Anda di halaman 1dari 19

CASE REPORT SESSION

STROKE
Instalasi Gawat Darurat

Disusun Oleh :
Muhammad Ibtissam, dr
Dokter penanggung jawab pasien :
H Awaluddin Noor, dr., Sp.S
Dokter Pendamping :
Eva Maya, dr.

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KUNINGAN


KABUPATEN KUNINGAN
2017
KETERANGAN UMUM

Nama : Ny. N

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Sudah Menikah

Agama : Islam

Alamat : Citiusari

I. ANAMNESIS

Keluhan utama : Lemah tubuh sebelah kanan

Os mengalami lemah tubuh sebelah kanan sejak 2 jam sebelum masuk

rumah sakit yang terjadi secara mendadak saat os sedang beristirahat (pukul

14.30). Keluhan dirasakan menetap.

Keluhan disertai dengan mulut mencong ke kanan. Keluhan disertai baal dan

kesemutan pada lengan sebelah kanan. Keluhan disertai dengan bicara rero dan Os

masih mengerti pembicaraan. Keluhan juga disertai nyeri kepala yang tidak begitu

hebat dan tidak dirasakan berputar. Keluhan tidak disertai mual dan muntah,

penurunan kesadaran dan kejang. Keluhan juga tidak disertai dengan penglihatan

ganda, penglihatan gelap sesaat, pusing berputar, telinga berdenging, tersedak saat

makan dan minum serta baal sekitar mulut. BAB dan BAK tidak ada kelainan.

Os tidak memiliki riwayat stroke sebelumnya. Riwayat minum alkohol

disangkal. Os memiliki riwayat darah tinggi sejak kurang lebih 10 tahun yang

lalu, tidak rutin kontrol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan. Riwayat penyakit

jantung tidak ada. Riwayat kencing manis sebelumnya tidak ada. Kegiatan sehari-
hari os bekerja sebagai montir alat berat dan jarang berolahraga. Riwayat stroke

pada keluarga disangkal.

II. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

Tensi : 170/80 mmHg

Nadi : 92 x/ menit

Pernapasan : 18 x/ menit

Suhu : 36,5 0C

Turgor : Baik, kembali cepat

Kepala : Simetris, normochepal

Conjungtiva : Anemis -/-

Sklera : Ikterik -/-

Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba

Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris

Jantung : Batas jantung normal, BJ I dan BJ II murni regular, murmur(-)

Paru-paru : VBS kanan=kiri , ronkhi -/-, Wheezing -/-

Abdomen : Datar, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, hepar lien tidak

teraba

Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat


III .PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
1. Penampilan : Kepala : simetris, normocephal
Columna vertebra : tidak ada kelainan
2. Rangsangan Meningen/Iritasi radiks
 Kaku kuduk :-
 Test Brudzinki I : -/-
 Test Brudzinki II : -/-
 Test Brudzinki III : -/-
 Test Laseque : kanan: >70 kiri:>70
 Test Kernig : kanan: >135 kiri:>135

3. Saraf Otak
N.I : Penciuman : baik

N.II : Ketajaman Penglihatan : baik


Campus : baik
Fundus Oculi : tidak dilakukan pemeriksaan

N. III/IV/VI : Ptosis : -/-


Pupil : bulat, isokor
Refleks Cahaya (D/I) : direk +/+ , indirek +/+
Refleks Konvergensi : normal
Posisi Mata : simetris dan sejajar
Gerakan Bola Mata : normal ke segala arah
Nystagmus : tidak ada

NV : Sensorik
Oftalmikus : normal / normal
Maksilaris : normal / normal
Mandibularis : normal / normal
Motorik :N/N
N VII : Gerakan wajah : asimetris
Plica nasolabialis : kanan lebih dangkal
Angkat alis mata : simetris
Memejamkan mata : simetris
Rasa kecap 2/3 bagian depan lidah: tidak dilakukan
pemeriksaan

N VIII : Pendengaran : normal


Keseimbangan : tidak dilakukan pemeriksaan

N IX/X : Suara/bicara : disfonia (-) disartria (+)


Menelan : normal
Gerakan palatum & uvula : normal, simetris
Refleks muntah : tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa kecap 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan pemeriksaan

N XI : Angkat Bahu : baik


Menengok ke kanan-kiri : baik

N XII : Lidah : Deviasi ke arah kanan


Atrofi : Tidak ada
Tremor/fasikulasi : Tidak ada

4. Motorik
Kekuatan Tonus Atrofi Fasikulasi
Anggota badan atas 3/5 N/N Tidak ada Tidak ada
Anggota badan bawah 3/5 N/N Tidak ada Tidak ada

Batang tubuh : Tidak ada kelainan


Gerakan Involunter : Tidak ada
Cara berjalan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lain-lain :-

5. Sensorik
Permukaan Dalam
Anggota badan atas N/N N/N
Batang tubuh N/N N/N
Anggota badan bawah N /N N/N

Gambar/ Cap :

6. Koordinasi
Cara bicara : Disartri
Tremor : Tidak ada
Tes telunjuk hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes tumit lutut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan

7A.Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Anggota badan atas : Biceps : ↑ +
Triceps : ↑ +
Radius : ↑ +
Dinding perut : Epigastrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hipogastrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mesogastrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kremaster : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota badan bawah : Patella : ↑ +
Achilles : ↑ +
7B.Klonus
Patella : - -
Achilles : - -

7C.Refleks Patologi
Hoffman Tromner : - -
Babinski : - -
Chaddock : - -
Oppenheim : - -
Gordon : - -
Rosalimo : - -
Schaeffer : - -
Mendel Betherew : - -

7D.Refleks Primitif
Glabella : -
Mencucut mulut : -
Palmomental : -

8. Fungsi Otonom
BAK dan BAB tidak terganggu

9. Pemeriksaan Fungsi Luhur


Hubungan Psikis
Afasia : Motorik : Ada
Sensorik : Tidak ada
Ingatan : Jangka pendek : tidak terganggu
Jangka panjang : tidak terganggu
Kemampuan berhitung : tidak terganggu

10. Pemeriksaan Tambahan


- CT Scan
- EKG

IV. Resume

 Perempuan, 60 tahun

 Os mengalami lemah tubuh sebelah kanan sejak 2 jam sebelum masuk

rumah sakit yang terjadi secara mendadak saat os sedang beristirahat

(pukul 14.30). Keluhan dirasakan menetap.

 Keluhan disertai mulut mencong ke kanan dan cephalgia. Keluhan tidak

disertai penurunan kesadaran dan konvulsi. Keluhan juga tidak disertai

dengan diplopia, blackout, onion skin, tersedak saat makan dan minum dan

vertigo. Afasia motorik ada.

 Riwayat penyakit dahulu yaitu hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan

tidak rutin kontrol.

 Riwayat stroke sebelumnya (-), diabetes melitus (-), hiperkolesterolemia

(-). Os jarang berolahraga.

 KEADAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis, skor GCS: 15

Tensi : Kanan : 170/80 mmHg Kiri : 170/80 mmHg

Nadi : 92 x/menit, reguler, equal, isi cukup


Pernafasan : 18x/menit, tipe thorakoabdominal

Suhu : 36,5°C

 STATUS INTERNE : dalam batas normal

 STATUS NEUROLOGI :

1. Penampilan : Kepala : Normocephal

Columna vertebra : Tidak ada kelainan

2. Rangsangan Meningen/Iritasi radiks : (-)

3. Saraf Otak : Parese N.VII N.XII dextra sentral

4. Motorik : paraparese

Kekuatan Tonus Atrofi Fasikulasi


Anggota badan atas 3/5 N/N Tidak ada Tidak ada
Anggota badan bawah 3/5 N/N Tidak ada Tidak ada

5. Sensorik : Dalam batas normal

6. Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

7.A. Refleks Fisiologis : meningkat/normal

7.B. Klonus : Tidak ada

7.C. Refleks Patologis : normal/normal

7.D. Refleks Primitif : Tidak ada

8. Fungsi Otonom : tidak terganggu

9. Fungsi Luhur : Afasia motorik

 DIAGNOSIS : KLINIK : Stroke infark

LOKASI : Sistem Karotis Sinistra


ETIOLOGI : Aterotrombotik

FAKTOR RISIKO: Usia, hipertensi, inaktivitas

 DIAGNOSIS DIFERENSIAL :

 Stroke infark et causa aterotrombotik sistem karotis sinistra

 Stroke perdarahan intraserebral

 Pemeriksaan Penunjang:

1. CT-Scan

2. Laboratorium

 Darah: lekosit, trombosit, hematokrit

 Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin

 Gula darah: sewaktu, puasa, 2 jam post-prandial

 Elektrolit : Na, Ca, K

 Fungsi hepar : SGOT SGPT

3. EKG

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Hemoglobin 15,1 g/dl 12-16
Jumlah leukosit 10,8 103 /µL 4.0-10.0
Hematokrit 44,5 % 35.0-47-0
Jumlah trombosit 314 ribu//µL 150-450
Jumlah eritrosit 5.05 juta/ µL 4.10-5.10
Indeks eritrosit
MCV 88.1 fL 80-96
MCH 29.9 pg/mL 28-33
MCHC 33.9 g/dL 33-36
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 205 mg/dL 70-120
SGOT 26 U/L 5-31
SGPT 26 U/L < 34
Ureum 16 mg/dL 10-50
Kreatinin 1.14 mg/dL 0,5-1,1
Pemeriksaan elektrolit
Natrium 141 mmol/L 135-145
Kalium 4.4 mol/L 3,5-5,1
Chlorida 107 mmol/L 95-110

Terapi

 Umum

Penatalaksanaan ABC

Rawat inap

Tirah baring

Pengelolaan keseimbangan cairan dan elektrolit : infus RL

Pengelolaan nutrisi : makanan lunak

Edukasi pasien tentang penyakit

Fisioterapi

 Khusus

Cticolin 4x 250 mg

Aspirin 2x80 mg

OMZ 1x1 iv

Amlodipin 5 mg 0-0-1

Prognosis

Quo ad Vitam: dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam: dubia ad malam


PEMBAHASAN
DEFINISI
Stroke adalah Suatu keadaan dimana terjadi defisit neurologis fokal atau

global yang terjadi secara mendadak akibat gangguan peredaran darah di otak

yakni kurangnya suplai darah (iskemik) atau pecahnya pembuluh darah

(perdarahan, berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat menyebabkan kematian

dimana gejala yang timbul berhubungan dengan waktu (temporal profile).


Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other

Cerebrovascular Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut

yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak

(dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam)

dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang

terganggu (WHO, 1989).

Sedangkan definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah

manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh

(global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau

berakir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada

gangguan vascular ( Lamsudin, 1998).

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan hal – hal yang harus kita

perhatikan dalam mendiagnosis suatu penyakit stroke ialah :

1. Adanya defisit neurologis yang sifatnya fokal atau global


2. Onset yang mendadak
3. Semata – mata akibat terganggunya peredaran darah di otak karena

ischemic atau perdarahan


4. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian

Hal di atas sangat penting diperhatikan karena banyak sekali penyakit yang

berhubungan dengan otak yang menimbulkan gejala yang serupa dengan stroke

(stroke like syndrome).

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul

mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak

yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa

kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan

bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian.

CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif

cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi

karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa

terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke

otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-

arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne,

2002: 2131)

Stroke disebabkan terjadinya gangguan aliran darah menuju otak.

Biasanya berupa sumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Berdasarkan

penyebab stroke, maka secara patologis stroke bisa dibagi menjadi stroke

perdarahan dan stroke infark. Di mana, stroke infark adalah kematian sebagian

jaringan otak yang disebabkan oleh hambatan aliran darah menuju jaringan otak

oleh emboli atau trombus. Stroke infark memiliki faktor risiko berdasarkan

frekuensi penyebab infark, seperti hipertensi (52 persen), penyakit jantung (38

persen), perokok (27 persen), dan diabetes mellitus (14 persen).

Umumnya, stroke infark terjadi pada saat bangun tidur atau sedang

istirahat. Sedangkan stroke perdarahan terjadi secara mendadak karena pecahnya

pembuluh darah otak. Stroke perdarahan ini terjadi pada waktu peningkatan emosi

atau aktivitas fisik. Biasanya terjadi pada usia 50-75 tahun, serta bagi mereka

yang riwayat penyakit hipertensinya tidak terkontrol.


Berat ringannya stroke sangat tergantung dari jumlah risiko yang

menyertai penyebab stroke. Faktor-faktor risiko stroke ini dikelompokkan dalam

dua kelompok yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang

dapat diubah. Yang termasuk faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah umur,

jenis kelamin, ras/etnik dan turunan. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah

adalah hipertensi, penyakit jantung diabetes mellitus, hiperkholesterolemia,

oksidan (radikal bebas), penyempitan arteri karotis, rendahnya aktivitas fisik,

merokok, peminum alkohol dan orang yang sebelumnya pernah menderita stroke.

Terdapat dua penyebab stroke infark, masing-masing memerlukan

penanganan yang berbeda pula. Penyebab stroke infark adalah trombus. Trombus

yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut emboli.

Sementara emboli berasal dari thrombus yang terlepas dari dinding pembuluh

darah. Gumpalan emboli ini akan berkelana menyusuri pembuluh darah. Dan

ketika emboli ini memasuki pembuluh darah yang sempit di kepala, maka dia

akan menyumbat pembuluh darah tersebut dan menghentikan pasukan oksigen

dan nutrisi ke bagian otak tersebut.

Prognosis stroke infark ini jauh lebih baik daripada stroke hemorrhagic

bila mendapatkan penanganan yang segera. Masalah timbul ketika keluarga

kurang mengkhawatirkan gejala yang sepertinya timbul perlahan-lahan ini.

Penanganan stroke infark dan stroke hemorrhagic memang sangat berbeda. Pada

stroke hemorrhagic tujuan kita adalah menghentikan perdarahan dan

mempertahankan perfusi otak. Sementara dalam stroke infark tujuan kita adalah
mempertahankan fungsi otak yang bisa diselamatkan dan mengencerkan atau

menghilangkan sumbatannya. Meskipun demikian, penanganan pertama stroke

bagi masyarakat awam tetaplah sama antara stroke hemorrhagic dan stroke infark.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penanganan stroke ini diawali dengan

mengenali gejala stroke.

Faktor resiko terjadinya stroke :


Ada beberapa faktor resiko stroke infark:
A. Non modifiable
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Ras
4. Genetik
5. BBLR
B. Modifiable
1. Hipertensi
2. Merokok
3. Diabetes Melitus
4. Penyakit Jantung
5. Hiperlipidemi
6. Peningkatan Hematokrit
7. Peningkatan Fibrinogen Plasma
8. Kontrasepsi Oral
9. Aktivitas Fisik yang rendah
10. Obesitas
11. Diet
12. Alkohol
Tanda dan Gejala :

Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatn Kritis (1996: 258-260), yaitu:

1. Lobus Frontal
a. Defisit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan

distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung,

memberi alasan atau berpikir abstrak.


b. Defisit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara),

disfagia (kerusakan otot-otot menelan).


c. Defisit aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional,

kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial, penurunan toleransi terhadap stres,

ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan keputusasaan,

menarik diri, isolasi, depresi.


2. Lobus Parietal
a. Dominan :
1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong

sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi

superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon

terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).


2) Defisit bahasa/komunikasi

- Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara

yang dapat dipahami)

- Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)

- Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)

- Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)

- Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan).

b. Non Dominan
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi

diri/lingkungan) antara lain:

- Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas

yang mengalami paralise)

- Disorientasi (waktu, tempat dan orang)

- Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan

tepat)

- Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)

- Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan

- Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat

- Disorientasi kanan kiri

3. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan,

diplobia(penglihatan ganda), buta.


4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh

DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi. 1999.
Konsensus nasional pengelola stroke di indonesia 1-9. Jakarta.
2. WHO. 1989. Recommendation on Stroke Prevention, diagnosis and
therapy in Stroke. Stroke; 20:1407-31.
3. Lamsudin R. 1998. Stroke profile in Yogyakarta : morbidity, mortality, and
risk factors of stroke. In : Lamsudin R., Wibowo S., Nuradyo D., Sutami S.
(eds). Recent Management of Stroke. BKM 1998; Suppl XIV 53-69.

4. Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis. Pendekatan


holistic Edisi VI volume II. EGC:Jakarta

5. Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. salemba medika: Jakarta

6. Smeltzer, Suzanne.(1996). Keperawatan Medikal Bedah.(2002) alih


bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai