Republik Indonesia, dalam proses tidak tahu menjadi tahu atau pendidikan tersebut, mahasiswa
tidak hanya melakukan kegiatan-kegiatan di dalam kelas dengan dosen dosen yang sudah menjadi
kewajiban mahasiswa untuk memenuhi bobot sks untuk memenuhi syarat kelulusan. Mahasiswa
dalam proses melaksanakan perkuliahan juga membutuhkan ruang-ruang diluar kelas yang
diwujudkan dengan bentuk kegiatan-kegiatan yang berbasis minat bakat, akademik, dan kegiatan
mahasiswa lain yang membutuhkan banyak waktu juga tempat dalam pelaksanaanya, karena dalam
setiap kegiatan tersebut diperlukan hal-hal yang bersifat teknis seperti koordinasi,pembentukan
panitia, persiapan acara ,dll. Kegiatan-kegiatan mahasiswa yang bersifat teknis tersebut sangat
terganggu akibat dari adanya larangan kegiatan mahasiswa khususnya di kampus hukum dan
ekonomi. Misalnya saja mahasiswa semester 6 di fakultas hukum yang sangat membutuhkan
ruangan untuk latihan, banyak juga rapat UKM di kampus yang belum selesai tetapi sudah harus di
berhentikan karena larangan tersebut dan terpaksa melanjutkan rapatnya di kemudian hari.
larangan terkait melakukan kegiatan-kegiatan mahasiswa pada malam hari ini tentu sangat
mencari tempat kumpul lain yang dapat memenuhi kebutuhan akan kegiatan-kegiatan mahasiswa
serta perbuatan-perbuatan lain yang melanggar norma sering disebut sebagai faktor utama
dikeluarkanya larangan tersebut, padahal apabila memang terjadi perbuatan perbuatan tersebut di
kampus tidak ada bedanya apabila perbuatan tersebut dilakukan di luar kampus yakni pihak penegak
hukum atau yang berwenang dapat memproses para pelaku perbuatan, dan para pelaku perbuatan
harus bertanggung jawab atas perbuatan yang dia lakukan tersebut. jadi alasan jam malam tersebut
seperti mengada-ada jika beralasan keamanan. Di samping itu, kita bisa membentengi diri untuk
meninggalkan kebudayaan terbelakang (mesum, mabuk-mabukan, dsb). Ketika tidak ada jam malam,
maka mahasiswa harus bisa bertanggung jawab untuk tidak melakukan perbuatan negatif.
Perjuangan kebudayaanlah yang perlu dilakukan mahasiswa. Untuk mengantisipasi juga, ada satpam
kampus yang shift malam. Dia bisa patroli untuk memastikan tidak ada hal-hal negatif (pencurian,
asusila, mabuk-mabukan,dsb). Karena untuk masalah keamanan, fakultas tetap harus bertanggung
jawab. Jika, jam malam diberlakukan maka fakultas melepas tanggung jawabnya sebagai lembaga
pendidikan. Balik lagi pada fungsi pendidikan, Unsoed sebagai salah satu lembaga pendidikan
Di samping itu, mahasiswa juga sudah dipadatkan dengan berbagai agenda akademik, seperti kuliah
yang sampai sore bahkan yang kelas pararel sampai jam 9 malam. Lalu kapan waktu buat
mengembangkan minat dan bakatnya ? Mengembangkan soft skills nya ? Hanya pada saat sore
hingga malam hari. Apakah lembaga pendidikan mengakomodir kebutuhan mahasiswa seputar soft
skillsnya ? Karena itu adalah tugas dari lembaga pendidikan untuk menampung minat dan bakat
mahasiswanya untuk mengembangkan soft skills mereka. Tidak hanya hard skills (akademik) saja
Tak hanya itu, diberlakukannya jam malam juga menjadi skema birokrat kampus untuk membatasi
mahasiswanya mengkritisi kebijakan kampus. Dari pagi sampai sore mahasiswa dipadatkan dengan
kegiatan akademik dan praktikum (di kampus eksak), lalu malam hari agenda untuk berkumpul
Maka dari itu, kebijakan jam malam apakah benar-benar berdampak baik pada mahasiswa ? Atau
justru mengekang mahasiswanya untuk bisa mengembangkan soft skills dan daya kritisnya ? Untuk
itu cermati kebijakan jam malam ini! Kembalikan hak-hak mahasiswa yang telah dikekang oleh
birokrat kampus!