Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2003).

B. ETIOLOGI
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan
sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

C. KLASIFIKASI ANEMIA
Terdapat beragam jenis pengklasifikasian anemia, pada klasifikasi anemia
menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran pada sel darah merah
sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Secara morfologi, pengklasifikasian
anemia terdiri atas:
1. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau destruksi darah
yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih
keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit)
yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-
sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang
normal tetapi individu menderita anemia. Anemia ini dapat terjadi karena
hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia aplastik, sindrom mielodisplasia,
alkoholism, dan anemia pada penyakit hati kronik.
2. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan
oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang
ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada
kemoterapi kanker, sebab terjadi gangguan pada metabolisme sel
3. Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan
insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan
sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin,
seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).

Kekurangan vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C


dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga
menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan
pertimbangan morfologis dan etiologi. Berikut adalah pengklasifikasian anemia
menurut etiologinya:
1. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di
sumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah
sel-sel darah yang dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami
pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah terlihat normositik dan
normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi sumsum tulang
menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia
yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah
pengobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab.
Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya
dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga
merupakan keadaan imunologis.
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai
anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis
hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia.
Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah
sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

D. MANIFETASI KLINIS
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

E. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang :
1. Anemia aplastik:
o Transplantasi sumsum tulang
o Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
o Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
o Dicari penyebab defisiensi besi
o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah
kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan
absorbsi.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
o Kelemahan otot
o Mudah lelahKulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
o Sakit kepala
o Pusing
o Kunang-kunang
o Peka rangsang
o Proses berpikir lambat
o Penurunan lapang pandang
o Apatis
o Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
o Perfusi perifer buruh
o Kulit lembab dan dingin
o Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
o Peningkatan frekwensi jatung

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi :
DIANGOSA
KEPERAWATAN TUJUAN DAN
NO INTERVENSI
DAN KRITERIA HASIL
KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen sensasi
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… perifer
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien - Monitor adanya daerah
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : tertentu yang hanya peka
berkurang - Membran mukosa merah terhadap
- Konjungtiva tidak anemis
panas/dingin/tajam/tump
- Akral hangat
- Tanda-tanda vital dalam ul
- Monitor adanya paretese
rentang normal
- Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
- Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
- Monitor kemampuan
BAB
- Kolaborasi pemberian
analgetik
- Monitor adanya
tromboplebitis
- Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


nutrisi kurang dari keperawatan selama - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d ………. status nutrisi klien makanan
intake yang kurang, adekuat dengan kriteria - Kolaborasi dengan ahli
anoreksia - Adanya peningkatan berat gizi untuk menentukan
badan sesuai dengan jumlah kalori dan nutrisi
tujuan yang dibutuhkan pasien.
- - Beratbadan ideal sesuai - Anjurkan pasien untuk
dengan tinggi badan meningkatkan intake Fe
- Mampumengidentifikasi - Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein
- Tidk ada tanda tanda dan vitamin C
malnutrisi - Berikan substansi gula
- Menunjukkan - Yakinkan diet yang
peningkatan fungsi dimakan mengandung
pengecapan dari menelan tinggi serat untuk
- Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
berat badan yang berarti - Berikan makanan yang
- Pemasukan yang adekuat terpilih (sudah
- Tanda-tanda malnutri si dikonsultasikan dengan
- Membran konjungtiva ahli gizi)
dan mukos tidk pucat - Ajarkan pasien
- Nilai Lab.: bagaimana membuat
Protein total: 6-8 gr% catatan makanan harian.
Albumin: 3.5-5,3 gr % - Monitor jumlah nutrisi
Globulin 1,8-3,6 gr % dan kandungan kalori
HB tidak kurang dari 10 - Berikan informasi
gr % tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Self Care assistane :


b/d kelemahan fisik keperawatan selama ADLs
………. jam kebutuhan - Monitor kemempuan
mandiri klien terpenuhi klien untuk perawatan
dengan kriteria diri yang mandiri.
- Klien terbebas dari bau - Monitor kebutuhan klien
badan untuk alat-alat bantu
- Menyatakan kenyamanan untuk kebersihan diri,
terhadap kemampuan berpakaian, berhias,
untuk melakukan ADLs toileting dan makan.
- Dapat melakukan ADLS - Sediakan bantuan sampai
dengan bantuan klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-
care.
- Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
- Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
- Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
- Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi


keperawatan selama - Bersihkan lingkungan
………. jam status imun setelah dipakai pasien
klien meningkat dengan lain
kriteria - Pertahankan teknik
- Klien bebas dari tanda isolasi
dan gejala infeksi - Batasi pengunjung bila
- Menunjukkan perlu
kemampuan untuk - Instruksikan pada
mencegah timbulnya pengunjung untuk
infeksi mencuci tangan saat
- Jumlah leukosit dalam berkunjung dan setelah
batas normal berkunjung
- Menunjukkan perilaku meninggalkan pasien
hidup sehat - Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
- Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
- Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu

- Proteksi terhadap
infeksi
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
- Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


b.d keperawatan selama …….. - Menentukan penyebab
ketidakseimbangan klien dapat beraktivitas intoleransi
suplai dan kebutuhan dengan kriteria aktivitas&menentukan
oksigen - Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari
aktivitas fisik dgn TD, fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai - Observasi adanya
- Menyatakan gejala pembatasan klien dalam
memburuknya efek dari beraktifitas.
OR & menyatakan - Kaji kesesuaian
onsetnya segera aktivitas&istirahat klien
- Warna kulit normal, sehari-hari
hangat & kering -↑ aktivitas secara
- Memverbalissikan bertahap, biarkan klien
pentingnya aktivitas berpartisipasi dapat
secara bertahap perubahan posisi,
- Mengekspresikan berpindah & perawatan
pengertian pentingnya diri
keseimbangan - Pastikan klien mengubah
latihan&istirahat posisi secara bertahap.
- Peningkatan toleransi Monitor gejala
aktivitas intoleransi aktivitas
- Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
- Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
- Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
gas b.d ventilasi- keperawatan selama …….. - Bersihkan mulut, hidung
perfusi status respirasi : pertukaran dan secret trakea
gas membaik dengan - Pertahankan jalan nafas
kriteria : yang paten
- Mendemonstrasikan - Atur peralatan oksigenasi
peningkatan ventilasi dan - Monitor aliran oksigen
oksigenasi yang adekuat - Pertahankan posisi pasien
- Memelihara kebersihan - Onservasi adanya tanda
paru paru dan bebas dari tanda hipoventilasi
tanda tanda distress - Monitor adanya
pernafasan kecemasan pasien
- Mendemonstrasikan terhadap oksigenasi
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak Vital sign Monitoring
ada sianosis dan dyspneu - Monitor TD, nadi,
(mampu mengeluarkan suhu, dan RR
sputum, mampu bernafas - Catat adanya
dengan mudah, tidak ada fluktuasi tekanan darah
pursed lips)
- Monitor VS saat
- Tanda tanda vital dalam
pasien berbaring, duduk,
rentang normal
atau berdiri

- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

- Monitor TD, nadi,


RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas

- Monitor kualitas
dari nadi

- Monitor frekuensi
dan irama pernapasan

- Monitor suara paru

- Monitor pola
pernapasan abnormal

- Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit

- Monitor sianosis
perifer

- Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)

- Identifikasi
penyebab dari perubahan
vital sign
7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management
nafas b.d keperawatan selama ……. - Buka jalan nafas,
… status respirasi klien guanakan teknik chin lift
membaik dengan kriteria atau jaw thrust bila perlu
- Mendemonstrasikan - Posisikan pasien untuk
batuk efektif dan suara memaksimalkan ventilasi
nafas yang bersih, tidak - Identifikasi pasien
ada sianosis dan dyspneu perlunya pemasangan alat
(mampu mengeluarkan jalan nafas buatan
sputum, mampu bernafas - Pasang mayo bila perlu
dengan mudah, tidak ada - Lakukan fisioterapi dada
pursed lips) jika perlu
- Menunjukkan jalan nafas - Keluarkan sekret dengan
yang paten (klien tidak batuk atau suction
merasa tercekik, irama - Auskultasi suara nafas,
nafas, frekuensi catat adanya suara
pernafasan dalam rentang tambahan
normal, tidak ada suara - Lakukan suction pada
nafas abnormal) mayo
- Tanda Tanda vital dalam - Berikan bronkodilator
rentang normal (tekanan bila perlu
darah, nadi, pernafasan) - Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama - Monitor respon klien
…….. .keletihan klien terhadap aktivitas
teratasi dengan kriteria : takikardi, disritmia,
- Kemampuan aktivitas dispneu, pucat, dan
adekuat jumlah respirasi
- Monitor dan catat jumlah
- Mempertahankan nutrisi
tidur klien
adekuat
- Monitor
- Keseimbangan aktivitas
ketidaknyamanan atauu
dan istirahat
nyeri selama bergerak
- Menggunakan teknik
dan aktivitas
energi konservasi - Monitor intake nutrisi
- Instruksikan klien untuk
- Mempertahankan
mencatat tanda-tanda dan
interaksi sosial
- Mengidentifikasi faktor- gejala kelelahan
- Jelakan kepada klien
faktor fisik dan psikologis
hubungan kelelahan
yang menyebabkan
dengan proses penyakit
kelelahan
- Catat aktivitas yang dapat
- Mempertahankan
meningkatkan kelelahan
kemampuan untuk - Anjurkan klien
konsentrasi melakukan yang
meningkatkan relaksasi
- Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Patrick Davay, 2010, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS


Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-2017. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2009. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai