Anda di halaman 1dari 4

AFI RAFIDAYANTI

NADIA LARASATI
OCTAVINA CHITRA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KONTEKSTUAL TERHADAP PERSEPSIAN PENYERAPAN ANGGARAN TERKAIT


PENGADAAN BARANG/JASA
- Dian Juliani dan Mahfud Sholihin –

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Teori Institusional (Institutional Theory)
- Terkenal sebagai penjelasan populer dan kuat untuk tindakan individu dan organisasi (Dacin et al. 2002).
- Teori institusional memfokuskan perhatian pada organisasi Fogarty dan Rogers (2005).
- Organisasi sbg kapasitas menciptakan & memelihara batasan dr lingkungan & org. lain (Peters 2000).
- Organisasi adalah sebuah realita sosial dengan totalitas masalah yang ada di dalamnya seperti legitimasi, budaya,
norma, teknologi, kriminalitas, kepemimpinan, strategi, power sharing, dll (Gudono 2012).
- Teori institusional merupakan teori yang sangat relevan untuk memahami OSP (Bealing et al. 1996).
- Teori institusional mempertimbangkan proses di mana struktur meliputi skema, aturan, norma, dan rutinitas
sebagai panduan untuk berperilaku (Scott 2004).

Teori Pengharapan (Expectancy Theory)


- Teori pengharapan adalah ‘teori insentif’ pada motivasi (Miller 1978).
- Teori pengharapan menegaskan bahwa motivasi didasarkan pada kepercayaan seseorang tentang kemungkinan
bahwa upayanya akan menyebabkan kinerja (expectancy), dilipatgandakan dengan kemungkinan bahwa
kinerjanya akan menyebabkan reward (instrumentality), dan dilipatgandakan dengan nilai persepsian pada
reward (Greenberg dan Baron 2003).
- Teori pengharapan mengasumsikan bahwa seseorang dengan sadar mengantisipasi atas hasil dan penghargaan
yang diinginkan, serta hasil yang diinginkan tersebut dalam perilaku terkait keputusan yang disengaja rasional
untuk berperilaku sedemikian rupa untuk mendapatkan penghargaan (Miller 1978).

Penyerapan Anggaran terkait Pengadaan Barang/Jasa


- Penyerapan anggaran pemerintah, khususnya pemda, yang rendah dapat menghambat pertumbuhan ekonomi
suatu daerah. Ini bertentangan dengan tujuan dari otonomi daerah, yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah (Republik Indonesia 2004).
- Anggaran, lebih dari laporan keuangan (Jackson 1982), merupakan rencana terperinci untuk pemerolehan dan
pemakaian sumber daya keuangan dll selama periode waktu tertentu, satu tahun fiskal (Blocher 2010).
- Anggaran pengadaan barang/jasa lebih dari 30-40% (Indonesia Procurement Watch 2011). Porsi ini besar
karena merupakan kegiatan pemerintah yang berdampak luas terhadap perekonomian. Kegagalan target
penyerapan anggaran pengadaan barang/jasa akan berakibat hilangnya manfaat belanja karena dana yang telah
dialokasikan tidak semuanya dimanfaatkan, berarti uang menganggur (idle money). Di organisasi pemerintah,
penyerapan anggaran dijadikan salah satu indikator kinerja.
- Pengadaan barang/jasa pemerintah mengacu perolehan barang/jasa OSP (Uyarra dan Flanagan 2010).
- Pengadaan barang/jasa pemerintah  perolehan barang, jasa, dan pekerjaan publik dgn cara dan waktu tertentu
yang menghasilkan nilai terbaik bagi pemerintah dan masyarakat (Schiavo dan Sundaram 2000).
- Tujuan dasar pengadaan barang/jasa pemerintah untuk menemukan sumber persediaan barang/jasa ketika
organisasi membutuhkan dgn harga termurah dan dalam batas kualitas yang dapat diterima (Lee 2010). Maka,
penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa merupakan proses merealisasikan anggaran belanja
pemerintah secara efektif dan efisien sesuai target dan anggaran pengadaan barang/jasa.
AFI RAFIDAYANTI
NADIA LARASATI
OCTAVINA CHITRA

Pengetahuan Peraturan
- Pengetahuan harus diciptakan, diatur, dan dimonitor untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif
dalam organisasi (Ford 1989).
- Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, pengetahuan pegawai jadi faktor penting Love et al. (2008).
- Suatu kegiatan harus diketahui dan dipahami dengan cara tertentu yang akan diatur (Short 2013).
- Salah satu kegagalan peraturan adalah keterbatasan pengetahuan (Dorf 2004).
- Peraturan sebagai bentuk khusus dari kontrol yang menggunakan standar yang dikombinasikan dengan
pemantauan dan aktivitas penegakan aturan sebagai mekanisme kontrol James (2005).
- Pengetahuan menjadi kekuatan dalam mengintegrasikan peraturan yang ada dengan proses kognitif internal,
emosi, dan pengaruh lingkungan eksternal (Izard et al. 2011) dalam membuat keputusan kerja.
- Pengetahuan terkait peraturan berlaku dpt menerapkan praktik terbaik dlm pengadaan B/J (Weshah 2013).
Pengetahuan harus dimiliki oleh pegawai terlibat proses pengadaan barang/jasa karena memengaruhi pencapaian
penyerapan anggaran pengadaan barang/jasa.
H1: Pengetahuan peraturan berpengaruh positif thdp penyerapan anggaran pengadaan barang/jasa.

Komitmen Manajemen
- Anggaran OSP, isi komitmen atau kesanggupan manajemen mencapai sasaran ditetapkan (Halim & Kusufi 2012).
- Komitmen manajemen  kegiatan melakukan dan mempertahankan perilaku yang membantu bawahan untuk
mencapai suatu tujuan (Cooper 2006).
- Komitmen manajemen yang tinggi dapat menjadi dasar untuk intervensi (Rodgers et al. 1993) sehingga
organisasi dapat mencapai penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa secara maksimal.
- Komitmen manajemen dapat memengaruhi kinerja organisasi (Babakus et al. 2003).
- Manajemen memberikan kontribusi berupa waktu yang diperlukan, sumber daya, dan pendekatan positif
sehingga perannya dalam memengaruhi keberhasilan organisasi dapat dipenuhi (Marsh et al. 1998).
- Komitmen manajemen dapat diwujudkan dengan penekanan oleh manajemen pada pelatihan, pemberdayaan,
dan penghargaan (Babakus et al. 2003).
- Dukungan manajemen puncak dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan implementasi (Argyris & Kaplan
1994; Shields 1995) karena para manajer dapat memfokuskan sumber daya, tujuan, dan strategi yang diperlukan.
- Komitmen seluruh SKPD dibutuhkan dalam pelaksanaan (UKP4 2012) pengadaan barang/jasa.
H2: Komitmen manajemen berpengaruh positif thp penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa

Lingkungan Birokrasi
- Birokrasi, mekanisme kesuksesan dan efisiensi pelaksanaan kegiatan untuk capai tujuan or sasaran (Eisenstadt)
- Birokrasi dapat dipandang sbg lambang rasionalitas dan implementasi yang efisien dari tujuan dan penyediaan
layanan (Eisenstadt 1959).
- Birokrasi memainkan peran ganda, yaitu menyediakan kemampuan pemberdayaan berbagai komponen dengan
berbagi wewenang dan menjamin penyediaan barang publik kepada masyarakat (Brousseau et al. 2010).
Pratik penyediaan barang/jasa pemerintah sering terkendala alasan birokratis dalam realisasinya sehingga anggaran
yang sudah dialokasikan untuk penyediaan barang/jasa pemerintah tidak terserap. Keadaan yang ada pada pemda
memengaruhi berjalan lacar atau tidak kegiatan mereka. Lingkungan birokrasi memengaruhi penyerapan anggaran
terkait pengadaan barang/jasa seperti perencanaan, aturan, prosedur, koordinasi, dan persyaratan dokumen.
H3: Lingkungan birokrasi berpengaruh positif thdp penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/jasa.
AFI RAFIDAYANTI
NADIA LARASATI
OCTAVINA CHITRA

Model penelitian

IFRSS AND ACCOUNTING FOR INTANGIBLE ASSETS: THE TELECOM ITALIA CASE
- Giuseppe A. Busacca dan Paolo Maccarrone –

THE EVOLUTION OF ACCOUNTING FOR INTANGIBLE RESOURCES


Kemampuan perusahaan menciptakan nilai ekonomi berasal langsung dari kemampuannya menghasilkan
keuntungan di atas biaya modal. Berarti tujuan perusahaan menghasilkan keuntungan di atas pesaingnya. Untuk
mencapai tujuan ini, perusahaan harus mendapatkan dan mempertahankan posisi competitive advantage. Akibatnya,
sumber daya terpenting yang harus dicari perusahaan adalah perusahaan yang memungkinkannya memperoleh dan
mempertahankan posisi keunggulan kompetitif. Menurut penelitian, sumber daya ini dicirikan melalui empat sifat
(Dierickx dan Cool, 1989, Peteraf, 1993):
1) Heterogenitas antar perusahaan.
2) Ex-post limit untuk kompetisi, yang memungkinkan untuk mempertahankan heterogenitas dari waktu ke waktu.
3) Ex-ante membatasi persaingan, yang memungkinkan terciptanya nilai tambah.
4) Mobilitas yang tidak sempurna, yang memaksa sumber daya untuk tetap berada di dalam perusahaan.

Dengan mengamati kategori sumber daya mana yang telah menunjukkan sifat tersebut, dapat diketahui bahwa proses
evolusi sumber daya strategis menuju immateriality telah terjadi. Kenyataannya, sumber daya ini beralih dari
peralatan produksi ke sistem distribusi, dan akhirnya ke kategori sumber daya terkait dengan pengetahuan teknologi
dan hubungan pelanggan: intangibles (Itami, 1987, dan Barney, 1991).

Namun, keadilan dan transparansi intangible resources seringkali buruk pada neraca. Alasan: kecepatan evolusi
sumber daya strategis, dan kesulitan akuntansi dalam menjaga kecepatan itu (Watts, 2003). Akibat: diperkirakan
proses evolusi akuntansi juga terjadi, yang bertujuan memungkinkan representasi sumber daya strategis mendekati
kenyataan. Proses digambarkan sebagai lingkaran kebajikan, terjadi melalui dua tahap utama:
1) Regulator (pembuat uu) mencari praktik terbaik dalam sistem evaluasi intangible resources seperti yang
dikembangkan secara internal oleh perusahaan, mereka menguji keandalan dan ketahanan dengan
membandingkan dengan teori akuntansi, tujuan akhir untuk mengembangkan standar akuntansi baru
2) Perusahaan mengasimilasi sistem baru ini karena mereka menjadi standar, dan, dengan memecahkan masalah
implementasi yang dihadapi, mereka menyempurnakannya, memberikan asal mula inovasi potensial lebih lanjut,
dan memperbaiki praktik terbaik.
AFI RAFIDAYANTI
NADIA LARASATI
OCTAVINA CHITRA

Graphic representation of the evolution process of accounting

Perkembangan evolusi akuntansi di Eropa oleh IFRSs, jadi prinsip akuntansi resmi untuk Uni Eropa mulai 1 Jan 2005.
IFRSs memperkenalkan dua inovasi hebat, dampak pada intangibles terlihat sangat relevan.
1) Kemungkinan menilai sumber daya strategis dengan nilai wajar, sehingga memperhitungkan kemampuan
mereka menciptakan nilai. Menurut IFRSs, nilai wajar yang paling relevan adalah penentuan nilai aset yang
diperoleh dalam kombinasi bisnis; namun penerapannya pada aset yang dikembangkan secara internal, walau
saat ada pembatasan, tidak boleh diabaikan (Langendijk et al., 2003, Guatri dan Bini, 2003b, 2005);
2) Impairment test, bertujuan mengidentifikasi kerugian suatu nilai aset. Penggunaan Impairment memungkinkan
sebagai sistem pengendalian nilai, atau sebagai pengganti amortisasi, sehingga menghilangkan konsep masa
manfaat dan mengenalkan intangibles asset yang tidak terbatas (Harper, 2001; Guatri dan Bini, 2003a ).

Namun, prinsip akuntansi tidak dapat membuktikan kemampuan IFRSs untuk memperbaiki kualitas informasi
akuntansi. Akibatnya, hanya bisa ditunjukkan dengan mengamati aplikasinya. Namun, sebuah literatur kecil
mengenai dampak informasi keuangan beberapa inovasi dimasukkan ke dalam prinsip akuntansi Amerika Serikat,
US GAAP, yang sangat mirip dengan yang diperkenalkan di Eropa oleh IFRSs. Bens dan Heltzer (2004) dan Chen et al.
(2004) menunjukkan dampak keseluruhan dari inovasi informasi keuangan tentang intangibles asset telah positif.

Analisis empiris ini untuk memahami dampak IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi mengenai intangibles,
dalam mengukur perubahan proses akuntansi. Empat parameter mengukur kualitas informasi akuntansi:
1) Fairness, kedekatan dengan kenyataan: deskripsi struktur sumber nilai, (sifatnya) dan kemampuan penciptaan
manfaat ekonomi dari sumber tersebut (nilai mereka).
2) Transparency, tingkat informasi yang diungkapkan: struktur sumber nilai dan proses menentukan nilai.
3) Prudence, pemanfaatan, sepanjang proses evaluasi, input yang andal, dan akibat
4) Timeliness, kemampuan untuk melepaskan informasi sebelum kadaluarsa, yaitu tepat waktu agar berguna bagi
pengguna dlm mengambil keputusan.

Parameter, menurut US GAAP dan IFRSs, merupakan seperangkat indikator kinerja lengkap dari kualitas informasi
akuntansi. Maka, nilai yang diasumsikan mewakili trade-off informatif, yang menggambarkan tingkat kualitas
informasi akuntansi. Setelah itu, analisis beberapa kasus yang relevan, untuk identifikasi variasi dalam empat
parameter antara GAAP sebelumnya (ex: GAAP Italia) dan praktik akuntansi baru (ex: IFRS).

Anda mungkin juga menyukai