Sosok pencari berita, penulis, dan pemberi informasi. Ya, itulah tugas dari seorang
wartawan, orang yang suka tantangan, orang yang suka berpetualang, orang yang tingkat
sensitivitas atau tingkat kepekaan terhadap kondisi lingkungan yang mencakup segala aspek
tinggi, serta kritis dalam menggali sumber informasi dan memiliki objektivitas yang tinggi untuk
semua tulisannya.
Mengapa wartawan dikatakan orang yang suka tantangan? Tidak semua orang
mengetahuinya, bahwa menjadi seorang wartawan merupakan hal gila yang berbahaya dan bisa
mengancam serta membahayakan diri mereka sendiri. Menjadi wartawan butuh yang namanya
Informasi yang akan diberitakan wartawan bermacam-macam, mulai dari berita tentang
perekonomian, sosial, budaya, bencana alam, politik, kriminalitas, asusila, dan segala aspek
Berkaitan dengan informasi yang sifatnya investigasi atau penyelidikan seperti kasus
kriminalitas, atau yang lebih besar lagi terorisme, para wartawan akan terjun langsung
kelapangan untuk mencari informasi. Wartawan tidak memikirkan bahaya apa yang akan
mengancam nyawanya saat bertugas, yang terpikir hanya mengungkap sebuah kebenaran.
Ersa Siregar, seorang Reporter RCTI, disandera lebih dari setengah tahun oleh tentara
GAM. Pada akhirnya, dia tewas saat terjadi pertempuaran antara TNI dan GAM pada 2003.
Metro TV dan juru kamera Budiyanto, yang disandera beberapa hari oleh teroris di Timur
Tengah. Rasa panik sangat mereka rasakan, selama beberapa hari ancaman dan todongan senjata
mengarah pada mereka. Kepanikanpun tentu dirasakan juga oleh keluarga dan sahabat-sahabat
mereka. Rasa panik yang hebat dirasakan oleh keluarga atas ancaman dan bahaya yang menimpa
Nah, itulah mengapa seorang wartawan adalah mereka yang suka tantangan. Karena, saat
melaksanakan tugas mencari berita banyak sekali ancaman dan bahaya yang mengintai, begitu
banyak risiko dan ganjaran yang akan menerjang sang wartawan dalam mencari sebuah
Saat bertugas, wartawan akan-hilir mudik berpetualang ke sana ke mari untuk mencari
topik terhangat yang akan diberitakan. Wartawan akan menghabiskan waktu untuk pergi dari satu
tempat ke tempat lain demi mendapatkan data konkret untuk sebuah permasalahan yang akan
diberitakan.
Sikap peka dan mempunyai sensitivitas tinggi terhadap kejadian yang terjadi di
lingkungan harus ada pada diri wartawan. Kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di masyarakat
yang jika dibiarkan akan meresahkan masyarakat. Wartawan harus bisa merasakan hal tersebut,
untuk meggali informasi pada publik secepat mungkin. Berperang dengan mengangkat pena
sebagai senjata, menggunakan indera penciuman khusus untuk mencium berita-berita penting,
Hal terpenting yang harus dimiliki wartawan selain yang di sebutkan diatas adalah
kepiawaian dalam menggali sumber informasi. Proses pencarian data dan informasi untuk ditulis
menjadi sebuah berita ada dua cara, pertama dengan pengamatan, kedua dengan mengumpulkan
Data yang didapat dari hasil pengamatan, melihat bagaiman realitas yang ada di
lapangan. Sementara menggali informasi dari narasumber perlu yang namanya teknik
wawancara, yaitu melontarkan beberapa pertanyaan pada narasumber untuk dimintai keterangan
Dalam proses wacancara, wartawan harus haus akan informasi, tidak boleh cepat puas
atas informasi yang diberikan narasumber. Menggali dan terus menggali informasi sebanyak-
banyaknya dengan teknik dan kepiawaian dalam melontarkan pertanyaan pada narasumber.
Sifat yang tak kalah penting dan memang harus ada bagi setiap wartawan adalah objektif.
Dalam memberitakan sebuah informasi, baik di media cetak, media cyber atau media elektronik.
Serta wartawan harus mematuhi kode etik jurnalistik yang sudah ditetapkan Dewan Pers
Nasional.
Tidak mudah menjadi seorang wartawan, di samping tugas dan tanggung jawab yang
berat, seorang wartawan adalah orang yang tak kenal waktu siang dan malam. Bahkan karena
terlalu sibuk bahkan wartawan tidak sempat untuk menghias diri, itulah mengapa wartawan
berpenampilan “urak-urakan”. Dimana ada gejolak, dimana ada kejadian di situ adanya
wartawan.
Di satu sisi, banyak orang menganggap wartawan adalah sumber masalah. Terutama
kaum figur publik, yang selalu diburu oleh para wartawan. Paulus Winarto, Penulis How to
Handle the Journalist, mengatakan bahwa wartawan di negeri ini bagaikan “hantu hidup”.
Begitulah ungkapan yang dikeluarkan Paulus dalam menggambarkan kondisi wartawan di negeri
ini.
“wartawan datang uang pun terbang”. Ungkapan demikian juga sering dilontarkan oleh
beberapa pejabat. Ketika wartawan menuliskan fakta buruk tentang pejabat tersebut, mereka
akan mendatangi wartawan dan memberikan amplop agar fakta buruk tentang mereka tidak
Begitu banyak penilaian buruk segelintir orang terhadap wartawan. Untuk kasus-kasus
tertentu wartawan sering dikambinghitamkan. Dituduh memfitnah dan kadang dituduh tidak
melakukan verifikasi ulang sebelum mempublikasikan berita. Anggapan yang demikian sangat
Di sisi lain, jika kita melihat realisasi hal yang sudah diciptakan wartawan, wartawan
mempunyai peran vital dalam membangun sistem disebuah negara.. Wartawan merupakan
penghubung dari penguasa, pemerintah, pemimpin dan sebuah lembaga ke kalangan rakyat,
Wartawan juga sering dikatakan sebagai prajurit penolong, dengan semangat dan
kegigihannya dalam mengupas kejahatan di balik kebohongan. Tak bisa dipungkiri bahwa
Sebuah contoh, dalam kasus kecelakaan. Di kesaksian, sopir yang ditahan sebagai
terdakwa dibebaskan karena tragedi tersebut dianggap sebagai kecelakaan murni yang merenggut
nyawa korban kecelakaan. Namun, berkat seorang wartawan yang dengan kepiawaiannya
mengungkap kasus dengan mengumpulkan data-data dan informasi, keadaan menjadi berbalik.
Ternyata ada unsur kesengajaan dalam kejadian tersebut. Rupanya tragedi sudah di skenariokan
untuk membunuh sang korban. Hebat, ya wartawan. Disamping menulis berita ternyata juga bisa
Udin, seorang wartawan harian Bernas dengan nama lengkap Fuad M Syafrudin. Udin
tewas pada 16 februari 1996 di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Udin meninggal setelah
Sahabat Udin yang sekaligus redaktur Bernas, Heru Prasetyo mengabarkan dalam Media
Tribun Jogja. Bahwa, malam setelah udin bertugas dia mengirim berita kepada Heru, tepat pukul
delapan malam. Karena hari sudah larut malam, berita Udin tidak bisa diterbitkan besok.
“Beritamu kuwi ora iso terbit sesuk (beritamu itu tidak bisa terbit besok)” . itulah kata-
kata yang menjadi kata komunikasi terakhir Heru dengan Udin sebelum kejadian malam itu.
Dikabarkan, berita yang ditulis Udin tersebut mengenai proyek pelebaran jalan yang tidak sesuai
Tidak ada yang tahu pasti, apa motif dibalik pembunuhan Udin. Bahkan kasus udin sering
ditutup-tutupi dan dikarang-karang apa yang menjadi motif di balik pembunuhan tersebut. Tapi
kebenaran di balik kebohongan, bahkan nyawa pun rela dipertaruhkan untuk itu. Tidak heran jika
seorang pimpinan perang yang terkenal jenius dan hebat di zamannya yaitu Napoleon Bonaparte
mengatakan “aku lebih takut kepada empat surat kabar yang terbit di Paris daripada seratus