Disusun Oleh:
Azzahra Sweta Sabilillah (1406540906)
Lidya Hardiani (140650881)
Nurul Salsabila (1406540686)
Rizki Dwi Utari (1406540894)
UNIVERSITAS INDONESIA
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang kiranya patut
penulis ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai Etnis dan Ras. Makalah ini
kami buat dalam rangka memenuhi tugas semester awal pada kelas Pengantar Ilmu
Antropologi (PIA).
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang kami miliki.
Namun demikian banyak pula pihak yang membantu kami dengan menyediakan dokumen
atau sumber informasi, memberikan masukan pemikiran. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini di waktu
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Tim Penulis
BAB VI
A. Pengertian Etnis
Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam
sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik
memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun
tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
Etnis didasarkan pada kesamaan budaya dan perbedaan dalam suatu masyarakat atau
bangsa. Kesamaan dengan anggota kelompok etnis yang sama, perbedaan antara kelompok
dan lain-lain.
Pendapat lain menurut Frederick Barth (1988), etnik adalah himpunan manusia karena
kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat
pada sistem nilai budaya
Persamaan umum dalam ras yaitu, ras merupakan suatu pengertian biologi, bukan
pengertian sosiokultural. Misalnya, jika kita menyebut ras Negro, berarti yang dimaksud
bukan sifat kebudayaan kelompok tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri
fisiknya, seperti warna kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya, jika kita
menyebut satu kelompok ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat kebudayaan kelompok
tersebut, melainkan ciri fisiknya.
Sebuah ras seharusnya mencerminkan materi genetik bersama (diwariskan dari satu
nenek moyang), tapi pengamat awal malah menggunakan sifat phenotypical (biasanya warna
kulit) untuk klasifikasi ras.
Secara historis, ilmuwan telah mendekati studi keanekaragaman hayati manusia dalam
dua cara utama yaitu, 1) perbandingan klasifikasi rasial (sekarang sebagian besar
ditinggalkan) 2) pendekatan penjelasan, dengan fokus pada pemahaman perbedaan spesifik.
Perbedaan biologis adalah nyata, penting, dan jelas bagi kita semua. Ilmuwan modern merasa
paling produktif untuk mencari penjelasan untuk keragaman ini, daripada mencoba untuk
mengesampingkan orang dalam kategori yang disebut ras.
D. Hypodescent
Merupakan sebuah aturan tentang setetes darah, dimana suatu sistem sosial tidak
menginginkan adanya keturunan campuran. Tetapi pada intinya hypodescent memiliki lebih
banyak alasan terperinci dan tersembunyi, yaitu:
1. Usaha para imigran kulit putih Eropa untuk memelihara kemurnian dan keunggulan
ras melalui hukum yang menentang pernikahan antar bangsa terutama diarahkan pada
kulit hitam dan suku bangsa asli American.
2. Kemurnian ras tidak sekedar bisa dipertahankan, tetapi juga pemikiran hypodescent
dan hukum yang memunculkan kepemilikan tambahan untuk para pemilik budak.
3. Kepercayaan umum, bahwa “orang negro dan indian” adalah makhluk- makhluk
subhuman, yang biadab, lebih rendah dalam hal akal, dan bersifat kekanak kekanak-
kanakan secara impulsif kanakan secara impulsive
Di Jepang, juga diterapkan, tetapi sedikit beda pengertian. Di Jepang sangat disarankan untuk
menikah dengan sesama Jepang agar dapat menghasilkan seorang anak dengan ras murni dari
Jepang dan merupakan ras mayoritas di Jepang. Jika seorang anak lahir dengan orang tua
yang campuran, maka akan tergolong ras minoritas yang sebenarnya tidak dianggap di
Jepang (ras Burakumin). Seseorang yang menyandang ras Burakumin dianggap “bukan kita”
di Jepang. Perlakuan hingga tempat tinggalnya pun di bedakan. Burakumin di tempatkan
terpisah dari masyarakat jepang lainnya, yaitu tempat yang diberi nama Buraku. dan ketika
burakumin menghadiri sekolah yang sama seperti mayoritas Jepang, mereka akan
menghadapi diskriminasi. Burakumin di Jepang dianggap najis. Tidak ada jalan selain
bergerak, bersuara begitu sering bahwa alamat buraku akhirnya menghilang dari registry agar
Burakumin di anggap oleh masyarakat Jepang lainnya.
Masalah ras di Brazil lebih fleksibel dibandingkan di Amerika atau Jepang. Orang Brazil
dapat memilih ras yang diinginkan. Kottak pernah menemukan satu wilayah yang
masyarakatnya ada 750 dan terdiri dari 40 ras yang berbeda. Fisik orang Brazil dapat
berubah-ubah tergantung tempat tinggal hingga agak sulit dideskripsikan. misal Orang Brazil
dapat mengganti rasnya dengan merubah cara berpakaian, berbahasa/berbicara, tempat
tinggalnya dan sampai perilakunya.
Masyarakat suatu bangsa yang pernah memiliki, atau ingin memiliki, atau juga ingin
mengembalikan identitas negeri sendiri di sebut nasionalisme. Menurut Benedict Anderson
(1991) mereka adalah imagined communities atau komunitas yang di bayangkan. Bahkan
ketika mereka menjadi bangsa serikat, mereka tetap “komunitas dibayangkan” karena
sebagian besar anggota mereka, memiliki rasa persaudaraan yang kuat dan tidak akan
bertemu. Mereka hanya dapat membayangkan bahwa mereka berpartisipasi dalam satu wadah
yang sama.
Keragamaan etnis dapat dikaitkan dengan kelompok interaksi yang positif dan hidup
berdampingan dengan konflik. Ada bangsa serikat dimana beberapa grup budaya hidup
bersama dalam reasonable harmoni.
Asimilasi
Asimilasi, merupakan hal yang biasanya terjadi ketika ada kelompok etnis minoritas
yang pindah ke dalam wilayah dengan kelompok etnis dominan, sehingga kelompok
minoritas lama-kelamaan mengadopsi beberapa pola dan norma kelompok dominan tersebut.
Meski begitu ada kemungkinan bahwa asimilasi pada akhirnya tidak terjadi, dan kedua
kelompok etnis tersebut tetap hidup berdampingan satu sama lain dengan harmonis Melalui
studi terhadap tiga grup etnis di swat, Pakistan, Fredrik Barth (1958/1968).
Grup Etnis merujuk pada beberapa anggota yang memiliki kesamaan budaya di suatu
wilayah. Grup etnis terbentuk atas dasar kesamaan dan perbedaan antara grup etnis itu
dengan yang lainnya. Kesamaan yang dimaksud seperti bahasa, agama, sejarah, geografis,
atau ras. Biasanya ras dan etnis digolongkan pada ascribed status.
1. Positif
a. Asimilasi
Asimilasi adalah proses “penyerapan” unsur-unsur kebudayaan baru dari luar
yang bercampur dengan unsur-unsur kebudayaan lokal dan menjadi unsur
kebudayaan baru yang berbeda.
b. Masyarakat Majemuk
Masyarakat majemuk adalah lingkungan atau wilayah yang berisikan grup-grup
etnis yang saling membutuhkan. Masyarakat majemuk disini bersifat saling
tergantung secara ekonomi.
c. Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa komunitas budaya
dengan kelebihannya, dan perbedaan dalam sistem arti, nilai, bentuk organisasi,
sejarah, adat serta kebiasaan.
2. Negatif
a. Prasangka
Prasangka adalah pandangan yang buruk suatu grup berdasarkan atribut-atribut
yang digunakan oleh grup tersebut. Dan diskriminasi adalah perwujudan dari
prasangka tersebut.
d. Genosida
Sebelum tahun 1944, tidak ada istilah "genosida". Pada 1944, seorang pengacara
Yahudi Polandia bernama Raphael Lemkin (1900-1959) berupaya
menggambarkan kebijakan pembantaian sistematis Nazi, termasuk pembinasaan
kaum Yahudi Eropa. Ia membentuk kata "genocide" (genosida) dengan
menggabungkan kata geno-, dari bahasa Yunani yang berarti ras atau suku,
dengan kata -cide (sida), berasal dari bahasa Latin yang berarti pembantaian.
Genosida sendiri merujuk pada kejahatan kekerasan yang dilakukan terhadap
kelompok masyarakat dengan tujuan untuk membasmi keberadaan kelompok itu.
e. Etnosida
Etnosida adalah praktek budaya yang “diserang” oleh budaya yang dominan atau
kekuasaan kolonial. Contoh: Suku Rimba atau suku anak dalam di Jambi.
f. Pengusiran Etnis
Pengusiran etnis adalah memaksa suatu grup etnis untuk keluar dari sebuah negara
atau wilayah. Contoh: kasus Rohingya di Myanmar.
DAFTAR PUSTAKA
Kottak, Conrad Phillip. 2011. Cultural Anthropology Appreciating Cultural Diversity. New
York. Penerbit: Mc-Graw Hill Companies.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/Counseling_Individuals_of_Multiracial_Descent_%5BCo
mpatibility_Mode%5D.pdf. Diakses pada tanggal 28 September 2014, 18.55.