A. PENGERTIAN
ü Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker, (Corwin,
2000).
ü Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.
Price&Wilson (2005).
ü Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan
hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David
C,2004)
ü BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan penyebab
antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat
5. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada
RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh
sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan
pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (-FGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien
dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. -
FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus
urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor
ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran
awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada
prostat yang membesar.
Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis
miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)
jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi
kontraksi involunter,
Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit
urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai
complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan
spingter.
Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
prostat yang membesar.
Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.
Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap, serta gagal ginjal.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap
berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu
ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat
pula menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia dan hemoroid.
E. PATHWAY
Pathway BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,
eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri
dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi
ginjal dan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu
biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density
(PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya
dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita
BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,
golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi.
Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume
residu urin. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran
ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari
keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat
dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter
berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,
memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada
hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya
dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi
kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah
untuk menilai residual urin.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen
yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan
membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin
dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat,
2005)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi
pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka
kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam
dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih
(sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara lain:
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah
mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak
terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan
colok dubur
Terapi medikamentosa
Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
- Retensi urin berulang
- Hematuri
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- Infeksi saluran kemih berulang
- Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
- Ada batu saluran kemih.
tektomi
Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan optikal
dimasukan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat
secara langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik.
Prostatektomi transuretral jarang menimbulakan disfungsi erektil tetapi dapat menyebabkan
ejakulasi retrogard karena pengangkatan jaringan prostat pada kolum kandung kemih dapat
menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah belakang ke dalam kandung kemih dan bukan
melalui uretra.
a. Prostatektomi Supra pubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu insisi
yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis
dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh lagi
inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain
adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang operatif
terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis
dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah periode
pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang
mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi mencakup
perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi
seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada
prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada
kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu
karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir
ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra
posterior menyebabkan ejakulasi retrogard.
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui
uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketika
kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyak
kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi
lebih rendah di banding cara lainnya.
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan
dengan arus listrik. Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan
merupakan tindakan invasive yang masih dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan
terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami
pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara
terus-menerus dengan cairan isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi,
penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi uretra pars prostatika (Anonim,FK
UI,2005).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi
balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasi
kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.
Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari
setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari sedang
sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani
operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau
retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura
uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan tidak
mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun
kemudian.
§ Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral
I. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
- Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia
- Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax
- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP
pasien diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi
bicara untuk meminimalkan masuknya udara
2. Post operasi
- Irigasi/Spoling dengan Nacl
§ Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit
§ Hari pertama post operasi : 60 tetes/menit
§ Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit
§ Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit
§ Hari ke 4 post operasi diklem
§ Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)
- Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis <
50cc)
- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien
sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
- DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi
- Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
- Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
- Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih,
merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar
kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme.
Kompres hangat pada pubis dapat membantu menghilangkan spasme.
- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk
terlalu lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan
- Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan
perineal harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.
- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga
sedikit merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.
- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan
biasanya menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental.
Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan
kateter pada tempatnya memberikan tekannan pada fossa prostatik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri saat berkemih
- Sulit kencing
- Frekuensi berkemih meningkat
- Sering terbangun pada malam hari untuk miksi
- Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda
- Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih
- Pancaran urin melemah
- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
- Kalau mau miksi harus menunggu lama
- Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
- Urin terus menetes setelah berkemih
- Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
- Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Ekspresi tampak menahan nyeri
- Ada luka post operasi tertutup balutan
- Tampak lemah
- Terpasang selang irigasi, kateter, infus
3. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
4. Pengkajian fisik
a. Gangguan dalam berkemih seperti
- Sering berkemih
- Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
- Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih
- Ada darah dalam urin
- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih
b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik
c. Kaji status emosi : cemas, takut
d. Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
e. Kaji tanda vital
5. Kaji pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
- Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin
6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses
penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.
PRE OPERASI
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan
1. Manajemen Nyeri
Definisi : Sensori dan pengalaman keperawatan selama ….x 24 jam, Definisi : perubahan atau pengurangan nyeri ke tingkat kenyamanan
emosional yang tidak klien dapat: yang dapat diterima pasien
menyenangkan yang timbul dari
1. Mengontol nyeri Intervensi:
kerusakan jaringan aktual atau Definisi : tindakan seseorang - Kaji secara menyeluruh tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik,
potensial, muncul tiba-tiba atau untuk mengontrol nyeri waktu kejadian, lama, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri,
lambat dengan intensitas ringan ndikator: dan faktor-faktor pencetus
sampai berat dengan akhir yang § Mengenal faktor-faktor - Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
bisa diantisipasi atau diduga dan penyebab dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
berlangsung kurang dari 6 bulan. § Mengenal onset/waktu kejadian - Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
nyeri - Gunakan komunkasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan
Faktor yang berhubungan : § tindakan pertolongan non- nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, analgetik - Kaji latar belakang budaya klien
psikologis) § Menggunakan analgetik - Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola
§ melaporkan gejala-gejala kepada tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan,
Batasan karakteristik : tim kesehatan (dokter, perawat) tanggungjawab peran
- Laporan secara verbal atau non § nyeri terkontrol - Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri
verbal adanya nyeri kronis
- Fakta dari observasi - Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang
- Posisi untuk menghindari nyeri 2. Menunjukkan tingkat nyeri telah digunakan
- Gerakan melindungi Definisi : tingkat keparahan dari - Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
- Tingkah laku berhati-hati nyeri yang dilaporkan atau - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama
- Muka topeng ditunjukan terjadi, dan tindakan pencegahan
- Gangguan tidur (mata sayu, - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
tampak capek, sulit atau gerakan Indikator: klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan,
kacau, menyeringai) § Melaporkan nyeri penyinaran, dll)
- Terfokus pada diri sendiri § Frekuensi nyeri - Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
- Fokus menyempit (penurunan § Lamanya episode nyeri - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
persepsi waktu, kerusakan proses § Ekspresi nyeri: wajah (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-
berpikir, penurunan interaksi § Posisi melindungi tubuh dingin, massase)
dengan orang dan lingkungan) § Kegelisahan - Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
- Tingkah laku distraksi, contoh : § Perubahan Respirasirate - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien
jalan-jalan, menemui orang lain § Perubahan Heart Rate - Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
dan/atau aktivitas, aktivitas § Perubahan tekanan Darah - Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat
berulang-ulang) § Perubahan ukuran Pupil - Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
- Respon autonom (seperti § Perspirasi - Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat
diaphoresis, perubahan tekanan § Kehilangan nafsu makan tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif
darah, perubahan nafas, nadi dan - monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri
dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam 2. Pemberian Analgetik
tonus otot (mungkin dalam Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau
rentang dari lemah ke kaku) menghilangkan nyeri
- Tingkah laku ekspresif (contoh : Intervensi:
gelisah, merintih, menangis, - Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum
waspada, iritabel, nafas pengobatan
panjang/berkeluh kesah) - Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Perubahan dalam nafsu makan - Cek riwayat alergi obat
dan minum - Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika
telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
- Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-efek yang tidak
diinginkan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)
3. Manajemen lingkungan : kenyamanan
Definisi : memanipulasi lingkungan untuk kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti
pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat nyaman.
