Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah lain, seperti

puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal

dari bahasa latih “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan.

Kematangan yang dimaksud bukan hanya kematangan fisik saja tapi juga

kematangna social dan psikologi (Eni, 2011).

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, yang di mulai dengan pada saat terjadinya kematangan seksual antara

usia 11 atau 12 tahun sampai sengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa

muda (Soetjiningsih, 2007). Remaja yang aktif secara seksual dan mereka

seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi seperti

HIV/AIDS ( Widyastuti, 2009).

Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang di hadapi oleh hampir seluruh

negara di dunia termaksud Indonesia. HIV/AIDS menyebabkan masalah dalam

segala aspek kehidupan terutama masalah kesehatan. HIV (Human

Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang system kekebalah tubuh

manusia dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan

gejala penyakit yang terjadi karena menurunnya system kekebalan tubuh manusia.

HIV adalah suatu infeksi yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah

putih dan nenyebabkan AIDS. Stadium akhir dari infeksi HIV adalah AIDS.

1
2

AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan system kekebalan tubuh yang

dapat menyebabkan menurunya kekebalan tubuh terhadap penyakit sehingga

terjadi infeksi, beberapa jenis kanker dan kemunduran system saraf (Marmi,

2015)

Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1989 kasus HIV/AIDS terus

meningkat dari tahun ke tahunnya dan tersebar di 407 (80%) dari 570

kabupaten/kota yang ada di indonesia. Bali merupakan provinsi pertama di

Indonesia yang melaporkan kejadian HIV/AIDS dan Sulawesi Barat adalah

provinsi terakhir yang melaporkan kasus ini yaitu pada tahun 2012 (Depkes RI,

2017).

Dari bulan Januari sampai Maret 2017 jumlah pederita HIV yang di laporkan

adalah sebanyak 10.376 kasus. Jumlah kumulatif penderita HIV yang di

laporkan sampai dengan Maret 2017 adalah sebanyak 242.699 kasus. Jumlah

penderita HIV tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta (40.500), Jawa timur

(26.052), Papua (21.474), Jawa barat (18.272), dan Jawa tengah (13.547).

Sedangkan jumlah penderita AIDS yang di laporkan dari bulan Januari sampai

Maret 2017 adalah sebesar 673 kasus. Jumlah kumulatif kasus penderita AIDS

sampai Maret 2017 adalah 87.453 kasus. Provinsi dengan penderita AIDS

tertinggi adalah Jawa Timur (17.014), Papua (13.398), DKI Jakarta (8.769), Bali

(6.824), Jawa Tengah (6.531), Jawa Barat (5289), Sumatera Utara (3.897),

Sulewesi Selatan (2.812), Kalimantar Barat ( 2.597), NTT (1.959). Presentasi

kumulatif AIDS tertinggi berada pada kelompok umur 20-29 tahun (31,4 %).

Beberapa faktor resiko penularan HIV/AIDS paling banyak tertular pada


3

heteroseksual 68 %, penasun 11 %, homoseksual 4 %, dan perinatal 3 % (Depkes

RI, 2017).

Jawa Timur sendiri adalah provinsi dengan jumlah penderita AIDS

tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 17.014 kasus, dan kedua tertinggi untuk

jumlah penderita HIV terbanyak di Indonesia yaitu 26.052 kasus. Jumlah

penderita HVI/AIDS di provinsi Jawa Timur tersebar di hampir semua

kabupaten/kota di Jawa Timur. Di Kota Kediri jumlah penderita HIV pada

tahun 2017 adalah 46 kasus, dan jumlah penderita AIDS sempai Maret tahun

2017 adalah 97 kasus (Depkes RI, 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah di lakukan oleh di SMAK St.

Augustinus Kediri, telah dilakukan wawancara pada 10 orang siswa kelas XI.

Dari hasil wawancara didapatkan data 6 (60%) dari 10 siswa memiliki

pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan sebanyak 4 (40%) siswa meliki

pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS. Jadi masalah yang terjadi adalah

masih kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Kurangnya

pengetahuan para remaja mengakibatkan berbagai dampak, mulai dari dampak

mikro hingga makro. Dampak mikro yang terjadi antara lain, para remaja

banyak yang melakukan seks pranikah tanpa memikirkan akibat yang akan

mereka hadapi dimasa mendatang. Dengan meningkatnya jumlah remaja yang

melakukan seks pranikah berakibat pada semakin meningkatnya angka kejadian

HIV/AIDS terutama pada kelompok remaja.

Banyak upaya yang telah di lakukan oleh pemerintah atau pun masyarakat

yang peduli dengan HIV/AIDS dalam menurunkan angka kejadian HIV/AIDS


4

yang terus naik setiap tahunnya. Salah satu upaya yang sudah sering dilakukan

adalah memberikan pengetahuan berupa pendidikan dan informasi yang jelas

tetang HIV/AIDS dengan jalan penyuluhan. Banyak metode yang dapat

dilakukan dalam melakukan penyuluhan kesehatan antara lain ceramah,

metode curah pendapat, metode audio visual, metode pemutaran film, dan

metode leaflet.

Peran narasumber sebagai mediator dalam menyajikan materi penyuluhan

juga dituntut untuk memilki inovasi agar audience memahami materi yang

diberikan. Inovasi yang mungkin dilakukan adalah dengan menggunankan

berbagai macam media yang sudah banyak tersedia atau bahkan dibuat

sendiri. Media yang di tampilkan harus menarik dan merangsang system

indera manusia sehingga membuat audience terhipnotis untuk

memperhatikan. Media tersebut misalnya seperti Audio Visual Aid’s (AVA)

berupa video dan visual aid’s berupa slide atau bahkan leaflet

(Notoatmodjo,2007).

Menurut Suprijanto (2009), metode pemutaran film atau audio visual

memiliki kelebihan yaitu lebih menarik, berkesan dan dapat menayangkan

peristiwa atau acara yang sudah sesuai.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Media Audio Visual Terhadap

Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMAK St. Augustinus Kediri

TAHUN 2018 “.
5

1.2 Rumusan Masalah

Adakah pengaruh antara media audio visual dengan pengetahuan remaja

tentang HIV/AIDS di SMAK ST. Augustinus Kediri tahun 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh media audio visual terhadap pengetahuan remaja

tentang HIV/AIDS di SMAK St. Augustinus Kediri tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS sebelum di lakukan

penyuluhan di SMAK St. Augustinus Kediri tahun 2018.

2. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS sesudah di lakukan

penyuluhan di SMAK St. Augustinus Kediri tahun 2018.

3. Menganalisis pengaruh media audio visual terhadap pengetahuan remaja

tentang HIV/AIDS di SMAK St. Augustinus Kediri tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pengembangan ilmu kesehatan dan dapat memperluas ilmu pengetahuan

tentang HIV/AIDS.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Menambah pengetahuan para remaja tentang HIV/AIDS.


6

2. Bagi Tempat Penelitian

Memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat dan dapat melakukan

program pendidikan kesehatan seperti ceramah, penyuluhan dan seminar

untuk meningkatkan pengetahuan remaja/ masyarakat tentang HIV/AIDS.

3. Bagi Intitusi

Menambah refesensi baru dan pengetahuan baru tentang penerapan media

audio visual dalam penyuluhan tentang HIV/AIDS terhadap peningkatan

pengetahuan temaja.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan skripsi serta

menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai

kesehatan reproduksi tentang HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai