PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari ilmu ushul fiqh sangat penting bagi kita,karena hal itu
untuk memahami syari’at Islam,para ulama ushul fiqh mengemukakan dua
pendekatan,yaitu selain melalui pendekatan maqashid syari’at (tujuan syara’
dalam menetapkan hukum) juga melalui kaidah-kaidah kebahasaan. Diantara
kaidah kebahasaan yang digunakan untuk menetapkan dan menerangkan
hukum-hukum syari’at adalah amr dan nahi.Sebab kebanyakan hukum-
hukum syari’at yang taklif ditetapkan atas adanya tututan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan atau tuntutan untuk meninggalkannya. Dalam
makalah ini akan dibahas tentang nahi sebagai salah satu kaidah kebahasaan
untuk menetapkan dan menerangkan tuntutan untuk meninggalkan suatu
perbuatan.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Nahi
2. Shighat al-Nahi
3. Macam-macam Makna Nahi
4. Qaidah-qaidah an-nahyu
1
BAB II
PEMBAHASAN
AN – NAHYU DAN KAIDAH-KAIDAHNYA
A. Pengertian Nahi
B. Shighat al-Nahi
Shighat al-Nahi merupakan tuntutan yang berisi larangan, maka bagian ini
akan diuraikan berbagai macam shighat al-Nahi.Adapun bentuk shighat al-Nahi itu
adalah:
1. Fi’il Mudhari’ yang dihubungkan dengan ل ناهيهyaitu yang menunjukkan larangan
atau menyatakan tidak boleh melakukan perbuatan.sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-An’am ayat 152:
َّ َأوُأل َأتبقأرهَّبوُا َأماِأل َابلأيهتيهم َإهدل َهباِلدهتي َههأي َأأبحأسهَّن َأحدتىى َأيببلهَّأغ َأأ ه
َّشددهه
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih “
.”bermanfaat, hingga sampai ia dewasa
2. Kata yang berbentuk perintah untuk meninggalkan suatu perbuatan.Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. al-Hajj:30
س رملن اوللووُّلثارن لوُّاوجتلنرببوا قلوولل الززوُّرر
لفاوجتلنرببوا الرروج ل
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-
perkataan dusta.”(Q.S.al-Hajj:30)
3. Menggunakan kata ( )نهيitu sendiri dalam kalimat.sebagaimana dalam firman Allah
َّا َأيأبهَّمهَّر َهباِبلأعبدهل َأوُابلبحأساِهن َأوُهإيأتاِهء َهذيِ َابلقهَّبرأبىى َأوُأيبنأهىى َأعهن َابلأفبحأشاِهء َأوُابلهَّمبنأكر َأوُابلأببغي ِ َ َأيهع ه
ظهَّكبم إهدن َ د أ
ه ه ه
لأأعلدهَّكبم َأتأذدكهَّروُأن.
1 Rahmat, Ilmu Ushul Fiqih. (Pustaka Setia: Bandung. 1999), hal 207
2
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”(QS.al-Nahl: 90)2
4. Jumlah Khabariyah, yaitu kalimat berita yang digunakan untuk menunjukkan
larangan dengan cara pengharaman sesuatu atau menyatakan tidak halalnya sesuatu.
ليا ألزيلها اللرذيلن آلمبنوا لل يلرحزل للبكوم ألون تلرربثوا النرلسالء لكورهها
“ Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa”( Q.S. an-Nisa’ : 19)
Dari keempat macam bentuk yang telah disebutkan di atas, merupakan shighat
al-Nahi yang dapat digolongkan kepada larangan.Akan tetapi, menurut Mustafa Said
al-Khin,bahwa shighat al-Nahi yang sebenarnya adalah fi’il mudhari’, yang dimasuki
atau yang dihubungkan dengan ( )لناهيه.
Pada dasarnya,terdapat keempat shighat al-Nahi yang telah disebutkan di atas
tidak terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama ushul fiqih.
2 Romli, Muqaranah Mazahib Fil Ushul.(Jakarta: Gaya Media Pratama) hlm. 189-190
3
c. Untuk memberikan pelajaran للرشادا
ليا ألزيلها اللرذيلن آلمبنوا لل تلوسأ لبلوا لعاون ألوشليالء إرون تبوبلد للبكوم تلبسوؤبكوم لوُّإرون تلوسأ لبلوا لعاونلها رحيلن يبنللزبل اولقبورآبن تبوبلد
اب لغبفومر لحرليمم اب لعاونلها لوُّ ل
للبكوم لعالفا ل
Artinya: “jangan lah kamu menanyakan (kepada nabimu) hal-hal yang jika di
terangkan kepadamu niscaya menyusahkan kamu” (QS. Al-maidah: 101).
Larangan ini sebagai pelajaran, agar kita jangan selalu menanyakan sesuatu yang
akan merugikan diri kita sendiri, terutama hal-hal yang menyangkut perhubungan
antar manusia.
d. Untuk memutus-asakan للتيئيس
ليا ألزيلها اللرذيلن لكفلبروُّا لل تلوعتلرذبروُّا اوليلوولم إرنللما تبوجلزووُّلن لما بكونتبوم تلوعلمبلولن
Artinya: “janganlah engkau membela diri pada hari ini (hari kiamat)” (QS. At-
Tahrim: 07)
Untuk memutus-asakan mereka, bahwa pada hari kiamat tidak ada gunanya lagi
mengadakan pembelaan; tidak dapat di harapkan lagi untuk memperoleh ampunan
karena pada hari kiamat pintu taubat sudah di tutup.
e. Untuk menghibur للئاتناس
لل تلوحلزون إرلن ل
ال لملعلنا
Artinya: “janganlah engkau berduka (karena) sesungguhnya Allah bersama
kita.” (QS. At-Taubah: 40)
Sewaktu Nabi Muhammad SAW. bersama sahabat beliau Abu Bakar bersembunyi di
gua Tsaur, datang kaum kafir Quraisy hingga Abu Bakar takut, kemudian Nabi SAW.
menghiburnya, “janganlah engkau bersusah (khawatir) karena Allah bersama kita”.
f. Untuk ancaman للتهديد
Ucapan majikan kepada pelayan:
ل تطع امري
Artinya:" tak usah engkau turuti perintah ini”
Yang dimaksud bukan melarang, tetapi menggertak kepadanya agar iya takut.
D. Qaidah-qaidah an-nahyu
Nahi menunjukkan kepada haram
الولل و
صبل رفى النلوهري رللتلوحررويرم
“Asal pada larangan untuk haram”
Menurut kepada pemikiran tiap-tiap masalah yang sunyi daripada qarenah yang
menunjukkan kepada larangan mengandung akan arti yang hakiki yaitu haram.
Contohnya: seperti firman Allah SWT:
لوُّللتلوقلربباوا الرزلنى
4
“Dan janganlah kamu dekati zina”.
Dalam ayat ini terdapat bentuk kalimat larangan yang sunyi dari qarenah,
menunjukkan kepada haqiqat larangan yang mutlak. Dan jika kalimat itu mempunyai
qarenah, tidak menunjukkan haqiqat larangan, seperti firman Allah SWT.
صألأة َأوُأأبنهَّتبم َهَّسأكاِأرىى
أياِ َأأييأهاِ َالدهذيأن َآأمهَّنوُا َأل َأتبقأرهَّبوُا َال د
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu kerjakan shalat dalam
keadaan mabuk” (QS. An-Nisa: 43)
Nahi menunjukkan larangan sesuatu, suruhan bagi lawannya
ي لعارن اللشوىرء الوممر بار ر
ضردره لالنلوه ب
“Dilarang dari sesuatu, disuruh dengan lawannya”
Contohnya: dilarang meninggalkan sembahyang, tentu disuruh mengerjakannya.
Jika dilarang mengerjakan suatu perbuatan, perbuatan mana kalau dikerjakan
dihukum menutut hakikatnya (haram), mesti disuruh menghentikannya, seperti
dilarang meninggalkan sembahyang, tentu di suruh mengerjakannya.
Nahi menunjukkan larangan yang mutlak
ضى اللدلوُّالم رفى لجرمويرع واللوزرمنلرة
ق يلوقتل ر ي وابلم و
طل ل ب لالنلوه ب
“Larangan yang mutlak menghendaki berbekalan dalam sepanjang masa”
Dalam suatu larangan yang berbentuk mutlak, bai k membawa kebinasaaan maupun
menjauhinya, baru mencapai hasil yang sempurna, apabila di jauhi yang
membinasakan itu selama-lamanya.seperti: perkataan seorang bapak kepada anaknya
‘jangan kamu dekati singa’, maka anak itu disuruh menjauhi binatang tersebut
selama-lamanya karena untuk melepaskan diri dari kebinasaan.
Nahi menunjukkan larangan dalam beribadah
ي يلبدزل لعاللى فللساردا وابلمونرهري لعاونهب رفى رعالبالداا ر
ت لالنلوه ب
“Larangan menunjukkan kebinasaan yang dilarang dalam beribadah”
Untuk mengetahui mana yang sah dan mana yang batal dalam urusan ibadat,
haruslah ia mengerjakan perintah dan menjauhi larangan. Kalau seorang umpamanya
mengerjakan apa yang di larang, berarti ia melanggar apa yang diperintahkan. Orang
yang melanggar perintah masih dituntut untuk mengerjakannya, jika masih dituntut
mengerjakannya berarti dia belum bebas dari suatu perbuatan, oleh sebab itu harus
mengulangi ibadatnya misalnya: wanita yang sedang haidh dilarang mengerjakan
shalat dan puasa, berarti dituntut untuk mengerjakannya apabila telah suci.
Nahi menunjukkan larangan dalam mu’amalah
ى يلبدزل لعاللى فللساردا وابلمونرهري لعاونهب رفى والبعقبووردا
لالنلوه ب
“Larangan yang menunjukkan rusaknya perbuatan yang dilarang dalam ber’akad”
5
Apabila larangan itu kembali kepada aqad itu sendiri bukan kepada yang lain,
seperti: dilarang menjual anak hewan yang masih di dalam kandungan ibunya, berarti
akad jual beli tidak sah (batal), karena yang diperjualbelikan itu belum jelas dan
belum memenuhi rukun jual beli, antara lain:3
a) adanya dua orang yang berakad (penjual & pembeli),
b) sighat (lafadz) jual beli dan
c) ada barang yang diperjual belikan.
Rasulullah SAW bersabda:
أنأهى َالدنهبيي َصلى َا َعليه َوُسلم َأعبن َأببيهع َباألمألهقبيهح
“Melarang Nabi SAW memperjualbelikan anak dalam kandungan ibunya”.
Adakalanya larangan itu tidak membatalkan jula beli, seperti jual beli waktu
panggilan shalat Jum’at, karena melalaikan untuk besegera mengerjakan shalat
Jum’at. Firman Allah SWT:
صللرة رمون يلوورم والبجبملعرة لفاوسلعووا إرللى رذوكرر ار لوُّلذبروُّا والبلويلع ارلذا نبووردا ل
ي رلل ل
“Apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan shalat Jum’at pada hari Jum’at,
hendaklah bersegera mengingat Allah (pergi shalat Jum’at) dan tinggalkan jual
beli”.َ
BAB III
3 Moh Rifa’i, Ushul Fiqih. (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1994) hlm 40-42
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi, al-Nahi berasal dari bahasa arab ( ) النهيyang artinya
mencegah atau melarang.
Adapun menurut syara’ ialah: طلهههههب الهههههترك مهههههن العالهههههى الهههههى
Sigat-sigat nahi:
§ Fi’il Mudhari’ yang dihubungkan dengan ل نههاهيهyaitu yang menunjukkan
larangan atau menyatakan tidak boleh melakukan perbuatan.
§ Kata yang berbentuk perintah untuk meninggalkan suatu perbuatan.
§ Menggunakan kata ( )نهيitu sendiri dalam kalimat
§ Jumlah Khabariyah, yaitu kalimat berita yang digunakan untuk
menunjukkan larangan dengan cara pengharaman sesuatu atau
menyatakan tidak halalnya sesuatu.
Ø Makna Nahi:
§ Untuk menunjukkan makruh للكراهة
§ Untuk do’a للدعااء
§ Untuk memberikan pelajaran للرشادا
§ Untuk memutus-asakan للتيئيس
§ Untuk ancaman للتهديد
§ Untuk menghibur للئاتناس
Ø Qaidah-qaidah nahi:
§ Nahi menunjukkan kepada haram
§ Nahi menunjukkan larangan sesuatu, suruhan bagi lawannya
§ Nahi menunjukkan larangan yang mutlak
§ Nahi menunjukkan larangan dalam beribadah
§ Nahi menunjukkan larangan dalam mu’ama
7
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami semoga dapat dijadikan
suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin!
DAFTAR PUSTAKA
8
Syafi’I, Rahmat, 1999, Ilmu Ushul Fiqih. Pustaka Setia: Bandung.
Nazar Bakri, 1993, Fiqh Dan Ushul Fiqh , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.