Anda di halaman 1dari 6

3. 2 digit terakhir dari PH arteri membantu prediksi kompensasi pernapasan.

Angka-angka ini
meramalkan PCO2 (missal, pasien dengan PH arteri 7,25 memiliki kompensasi respiratorik yang
adekuat jika PCO2 arteri adalah 25 ± 3 mmHg).

Hitung darah Lengkap

1. anemia adalah hasil dari pengenceran atau berkurangnya eritropoesis anemia hemolitik
mikroangiopatik dengan skistosit dan trombositopenia adalah petunjuk untuk sindroma
hemolitik-uremik.
2. oliguria yang sekunder terhadap lupus erite matosus sistemik bias memperlihatkan
neutropenia dan trombositopenia
3. eosinophilia adalah selalu disebabkan nefritis interstitial alergika
4. GGA yang memanjang bias mengakibatkan gangguan trombosit.

Tes-tes lain yang bias dikerjakan di unit dengan fasilitas lengkap, antara lain:

Radiologi :

1. Ultrasonografi
2. Voiding cystourethogram diindikasikan pada kecurigaan obstruksi bladder outlet
3. Skan radionuklida mungkin berguna dalam penilaian rejeksi transplan dan obstruksi
4. X-foto toraks diindikasikan jika dicurigai ada edema paru.
5. Echocardiogram berguna jika ada gagal jantung bendungan.

D. TATALAKSANA OLIGURIA

Perawat medis :

Pencegahan

1. Pada situasi klinik dimana diantisipasi hipoperfusi atau keracunan ginjal, terapi dengan
mannitol (12,5 gr bolus), diuretic (furosemide 100-300 mg) dan dopamine dosis rendah (2-
5 µg/kg/menit) telah digunakan untuk mencegah atau memulihkan cedera ginjal. Walaupun
cara-cara ini tidak mengubah perjalanan GGA, mereka bias mengubah status oliguria
menjadi non-oliguria, yang lebih mudah dikelola karena GGA non-oligurik tidak
membutuhkan pembatasan cairan dan memungkinkan dukung nutrisi maksimal. Namun,
peran dopamine dewasa ini banyak diperdebatkan, bahkan suatu uji klinik acak terbaru
telah memberi kesan bahwa pemakaian dopamine tidak bermanfaat.
2. Pemberian cairan agresif telah berhasil untuk digunakan untuk mencegah GGA setelah
pembedahan jantung, transplantasi ginjal cadaver, hemoglobinuria, mioglobinuria,
hiperurikosuria, infus zat radiokontras dan terapi dengan amfoterisin B atau cisplatin
3. Percobaan dengan monitol atau furosemide intravena harus diusahakan pada pasien
oliguria yang berlangsung kurang dari 48 dan belum memberi respon terhadap hidrasi yang
adekuat. Manfaat terapi dopamine dosis renal masih diperdebatkan. Rekomendasi
mutakhir adalah pada pasien yang telah mendapat hidrasi cukup dan resisten terhadap
furosemide
4. Tujuan utama dari managemen cairan adalah memulihkan dan mempertahankan volume
intravascular normal. GGA oliguria bias tampil dengan hipovolemia, euvolemia atau
kelebihan volume, jadi tafsiran status cairan adalah prasyarat untuk memulai terapi.
5. Anak dengan deplesi volume intravascular membutuhkan resusitasi cairan cepat dan
agresif. Tetapi awal membutuhkan NaCl 0,9% atau RL 20 ml/kg dalam 30 menit, yang bias
diulang dua kali jika perlu.
6. Pemberian kalium dikontraindikasi sebelum aliran urine cukup. Terapi harus
meningkatkan jumlah urin dalam 4-6 jam. Jika oliguria menetap (dikonfirmasi dengan
kateter kandung kemih) pemantauan vena sentral mungkin diperlukan untuk memandu
managemen selanjutnya.
7. Oliguria dengan kelebihan beban volume membutuhkan pembatasan cairan dan
furosemide intravena. Kegagalan memberi respon terhadap furosemide memberi kesan
nekrosis tubulus akut, bukan hiperfusi ginjal, dan pembuangan cairan dengan dialysis atau
hemofiltrasi mungkin dibutuhkan jika terbukti ada edema paru
8. Kalium tidak diberikan dulu sebelum oliguria membaik dan sebelum kadar kalium mulai
turun.
9. Catatan asupan dan keluaran, berat badan harian, pemeriksaan fisik dan natrium serum
menuntun terapi yang sedang berjalan. Bila sesuai, terapi cairan diberikan, berat badan
harus turun sebesar 0,5-1,0% perhari akibat kekurangan kalori dan konsentrasi natrium
harus stabil, penurunan berat badan yang lebih cepat menunjukkan pergantian cairan yang
tidak adekuat. Bila berat badan tidak menurun, sementara natrium serum turun ini
memberikan kesan air bebas.
10. Hiperkalimia
a. Kadar kalium serum 5,5 -6,6 mEq/L hars ditanggulangi dengan menghilangkan semua
sumber kalium dari iit atau cairan intravena dan diberikan resin penukar ion seperti
sodium polystyrene sulfonate (kayexalate). Kayexalate memerlukan beberapa jam
kontak dengan mukosa kolon sebelum efektif dan lebih disukai pemberian ke rectum.
Komplikasi terapi ini mencakup hipenatremia dan konstipasi.
b. Tatalaksana darurat dari hiperkalemia diindikasikan bila kalium serum melebihi 6,5
mEq/L, atau gelombang T runcing. Disamping kayexalate, pasien harus diberi kalium
dikarbonat yang menyebabkan perpindahan kalium kedalam sel. Hati-hati karena bisa
menyebabkan hipokalsemia dan kelebihan natrium.
c. Ambilan kalium oleh sel juga bias dirangsang dengan infus insulin, atau beta-agonis
(albuterol melalui nebulier). Khasiat dan kenyamanan nebulizer albuterol telah
dilaporkan pada pasien hemodialisis dengan hiperkalemia, namun sering menyebabkan
takikardia dan pengalaman pada anak masih terbatas
d. Intervensi PR yang menjang atau kelainan EKG lain membutuhkan pemberian kalsium
glukonat (dengan pemantauan EKG kontinyu) untuk melawan efek hiperkalemia
terhadap miokard
e. Dalam praktik, tetapi definitive untuk hiperkalemia yang bermakna dan menyertai
GGA oliguria sering memerlukan dialysis
11. Imbang elektrolit dan asam basa lain
a. Tatalaksana primer dari hyponatremia adalah pembatasan air bebes; namun natrium
serum dibawah 120 mEq/L, atau disertai gejala saraf pusat mungkin membutuhkan
NaCL 30%
b. Managemen hiperfostatemia memerlukan pembatasan diit dan perlu diberikan pengikat
fosfat (kalsium karbonat atau kalsium asetat). Hipokalsemia biasanya memberi respon
terhadap garam kalsium oral yang digunakan untuk mengendalikan hiperfosfatemia
tetapi membutuhkan infus kalsium glukonat 10% jika berat
c. Asetosis metabolic ringan diatasi dengan natrium bikarbonat atau natrium sitrat.
Asidosis berat (PH < 7,2), apalagi jika ada hiperkalemia membutuhkan terapi
bikarbonat intravena. Harus diketahui bahwa terapi bikarbonat membutuhkan ventilasi
adekuat (untuk mengekspresikan karbondioksida yang dihasilkan) agar efektif, dan
bikarbonat bias mencetuskan hipokalsemia dan hypernatremia. Pasien yang tidak bias
mentoleransi beban natrium besar (misal, gagal jantung bendungan) bias dikelola di
ICU dengan trometamin (THAM) intravena, dengan syarat dukungan ventilasi
memadai sebelum dialysis dilaksanakan.
12. Hipertensi
a. Hipertensi ringan biasanya memberi respon terhadap pembatasan garam dan pemberian
deuretik
b. Hipertensi sedang dan asimtomatik paling sering diobati dengan antagonis kalsium oral
atau sublingual atau dengan hedralazin intravena
c. Jika ada ensefalopati berikan infus kontinu sodium nitroprusside dengan memantau
kadar tiosianat. Karena terapi netroprusid memerlukan perhitungan tetesan yang
seksama, alternative lain yang bisa diberikan segera adalah diazoksid atau labetalol
intravena. Obat oral dimulai setelah krisis hipertensi diatasi.
13. Obat-obat dan dialysis
a. Obat-obat nefrotoksik harus dihindari, antara lain media kontras, aminoglikosida dan
AINS
b. Pasien pada pasien dini harus dianggap memiliki laju filtrasi glomelurus (GFR)
<10ml/menit, tanpa memandang nilai absolut dari kriatinin serum.
c. Tujuan umum dari dialysis adalah membuang toksin-toksin endogen dan eksogen, dan
mempertahankan imbang cairan elektrolik dan asam basa sebelum fungsi ginjal pulih.
Indikasi untuk dialysis akut adalah tidak mutlak, dan keputusan untuk menggunakan
cara ini tergantung pada cepatnya mula timbul, durasi dan keparahan kelainan yang
harus di koreksi. Indikasi lazim mencakup kelebihan beban cairan yang tidak
responsive terhadap deuretik atau kesukaran pemberian nutrisi, gangguan imbang asam
basa atau elektrolit yang simtomatik (khususnya hiperkalemia) yang tidak membaik
dengan managemen non-dialitik, hipertensi reprakter, dan uremia simtomatik (gejala-
gejala SSP, pericarditis, pleuritic).
d. Pilihan antara hemodialis dan peritoneal dialysis tergantung pada kondisi klik
keseluruhan, ketersediaan teknik, etiologic gagal ginjal, dan kontraindikasi spesifik.
e. Pada umumnya peritoneal dialysis lebih disukai pada anak-anak. Kontraindikasi
spesifik mencangkup defek dinding perut, distensi usus, perkorasi atau adehesi, dan
hubungan antara rongga dada dan abdomen.
f. Hemodialisis membutuhkan akses vascular, heparinisasi, dan volume darah
ekstrakorporal yang besar, dan petugas yang terampil, tetapi keunggulannya adalah
cepat mengkoreksi gangguan imbang cairan elektrolit dan asam basa.
g. Suatu kemajuan penting dalam penggunaan membrane dialysis sintesis umtuk
memulihkan fungsi ginjal. Dalam decade terakhir, kontinuous venovenous
hemofiltration, atau continuous arteriovenuous hemofiltration, telah muncul sebagai
terapi alternative untuk anak-anak yang membutuhkan eliminasi cairan pada kondisi
kritis yang tidak stabil. Keunggulan utama dari tehnik ini terletak pada kesanggupannya
membuang cairan, sekalipun pada anak anak hipotensif dimana hemodialisis mungkin
dikontraindikasikan sementara peritoneal dialysis tidak efesien. Pasien perlu ditemani
( paling sedikit 12 jam sehari ) oleh petugas yang terlatih dengan peralatan khusus.
14. Atrial natriuretic peptide (ANP) telah diperlihatkan memperbaiki fungsi ginjal pada model
hewan GGA iskemik, melalui dilatasi arteriol aferen. Pada suatu uji klinik terbaru pada
orang dewasa, ANP mengurangi kebutuhan akan dialysis dan meningkatkan kelangsungan
hidup pasien GGA oligurik.
15. Kini tengah berlangsung uji klinik yang melibatkan faktor pertumbuhan, seperti factor
pertumbuhan seperti-insulin, penghambat nitric oxside, antagonis reseptor endotelin pada
GGA manusia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Oliguria didefinisikan sebagai keluaran urine kurang dari 1 ml/kg/jam pada bayi, kurang
dari 0,5 ml/kg/jam pada anak dan kurang dari 400 ml/hari pada dewasa. Oliguria
merupakan salah satu tanda klinik dari gagal ginjal. Oliguria dapat diakibatkan oleh dua
proses patofisiologi : mekanisme prerenal, urinalisis, indeks urine, BUN, dan kreatinin
serum, fosfat, dan kalsium serum, imbang asam basa
B. SARAN
Semoga dalam penulisan makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca mungkin dalam penyusunan makalah ini, penulis masih banyak kekurangan
karena keterbatasan ruang lingkup, waktu, situasi, kondisi, dan ilmu yang penulis miliki.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan penulisan makalah ini di masa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai