Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

1. PENGERTIAN

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan


pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada
juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai
keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer
yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bennete, 2013).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen
sampai ke bronkus (Riyadi sujono & Sukarmin,2009)

2. ETIOLOGI
Bronchopneumonia dapat disebabkan oleh :
a. Bakteri misalnya Staphylococcus dan Streptococcus.
b. Virus misalnya Virus influenza.
c. Jamur seperti Candida albicans.
d. Aspirasi karena makanan atau benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopneumonia adalah penyakit
menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena KKP (Kurang Kalori
Protein). Faktor pencetus timbulnya penyakit ini antara lain karena udara dan cuaca
yang buruk, anka-anak suka makan makanan yang kurang bersih.

3. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya bronchopneumonia yaitu masuknya mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) ke traktus respiratorius yang menginfeksi saluran napas atas.
Karena daya tahan tubuh lemah maka infeksi menyebar ke paru-paru sampai ke
bronchioli dan menimbulkan gejala ringan: batuk, pilek, panas, malaise. Bila
infeksi bertambah kuat, terjadi infiltrasi yaitu masuknya mukus paru-paru yang
menyebabkan sumbatan dan konsolidasi yaitu penimbunan mukus paru-paru yang
menyebabkan gangguan ventilasi, gangguan difusi dan gangguan perfusi yang
menyebabkan hipoksemia yang ditandai dengan gejala bertambah berat dengan
pernapasan cuping hidung, pernapasan cepat, sianosis, kadang-kadang konstipasi
atau diare, muntah dan distensi abdomen. Jika hal ini tidak ditanggulangi terjadi
kondisi yang lebih buruk yaitu kegagalan pernapasan.
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam
saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah
( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi
peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam
pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit
dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret
akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.

4. PATHWAY
5. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini
umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40º C disertai menggigil, napas
sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru
saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai
dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia dan kesulitan menelan.
A. Pnemonia bakteri
Gejala :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
 Berlanjut sampai:
- Demam
- Malaise (tidak nyaman)
- Nafas cepat dan dangkal.
- Ekspirasi berbunyi.
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lebar
B. Pnemonia Virus
Gejala awal
- Batuk
- Rhinitis
 Berkembang sampai
- Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan
lesu.
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah.
C. Pneumonia mikroplasma
- Demam
- Sakit kepala
- Menggigil
- Anoreksia
 Berkembang sampai
- Rhinitis alergi
- Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
- Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya,
tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
b. Secara laboratorik ditemukan
- Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
- Laju endap darah meningkat 100mm
- ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
- GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi CO2
- Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan
karena peningkatan suhu tubuh.
c. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus.
d. Rontgen untuk melihat infiltrasi atau daerah konsolidasi yang kadang disertai
efusi pleura, kultur nasofaring, tenggorokan dan darah yang mengisolasi
organisme.
e. Jika penyebabya bakteri maka, dijumpai leukositosis (18000 –
30000), kultur nasofaring darah yang positif.
f. Urine counter Curren Immuno Electrophoresis (CIE) untuk
mendeteksi antigen bakterikhusus.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penicillin 50.000 u/kg BB/ hari ditambah dengan
Klorampenikol 50-70 mg/ kg BB/ hari atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektru luar seperti Ampicillin. Pengobatan ini diteruskan sampai
batas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya
diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 : 1
ditambah larutan KCl 10 mEq/ 500 ml/ batas infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh pada keadaan
asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan
koreksi dengan analisis gas darah arteri.

7. PENATALAKSANAAN
Keperawatan :
Simptomatis
a. Kompres dengan air hangat ketika terjadi peningkatan suhu
b. Beri posisi nyaman untuk melancarkan pernafasan
c. Asupan nutrisi yang adekuat ketika terjadi gejala anoreksia
Medis :
a. Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya diperlukan campuran glukosa
5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/
500 ml/ batas infus.
b. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X
500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari. Obat-obatan ini meringankan
dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
c. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin)
dan interperon inducer seperti polinosimle,poliudikocid pengobatan simtomatik.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Identitas
2) Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping
hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan
diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak
asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak
cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

3) Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan
dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi
redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua
yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan
dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami
alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau
malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit
kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.

4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.


Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m dengan pergeseran
ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk
preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi
cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk
dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
 Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
 Luas daerah paru yang terkena.
 Evaluasi pengobatan
 Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau
beberapa lobur.
 Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Respon inflamasi Bersihan nafas
- Orang tua pasien ↓ tidak efektif
mengatakan bahwa Pembentukan edima
anaknya sesak nafas ↓
DO: Peningkatan produksi sputum
- Pasien sesekali dispnea ↓
- Pernafasan cepat dan Kurangnya suplay O2
dangkal ↓
- Pernafasan Cuping Bersihan jalan nafas tidak
Hidung efektif
- Ronki
- Batuk Produktif
- Takikardi
2 DS: Respon inflamasi Kurangnya
- Orang tua pasien ↓ volume cairan
mengatakan bahwa Demam, berkeringat banyak,
anaknya muntah saat muntah
makan ↓
Kehilangan cairan
DO: ↓
- Suhu badan meningkat Intake kurang
- Sianosis ↓
- Bibir kering Kurangnya volume cairan
- Takikardi
- Muntah
- Konjungtiva anemis
3 DS: Rangsangan berupa peningkatan Gangguan pola
- Orang tua pasien frekuensi nafas dan batuk tidur
mengatakan bahwa produktif
anaknya sulit tidur ↓
DO: Merangsang susunan saraf
- Sesak nafas ↓
- Batuk Mengaktifkan kerja organ
- Tampak gelisah ↓
- Sulit tidur REM menurun
- Konjugtiva anemis ↓
- Gelisah Pasien terjaga
- Sering menagis ↓
Gangguan pola tidur
4 DS: Kurangnya informasi Ansietas orang
- Orang tua pasien ↓ tua
mengatakan tidak Kurangnya pengetahuan
mengerti dengan prose ↓
penyakit anaknya Ansietas orang tua
DO:
- Anak sesak nafas
- Anak tampak gelisah
- Anak tampak lemah
- Gerakan bola mata tegang
- Orang tua bertanya-tanya
tentang proses penyakit
anaknya
5 DS: Kurangnya informasi Kurangnya
- Orang tua pasien ↓ pengetahuan
mengatakan belum tahu Kurangnya pengetahuan tentang orang tua
cara perawatan anaknya cara perawatan anak tentang
DO: perawatan
- Orang tua bertanya-tanya anaknya
tentang cara perawatan
anaknya
6 DS: Gangguan pemenuhan nutrisi Anoreksia/
- Ibu klien mengatakan tubuh tidak nafsu
anaknya tidak mau makan
makan sejak satu hari
yang lalu
DO :
- Klien tidak mau makan
saat diberikan makanan
bubur dari RS
- Klien hanya mau minum
ASI

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun,
BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-
hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen

3. INTERVENSI
Diagnosa 1
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan
jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada bunyi nafas
tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak
ada pernafasan cuping hidung
INTERVENSI RASIONAL
Observasi TTV terutama respiratory rate Member informasi tentang pola pernafasan
pasien, tekanan darah, nadi, suhu pasien.

Crekcels, ronkhi dan mengi dapat terdengar


Auskultasi area dada atau paru, catat hasil
saat inspirasi dan ekspirasi pada tempat
pemeriksaan
konsolidasi sputum

Memudahkan bersihan jalan nafas dan


Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam
ekspansi maksimum paru

Lakukan suction sesuai indikasi Mengeluarkan sputum pada pasien tidak


sadar atau tidak mampu batuk efektif

Meningkatkan ekspansi paru


Memberi posisi semifowler atau supinasi dengan
elevasi kepala Air hangat dapat memudahkan pengeluaran
secret
Anjurkan pasien minum air hangat
Kolaborasi : Memudahkan pengenceran dan pembuangan
Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan
secret
fisioterapi nafas lainnya.
Proses medikamentosa dan membantu
Berikan obat sesuai indikasi, seperti mukolitik,
mengurangi bronkospasme
ekspektoran, bronkodilator, analgesic
Mengurangi distress respirasi
Berikan O2 lembab sesuai indikasi

Diagnosa 2
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien tidak terganggu
dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2 = 35 – 45 mmHg,
pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman, kemudahan- Memberi informasi tentang pernapasan pasien.
bernapas pasien.

Observasi warna kulit, membran mukosa


- Kebiruan menunjukkan sianosis.
bibir.
Berikan lingkungan sejuk, nyaman,
ventilasi cukup. - Untuk membuat pasien lebih nyaman.

Tinggikan kepala, anjurkan napas dalam


dan batuk efektif.
- Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran sekret.
Pertahankan istirahat tidur.

Kolaborasikan pemberian oksigen dan- Mencegah terlalu letih.


pemeriksaan lab (GDA)

- Mengevaluasi proses penyakit dan mengurangi


distres respirasi.

Diagnosa 3
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan suhu pasien
turun atau normal (36,5 – 37,5C) dengan KH: pasien tidak gelisah, pasien tidak menggigil,
akral teraba hangat, warna kulit tidak ada kemerahan.
Intervensi Rasional
Kaji suhu tubuh pasien - Data untuk menentukan intervensi

Pertahankan lingkungan tetap sejuk - Menurunkan suhu tubuh secara radiasi

Berikan kompres hangat basah pada


- Menurunkan suhu tubuh secara konduksi
ketiak, lipatan paha, kening (untuk
sugesti)

Anjurkan pasien untuk banyak minum


- Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga
diimbangi dengan intake cairan yang banyak

Anjurkan mengenakan pakaian yang


- Pakaian yang tipis mengurangi penguapan cairan
minimal atau tipis
tubuh
Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Antipiretik efektif untuk menurunkan demam

- Mengobati organisme penyebab


Berikan antimikroba jika disarankan
Diagnosa 4
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien meningkat, BB pasien ideal, mual
muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas
Intervensi Rasional
Kaji penyebab mual muntah pasien Untuk menentukan intervensi selanjutnya

Berikan perawatan mulut Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

Sputum dapat menyebabkan bau mulut yang


Bantu pasien membuang atau
nantinya dapat menurunkan nafsu makan
mengeluarkan sputum sesering mungkin

Anjurkan untuk menyajikan makanan Membantu meningkatkan nafsu makan


dalam keadaan hangat
Meningkatkan intake makanan
Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering

Kolaborasikan untuk memilih makanan


Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai dengan keadaan
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
pasien
selama sakit

Diagnosa 5:
Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan toleransi
pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan
sehari – hari sesuai kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu mempraktekkan teknik,
penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/
menit)
Intervensi Rasional
Evaluasi tingkat kelemahan dan toleransi - Sebagai informsdi dalam menentukan intervensi
pasien dalam melakukan kegiatan selanjutnya

Berikan lingkungan yang tenang dan Menghemat energy untuk aktifitas dan
periode istirahat tanpa ganguan penyembuhan
Bantu pasien dalam melakukan aktifitas - Oksigen yang meningkat akibat aktifitas
sesuai dengan kebutuhannya
kolaborasi :
Berikan oksigen tambahan
- Mengadekuatkan persediaan oksigen

Diagnosa 6
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan volume
cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit
baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien tidak muntah.
Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/
menit)
Intervensi Rasioanl
- Observasi TTV @ 2- 4 jam, kaji turgor- Peningkatan suhu menunjukkan peningkatan
kulit. metabolic

- Pantau intake dan output cairan - Mengidentifikasi kekurangan volume cairan

- Anjurkan pasien minum air yang banyak - Menurunkan resiko dehidrasi

Kolaborasi :
- Berikan terapi intravena seperti infuse- Melengkapi kebutuhan cairan pasien
sesuai indikasi

- Pasang NGT sesuai indikasi untuk- Membantu memenuhi cairan bila tidak bias
pemasukan cairan dilakukan secara oral

Diagnosa 7
Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku
hidup sehat
Intervensi Rasioanl
Kaji suhu badan 8 jam Mendeteksi adanya tanda dari infeksi

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik Mempermudah untuk penanganan jika infeksi
dan lokal terjadi
Inspeksi kulit dan membran mukosa Panas, kemerahan merupakan tanda dari infeksi
terhadap kemerahan, panas
Dengan melibatkan keluarga tanda infeksi lebih
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
cepat diketahui
gejala infeksi
Antibiotik efektif untuk mencegah penyebaran
Kolaborasi
bakteri
Berikan terapi antibiotik
9. WOC Bakteri, virus dan jamur penyebab bronchopneumonia, aspirasi
karena makanan atau benda asing.

Menginfeksi saluran nafas atas.

Daya tahan tubuh lemah.

Potensial komplikasi
Infeksi menyebar ke paru-paru sampai ke bronkheoli infeksi

Infiltrasi (masuknya mukus ke paru)

Penyumbatan & penimbunan mukus di paru

Hipoksemia

Pernafasan cuping hidung. Muntah. Mual/ muntah. Orang tua pasien bertanya-tanya
Pernafasan cepat. Diare. Nafsu makan menurun. tentang penyakit anaknya.
Batuk, pilek. Demam.
Berkeringat.
Bibir kering. Gangguan pemenuhan
Kelelahan. Kurang pengetahuan
Ketidakefektipan nutrisi kurang dari orang tua
bersihan jalan
Resiko nafas.
kekurangan kebutuhan tubuh
volume cairan
Intoleransi
aktivitas
Komplikasi

Gagal nafas.
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, John Nicholas. 2013. http://emedicine.medscape.com/article/967822-


overview.
Hidayat, A.Aziz Alimul.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika
Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan-Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:
EGC
Riyadi, Sujono dan sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Smeltzer SC, Bare B.G. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1. Jakarta:
EGC.
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CP Agung Seta.
Staf pengajar FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah 3. Jakarta :
Imfomedika.
Dongoes, Marilynn,E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai