikir dan isi pikir

Pembicaraan klien tampak flight of ideas ditandai

dengan pembicaraan klien yang meloncat dari satu topik

ke topik lainnya.

i) Tingkat kesadaran

Pasien sadar penuh dan dapat berorientasi dengan

baik, pasien sadar bahwa dirinya berada di Rumah sakit

jiwa sedang pengobatan.

j) Memori

Pasien mampu menceritakan masa kecilnya dan

pasien mampu mengingat kejadian kemarin malam.

k) Tingkat kosentrasi dan berhitung

Pada saat interaksi klien mampu berhitung dengan

lancar dan cepat ditandai dengan klien pada saat diberikan

tes perhitungan klien menjawab dengan benar misalnya

100-7= 93-3= 90, klien mampu berkonsentrasi dengan

baik.
l) Kemampuan penilaian

Hasil pengkajian klien memiliki kemampuan

pengambilan keputusan dengan baik dan benar, ditandai

dengan klien pada saat diajukan pertanyaan “klien lebih

memilih makan terlebih dahulu sebelum tidur”.

m) Daya tilik diri

Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit

dan sedang menjalani pengobatan.

9) Kebutuhan Persiapan Pulang

a) Makan

Klien mengatakan bahwa dirinya mampu makan

sendiri tanpa bantuan orang lain

b) BAB/BAK

Klien mengatakan bahwa dirinya melakukan dengan

mandiri tanpa bantuan orang lain.

c) Mandi

Klien mengatakan bahwa dirinya mampu

melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

d) Berpakaian/ Berhias

Klien mengatakan bahwa dirinya mampu

berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.


e) Istrahat/Tidur

Klien mangatakan tidur siang 1-2 jam, tidur

malam 7-8 jam dan aktivitas sebelum tidur adalah berdoa.

f) Penggunaan obat

Klien mengatakan bahwa dirinya bisa minum obat

sendiri, namun perlu disarankan untuk selalu menemani

serta mengawasi penggunaan obat, diminum atau tidak.

g) Pemeliharaan kesehatan

Klien pernah dirawat diRSJ sebelumnya

h) Kegiatan didalam rumah

Klien mengatakan dirumah suka mempersiapkan

makanan, menjaga kerapihan rumah, namun jarang

mencuci pakaian serta pengaturan keuangan.

i) Kegiatan diluar rumah

Klien mengatakan tidak pernah belanja untuk

keperluan sehari-hari

10) Mekanisme Koping

Klien mangatakan bahwa dirinya lebih sering

menyelesaikan masalahnya dengan menceritakan kepada

orang terdekatnya, namun bila tidak terselesaikan klien

melampiaskan dengan meminum minuman beralkohol.


11) Masalah psikososial dan lingkungan

Klien mengatakan bahwa dirinya ada masalah dengan

anggota keluarganya yaitu ayah dan istrinya.

12) Pengobatan kurang tentang

Klien mengetahui tentang obat-obatan namun

mengabaikan

13) Aspek medis

a) Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid

b) Waktu : tanggal 05-10 Juli 2017

c) Terapi obat

Tabel 3.1

Terapi Obat

No Nama Obat Dosis Indikasi Peringatan Efek

samping

1 Clozapin 2x2 mg mengurangi Ibu hamil dan pusing, mual,

gejala psikosis ibu menyusui mulut kering,

sulit buang

air

2 Resperidon 2x1 ⁄ mg Skizofrenia Usia lanjut, Susah tidur,

akut dan epilepsi, bila nyeri kepala,

kronis terhipotensi pusing, lesu,

mual dan
nyeri

abdomen.

Trihexipenidi 2x1 mg Mengobati Ibu hamil dan konstipasi,

penyakit ibu menyusui mulut kering,

parkinson pandangan

buram, mual,

dan sulit

buang air

kecil.

d) Penatalaksanaan keperawatan
(1) Terapi Aktivitas kelompok (TAK)
Terapi yang dilakukan pada klien yaitu terapi
kelompok dan terapi musik, klien mengikuti terapi 2-
3 kali dalam seminggu. Klien tampak kooperatif dan
dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tabel 3.2
Analisa data

No Data DS & DO Masalah

1 Ds: Perilaku Kekerasan

Klien mengatakan kesal, marah kepada ayahnya,

pasien mudah tersinggung

Do:

Klien tampak kesal, kontak mata tajam, muka

memerah, nada suara keras, emosi klien tampak


labil, mondar mandir

2 Ds: Halusinasi

Klien mengatakan bahwa klien melihat bayangan- Penglihatan

bayangan yang tidak jelas, bayangan itu muncul

tiap malam dan muncul hanya sebentar pada saat

klien duduk diam.

Do:

Klien tampak gelisah, ketakutan, klien tampak

marah-marah.

3 Ds: Harga diri Rendah

Klien mengatakan tidak menyukai tangan sebelah

kiri, Klien mengatakan bagian tangan tersebut

terlihat kotor.

Do:

klien menunjukan tangan yang tidak disukainya.

4 Ds: Defisit perawatan

Klien mengatakan mandi 4x sehari diri

Do:

Klien tampak berpakaian rapi, rambut

berkotombe, kuku kotor, dan rambut acak-acakan.

1. Perilaku kekerasan
2. Halusinasi penglihatan
3. Harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri
Tabel 3.3
Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan
Akibat Skizofrenia paranoid
Nama : Tn. A Tanggal Masuk : 02 Mei 2017
Umur : 19 Tahun No Medis : 06588

No Perencanaan Rasional
Diagnosa

keperawatan
Tujuan Intervensi

1. Klien dapat membina 1) Bina hubungan saling Dengan terbinanya hubungan

hubungan saling percaya percaya dengan prinsip saling percaya akan memudahkan
1 Perilaku kekerasan
komunikasi teraupetik: perawat dalam berinteraksi

a) Sapa klien dengan selanjutnya.


ramah, baik verbal

maupun non verbal

b) Perkenalkan diri dengan

sopan

c) Tanyakan nama lengkap

dan nama panggilan

klien
2. Klien dapat
2) bantu klien mengungkapkan
mengidentifikasi penyebab
perasaannya:

a) penyebab jengkel/kesal
Dengan memberi kesempatan

kepada klien mengungkapkan

perasaannya dapat membantu

mengurangi stress klien dan


penyebab perasaan jengkel/marah

dapat diketahui oleh perawat


3. perilaku kekerasanKlien

dapat mengidentifikasi
3) Beri kesempatan kepada
tanda-tanda perilaku
klien untuk Untuk mengetahui tanda-tanda
kekerasan
mengungkapkan: jengkel dan hal yang dialami dan

a) Anjurkan klien yang dirasa saat jengkel klien

mengungkapkan apa serta menarik kesimpulan

yang dialami saat bersama klien supaya klien

marah/jengkel mengetahu secara garis besar

b) Observasi tanda perilaku tanda-tanda marah/kesal.

kekerasan pada klien

c) Simpulkan bersama

klien tanda-tanda
jengkel/kesal yang

dialami klien
4. Klien dapat
4) Menganjurkan klien
mengidentifikasi perilaku
mengungkapkan:
kekerasan yang biasa
a) Perilaku kekerasan yang
dilakukan
biasa dilakukan
Membantu mengekplorasi
b) Bantu klien bermain
perasaan klien terhadap perilaku
peran sesuai dengan
kekerasan yang biasa dilakukan,
perilaku kekerasan yang
dan mengetahui perilaku
biasa dilakukan
kekerasan yang biasa dilakukan,
c) Bicarakan dengan klien
dengan bantuan perawat bisa
apakah cara yang klien
membedakan perilaku konstruktif
lakukan masalahnya
dan destruktif, serta membantu
selesai.
klien menemukan cara yang dapat

5) Bicarakan akibat kerugian menyelesaikan masalah.


5. Klien dapat
dari cara yang dilakukan
mengidentifikasi akibat
klien, dan simpulkan
perilaku kekerasan
Dengan mengetahui akibat
bersama klien akibat cara
perilaku kekerasan diharapkan
yang digunakan oleh klien.
klien dapat merubah perilaku

destruktif yang dilakukan klien

6) Latih mengontrol perilaku menjadi perilaku yng konstruktif

6. Klien dapat kekerasan dengan tahapan:

mengidentifikasi cara a) Secara fisik: tarik


Membantu klien menemukan cara
konstruktf dalam merespon napas dalam jika
yang baik untuk mengurangi
terhadap kemarahan sedang kesal/memukul
kejengkelan sehingga klien tidak
bantal/kasur atau olah
raga atau pekerjaan stres lagi, dan reinforcement

yang memerlukan positif dapat memotivasi klien,

tenaga. meningkatkan harga diri klien.

Dengan memberikan stimulasi


b) Secara verbal: katakan
kepada klien, klien dapat menilai
bahwa anda sedang
respon perilaku kekerasan secara
kesal/tersinggung
tepat. Dan memabantu klien
c) Secara sosial:lakukan
dalam membuat keputusan
dalam kelompok cara-
terhadap cara yang telah
cara marah yang

sehat,latihan asentif.

Latihan menajemen

perilaku kekerasan.

d) Secara spritual:
anjurkan klien

sembahyang,bedoa/iba

dah; meminta kepada

tuhan untuk diberi

kesabaran, mengadu

pada tuhan

kekerasan/kejengkelan.
7. Klien dapat
7) Bantu klien memilih cara
mendemontrasikan cara
yang tepat untuk klien.
mengontrol perilaku
a) Berreinforcement
kekerasan
positif atau

menstimulasi cara

tersebut (role play)


Tabel 3.4
Implementasi Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan
Akibat Skizofrenia paranoid
Nama : Tn. A Tanggal Masuk : 02 Mei 2017
Umur : 19 Tahun No Medis : 06588

No Hari/Tgl Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi

keperawatan

1 Selasa Perilaku Melakukan SP1 S:

06-06-17 Kekekerasan 1) Mengidentifikasi penyebab perilaku klien mengatakan sudah bisa melakukan SP 1(tarik

kekerasan napas dalam)

Jam 08.00 2) Mengidentifikasi tanda gejala O:

perilaku kekerasan Pembicaraan klien tampak cepat, ekspresi klien

3) Mengidentifikasi akibat tampak tenang, dan emosi klien masih labil. Klien

perilaku kekerasan menulis dijadwal harian latihan tarik napas dalam

4) Menyebutkan cara mengontrol setiap hari dari pukul 08.00 dan 14.00
perilaku kekerasan A

5) Membantu latihan cara fisik 1 klien sudah mampu mengontrol marah dengan baik

perilaku kekerasan : Tarik napas (SP 1 tercapai)

dalam P

6) Menganjurkan memasukan kedalam Lanjutkan( SP2) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1),

jadwal harian latih cara fisik 2 (pukul bantal/kasur), masukkan

dalam jadwal harian klien

2 Rabu Melakukan SP2 S:

07-06-17 1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) Klien mangatakan sudah tidak marah lagi, kalau

2) Melatih klien mengontrol perilaku marah klien tarik napas dalam, klien mengatakan

Jam 09.00 kekerasan dengan cara fisik 2: pukul mau diajarkan cara mengontrol marah yang ke dua

bantal/kasur (pukul bantal/kasur)

3) Menganjurkan klien memasukan O:


kedalam jadwal harian klien Klien tampak koopertif, suara nada klien keras,

pandangan mata klien tajam, dan emosi klien masih

labil. Klien menulis dijadwal harian klien.

A:

secara koognitif klien belum mampu mengontrol

marah dengan baik, SP2 belum tercapai.

P:

Klien pindah ruangan diruang Perkutut, lanjutkan

intevensi SP2, evaluasi kegiatan yang lalu (SP1),

latih cara fisik 2 (pukul bantal/kasur), masukan

dalam jadwal harian klien.


3 Kamis Melakukan SP2 S:

08-06-17 1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 saya sudah tidak marah lagi, kalau saya marah saya

&2) mau tarik napas dalam dan pukul bantal atau kasur,

Jam 09.00 2) Melatih klien mengontrol perilaku saya ingin cepat pulang.

kekerasan dengan cara fisik 2: pukul O:

bantal dan kasur Klien tampak kooperatif, bicara lambat, perasaan

3) Menganjurkan klien memasukan senang, klien menulis dijadwal harian pukul

kedalam jadwal harian klien kasur/bantal setiap hari pukul 10.00 dan 14.00

A:

klien sudah mampu mengontrol marah dengan baik,

SP2 tercapai.

P:

lanjutkan SP3, evaluasi kegiatan yang lalu (SP1

&2), latih cara fisik 3 (menerima dengan baik,


menolak dengan baik, mengungkapkan dengan

baik)

4 Kamis Melakukan SP3 S:

08-06-17 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Klien mangatakan telah melakukan latihan

klien. memukul kasur dan bantal dikamar tanpa disuruh

Jam 13.00 2) Melatih klien mengontrol perilaku pukul 10.00, klien mengatakan mau diajarkan cara

kekerasan dengan cara sosial/verbal. mengontrol perilaku kekerasan dengan dibicarakan

3) Menganjurkan klien memasukkan dengan baik-baik, klien mangatakan ingin cepat

kedalam jadwal kegiatan harian. pulang sudah kangen sama istri.

O:

Klien tampak kooperatif, terlihat tenang, kontak

mata baik.
A:

klien sudah mampu mengontrol marah dengan baik,

SP3 tercapai.

lanjutkan SP4, evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, 2

& 3), latih cara fisik 4 (melatih secara spiritual),

masukkan dalam jadwal harian klien.

5 Jumat Melakukan SP4 S:

09-06-17 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Klien mengatakan kemaren sudah latihan

klien menyampaikan sesuatu dengan baik dengan

Jam 08.00 2) Melatih klien mengontrol perilaku temannya. Klien mangatakan sudah latihan tarik

kekerasan dengan cara spiritual napas dalam, klien mangatakan kalau marah

3) Menganjurkan klien memasukan langsung istighfar dan harus rajin sholat 5 waktu
kedalam jadwal kegaiatan harin supaya lebih tenang dan tidak mudah marah.

klien. O:

Kontak mata klien baik, klien tampak kooperatif,

klien tampak senang, dan klien menulis dijadwal

sholat 5 waktus setiap hari.

A:

klien sudah mampu mengontrol marah dengan baik,

SP4 tercapai.

P:

lanjutkan SP 5, evaluasi kegiatan yang lalu (SP

1,2,3 & 4), latih cara patuhin obat dengan teratur,

masukkan dalam jadwal harian klien.


6 Jumat Melakukan SP 5 S:

09-06-17 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Klien mangatakan mendapatkan obat dari dokter 3

klien. macam, dan obatnya diminum sehari 3x.

Jam 11.00 2) Melatih klien mengontrol perilaku O:

kekerasan dengan minum obat. Kontak mata klien baik, klien kooperatif, klien

3) Menganjurkan klien memasukan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian minum

kedalam jadwal harian klien. obat setiap pukul 7 pagi, 1 siang dan malam.

A:

klien sudah mampu mengontrol marah dengan baik,

SP5 tercapai.

P:

Evaluasi kegiatan harian klien dari SP 1,2,3,4 & 5


Tabel 3.5
Evaluasi
Hari/tanggal No Dx Diaknosa keperawatan Evaluasi keperawatan

keperawatan

Sabtu/ 1 Perilaku kekerasan S : Tn.A mengatakan senang berkenalan dengan perawat, Tn.A

10/06/2017 mengatakan kesal dan marah kepada ayahnya, pasien mudah

tersinggung.
Jam 10:00

SP 1 : Membantu latihan cara fisik 1 perilaku kekerasan :

Tarik napas dalam

SP 2 : Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara fisik 2: pukul bantal/kasur

SP 3 : Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara sosial/verbal.
SP 4 : Secara spritual: anjurkan klien

sembahyang,bedoa/ibadah

SP 5 : Latih patuh obat secara teratur

O:

1. Klien berjabat tangan dengan perawat.

2. Klien duduk berhadapan dengan perawat.

3. Klien menyebutkan, penyebab, tanda, gejala dan akibat

perilaku kekerasan.

4. Klien mampu mempraktekkan kembali cara mengontrol

perilaku kekerasan dari SP 1 sampai SP 5.

5. Mampu memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.

A : Tn. D mampu membina hubungan saling percaya,


mengontrol perilaku kekerasan dengan cara SP 1-SP 5 dan

memasukan dalam jadwal.

P :intervensi dilanjutkan
B. Pembahasan

Pada bab pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang

terdapat pada konsep dasar (teori) dan studi kasus pada Tn.A dengan perilaku

kekerasan diruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, pada

tanggal 05-10 Juni 2017 yang dimulai dengan membahas pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi serta pada

bagian akhir dari penulis laporan studi kasus ini, penulis akan memberikan

kesimpulan dan saran, yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan

asuhan keperawatan pada klien, khususnya pada pasien dengan perilaku

kekerasan.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri

maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana

seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang

tidak terkontrol (Mukhripah Damaiyanti & Iskandar,2014)

Tanda gejala dari perilaku kekerasan adalah muka merah atau tegang, mata

melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah

memerah atau tegang, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir (Yosep, 2010).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam


pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Abdul Muhith, 2015).

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa

faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber

koping dan kumpulan koping yang dimiliki klien. Cara pengkajian berfokus

pada 5 (lima) dimensi yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual

(Stuart dan sundeen, 2011). Kasus Tn.A termasuk dari 5 dimensi yaitu

dimensi fisik. Menurut teori perilaku kekerasan adalah suatu bentuk

perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun

psikologis. Perilaku tersebut dapat melukai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan (Kelliat,2011). Dalam pengkajian klien, penulis melakukan

pengkajian meliputi : identitas klien, identitas penanggung jawab, pola

fungsional, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan terapi medis.

Data yang penulis kumpulkan sudah mencakup data pengkajian jiwa dalam

teori tersebut karena penilaian terhadap stressor, faktor predisposisi, faktor

presipitasi, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien

sudah terkaji dalam pola koping toleransi stress didalam pola fungsional.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode auto anamnesa

terhadap klien dan perawat yang merawatnya, observasi langsung terhadap

penampilan dan perilaku klien. Menurut Waber dan Kelley (dalam

Nanda,2012) pengkajian individu pada Tn.A yang berupa data Subjektif

antara lain klien marah-marah sama istri dan mengamuk sama ayahnya,
menyiram adik dan ayahnya, bicara kadang kacau, mudah tersinggung,

emosi labil, dan data objektifnya adalah klien tampak kooperatif, mondar

mandir, tatapan mata tajam, nada bicara keras, muka memerah, senang

berlebihan.

Faktor presipitasi menurut Direja (2011) adalah seseorang akan marah

jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau

ancaman konsep diri. Sedangkan faktor presiptasi dalam kasus klien adalah

klien anak yang diinginkan saat dikandung dan dilahirkan normal dan

tumbuh kembang sesuai anak lainnya, 2 tahun yang lalu ibu klien meninggal

karna sakit, klien tampak sedih dan mengatakan bapaknya tidak boleh

menikah lagi sebelum klien menikah. Namun ayahnya menikah lebih dari 2

bulan setelah ibu klien meninggal sehingga klien marah dan sering mabuk-

mabukan. klien mempunyai masa lalu yang tidak menyenangkan adalah

putus sekolah waktu kelas satu SMK.

Faktor predisposisi adalah berbagai faktor yang menunjang terjadinya

perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart,2010). Sedangkan faktor

predisposisi klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya,

pengobatan sebelumnya tidak berhasil dikarenakan klien putus obat. Klien

pernah aniaya fisik oleh teman dan ayahnya, klien pernah jadi korban

kroyokan pada masa SMP, dan pernah jadi pelaku kroyokan pada umur 17

tahun. Klien pernah menjadi korban kekerasan dalam keluarga dengan ayah

kandungnya. Klien juga pernah melakukan tindakan kriminal seperti minum


minuman beralkohol, penggunaan obat-obatan dan pernah rencana bunuh

diri.

Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku klien yang

mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga

medis, seperti dokter dan apoteker. Mengenai segala sesuatu yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah

kepatuhan dalam minum obat. Hal ini merupakan syarat utama tercapainya

keberhasilan pengobatan yang dilakukan (Sugiyarti, 2012). Menurut Teori

(Direja,2011) seseorang mengalami kekambuhhan adalah ketidakmampuan

mengendalikan dorongan marah, stimulus lingkungan, konflik interpersonal,

status mental, putus obat, penyalahgunaan narkoba atau alkohol,

ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan

dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa. Sedangkan pada

kasus Tn.A mengalami putus obat sehingga klien mengalami kekambuhan.

Peran keluarga disini tidak terlaksana dengan baik.

Mekanisme koping adaptif klien bercerita tentang perasaannya pada

perawat, mengatakan jika ada masalah bercerita dengan keluarganya.

Sedangkan mekanisme koping maladaptif klien marah kepada ayahnya

karena ayahnya menikah lagi lebih dari bulan sesudah ibunya meninggal

sehingga klien marah, mengamuk dan sering mabuk-mabukan. Tetapi yang

sering digunakan klien adalah koping maladaptif karena klien mengamuk,

marah, dan mabuk-mabukan. Sekarang klien mangalami gangguan jiwa


Tn.A tampak emosi, marah, pandangan mata tajam, mondar mandir, bicara

terdengar keras (membentak).

Tanda gejala yang muncul pada perilaku kekerasan biasanya adalah

muka memerah dan tegang, mata melotot atau pandangan mata tajam,

mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan dengan kuat, jalan

mondar mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit dan berteriak,

mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/orang

lain, merusak barang atau benda, tidak memiliki kemampuan

mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan (Kelliat,2012). Ada beberapa

tanda gejala resiko perilaku kekerasan pada Tn.A adalah pandangan mata

tajam, mondar mandir, bicara keras (membentak).

Adapun penelitian menurut Jurnal kasus yang ditemukan pada klien Ana

Fuji Rahayu, 2013 didapat tanda gejala perilaku kekerasan adalah mata

melotot dan bicara keras (membentak).

Bila dibandingkan dengan teori dan jurnal diatas ada beberapa tanda dan

gejala perilaku kekerasan pada Tn.A yang sesuai dengan teori dan jurnal.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon actual atau

potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah

kesehatan/ proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu permasalahan (P)


berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat

secara ilmiah (Yusuf, Rizky Fitryasari & Hanik, 2015)

Menurut Kusumawati dan Hartono (dalam Direja, 2011), pohon masalah

pada perilaku kekerasan (core problem) dapat mengakibatkan seseorang

beresiko melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik

pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh

gelisah yang tidak terkontrol. Hal ini dapat terjadi karena beberapa

penyebab yaitu gangguan konsep diri, gangguan pemeliharaan kesehatan,

ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah.

Berdasarkan data yang lebih muncul dari hasil pengkajian pada Tn.A

adalah diantaranya perilaku kerasan, halusinasi pendengaran, harga diri

rendah, dan defisit perawatan diri. Namun akan tetapi yang dilakukan/

diprioritaskan adalah diagnosa perilaku kekerasan dikarenakan keterbatasan

waktu.

Data yang diperoleh dari Tn.A yaitu perilaku kekerasan yang disebabkan

oleh Klien mengatakan bahwa dirinya berperan sebagai kepala keluarga dan

calon ayah, namun belum bisa menjalankan perannya sebagai laki-laki yaitu

belum memenuhi kebutuhan istrinya. Data objektif klien menunduk, kontak

mata kurang saat menceritakan masalahnya yang berkaitan sekarang ini.

Kemudian dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

yang didukung data subjektif klien mengatakan kesal kepada ayahnya

kemudian klien marah dan mabuk-mabukkan, data objektif klien tampak


kesal, emosi, marah, bicara keras saat menceritakan masalahnya dengan

ayahnya karna ayahnya menikah lagi 2 bulan setelah ibunya meninggal.

Adapun penelitian menurut Jurnal kasus yang ditemukan data yang

diperoleh pada klien Ana Fuji Rahayu, 2013 yaitu perilaku kekerasan yang

disebabkan oleh harga diri rendah yang didukung oleh data subjektif, klien

mengatakan malu bila bertemu dengan tetangganya dengan keadaannya

karena dia sering mengamuk-amuk dirumah dan merasa dirinya tidak

berguna lagi, klien mengatakan jarang bergaul dengan teman-temannya

karena malu dengan keadaannya yang pernah dirawat diRSJ, kemudian

dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang

didukung data subjektif klien mengatakan kesal kepada ibunya kemudian

klien mengamuk dan memukul meja, data objekif klien tampak kesal,

emosi, marah, bicara keras (membentak) saat menceritakan masalahnya

dengan ibunya karena minta motor tidak dibelikan.

Berdasarkan data diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor

penyebab dari perilaku kerarasan yaitu salah satunya perilaku bullying,

namun keinginan yang tidak terpenuhi dan faktor ekonomi juga dapat

menyebabkan perilaku kekerasan.

Data yang diperoleh tersebut penulis menyimpulkan bahwa pohon

masalah yang terjadi pad Tn.A sama dengan teori yang dituliskan yaitu

penyebab dari perilaku kekerasan (core problem) adalah harga diri rendah

sehingga dapat beresiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Hal ini berkaitan dengan keadaan pasien yang kurang mengerti

akan menjaga hubungan keluarga terutama pada ayahnya dan menyebabkan

perilaku kekerasan pada Tn.A dapat muncul ketika dirinya sedang marah.

Klien mendapat terapi obat yaitu Clozapin 2x2 mg sehari, THP

(Trihexsilphenidil) 2x1 mg sehari dan Resperidon 2x1 ⁄ mg sehari.

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan ditulis atau dibuat setelah diagnosa keperawatan,

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat

dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan khusus (Yusuf, Rizky Fitryasari

& Hanik, 2015)

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Tn.A penulis merencakan

berdasarkan pada teori keperawatan jiwa, dimana tujuan umumnya adalah

klien tidak dapat melakukan tindakan kekerasan, dan ada sembilan tujuan

yaitu tujuan pertama adalah bina hubungan saling percaya dengan klien,

rasionalnya hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk

hubungan selanjutnya. Tujuan kedua yaitu mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan, rasionalnya beri kesempatan untuk mengungkapkan

perasaan klien, dapat membantu stress, dan penyebab perasaan jengkel atau

marah dapat diketahui. Tujuan ketiga adalah mengidentifikasi tanda-tanda

perilaku kekerasan, rasionalnya untuk mengetahui tanda-tanda klien marah

dan mengetahui hal yang dialami dan dirasa saat marah. Tujuan keempat

yaitu mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan, rasionalnya untuk


mengetahui perilaku kekerasan yang bisa dilakukan. Tujuan kelima yaitu

mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, rasionalnya untuk menilai

perilaku kekerasan yang dilakukannya. Tujuan keenam yaitu

mengidentifikasikan cara konstruktif yang dilakukan klien ketika marah

muncul, rasionalnya untuk membantu klien menemukan cara yang baik

untuk mengurangi kemarahannya. Tujuan ketujuh yaitu ajarkan cara

mengontrol perilaku kekerasan, rasionalnya agar klien mengetahui cara

marah yang konstruktif. Tujuan kedelapan yaitu ajarkan kepada keluarga

cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, rasionalnya untuk

meningkatkan pengetahuan keluarga tentang merawat klien sehingga

keluarga terlibat dalam perawatan klien. Tujuan kesembilan yaitu anjurkan

pada klien menggunakan obat yang benar, rasioanalnya agar klien dan

keluarga dapat mengetahui nama, jenis, efek samping, dan fungsi obat yang

diminum klien, serta meningkatkan kesadaran klien untuk minum obat

(Damaiyanti, 2012)

4. Implementasi keperawatan

Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn.A dilakukan selama

enam hari pada tanggal 5-10 Juni 2017 diruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jawa Barat. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari

tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan/kolaborasi

(interdependent), dan tindakan rujukan/ketergantungan (dependent).


Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi perilaku

kekerasan pada Tn.A yaitu membina hubungan saling percaya dan

melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor

predisposisi, faktor presipitasi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah

psikososial dan lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan

pasien. Respon klien adalah menjawab salam, menyatakan nama klien dan

nama panggilannya. Klien mengatakan masalah yang dihadapi yaitu klien

mengatakan marah kepada ayahnya, karena ayahnya menikah lagi lebih dari

bulan sesudah ibunya meninggal. Selama wawancara klien mau

menjawab semua pertanyaan yang diberikan penulis.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan perilaku

kekerasan dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2017, pukul 08.00 wib. Penulis

melakukan SP1 perilaku kekerasan yaitu mengidentifikasi penyebab, tanda

dan gejala, serta akibat perilaku kekerasan, dan mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara fisik 1 tarik napas dalam (agar pasien lebih rileks dan

tenang) (Direja,2011). Implementasinya, menyampaikan kontrak (topik,

waktu, tempat), memberikan kesempatan kepada klien mengungkapkan

perasaannya, mengidentifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala

yang dirasakan, dan perilaku kekerasan yang sudah dilakukan (akibat

perilaku kekerasan yang dilakukan), mengajarkan cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan teknik tarik napas dalam, memberi kesempatan kepada

klien untuk mempraktekannya cara yang dianjurkan, memberi pujian positif


kepada klien jika sudah bisa mempraktekannya sendiri, menganjurkan klien

untuk memasukan kedalam jadwal harian. Respon klien : klien mengatakan

mau berinteraksi dengan perawat, klien mangatakan perasaannya kurang

baik, klien mangatakan yang menyebabkan klien marah adalah benci dengan

ayahnya karena ayahnya menikah lagil lebih dari bulan sesudah ibunya

meninggal sehingga klien marah, emosi, pandangan tajam, dan nada bicara

tinggi, klien mengatakan perilaku yang sudah dilakukan adalah menyiram

adik dan ayahnya, klien mangatakan sudah bisa mempraktekannya sendiri,

klien mengatakan sudah memasukkan kedalam jadwal harian.

Implementasi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 07 juni 2017 pukul

09.00 WIB diruang Perkutut dikarenakan klien pindah ruangan. Penulis

melakukan SP 2 yaitu mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara pukul bantal (Direja,2011). Implementasinya, penulis

memberikan salam teraupetik, menanyakan perasaan klien, memvalidasi

SP1 (mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1: napas dalam),

mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

fisik 2 : pukul bantal, memberikan kesempatan pasien untuk

mempraktekannya sendiri, menganjurkan klien untuk memasukkannya

kedalam jadwal harian. Respon klien : klien menjawab salam, klien

mengatakan perasaannya senang, klien mangatakan masih ingat SP 1

mengontrol perilaku kekerasan yaitu napas dalam dan klien langsung

mempraktekkannya, klien mengatakan mau diajarkan dengan SP 2 : pukul


bantal, klien mempraktekannya sendiri, klien mengatakan sudah

dimasukkan kedalam jadwal harian. Klien berpindah ruangan diruang

Perkutut, dan penulis melanjutkan implementasi diruang Perkutut

dikarenakan tindakan intervensi pada klien belum teratasi.

Implementasi yang ketiga dilaksanakan pada tanggal 08 juni 2017 pukul

09.00 WIB. Penulis melakukan SP 2 yaitu mengajarkan cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal (Direja,2011).

Implementasinya, penulis memberikan salam teraupetik, menanyakan

perasaan klien, memvalidasi SP1 (mengontrol perilaku kekerasan dengan

cara fisik 1: napas dalam), mengajarkan dan melatih cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara fisik 2 : pukul bantal, memberikan

kesempatan pasien untuk mempraktekannya sendiri, menganjurkan klien

untuk memasukkannya kedalam jadwal harian. Respon klien : klien

menjawab salam, klien mengatakan perasaannya senang, klien mangatakan

masih ingat SP 1 mengontrol perilaku kekerasan yaitu napas dalam dan

klien langsung mempraktekkannya, klien mengatakan mau diajarkan dengan

SP 2 : pukul bantal, klien mempraktekannya sendiri, klien mengatakan

sudah dimasukkan kedalam jadwal harian.

Implementasi yang keempat dilaksanakan pada 08 juni 2017 pukul 13.00

WIB. Penulis melakukan SP 3 yaitu mangajarkan cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara verbal (menolak dengan baik, meminta dengan baik,

mengungkapkan dengan baik) (Direja,2011). Implementasinya, penulis


memberikan salam teraupetik, menanyakan perasaan klien, memvalidasi SP

1 (napas dalam) dan SP2 (pukul bantal), mengajarkan dan melatih cara

mengontrol perilaku kekerasan yang ke-3 yaitu dengan cara verbal,

memberikan kesempatan klien untuk mempraktekkan cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara verbal, menganjurkan pasien untuk

memasukkan kedalam jadwal harian. Respon klien : klien menjawab salam,

klien mengatakan perasaannya senang, klien mangatakan masih ingat

dengan SP 1 (napas dalam) dan SP 2 (pukul bantal) untuk mengontrol

perilaku kekerasan dan klien langsung mempraktekkannya, klien

mangatakan mau diajarin SP 3 (verbal), klien mempraktekkannya

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal (menolak dengan

baik,meminta dengan baik, mengungkapkan dengan baik).

Implementasi kelima dilaksanakan pada tanggal 09 Juli 2017 pukul

09.00 Wib. Penulis melakukan SP 4 yaitu melatih secara spiritual dengan

cara berdoa atau ibadah. Implementasinya, penulis memberikan salam

teraupetik, menanyakan perasaan klien, memvalidasi SP 1 (napas dalam) SP

2 (pukul bantal) dan SP 3 (secara verbal), mengajarkan dan melatih cara

mengontrol perilaku kekerasan yang ke-4 yaitu secara spiritual, memberikan

kesempatan klien untuk mempraktekkan cara mengontrol perilaku

kekerasan secara spiritual, menganjurkan klien untuk memasukkan kedalam

jadwal harian. Respon klien : klien menjawab salam, klien mengatakan

perasaannya senang.
Implementasi keenam dilaksanakan pada tanggal 09 Juli 2017 pukul

11.00 Wib. Penulis melakukan SP 5 yaitu melatih kepatuhan minum obat

secara teratur dengan prinsip 5B. Implementasinya, penulis memberikan

salam teraupetik, menanyakan perasaan klien, menvalidasi SP 1 (napas

dalam) SP 2 (pukul bantal) SP 3 (secara verbal), SP 4 (secara spiritual),

mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan yang ke-5

yaitu melatih kepatuhan minum obat secara teratur dengan prinsip 5B,

memberikan kesempatan klien untuk mempraktekkan cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan kepatuhan minum obat, menganjurkan klien

untuk memasukkan kedalam jadwal harian. Respon klien : klien menjawab

salam, klien mengatakan perasaannya senang dan mau mempraktekkannya.

Strategi pelaksanaan untuk keluarga tidak dapat dilaksanakan karena

penulis tidak bertemu dengan keluarga klien dan meminta perawat ke

perawat ruangan untuk meneruskan.

Terapi penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan pada klien Tn.A

yaitu dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) diantaranya terapi

kelompok dan terapi musik, klien mengikuti 2-3 kali dalam seminggu, klien

tampak kooperatif dan dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil

yang diharapkan asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang

melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu,


pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa keperawatan, dan

memodifikasi rencana asuhan sesuai kondisi klien (Damaiyanti &

Iskandar,2012)

Hasil evaluasi yang didapat dari Tn.A adalah data subjektif dan objektif

antara lain: klien mengatakan marah, mengamuk sama ayahnya karena

ayahnya menikah lagi lebih dari bulan sesudah ibunya meninggal, pasien

tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada

perawat, klien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya

muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, klien mau

menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, klien mangatakan mau

untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan klien

tampak mau mempraktekkannya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk

klien antara lain klien diminta untuk memberitahukan kepada perawat atau

keluarga ketika sedang marah, sedangkan untuk perencanaan untuk penulis

adalah mempertahankan tujuan pertama membina hubungan saling percaya,

tujuan kedua mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang

dilakukannya, tujuan ketiga mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

kekerasan, tujuan keempat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang

pernah dilakukannya, tujuan kelima mengidentifikasi akibat perilaku

kekerasan, tujuan keenam mengidentifikasi cara konstruktif dalam

mengungkapkan kemarahan, tujuan ketujuh mendemontrasikan cara

mengontrol perilaku kekerasan, dan kemudian melanjutkan strategi


pelaksanaan yang selanjutnya yaitu mengontrol marah dengan cara verbal,

spiritual (doa) dan minum obat secara teratur. Motivasi klien untuk

mempraktekan cara mengontrol marah dengan pukul bantal. Penulis

mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk memvalidasi cara yang telah

diajarkan kepada klien.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (allow

anamnesa) dan (autoanamnesa) mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan,

pembicaraan, perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah catatan

medik dan catatan keperawatan.

1. Pengkajian penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJ, identitas

klien, penanggung jawab, alasan masuk, faktor predisposisi, faktor

presipitasi, pemeriksaan fisik, keluhan fisik, psikososial (genogram dan

analisa genogram), konsep diri, hubungan sosial, spiritual, status mental,

kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan

lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang dan meliputi data subjektif

dan data objektif. Data yang berfokus pada pengkajian kasus adalah pola

koping toleransi stress bahwa klien mengatakan kesal dan marah kepada

ayahnya tidak boleh menikah sebelum klien menikah, namun ayahnya

menikah lebih dari dua bulan setelah ibu klien meninggal sehingga klien

marah dan sering mabuk-mabukkan, bicara terdengar keras, mata melotot,

mondar mandir.

2. Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi core

problem adalah perilaku kekerasan. Data diperoleh dari Tn.A sesuai dengan

96
teori yang diatas yaitu yang menjadi core problem adalah perilaku kekerasan

yang didukung dengan data subjektif : klien mengatakan kesal dan marah

kepada ayahnya tidak boleh menikah sebelum klien menikah, namun

ayahnya menikah lebih dari dua bulan setelah ibu klien meninggal, data

objektif : klien tampak kesal,pandangan tajam, bicara terdengar keras,

mondar mandir.

3. Intervensi yang dilakukan yaitu sesuai SOP (standart operasional prosedur)

yang telah ditetapkan ada sembilan tujuan, tetapi yang dapat terselesaikan

penulis hanya tujuan pertama membina hubungan saling percaya, tujuan

kedua mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya,

tujuan ketiga mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, tujuan

keempat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan,

tujuan kelima mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, tujuan keenam

mengidentifikasi cara konstruktif dalam menngungkapkan kemarahan,

tujuan ketujuh mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan,

sampai tujuan khusus ke tujuh: pasien dapat mengontrol marah agar tidak

ada perilaku kekerasan yang muncul. Tujuannya yaitu klien dapat membina

hubungan saling percaya, klien dapat menyebutkan penyebab perilaku

kekerasan, klien dapat mengidentifiaksi tanda-tanda perilaku kekerasan,

klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan,

klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan, klien dapat

menpratekkan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien bersedia minum


obat sesuai program yang dianjurkan, klien memasukkan cara mengontrol

perilaku kekerasan ke dalam jadwal harian.

4. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi perilaku kekerasan

pada Tn.A dengan SP1 yaitu membina hubungan saling percaya dan

melakukan pengkajian mulai dari identitas klien, alasan masuk, faktor

predisposisi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial, dan

lingkungan, mekanisme koping, dan tingkat pengetahuan klien dan

mengajarkan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik I tarik napas

dalam. SP 2: mengevaluasi mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik

satu yaitu tarik napas dalam dan mengajarkan mengontrol perilaku kekerasan

dengan pukul bantal/kasur. SP 3 : mengevaluasi mengontrol perilaku

kekerasan dengan pukul bantal, mengajarkan mengontrol perilaku kekerasan

secara verbal atau bicara baik-baik dan menganjurkan klien untuk

memasukan semua kegiatan kedalam jadwal buku harian. Melakukan proses

keperawatan dari tujuan khusus pertama sampai tujuan khusus ke tujuh yaitu

mengidentifikasi terhadap klien tentang penyebab terjadinya marah,

mengidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifiakasi akibat dari

marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar

yaitu teknik pukul bantal/kasur sebagai cara yang dipilih klien.

5. Evaluasi yang didapat dari Tn.A adalah data subjektif dan data objektif

antara lain: klien mengatakan kesal dan marah pada ayahnya karena ayahnya

menikah setelah 2 bulan ibu klien meninggal kemudian klien marah-marah


dan mengamuk serta mabuk-mabukkan, klien mau berjabat tangan dan

membina hubungan saling percaya pada perawat, klien tampak mau

menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, klien menjawab

semua pertanyaan, ada kontak mata, klien mau menyebutkan perilaku

kekerasan yang dilakukan, klien mengatakan mau diajari cara mengontrol

marah dengan cara pukul bantal dan klien tampak mau mempraktekkannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang

diharapkan bermanfaat, sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit

Perawat diharapkan memberikan pelayanan yang tepat dan selalu

meningkatkan komunikasi teraupetik kepada klien sehingga klien dapat

membina hubungan saling percaya dengan perawat dan lebih sabar dalam

memberikan pelayanan guna peningkatan penyembuhan klien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan pembimbing memberikan bimbingan

kepada mahasiswa secara optimal, terutama dalam dalam pendidikan Ilmu

keperawatan jiwa kepada penulis, sehingga penulis dapat mengaplikasikan

dilahan klinik secara optimal.

3. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan dan

mengembangkan penelitian ini dengan melakukan pendekatan pada keluarga

klien.
DAFTAR PUSTAKA

Ah Yusuf, H. E., & Nihayati, R. F. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta
Selatan: Penerbit Salemba Medika.

Barat, P. D. (2015). Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat. Bandung.

Cristoper.E. (2010). Anger,Agression,And Irrational Beliefs In Adeloscents,Springer


Science CLS.

Deden D., & Rusdi. (2013). Konsep Dan keluarga Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta.

Direja, & Surya, A. H. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit
Buku Nuha Medika.

Fitria, N. (2012). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Pelaporan Pndahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Penerbit
Salemba Medika.

Hidayati. (2012). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan


Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia. Retrieved Maret 12,
2017, from Http://www.jurnalkesmas.org/files/kesehatanjiwa.pdf.

Ibrahim, A. S. (2011). SKIZOFRENIA Spliting Personality. Tangerang: Jelajah Nusa.

Iskandar, & Damaiyanti, M. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit


Buku PT Refika Aditama.

Iyus, Y. (2014). Buku Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit Buku PT Refika Aditama.

Kelliat. (2011). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Kesehatan, D. (2015). Pedoman Pelayanan Rehabilitas Medik diRumah Sakit. Retrieved
Maret 6, 2017, from http://www.Depkes.go.id

Keswa, N. (2012). Naska Akademik Republik Indonesia.

Kusumawati, & Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku:
Salemba Medika Jakarta.

Maramis. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit CV Andi


Offset.

Mujiyati. (2015). Peningkatan Self Esteem Siswa Korban Bullying Melalui Teknik.
Jurnal Fokus Konseling.

Nanda. (2012). Definisi Dan Klasifikasi. In Nanda. Penerbit Buku: Prima


Medika.Jakarta.

(NIMH), N. I. (2011). The Number Count Mental Disorders In America.

Puguh, W. A. (2015). Peran Keluarga terhadap proses penyembuhan pasien perilaku


kekerasan dipanti Rehabilitasi mnetal wisma Budi Makarti Boyolali. Retrieved
Februari 7, 2017, from http://www.eprints.ums.ac.id

Riskesdas. (2014/2015). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Retrieved


Februari 6, 2017, from http://www.Riskesdas.go.id

RSJ, J. P. (2017). Catatan Rekam Medik Ruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa. Bandung.

Rusdi, & Dermawan, D. (2013). Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta.

Stuart, & &. S. (2010). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EDC.
Sugiyarti. (2012). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan.
RetrievedJuni15,2017,fromhttp://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/gdl.php?mod
=browse&op=read&id=01-gdl-sugiartip0-220

WHO. (2012). Word Report On Violence And Health.Summary.Benua. WHO.


Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

Nama : Seiman Lase

Tempat/Tanggal Lahir : Hilisimaetano, 01 April 1996

NIM : 1400001135

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pekan soonogeu Desa Hilisimaetano Kec.Telukdalam-


Nias

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri soonogeu, Lulus tahun 2007


2. SMP Negeri 5 Soonogeu, Lulus tahun 2010
3. SMK Swasta Kristen BNKP Telukdalam, Lulus tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai