Anda di halaman 1dari 22

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA MATERI FLUIDA STATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


INSTRUCTION DI KELAS XI IPA SMA MARIA BUNDA SEGALA BANGSA
MAUMERE

11

YOHANES NUWA

(082150014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA MAUMERE

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu


pengetahuan lain dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
teramat pesat saat ini, telah mempermudah kehidupan manusia. Mengingat begitu
pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya ilmu ini dipahami dengan baik oleh siswa.

Upaya siswa dalam mempelajari fisika sering menemui hambatan-hambatan. Fisika


biasanya dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Hal itu mungkin menyebabkan
hasil belajar fisika siswa menjadi kurang baik.

Para peneliti bidang pendidikan fisika di Indonesia menyebutkan beragam alasan


mengenai kurangnya pemahaman fisika siswa. Banyak pihak mengatakan bahwa penyebab
kurangnya pemahaman fisika siswa adalah guru yang tidak qualified, fasilitas praktikum
yang kurang memadai, jumlah mata pelajaran yang banyak, silabus yang terlalu padat, dan
kecilnya gaji guru (Berg (Ed.), 1991: 1). Alkarhami (1999:1) menyebut kondisi buku
pelajaran dan pola pembinaan/ calon guru yang ada sekarang ini menjadi salah satu
penyebabnya. Lain halnya dengan Suparno (2005: 56) kemampuan dan cara mengajar guru
ditengarai sebagai penyebab lemahnya pemahaman fisika siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, bisa dikatakan bahwa guru merupakan faktor


penting penyebab rendahnya pemahaman konsep fisika siswa. Hal ini disebabkan peranan
sentral guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru dituntut harus memiliki
kompetensi profesional yang baik. Guru yang memiliki kompetensi profesional baik, tentu
akan mengajar dengan baik juga. Pembelajarannya tidak hanya memberikan rumus-rumus
semata, tetapi juga memberikan pemahaman konsep dengan baik. Sebaliknya, guru yang
kompetensi profesionalnya kurang, hanya mengejar target penyelesaian silabus semata, dan
menyajikan materi apa adanya. Rumus-rumus matematis diberikan begitu saja tanpa
mempertimbangkan bagaimana pemahaman rumus tersebut.
Hasil pengamatan mengenai metode pembelajaran guru-guru fisika pada beberapa
SMA dan khususnya di SMA Maria Bunda Segala Bangsa Maumere menunjukkan bahwa
pada umumnya masih menerapkan metode pembelajaran yang kurang memperhatikan
pemahaman konsep fisika oleh siswa

Penerapan pembelajaran seperti ini, kemungkinan akan berdampak pada lemahnya


pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika. Masih rendahnya kualitas, banyak
miskonsepsi dan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan fisika sederhana dapat
diketahui dari indikator kualitas proses dan hasil belajar. Misalnya nilai rata-rata ujian
materi Kesetimbangan Benda Tegar pada semester 2 tahun 2016/2017 kelas XI IPA sebesar
71,50. Pengajar mengalami kesulitan mengajarkan materi tersebut karena sifat materi yang
komplek.

Melihat kenyataan di atas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Fisika pada siswa
kelas XI IPA perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang diharapkan mampu mengajak
siswa untuk berpikir kritis, memahami konsep-konsep Fisika secara benar. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajak siswa berpikir kritis dan memahami
konsep-konsep Fisika secara benar adalah Problem Based Instruction (PBI), Pembelajaran
model PBI dimulai dari masalah yang autentik/sehari-hari dari kehidupan nyata dan
bermakna. Model pembelajaran PBI mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik
untuk mencari penyelesaian terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan menganalisis informasi, mengembangkan
hipotesis dan membuat ramalan, melakukan percobaan dan merumuskan kesimpulan. Oleh
sebab itu peneliti akan memecahkan masalah tentang rendahnya prestasi belajar dan mengurangi
miskonsepsi Fluida Statis, yang dapat nyatakan dengan judul “ Upaya peningkatan pemahaman
konsep dan prestasi belajar siswa pada materi Fluida Statis melalui Pembelajaran Problem
Based Instruction”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasikan beberapa masalah,


sebagai berikut anntara lain :
1. Kurangnya minat siswa dalam menanggapi materi yang diajarkan sehingga motivasi
belajar berkurang.
2. Metode yang digunakan oleh guru belum sesuai dengan standar proses pelaksanaan
pembelajaran yang mana mengakibatkan siswa pasif saat KBM.
3. Dominasi guru yang menyebabkan kurangnya keterlibatan siswa saat pembelajaran
sehingga membuat pemikiran siswa menjadi sempit,kurang kreatif, dan hanya bisa
menghafal bukan memahami.
4. Metode Konvesional yang mengarah pada selesainya suatu materi,tanpa memperhatikan
partisipasi siswa.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah


dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah
yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah


model pembelajaran Problem Basic Information(PBI).PBI adalah suatu sistem pengajaran
yang cocok untuk melatih kemampuan siswa yang menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari peserta
didik.
2. Mata pelajaran yang diteliti adalah pelajaran Fisika,yang dibatasi pada materi Fluida
Statis.
1.4. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dicari penyelesaiannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:

1. Bagaimanakah upaya meningkatkan pemahaman konsep agar tidak terjadi miskonsepsi


fisika Fluida Statis melalui pembelajaran model Problem Based Instruction pada siswa
kelas XI IPA SMA Maria Bunda Segala Bangsa Maumere?
2. Bagaimanakah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Maria Bunda
Segala Bangsa Maumere pada materi Fluida Statis melalui pembelajaran model Problem
Based Instruction?

1.5. Tujuan

Penelitian bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pemahaman konsep agar tidak terjadi miskonsepsi fisika Fluida


Statis melalui pembelajaran model Problem Based Instruction pada siswa kelas XI
IPA SMA Maria Bunda Segala Bangsa Maumere

2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Maria Bunda Segala
Bangsa Maumere pada materi Fluida Statis melalui pembelajaran model Problem
Based Instruction

1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah
 penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan dalam
penggunaan metode pembelajaran PBI yang mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran fisika di sekolah.
2. Bagi guru
 Memberi sumbangan bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam hal ini pada pembelajaran fisika,untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar fisika siswa melalui model pembelajaran
PBI.
3. Bagi Siswa
 Memberi masukan bagi siswa bahwa dengan menggunakan metode
pembelajaran PBI dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
 Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai perbandingan atau sebagai referensi
untuk penelitian yang relevan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hakikat Belajar Fisika

Depdiknas (2003: 4) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun


makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna
tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring
dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah
proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni
hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari
guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa,
yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas
atau hak siswa dalam membangun gagasannya.

Berdasarkan deskripsi di atas, 'belajar' dapat dirumuskan sebagai proses siswa


membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri
secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui pengalaman mental,
pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai
bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau menentukan
kelakukan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak lepas dari
penguasaan konsep-konsep dasar fisika melalui pemahaman. Pada dasarnya, fisika adalah
ilmu dasar, seperti halnya kimia, biologi, astronomi, dan geologi. Ilmu-ilmu dasar
diperlukan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan terapan dan teknik.
Belajar Fisika yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk memahami
konsep, prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun
kembali dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan
intelektualnya. Belajar fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis,
induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa
alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika,
serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.
Secara sederhana tujuan kita belajar fisika adalah untuk memahami ilmu fisika
sesuai kedalaman mata pelajaran atau mata kuliah,untuk bisa berkarya dan berinovasi
bagi ilmu fisika seperti melakukan penelitian,untuk bisa menerapkan fisika dan
mengimplementasikan ke bidang lain dan untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika.
Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan
kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam
proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran
yang efektif dan efisien.Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains dan
pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan sangat berarti dalam
membentuk konsep siswa.Pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan
konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.
Dalam pembelajaran akan ada komunikasi antara guru dengan siswa. Seperti yang
dikemukakan Latuheru (1988: 1) bahwa segala sesuatu yang menyangkut pembelajaran
merupakan proses komunikasi. Komunikasi dalam pembelajaran merupakan komunikasi
timbal balik (interaksi edukatif) yang terjadi tidak dengan sendirinya tetapi harus
diciptakan oleh guru dan siswa. Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa “sains
pada hakekatnya merup akan sebuah kumpulan pengetahuan (“a body of knowledge”),
cara atau jalan berpikir (“a way of thinking”), dan cara untuk penyelidikan (“a way of
investigating”)”.
pada hakikatnya, ilmu fisika merupakan sebuah kumpulan pengetahuan atau jalan
berfikir dan cara untuk penyelidikan.Dalam penerapan ilmu fisika harus memperhatikan
hakikat ilmu fisika sebagai berikut yakni Fisika sebagai produk,bahwa hasil-hasil
penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuan di
inventarisasi, dikumpulkan , dan disusun secara sistematis menjadi sebuah kumpulan
pengetahuan yang kemuadian disebut sebagai produk. Pengelaompokan hasil-hasil
penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang
kemudian disebut sebagai fisika, kimia, dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan
itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori, dan model.
2.2. Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Joyce & Weil (1980:10) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian,
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Problem Based Instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham


konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan
masalah otentik (Arends et al., 2001). Model Problem Based Instruction memiliki lima
langkah pembelajaran (Arend et al., 2001), yaitu:(1) guru mendefisikan atau
mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran
atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua, atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksi
guru atau dari eksplorasi siswa), (2) guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan
menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber
belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan surve dan pengukuran), (3) guru
membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan masalah yang akan
dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya), (4)
pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model, program komputer, dan lain-
lain), dan (5) presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu melibatkan
administrator dan anggota masyarakat).

2.3.Pemahaman Konsep

Pemahaman merupakan Salah satu aspek pada ranah kognitif yang dikemukakan
oleh Bloom (dalam Irmayanti, 2012: 30-31), menyatakan pemahaman yaitu ketika peserta
didik dihadapkan pada suatu komunikasi dan dapat menggunakan ide yang terkandung di
dalamnya. Komunikasi yang dimaksud dapat dalam bentuk lisan atau tulisan dalam bentuk
verbal atau simbolik. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna dan arti
dari suatu konsep (Sudjana, 2013: 50).
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar
pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti
dari suatu konsep. Untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep
dengan makna yang ada dalam konsep tersebut (Sudjana, 2013: 50). Hubungan antara
konsep dengan makna tersebut akan menghasilkan perubahan perilaku.
Menurut Rosser (1984) (dalam Dahar, 2011: 63), Konsep adalah suatu abstraksi
yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai
atribut yang sama. Konsep adalah abstraksi-abstarksi yang berdasarkan pengalaman
seseorang. Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Menurut Wingkel (dalam
Bukhori, 2012: 12), belajar konsep merupakan bentuk belajar yang dilakukan dengan
mengadakan abstraksi yaitu dalam semua objek yang meliputi benda, kejadian, dan orang;
hanya ditinjau aspek-aspek tertentu yang merupakan sebuah pengetahuan konseptual.
Menurut Anderson & Krathwohl (dalam Pickard, 2007: 49) menyatakan
pengetahuan konseptual lebih kompleks daripada pengetahuan faktual dan mencakup tiga
subtipe: 1) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, 2) pengetahuan tentang prinsip-
prinsip dan generalisasi, dan 3) pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
Pengetahuan konseptual diperlukan peserta didik sebagai dasar dan acuan dalam
melakukan perilaku-perilaku tertentu.
Menurut Ausbel (dalam Dahar, 2011: 64), konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu
pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan proses
induktif dan merupakan belajar penemuan yang diperuntukkan untuk orang yang lebih tua
dalam kehidupan nyata dan laboratorium dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi.
Asimilasi konsep merupakan proses deduktif dengan menghubungkan atribut-atribut
tertentu dengan gagasan-gagasan yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif
mereka.
Menurut Bloom et al. (1956: 89) pemahaman konsep dapat dibedakan menjadi tiga
bagian yaitu translasi (translation), interpretasi (interpretation) dan ekstrapolasi
(extrapolation).
Translasi Sebagai kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang diny atakan
dengan cara lain dari pernyataan asli yang telah dikenal sebelumnya,interpretasi adalah
kemampuan sesorang untuk memahami sesuatu yang direkam, diubah atau disusun dalam
bentuk lain seperti grafik, tabel, diagram dan lain-lain, sedangkan ekstrapolasi
adalah kemampuan seseorang menyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit suatu bentuk
grafik; data-data; memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari tindakan yang digambarkan
dari sebuah komunikasi; sensitif atau peka terhadap faktor yang mungkin membuat prediksi
menjadi akurat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pemahaman konsep
fisika adalah suatu tingkatan dimana peserta didik mampu menangkap makna dari suatu
konsep fisika baik yang berupa verbal maupun tulisan sehingga menghasilkan sebuah
perubahan.Dalam hal ini perubahan perilaku.Perubahan perilaku yang dimaksud adalah
perubahan kemampuan mentranslasi, menginterpretasi dan mengekstrapolasi.

2.4. Hasil Belajar


Secara umum belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan dan nilai perubahan sikap itu bersifat konstan
dan membekas. Sementara pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara individu
dengan lingkungan yang didalammya terdapat unsur pemberi informasi/pengetahuan yaitu
guru dan penerima informasi yaitu siswa.Sehingga hasil belajar disini merupakan sebuah
pencapaian pembelajaran dari siswa yang diterima melalui pendidik atau guru,dengan kata
lain bisa dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampun yang dimiliki siswa setelah
menerima pelajaran yang disampaikan atau diberikan oleh pendidik.
Menurut Sudjana(2004 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.Sedangkan menurut Horwart
Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar yaitu
Keterampilan dan kebiasaan,pengetahuan dan pengarahan,sikap dan cita-cita
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan
yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya
kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan
bidang perilaku (psikomotorik).
2.5.Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
 Penelitian yang dilakukan oleh Maria Ewinda Tija (2015) dengan judul “APLIKASI
PENDEKATAN PROBLEM BASIC INSTRUCTION(PBI) UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA” menunjukan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran PBI pemahaman konsep siswa daapat
meningkat.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah menggunakan model
pembelajaran yang sama yaitu PBI,dan meningkatkan pemahaman konsep siswa
melalui model pembelajaran PBI.
Perbedaannya,pada penelitian tersebut hanya membahas pemahaman konsep secara
umum,dan tidak membahas tentang peningkatan hasil belajar sedangkan pada
penelitian ini penulis membahas mengenai pemahaman konsep fisika siswa,dan
membahas juga megenai peningkatan hasil belajar siswa.
 Penelitian yang dilakukan oleh Grasiana Aming (2015) dengan judul
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASIC INSTRUCTION” ,
menunjukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran PBI prestasi belajar
siswa dapat meningkat.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah menggunakan model
pembelajaran yang sama yaitu PBI, dan meningkatkan prestasi belajar melalui model
pembelajaran PBI.
Perbedaannya, pada penelitian tersebut hanya membahas peningkatan hasil belajar
secara umum, dan tidak membahas pemahaman konsep fisika, sedangkan pada
penelitian ini penulis membahas mengenai pemahaman konsep fisika siswa, dan
membahas juga mengenai peningkatan hasil belajar siswa.
2.6.Hipotesis Tindakan
 h0 :Model pembelajaran PBI tidak dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
hasil belajar fisika siswa di kelas XI IPA SMA Maria Bunda Segala Bangsa Maumere
 h1 :Model pembelajaran PBI dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil
belajar fisika siswa di kelas XI IPA SMA Maria Bunda Segala Bangsa Maumere
2.7. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pengamatan diatas,pemahaman konsep fisika siswa masih sangat
lemah menggunakan metode pembelajaran yang konvesional yang mengakibatkan
pada hasil belajar siswa yang rendah sehingga melalui model pembelajaran PBI
diharapkan dapat memecahkan masalah tersaebut sehingga dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA di SMA MARIA
BUNDA SEGALA BANGSA.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Seting Penelitian


1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas XI IPA SMA
Maria Bunda Segala Bangsa Maumere dengan jumlah 18 orang,terdiri dari 18
orang siswa
2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Maria Bunda
Segala Bangsa Maumere jln.Kimang Buleng no.3, kelurahan Kota Uneng, kec.
Alok, kab. Sikka
3. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2017/2018. Waktu pelaksanaan selama dua bulan, yaitu bulan Oktober sampai
dengan November tahun 2017.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Research yang bertujuan untuk memperbaiki efektifitas
dan efisiensi proses pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas merupakan strategi
pemecahan masalah yang berfungsi untuk mengambil tindakan yang tepat dalam
rangka memperbaiki pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini ada dua tindakan
yang diambil yaitu aktifitas tindakan dan aktifitas penelitian. Tindakan ini dilakukan
kepada orang yang sama dan bekerja sama dengan kolaborator. Model penelitian
tindakan kelas yang akan digunakan adalah model penelitian yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2006 : 102). Model penelitian ini mengunakan
sistem spiral yaitu suatu system yang tidak hanya berlangsung satu kali tetapi
beberapa kali. Alur penelitian ini terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan
observasi.
 Tes Pengumpulan data dengan teknik tes untuk mengungkapkan keberhasilan
hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran PBI pada palajaran
Fisika Fluida Statis dengan mrmberikan soal yang digunakan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan perbaikan. Berdasarkan hasil analisis tes tersebut dapat
diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Teknik tes ini dilakukan pada saat
siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
 Observasi digunakan untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru dan
aktivitas siswa saat pembelajaran dilaksanakan oleh pengamat (Observer).
3.4. Alat Pengumpulan Data
 Tes Formatif Tes formatif digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa
nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan model
pembelajaran PBI disetiap siklus.
 Lembar Panduan Observasi Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi
dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan
kelas dalam pembelajaran Fisika Fluida Statis di kelas XI IPA SMA Maria
Bunda Segala Bangsa Maumere.
3.5. Teknik Analisis Data
1. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan
proses yang memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam
sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu tentang aktivitas belajar siswa.
Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi dan analisis menggunakan
𝐽𝑆
rumus: NA = 𝑆𝑀100%

Keterangan: NA = Nilai aktivitas yang dicari


JS = Jumlah Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap.
2. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
hasil belajar siswa setiap siklusnya. Analisis kuantitatif dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
 Nilai hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
Nilai siswa =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100

 Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan


rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
Ketuntasan Klasikal = x 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
3.6. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus (cycle) yang
mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2006: 102).
Pelaksanaan tindakan pembelajaran model PBI (Problem Basic Instruction) terdiri
dari tiga siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi.
3.7. Alur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Basic Instrukction(PBI) terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus
memiliki empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan,observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas, secara
rinci meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
Pada siklus pertama materi pembelajarannya adalah “Fluida Statis”. Secara
rinci pelaksanaan pembelajaran penelitian
tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah:
a. Menetapkan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
kurikulum 2013 sesuai dengan materi yang telah ditetapkan dengan
menggunakan PBI
c. Menyiapkan soal pree test dan post test terkait mata pelajaran Fisika Materi
Fluida Statis
d. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
f. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
g. Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.
2. Pelaksanaan
Fokus pembelajaran pada siklus I adalah pada materi pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan tentang Pemerintahan Desa dan Kecamatan
yang dilaksanakan dalam 4 (empat) jam pelajaran (2 x pertemuan).
a. Kegiatan Awal;
 Menyajikan cerita dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan materi pelajaran.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi pada
siswa dengan contoh-contoh kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
 Melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
materi diberikan.
b. Kegiatan Inti;
 Memberikan materi kepada siswa.
 Materi yang diajarkan guru, dilaksanakan dengan melibatkan seluruh
kemampuan dari siswa untuk memahami materi tersebut.
 Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
4-5 siswa.
 Siswa melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk dari Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang diberikan guru.
Perwakilan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi,
kemudian diadakan sharing (tukar pendapat).
c. Kegiatan Akhir
 Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari
hari ini.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.
 Siswa diberi tugas rumah sebagai tindakan lanjut.
 Guru memotivasi siswa dan menutup pelajaran.
 Mengevaluasi tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan memberikan post test.
 Selama proses pembelajaran akan dilakukan observasi oleh observer.
Pada akhir pembelajaran siklus I diperoleh data observasi dan hasil
belajar siswa, maka dapat diketahui kelebihan dan kelemahan
pembelajaran siklus I tersebut, sehingga hasil refleksinya akan menjadi
acuan untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II.
3. Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan PBI yang dilakukan guru.
b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
PBI dengan lembar observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi
Data hasil observasi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
Fisika Fluida Statis selanjutnya dilakukan analisis sebagai bahan
kajian untuk melakukan refleksi, sehingga dapat diketahui perkembangan
yang diperoleh dari penerapan PBI. Hasil refleksi siklus I dijadikan acuan
perbaikan untuk menyusun RPP siklus II.
Siklus II
Berdasarkan hasil temuan kesulitan dan kelemahan yang terjadi pada proses
pembelajaran siklus I, maka dilakukan perbaikan dan pengembangan tindakan
pada siklus II. Materi pembelajaran pada siklus II masih sama pada siklus I
namun dengan sub pokok bahasan yang berbeda. Secara rinci
pelaksanaan pembelajaran penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah:
1. Perencanaan
a. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan
refleksi pada siklus I.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
kurikulum 2013 (K13) sesuai dengan materi yang telah ditetapkan dengan
menggunakan PBI.
c. Menyiapkan soal pre test dan post test terkait mata pelajaran Fisika materi
Fluida SAtatis.
d. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
f. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
g. Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.
2. Pelaksanaan
Fokus pembelajaran siklus II masih dalam materi yang sama Fluida Statis yang
membahas mengenai hukum Archimedes dan Hukum Pascal.
a. Kegiatan Awal;
 Menyajikan cerita dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan materi pelajaran.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi pada
siswa dengan contoh-contoh kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
 Melakukan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
materi diberikan.
b. Kegiatan Inti;
 Siswa menyebutkan kembali kejadian nyata yang berkaitan dengan
hukum Archimedes dan Hukum pascal.
 Melaksanakan kegiatan yang melibatkan seluruh kemampuan siswa
dengan menggambarkan mengenai hukum Archimedes, hukum Pascal
dan hubungannya.
 Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 siswa.
 Siswa melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk dari Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang diberikan guru.
 Perwakilan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi, kemudian diadakan sharing (tukar pendapat).
c. Kegiatan Akhir;
 Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari
hari ini.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dimengerti.
 Siswa diberi tugas rumah sebagai tindakan lanjut.
 Mengevaluasi tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan memberikan post test.
3. Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan PBI yang dilakukan guru.
b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan
model.
c. CTL dengan lembar observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi
Data hasil observasi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
Fisika Fluida Statis selanjutnya dilakukan analisis data sebagai data kajian
untuk melakukan refleksi, sehingga dapat diketahui perkembangan yang
diperoleh dari penerapan PBI. Siklus II setelah direfleksikan akan
dibandingkan dengan data observasi dan hasil belajar siswa pada siklus I.
Siklus III
Berdasarkan hasil temuan kesulitan dan kelemahan yang terjadi pada
proses pembelajaran siklus I dan II, maka dilakukan perbaikan dan
pengembangan tindakan pada siklus III. Materi pembelajaran pada siklus III
yaitu Fluida Statis. Secara rinci pelaksanaan pembelajaran penelitian tindakan
kelas ini meliputi langkah-langkah:
1. Perencanaan
a. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan
refleksi pada siklus II.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
kurikulum 2013 sesuai dengan materi yang telah ditetapkan dengan
menggunakan PBL.
c. Menyiapkan soal pre test dan post test terkait mata pelajaran Fisika Fluida
Statis.
d. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.
f. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
g. Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.
2. Pelaksanaan
Fokus pembelajaran pada siklus III adalah pada materi pelajaran pada materi
Fisika Fluida Statis.
a. Kegiatan Awal;
 Menyajikan cerita dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan materi pelajaran.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi pada
siswa dengan contoh-contoh kejadian yang ada di lingkungan sekitar.
 Melakukan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
materi diberikan.
b. Kegiatan Inti;
 Siswa menyimak penjelasan guru mengenai Fluida statis yang berkaitan
dengan hukum Archimedes pada kapal laut.
 Materi yang diajarkan guru, dilaksanakan dengan kegiatan yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa.
 Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
4-5 siswa.
 Siswa melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk dari Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang diberikan guru.
 Perwakilan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi,
kemudian diadakan sharing (tukar pendapat).12
c. Kegiatan Akhir;
 Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari
hari ini.
 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.
 Siswa diberi tugas rumah sebagai tindakan lanjut.
 Mengevaluasi tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan memberikan post test.
3. Observasi
a. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan PBI yang dilakukan guru.
b. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model
PBI dengan lembar observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi
Data hasil observasi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
Fisika Fluida Statis selanjutnya dilakukan analisis data sebagai data kajian
untuk melakukan refleksi, sehingga dapat diketahui perkembangan
yang diperoleh dari penerapan PBL pada siklus III, setelah direfleksikan
dibandingkan dengan data observasi dan hasil belajar siswa pada siklus II.

3.8. Indikator Keberhasilan


Indikator keberhasilan yang digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai KKM,yakni ≥ 75 % pada
masing-masing variabel. Variabel tersebut meliputi tindakan Guru dengan
menggunakan pendekatan Problem Basic Instruction pada pemahaman konsep
siswa melalui lembar observasi,dan aktivitas belajar melalui lembar observasi.
Jika variabel tersebut sudah mencapai nilai keseluruhan ≥ 75 % maka bisa
dikatakan penilitian tindakan tersebut sudah berhasil.

Anda mungkin juga menyukai