penambahan secra cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang
konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B yang
konsentrasinya tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksiantara keduanya
scera kuantitatif. Selesai reaksi yaitu pada titik akhir, ditandai dengan semacam
perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran yang bereaksi. Titik akhir dapat
dideteksi dalam campuran reakasi yang tdak berwarna dengan menambahkan zat
aynag disebut indicator, yang mengbah warna pada titik akhir. Pada titimakhir
jumlah zatkima A telah ditambahkan secar unik berkaitan dngan bahan kimia B
yang tidak diketahui yang semula ada, berdasarkan persaamaan reaksi titrasi.
Titrasi memungkinkan kimiawan menetukan jumlah zat yang ada dalam sampel.
Dala air murni terdapat sedikit ion hydrogen h+ dan ion hidroksida OH- yang
jumlahnya sama. Menutrut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilaarutkan dalam
air akan menambah jumlah ion hydrogen yang sudah ada dalam air murni, gas
hydrogen klorida bereaksi dengan air menghasilkan asam klorida
HCl H= Cl-
Basa adalah zat yang apabila dilatrutkan akan emnambah jumlah ion hidroksida
dyang sudah ada dalam air murni. Natrium hidroksida banyak larut dalam air
berdasrkan persamaan
NaOH na+ + OH-
Dalam kebanyakan reaksi asam basa, tidak ada perubahan warna yang tajam pada
titik akhirnya. Dalam hal ini, perlu ditambahkan sedikit indicator, yaitu zat warna
yang beruabh warna bila reaksi selesai. Fenolftalein adalah salah satu indicator
yang mengbah warna menjadi merah kuda bila larutan berubah dari asam ke basa.
Konsentrasi asam asetat dalam larutan berair dapat ditentukan dengan
menambahkan beberapa tetes larutan fenolftalein dan menitrasinya dengan larutan
natrium hidroksida yang konsentrasnya diketahui secar acermat. Jika warna merah
muda tampak permanen, ceret buret ditutup. Pada titik ini reaksinya dalah
CH3COOH + OH- CH3COO- + H2O
(oxtoby dkk, 2008).
Titik akhir titrasi dapat ditentukan melalui perubahn warna suatu indicator.
Indicator yang digunakan pada titrasi PH adalah asam lemah atau basa lemah itu
sendiri., yang mengubah warna bergantung pada terion tau tidaknya senyawa ini.
Indicator terbaik mengubah warna secara tajam pada PH yang diberikan dan
tersedia tabel indicator serta kisaan Phnya. Pemilihan indicator untuk titrasi dapat
dilakukan dengan memperkirakan PH pada titik akhir titrasi. Ini dapat dilakukan
secra akurat dengan membuat perhitungan lengkap proporsi masing masing
komponen pada akhir titrasi (Cairns, 2009)
Titrasi adalah suatu metode untuk menetukan konsentrasi zat didalam larutan.
Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang
sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi
tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara. Dalam titrasi asam
basa, zat zta yang bereaksi umumnya tidak berwarna sehingga kita tidak tau kapan
titik stoikiometri tercapai. Untuk menandai bahwatitik setraa pada titrasi telah
dicapai digunakan indicator tau penunnjuk, indicator ini harus berubah warna
pada saat titk secra tepat.Indikator asam basa adalah penunjuk tentang perubahna
PH dari suatu larutan asam atau basa. Indicator bekerja berdasarkan perubahan
warna indicator pada rentan PH tertentu.
Dalam melakukan titrasi larutan yang dititrasi disebut titrat dimasukkan kedalam
labu erlenmeyeer sedangkan larutan penetrasi disebut titran dimasukkan kedalam
buret. Titran ditunagkan dari buret tetes demi tetes kedalam larutan titrat sampai
titik stoikiometri tercapai.(sunarya & agus, 2007)
Konsep asam basa merupakan konsep yang mendasari materi titrimetri, apabila
kita belum memaham tentang konsep asam basa maka kita sulit untuk memahami
tirasi asam basa. Representasi makroskopik dalam materi titrasi asam basa
diperoleh dari aktivitas eksperimen dengan mengamati gejala makroskopik dari
hasil percobaan yaitu terjadinya perubahan warna dari indicator kemudian
fenomena makriskopik yang ditimbulkan tersebut direpresentasikan secara
simbolik dengan menggunakna persamaan reaksi dan menentukan PH larutan
menggunakan persamaan mateatika. (indrayani, 2012)