Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

TUGAS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Statistika Inferensial

Oleh
IPAN SEPTIAWAN
142151037
Kelas 2014 B

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLING
Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara
skematis, macam – macam teknik sampling ditunjukkan pada gambar 1

Teknik Sampling

Probability Non-Probability
Sampling Sampling

Simple Stratified Cluster Accidental Snow Ball Purposive


Sistematik Quota
Random Random Random Random Random Random
Random Sampling
Sampling Sampling Sampling Sampling Sampling Sampling

Gambar 1. Teknik Sampling

1. Probability Random Sampling


Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik ini meliputi Simple Random Sampling, Systematic Random
Sampling, Stratified Random Sampling, dan Cluster Random Sampling.
a. Simpel Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian,
memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.
Pada sampling acak sederhana dapat dicari melalui formula:
𝑛𝑜 𝑍𝛼/2 𝑆 2
𝑛= 𝑛 −1 dimana 𝑛𝑜 = [ ]
1+ 𝑜 𝛿
𝑁

𝑍𝛼/2 = Konstanta (bilangan) yang diperoleh dari tabel norma baku


𝛿 = Bound of error yang bisa ditolelir / dikehendaki
𝑆 = Simpangan baku populasi
𝑛𝑜 = sampel asumsi
𝑛 = ukuran sampel yang dicari
Contoh :
Populasi adalah siswa SD Negeri 5 Bandung yang berjumlah 500 orang. Jumlah
tabel ditentukan dengan tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah
sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebersar 205. Jumlah sampel 205
ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia, dan jenis
kelamin.

b. Systematic Random Sampling


Systematic Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Jika jumlah populasi sangat
banyak dan homogeny maka jumlah sampel yang diambil juga banyak. Metode
pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu antar
sampel yang terpilih.
Rumus yang bisa digunakan yaitu
𝑁
𝐾= 𝑛

𝑁 = populasi
𝑛 = sampel
Contoh :
Misalnya jika kita memiliki populasi disebuah Madrasah Aliyah sebanyak 100
orang. Siswa kelas 1 = 25, kelas 2 = 60, kelas 3 = 15. Sedangkan besar anggota
sampel = 80. Sehingga besar masing – masing sampel untuk A, B, Cdapat
dihitung dengan berikut:
Untuk A = (25/100) x 80 =20 orang
Untuk B = (60/100) x 80 = 48 orang
Untuk C = (15/100) x 80 = 12 orang
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.

c. Stratified Random Sampling


Stratified Sampling itu jika kondisi populasi mengandung sejumlah kategori
yang berbeda maka kerangka sampel dapat diorganisasikan dengan
menggunakan kategori ini kedalam strata yang terpisah. Sampel kemudian
dipilih masing – masing stratum secara terpisah untuk membuat stratum
berstrata. Teknik ini terdiri dari dua jenis yaitu Proportionate Stratified Random
Sampling dan Disproportionate Stratified Random Sampling.
a) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
Contoh :
Misalnya suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar
belakang pendidikan., maka populasi pegawai iotu berstrata. Populasi
berjumlah 100 orang yang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan SMA,
15 orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel
yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara
proporsional.
b) Disproportionate Stratified Random Sampling.
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
Contoh:
Misalnya populasi karyawan PT. Sam Jaya berjumlah 1000 orang yang
berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, D#, S1, dan S2.
Namun jumlahnya sangat tidak seimbang:
SMP = 100 orang
SMA = 700 orang
D3 = 180 orang
S1 = 10 orang
S2 = 10 orang
d. Cluster Random Sampling.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik sampling daerah ini sering
digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah
dan tahap berikutnya menentukan orang – orang yang ada pada daerah itu secara
samplingnya juga.
Rumus yang digunakan adalah seperti berikut
𝑛𝑜 𝑍𝛼/2 𝑆 2
𝑛= ̅ 2 +𝑛𝑜
dimana 𝑛𝑜 = [ ]
𝑀 𝛿
𝑁

̅
𝑀 = rata – rata banyaknya satuan sampling sekunder
𝑍𝛼/2 = Konstanta (bilangan) yang diperoleh dari tabel norma baku
𝛿 = Bound of error yang bisa ditolelir / dikehendaki
𝑆 = Simpangan baku populasi
𝑛 = banyaknya cluster yang harus diambil secara simple random sampling
Contoh:
Kepala dinas pendidikan Kabupaten Tasikmalaya ingin mengetahui bagaimana
sikap guru SMP terhadap kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) besar
sampel adalah 300 orangkemudian ditentukan Cluster misal jumlah sekolah
SMP sebanyak 66 sekolah dengan rata – rata jumlah guru 50 orang. Maka jumlah
cluster yang diambil adalah 300/50 = 6. Kemudian dipilih secara acak 6 sekolah
dan dari 6 sekolah ini dipilih secara acak 50 guru sebagai anggota sampel.
2. Non-Probability Sampling
Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, Accidental Random Sampling, Snow
Ball Random Sampling, Purposive Random Sampling dan Quota Sampling.
a. Accidental Random Sampling
Accidental Random Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan / insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Contoh:
Reporter televise mewawancarai warga yang kebetulan sedang lewat.
b. Snow Ball Random Sampling
Snow Ball Random Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula – mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama – lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel pertama – tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Contoh:
Akan diteliti pendapat para ahli penyakit dalam senior Indonesia terhadap
pengobatan penyakit dalam menggunakan tenaga dalam, maka pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan snowball sampling. Pertimbangan tersebut
dikaitkan dengan kenyataan bahwa populasi yang berupa ahli penyakit dalam
senior di Indonesia sangat spesifik, jumlahnya sedikit dengan lokasi yang
tersebar dank arena profesi yang sama maka kemungkinan besar mereka saling
mengenal satu dengan yang lain. Pertama, dicari seorang ahli penyakit dalam
senior. Selanjutnya dari satu orang ini diminta menunjukan beberapa ahli lain
yang dapat diwawancarai, demikian seterusnya sehingga diperoleh sejumlah
responden yang diperlukan.
c. Purposive Random Sampling
Purposive Random Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Penarikan sampel yang dilakukan ini memiliki subjek
berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti
d. Quota Sampling
Quota Sampling adalah teknik untuk menentuklan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri – ciri tertentu samapi jurnal (kuota) yang diinginkan.
Contoh:
Akan melakukan penelitian tentang terhadap masyarakat terhadap pelayanan
masyarakat dalam urusan ijin mendirikan bangunan. Jumlah sampel yang
ditentukan 250 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 250
tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi
kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang
terdiri atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 50 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat
mencari data dari 500 anggota sampel.

Anda mungkin juga menyukai