2. Cemas Setelah dilakukan asuhan . Menurunkan cemas
Definisi : Perasaan gelisah yang keperawatan selama......x24 jam Definisi : meminimalkan rasa takut, cemas, merasa dalam bahaya atau
tak jelas dari ketidaknyamanan pasien menunjukan dapat : ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak diketahui
atau ketakutan yang disertai 1. Mengontrol cemas: Intervernsi:
respon autonom (sumner tidak Definisi : Tindakan seseorang- Tenangkan pasien
spesifik atau tidak diketahui oleh untuk mengurangi perasaan- Jelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada pasien dan perasaan yang
individu); perasaan keprihatinan tertekan/terbebani dan mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
disebabkan dari antisipasi terhadap ketegangan dari sumber yang- Berusaha memahami keadaan pasien
bahaya. Sinyal ini merupakan tidak dapat diidentifikasi - Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan
peringatan adanya ancaman yang Indikator : - Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan
akan datang dan memungkinkan- Monitor intensitas cemas meningkatkan kenyamanan
individu untuk mengambil langkah- Meghilangkan penyebab cemas - Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
untuk menyetujui terhadap- Menurunkan stimulus- Kaji tingkat kecemasan
tindakan. lingkungan ketika cemas - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Mencari informasi untuk- Ciptakan hubungan saling percaya
Faktor yang berhubungan : menurunkan cemas - Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan
terpapar racun, konflik yang tidak - Gunakan strategi koping efektif kecemasan
disadari tentang nilai-nilai - Melaporkan kepada perawat- Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas
utama/tujuan hidup, berhubungan penurunan lama cemas - Ajarkan pasien teknik relaksasi
dengan keturunan/herediter, - Menggunakan teknik relaksasi- Berikan obat obat yang mengurangi cemas
kebutuhan tidak terpenuhi, untuk menurunkan cemas
transmisi iterpersonal, krisis - Mempertrahankan hubungan
situasional/maturasional, ancaman sosial
kematian, ancaman terhadap - Mempertahankan konsentrasi
konsep diri, stress, substans abuse, - Melaporkan kepada perawat
perubahan dalam: status peran, tidur cukup
status kesehatan, pola interaksi, - Melaporkan kepada perawat
fungsi peran, lingkungan, status bahwa cemas tidak
ekonomi. mempengatruhi keadaan fisik
Batasan karaktersistik : - Tidak adanya tingkahlaku yang
Perilaku menunjukan cemas
- Produktivitas berkurang
- Scanning dan kewaspadaan 2. Koping yang baik
- Kontak mata yang buruk Definisi : Tindakan untuk
- Gelisah mengelola stressor yang
- Pandangan sekilas menggunakan sumber individu
- Pergerakan yang tidak Indikator :
berhubungan, (misal : berjalan - Mengenal koping efektif
dengan menyeret kaki, - Mengenal koping tak efektif
pergelangan tangan/lengan - Memverbalkan kemampuan
- Menunjukkan perhatian kontrol
seharusnya dalam kejadian hidup - Melaporkan menurunnya stress
- Insomnia - Memverbalkan penerimaan
- Resah terhadap situasi
Affektive - Mencari informasi yang
- Penyesalan berkaitan dengan penyakit dan
- Irritable pengobatannya
- Kesedihan yang mendalam - Modifikasi gaya hidup sesuai
- Ketakutan kebutuhan
- Gelisah, gugup - Beradaptasi dengan perubahan
- Mudah tersinggung perkembangan
- Rasa nyeri hebat dan menetap - Menggunakan support sosial
- Ketidakberdayaan meningkat yang memungkinkan
- Membingungkan - Mengerjakan sesuatu yang
- Ketidaktentuan menurunkan stress
- Peningkatan kewaspadaan - Mengenal strategi koping
- Fokus pada diri multipel
- Perasaan tidak adekuat - Menggunakan strategi koping
- Ketakutan efektif
- Distress - Menghindari situasi penuh
- Kekhawatiran, prihatin stress
- Cemas - Memverbalkan kebutuhan akan
Fisiologis : bantuan
- Suara gemetar - Mencari pertolongan
- Gemetar, tangan tremor professional yang sesuai
- Goyah - Melaporkan menurunnya
- Respirasi meningkat (simpatis) keluhan fisik
- Keinginan kencing - Melaporkan menurunnya
(parasimpatis) perasaan negatif
- Nadi meningkat (simpatis) - Melaporkan kenyamanan
- Berkeringat banyak psikologis yang meningkat
- Wajah tegang
- Anorexia (simpatis)
- Jantung berdetak kuat (simpatis)
- Diare (parasimpatis)
- Keragu-raguan dalam berkemih
(parasimpatis)
- Kelelahan (Simpatis)
- Mulut kering (simpatis)
- Kelemahan (simpatis)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama …. X 24 Definisi : membantu dengan atau menyediakan masukan diet
Definisi : Intake nutrisi tidak jam klien dapat menunjukkan seimbang dari makanan dan cairan
cukup untuk keperluan 1. status nutrisi yang baik, Intervensi :
metabolisme tubuh Definisi : Nutrisi cukup untuk - Catat jika klien memiliki alergi makanan
Batasan karakteristik : memenuhi kebutuhan - Catat makanan kesukaan klien
- Berat badan 20 % di bawah metabolisme tubuh - Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrien yang dibutuhkan
ideal Indikator : - Dorong asupan kalori sesuai tipe tubuh dan gaya hidup
- Dilaporkan adanya intake - Masukan nutrisi - Dorong asupan zat besi
makanan yang kurang dari RDA - Masukan makanan dan cairan- Tawarkan makanan ringan
(Recomended Daily Allowance) - Tingkat energi cukup - Berikan gula tambahan k/p
- Membran mukosa dan - Berat badan stabil - Tawarkan bumbu sebagai pengganti garam
konjungtiva pucat - Nilai laboratorium - Berikan makanan tinggi kalori, protein dan minuman yang mudah
- Kelemahan otot yang dikonsumsi
digunakan untuk - Berikan pilihan makanan
menelan/mengunyah - Sesuaikan diet dengan gaya hidup klien
- Luka, peradangan pada rongga - Ajarkan klien cara membuat catatan makanan
mulut - Monitor asupan nutrisi dan kalori
- Mudah merasa kenyang, sesaat - Timbang berat badan secara teratur
setelah mengunyah makanan - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
- Dilaporkan atau fakta adanya memenuhinya
kekurangan makanan - Ajarkan teknik penyiapan dan penyimpanan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan - Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan 2. Monitor nutrisi
untuk mengunyah makanan Definisi : mengumpulkan dan menganalisa data dari pasien untuk
- Miskonsepsi mencegahatau meminimalkan malnutrisi.
- Kehilangan BB dengan Intervensi :
makanan cukup - BB klien dalam interval spesifik
- Keengganan untuk makan - Monitor adanya penurunan BB
- Kram pada abdomen - Monitor tipe dan jumlah nutrisi untuk aktivitas biasa
- Tonus otot jelek - Monitor respon emosi klien saat berada dalam situasi yang
- Nyeri abdominal dengan atau mengharuskan makan.
tanpa patologi - Monitor interaksi anak dengan orang tua selama makan.
- Kurang berminat terhadap - Monitor lingkungan selama makan.
makanan - Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak selama jam makan.
- Pembuluh darah kapiler mulai - Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
rapuh - Monitor turgor kulit
- Diare dan atau steatorrhea - Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah.
- Kehilangan rambut yang cukup - Monitor adanya bengkak pada alat pengunyah, peningkatan
banyak (rontok) perdarahan, dll.
- Suara usus hiperaktif - Monitor mual dan muntah
- Kurangnya informasi, - Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kadar Ht.
misinformasi - Monitor kadar limfosit dan elektrolit.
- Monitor makanan kesukaan.
Faktor yang berhubungan : - Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
Ketidakmampuan pemasukan atau - Monitor kadar energi, kelelahan, kelemahan.
mencerna makanan atau - Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan pada jaringan
mengabsorpsi zat-zat gizi konjungtiva.
berhubungan dengan faktor - Monitor kalori dan intake nutrisi.
biologis, psikologis atau ekonomi. - Catat adanya edema, hiperemia, hipertropik papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna merah keunguan.
4. Perubahan Pola eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji haluaran urine dan system kateter/drainase, khususnya selama
keperawatan selama 5-7 hari irigasi kandung kemih
pasien tidak mengalami 2. Bantu pasien memilih posisi normal untuk berkemih (berdiri,
inkontinensia berjalan ke kamar mandi) dengan frekuensi sering setelah kateter
Kriteria = dilepas
- pasien dapat buang air kecil 3. Perhatikan waktu, jumlah urine, ukuran aliran setelah kateter
teratur dilepas.
- bebas dari distensi kandung 4. Beri tindakan asupan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada
kemih kontraindikasi
5. Beri latihan perineal (Kegel traning) 15-20 kali/jam selam 2-3
minggu anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya
6. Pertahankan irigasi kandung kemih secara kontinou sesuai indikasi
pada periode pascaoperasi dini.
POST OPERASI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan
1. Manajemen Nyeri
keperawatan selama ….x 24 jam, Definisi : perubahan atau pengurangan nyeri ke tingkat kenyamanan
Definisi : Sensori dan klien dapat: yang dapat diterima pasien
pengalaman emosional yang
1. Mengontol nyeri Intervensi:
tidak menyenangkan yang Definisi : tindakan seseorang untuk - Kaji secara menyeluruh tentang nyeri, meliputi: lokasi,
timbul dari kerusakan mengontrol nyeri karakteristik,waktu kejadian, lama, frekuensi, kualitas,
jaringan aktual atau ndikator: intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
potensial, muncul tiba-tiba § Mengenal faktor-faktor penyebab - Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan,
atau lambat dengan § Mengenal onset/waktu kejadian nyeri khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
intensitas ringan sampai § tindakan pertolongan non-analgetik - Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
berat dengan akhir yang bisa § Menggunakan analgetik - Gunakan komunkasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan
diantisipasi atau diduga dan § melaporkan gejala-gejala kepada tim nyeri
berlangsung kurang dari 6 kesehatan (dokter, perawat) - Kaji latar belakang budaya klien
bulan. § nyeri terkontrol - Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola
tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan, pekerjaan,
Batasan karakteristik : 2. Menunjukkan tingkat nyeri tanggungjawab peran
- Laporan secara verbal atau Definisi : tingkat keparahan dari nyeri - Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri
non verbal adanya nyeri yang dilaporkan atau ditunjukan kronis
- Fakta dari observasi - Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang
- Posisi untuk menghindari Indikator: telah digunakan
nyeri § Melaporkan nyeri - Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
- Gerakan melindungi § Frekuensi nyeri - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama
- Tingkah laku berhati-hati § Lamanya episode nyeri terjadi, dan tindakan pencegahan
- Muka topeng § Ekspresi nyeri: wajah - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
- Gangguan tidur (mata sayu, § Posisi melindungi tubuh klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan,
tampak capek, sulit atau § Kegelisahan penyinaran, dll)
gerakan kacau, menyeringai) § Perubahan Respirasirate - Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
- Terfokus pada diri sendiri § Perubahan Heart Rate - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
- Fokus menyempit § Perubahan tekanan Darah - (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi
(penurunan persepsi waktu, § Perubahan ukuran Pupil panas-dingin, massase)
kerusakan proses berpikir, § Perspirasi - Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah
penurunan interaksi dengan § Kehilangan nafsu makan digunakan
orang dan lingkungan) - Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
- Tingkah laku distraksi, - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama
contoh : jalan-jalan, terjadi, dan tindakan pencegahan
menemui orang lain dan/atau - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
aktivitas, aktivitas berulang- klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan,
ulang) penyinaran, dll)
- Respon autonom (seperti - Anjurkan klien untuk memonitor sendiri nyeri
diaphoresis, perubahan - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
tekanan darah, perubahan - (ex: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi
nafas, nadi dan dilatasi panas-dingin, massase)
pupil) - Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
- Perubahan autonomic - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon klien
dalam tonus otot (mungkin - Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
dalam rentang dari lemah ke - Anjurkan klien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara
kaku) tepat
- Tingkah laku ekspresif - Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
(contoh : gelisah, merintih, - Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat
menangis, tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif
- monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri
2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum
pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan klien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika
telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah pemberian analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
- Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-efek yang tidak
diinginkan
- Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)
Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia
Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta
McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia
Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, Philadelphia, USA.
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta