Anda di halaman 1dari 34

Proposal Penelitian

EVALUASI PROGRAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN GRATIS DI DINAS


KABUPATEN GORONTALO UTARA (GORUT)

OLEH

SIRAJUDIN DJIUWA
Nim: 131 410 065

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional

karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara, maka diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap kemajuan dibidang-bidang lain. Hal ini menjadikan pendidikan

sebagai salah satu bentuk investasi modal manusia (human investmen) yang nantinya akan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pada akhirnya bisa membawa bangsa

pada cita-cita sebagaimana yang telah diamanatkan dalam undang-undang dasar 1945 dalam

alenia ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan

kualitas sumber daya manusia, mengembangkan manusia serta masyarakat Indonesia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta

kepribadian yang mantap dan mandiri. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan dan

mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, wawasan keunggulan,

kesetiakawanan sosial, dan kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para

pahlawan serta berorientasi masa depan. Pendidikan nasional perlu ditata, dikembangkan, dan

dimantapkan secara terpadu dan serasi, baik antar berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan

maupun antara sektor pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antar daerah, dengan

menggunakan manajemen pendidikan yang makin mutakhir, efektif, dan efesien serta

mengutamakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, perluasan dan

peningkatan kualitas pendidikan kejujuran, pendidikan profesional serta meningkatkan


pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun. Masyarakat sebagai mitra pemerintah harus diberi

kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, disesuaikan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi, dan tuntutan kebutuhan serta perkembangan pembangunan.

Pada undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dalam pasal 31 ayat (1)

telah mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara

wajib menyediakan layanan pendidikan bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya

tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan Gender, upaya untuk melaksanakan

amanat tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Undang-Undang No 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan sitem

pendidikan di indonesia.

Sebagaimana dengan hal tersebut, pemerintah kabupaten gorontalo utara ikut serta dalam

menjalankan program pemerintah provinsi gorontalo yaitu program pendidikan gratis atau yang

disebut pendidikan untuk rakyat (PRODIRA). Kebijakan ini sungguh menjadi upaya pendukung

program pendidikan dan juga merupakan salah satu program unggulan pemerintah kabupaten

Gorontalo Utara guna sebagai peningkatan sumber daya manusia yang diharapkan dapat

meningkatkan ekonomi khususnya di kabupaten Gorontalo Utara.

Program pendidikan gratis tersebut secara tegas telah diamanatkan dalam sistem

perundang-undangan, sebagaimana yang telah kita tau bersama UUD 1945 Amandemen III pasal

31 ayat 2 mengatakan, “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan negara

membiayainya”. Sangat jelas undang-undang nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 menyatakan bahwa,

“setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”,
sementara dalam pasal 34 menegaskan bahwa, :pemerintah dan pemerintah daerah menjamin

terselenggranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

Sehingga dalam hal ini telah jelas bahwa pendidikan harusnya yang diutamakan dalam

pembangunan daerah.

Pemerintah kabupaten gorontalo utara telah ikut andil dalam peran pendidikan untuk

menyalurkan bantuan yang berkaitan dengan pendidikan untuk keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia, hal ini yang telah

dijalankan oleh pemerintah kabupaten gorontalo utara dalam program pendidikan gratis

merupakan dana dari pemerintah di bidang pendidikan yang di alokasikan untuk sekolah tingkat

dasar, menengah dan tingkat SMA/MA/SMK di Kabupaten Gorontalo Utara, dengan tujuan

untuk menyiapkan layanan pendidikan yang bermutu di kabupaten Gorontalo Utara.

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DIKPORA) kabupaten Gorontalo Utara sebagai

instansi yang bertanggung jawab dalam menjalankan program pendidikan gratis tersebut yang

tujuannya yaitu menyediakan layanan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah guna untuk mengembangkan potensi diri agar dapat bisa bersaing dalam

perkembangan dunia era globalisasi.

Terkait dengan hal tersebut sesuai dengan hasil yang diamati dilapangan bahwa masih

begitu banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan gratis karena hal ini

masyarakat belum begitu paham dengan program pendidikan gratis yang diselengarakan oleh

pemerintah daerah kabupaten Gorontalo Utara. Masyarakat mengetahui bahwa program

pendidikan gratis tersebut menggratiskan seluruh pembiayaan pendidikan dari tingkatan dasar

sampai pendidikan menengah atas yang berada di kabupaten Gorontalo Utara dan pada akhirnya

hal tersebut tidak demikian, hal ini disebabkan karena pemerintah menjanjikan disaat suksesi
pemilihan bupati dan wakil bupati sehingga sangat sulit jika program tersebut tidak di

aplikasikan sesuai dengan makna dari kata gratis tersebut. Selain itu juga pemerintah kabupaten

Gorontalo Utara tidak tepat waktu dalam penyaluran anggaran tersebut ke pihak-pikak sekolah

pendidikan dasar, menengah dan menengah atas, bahkan penyaluran anggaran tersebut tidk

sesuai dengan kebutuhan sekolah dan ini menjadi kendala dalam program tersebut. Maka dari itu

dengan melihat masalah tersebut pemerintah perlu mengevaluasi dan merumuskan kembali

program pendidikan gratis dalam pembiayaan pendidikan di Kabupaten Gorontalo Utara.

Kendala ini cukup signifikan dalam pelaksanaan program pembiayaan pendidikan gratis di

kabupaten Gorontalo Utara, hal ini perlu di perhatikan oleh pemerintah agar dapat

mensosialisasikan program pendidikan gratis kepada masyarakat bahwasanya pendidikan gratis

tersebut adalah tanggung jawab bersama. Kemudian juga ketidak tepatan waktu dalam

penyaluran anggaran pembiayaan yang seharusnya penyalurannya tiap 6 bulan supaya

memudahkan proses pertanggungjawaban administratif oleh setiap sekolah justru tdak demikian.

Selain itu, yang diharapkan oleh dinas terkait sekolah dapat lebih memaksimalkan anggaran

tersebut untuk operasionalisasi. Pada kegiatan observasi awal di Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Gorontalo Utara (DIKPORA-GORUT), sasaran program pembiayaan

pendidikan gratis meliputi program pendidikan usia dini, Pendidikan Dasar hingga Pendidikan

Menengah. Dalam pembiayaan tersebut juga membolehkan penggunaan dananya maksimal 15%

untuk biaya transportasi guru dan tenaga administrasi Non-PNS yang awalnya pada tahun 2012

tidak dibolehkan hal tersebut.

Hal ini kadang pengganggaran sering terlambat dilakukan karena sekolah-sekolah pun

sering terlambat dalam memasukan proposal sesuai dengan kebutuhan sekolah, sehingga

pelaksanaan dan sampai pelaporan Pertanggungjawaban pun sering terlambat hal ini terjadi
dikarenakan sekolah tidak melakukan analisa kebutuhan (needs assessment) sebelum melakukan

proses penganggaran, Kurang terbangunnya komunikasi dan kerja sama antara pihak sekolah

(pengelola pembiayaan pendidikan gratis) serta begitu banyak dari kalangan masyarakat yang

belum paham mengenai program tersebut.

B. RumusanMasalah

1. Bagaimanakah perencanaan program pembiayaan pendidkan gratis di dinas Kabupaten

Gorontalo Utara ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan program pembiayaan pendidikan gratis di dinas Kabupaten

Gorontalo Utara ?

3. Bagaimana monitoring dan evaluasi program pembiayaan pendidikan gratis di dinas

Kabupaten Gorontalo Utara ?

4. Bagaimana tindak lanjut dari program pembiayaan pendidikan gratis di dinas kabupaten

Gorontalo Utara ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memberikan informasi kepada kepada khalayak mengenai konsep dasar pembiayaan

pendidikan gratis.

2. Untuk mengetahui landasan hukum dari pembiayaan pendidikan gratis di Kabupaten

Gorontalo utara

3. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pengembangan model

pembiayaan pendidikan gratis melalui pendekatan partisipatoris.

4. Untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang tanggung jawabnya dalam pendidikan.

D. Manfaat Penulisan

1. Dari segi kebijakan : memberikan kontribusi yang positif untuk mengelola pembiayaan
pendidikan gratis yang selama ini masih diliputi berbagai masalah
2. Bagi Pemerintah Daerah : diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pengelola kebijakan
pendidikan dalam hal ini pemerintah untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan
pembiayaan pendidikan gratis.
3. Bagi Lembaga Pendidikan : sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat menerapkan model ini
dalam konteks manajemen berbasis sekolah.
4. Bagi penulis : secara pribadi, Proposal ini dapat memperluas wawasan penulis mengenai
model pembiayaan pendidikan gratis. Melalui bahasan ini, penulis dapat memberi informasi
kepada khalayak tentang pembiayaan pendidikan gratis di Kabupaten Gorontalo Utara.
5. Bagi masyarakat : dapat di jadikan sebagai pengetahuan baru dan memberi wawasan kepada
masyarakat sehingga kemudian berpartisipasi dalam pembiayaan pendidikan.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Evaluasi Program

1. Pengertian

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk

melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Dalam

kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama.

Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan (Arikunto, 1993: 297).

Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh Arikunto dan Jabar (2009: 5), evaluasi program

adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya

menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan

Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009: 5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi

untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

Menurut Wirawan (2011: 7) bahwa evaluasi di pandang sebagai riset untuk

mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek

evaluasi, menilainya dengan membandingkannya dengan indicator evaluasi dan hasilnya

dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi. Membahas evalusi berarti

mempelajari bagaimana proses pemeberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu. Gambaran

kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan.

Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan dalam arti terencana sesuai

dengan prosedur oleh prinsip serta dilakukan secara terus menerus. Suchman (dalam Arikunto

dan Jabar 2010: 1) Memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Defnisi lain

dikemukakan oleh Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar (2010: 2) mengatakan bahwa,

“evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang sangat

bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan”.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program merupakan

proses pengumpulan data atau informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan.

2. Tujuan Evaluasi Program

Subiyanto (1988: 16) menyatakan bahwa tujuan diladakanya suatu evalusi adalah untuk

mengetahui apakah suatu pengajaran atau program pengajaran efektif atau tidak. Dengan

melaksanakn evaluasi orang dapat mengetahui apakah tujuan pengajaran (khususnya tujuan

intruksional khusus) dapat tercapai atau tidak. Sejalan dengan pemikiran tersebut Arikunto dan

Abdul Jabar (2004: 12), ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan

pada masing-masing komponen. Agar dapat melaksanakan tugasnya maka seorang evaluator

program dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program. Selain itu tujan lain

dari evaluasi adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui

keterlaksanaan kegiatan program , karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari

komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya, Arikunto dan

abdul Jabar (2008: 18)

Menurut Mulyati ningsih (2011:114-115) bahwa, evaluasi program dilakukan dengan

tujuan untuk pertama: Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain.
Kedua:Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu

diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Di lihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi program

dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam

evaluasi program, pelaksana berfikir dan menentukan langkah bagaimana melaksanakan

penelitian.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga dengan

evaluasi. Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. (1)

Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan (2) tujuan khusus lebih

difokuskan pada masing-masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi

untuk melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan

program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang

berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru

sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program

bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan

(decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan

sebuah program.

Ditinjau dari bentuk-bentuk evaluasi, maka evaluasi bertujuan untuk, evaluasi formatif

untuk bertujuan untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan, sedang

evaluasi sumatif bertujuan untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi dan lanjutan. Menurut

Stufflebeam yang membagi evaluasi kepada proactive evaluation, yakni melayani pemegang

keputusan, sedangkan retroactive evaluation bertujuan untuk keperluan pertanggung jawaban.

Jadi, evaluasi hendaknya bertujuan dalam membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan


suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah

pengetahuan dan dukungan dari stakeholders. Disamping itu disebutkan beberapa tujuan

evaluasi,yaitu: 1) Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa

yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus, 2)

Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi pada penggunaan

sumber daya yang dimiliki secara efesien dan ekonomis, 3) Untuk memperoleh fakta tentang

kesulitan, hambatan, penyimpangan dilihat dari aspek-aspek tertentu.

3. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Program

Dalam melaksanakan evaluasi program harus mengacu pada prosedur yang ada. Prosedur

evaluasi pembelajaran/program adalah tahap-tahap didalam melakukan kegiatan evaluasi pada

pembelajaran. Arikunto (dalam Dimyati dan Mudjiono 2006: 227-231) membagi prosedur

evaluasi pembelajaran menjadi lima tahapan yakni:

A. Penyusunan Rancangan meliputi:

1) Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan atau rasional

penyelenggaraan evaluasi.

2) Problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang akan dicari jawabannya

baik secara umum maupun terinci.

3) Tujuan evaluasi merupakan rumusan yang sesuai dengan problematika evaluasi pembelajaran,

yakni perumusan tujuan umum dan tujuan khusus.

4)Populasi dan sample, yakni sejumlah komponen pembelajaran yang dikenai evaluasi

pembelajaran dan/atau yang dimintai informasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran.


5) Instrumen adalah semua jenis alat pengumpulan informasi yang diperlukan sesuai dengan

teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam evaluasi pembelajaran. Sumber data adalah

dokumen, kegiatan, atau orang yang dapat memberikan informasi atau data yang diperlukan.

6) Teknik analisis data, yakni cara/teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang

disesuaikan dengan bentuk problematika dan jenis data.

B. Penyusunan Instrumen meliputi:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.

2) Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrument yang

akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan.

3) Membuat butir-butir instrument evaluas yang dibuat berdasarkan kisi-kisi.

4) Menyunting instrumen evaluasi pembelajaran yang meliputi: mengurutkan butir menurut

sistematika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah pengolahan data, menuliskan

petunjuk pengisian dan indentitas serta yang lain, dan membuat pengantar pengisian instrument.

C. Pengumpulan Data meliputi:

1) Kuesioner.

2) Wawancara.

3) Pengamatan.

4) Studi Kasus.

d. Analisis Data dan Informasi

Dalam kegiatan evaluasi pemebelajaran, analisis data yang paling banyak dilaksanakan adalah

analisis deskriptif kualitatif yang ditunjang oleh data-data kuantitatif hingga menghasilkan

informasi yang berguna.

E. Penyusunan Laporan meliputi:


1) Tujuan evaluasi.

2) Problematika.

3) Lingkup dan Metodologi evaluasi pembelajaran.

4)Pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

5) Hasil evaluasi Pembelajaran.

4. Model-Model Evaluasi Program

Dalam evaluasi terdapat berbagai model evaluasi, masikipun model evaluasi berbeda tetap

semua model tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu bagaimana menilai pelaksanaan

program.

Arikunto dan Jabar (2004: 24), ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai

penemu model evaluasi program, yaitu Stufflebeam, Mettfessel, Michael Scriven, Stake dan

Glaser, yaitu:

a. Goal Oriented EvalutionModel, merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi

objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh

sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkinambungan, terus menerus, mencek

sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model ini

dikembangkan oleh Tyler.

B. Goal Free EvalutionModel, dikembangkan oleh Michael Scriven. Dalam melaksanakan

evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang

perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan

mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang

diharapkan) maupun hal-hal negatif (yaitu hal yang tidak diharapkan). Alasan mengapa tujuan
tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap

tujuan khusus.

C. Formatif-Sumatif EvalutionModel, dikembangkan oleh Michael Scriven. Ketika

melaksanakan evaluasi, evaluasi tidak dapat melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi

formatif memang berbeda dengan tujuan sumatif. Dengan demikian model ini menunjukkan

tentang apa, kapan dan tujuan evaluasi tersebut dilaksanakan.

D. Countenance EvalutionModel, dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada

adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu: deskripsi dan pertimbangan serta membedakan adanya

tiga tahap evaluasi program, yaitu: 1) anteseden, 2) transaksi, 3) keluaran.

E. CSE-UCLA EvalutionModel, terdiri dari dua singkatan, yang pertama CSE, merupakan

singkatan dari Center For The Study Of Evaluation, sedangkan UCLA merupakan singkatan

dari University Of California In Los Angeles. Ciri dari model ini adalah adanya lima tahap yang

dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, omplementasi hasil dan dampak.

F. CIPP EvalutionModel. Dikembangkan oleh Stufflebeam,dkk. Model evaluasi ini merupakn

model evaluasi yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. CIPP merupakan

sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu: 1) Context evaluation: evaluasi

terhadap konteks, 2) Input evaluation: evaluasi terhadap masukkan, 3) Process evaluation:

evaluasi terhadap proses, 4) Product evaluation: evaluasi terhadap hasil. Ke-empat kata yang

disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah

komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP model evaluasi

yang memandang program yang dievaluasi sebagai sistem.


G. Discrepancy Model, dikembangkan oleh malcolm Provus. Model ini menekankan pada

pandangan adanya ksenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan

oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen.

H. Pengertian Program Pembiayaan Pendidikan Gratis

Pendidikan gratis merupakan program unggulan pembangunan sejak tahun 2008-2013

hingga saat ini yang ada di kabupaten Gorontalo utara. Hal ini didasarkan pertimbangan antara

lain bahwa, sumber daya manusia merupakan aset yang sangat menentukan majunya suatu

daerah. Sebagai kabupaten yang baru seumur jagung di Provinsi Gorontalo sangat membutuhkan

sasaran pembangunan yang dapat mempengaruhi sector lain secara signifikan. Program

pendidikan gratis yang di mulai sejak tahun 2008, telah berperan secara signifikan dalam

percepatan pencapaian program wajar 9 tahun. Tinggal bagaimana pengelolaan dan pelaksanaan

dari pemerintah daerah saja dalam melaksanakanya dengan baik. Program ini memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang tetap, memperhatikan mutu pendidikan.

Program pendidikan yang bermutu harus menarik atau atraktif bagi peserta didik, orang

tua, masyarakat local, atau sponsor, pemodal potensial dan orang-orang yang menjalankan

program itu sendiri seperti mengajar, adminstarator dan stafnya. Untuk mejadi aktif maka

program pendidikan harus responsie terhadap kebutuhan (Ansar dan Masaong, 2007: 61).

Program Pendidikan Gratis adalah Program pendidikan yang membebaskan peserta didik,

orang tua atau walinya dari pungutan biaya operasional pada satuan pendidikan menegah,

kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI), dan satuan pendidikan yang diselengarakan oleh masyarakat, serta memberikan biaya
peningkatan mutu pada jenjang pendidikan dasar, dan insentif pada pendidikan PAUD (Juknis

PRODIRA 2013: 2).

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Program Pendidikan Gratis merupakan

program pemerintah daerah Provinsi Gorontalo yang laksanakan oleh seluruh kabupaten/kota

yang berada di Provinsi Gorontalo yang telah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

meperoleh layanan pedidikan gratis bagi seluruh masyarakat Gorontalo Utara.

I. Fungsi dan Tujuan Program Pendidikan Gratis

Fungsi dan Tujuan pendidikan gratis bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi

seluruh siswa dan meringankan bagi siswa, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar

yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Pemerintah

mengulirkan program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minnyak (PKPS-BBM)

dengan harapan untuk meningkatkan kuwalitas hidup masyarakat yang masih memerlukan

bantuan.

Pendidikan gratis memiliki fungsi yang meliputi: 1) mengupayakan perluasan dan

pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan yang gratis, terjangkau, bermutu, dan

berkeadilan bagi setiap warga masyarakat Gorontalo Utara, 2) Pendidikan Gratis dilaksanakan

untuk menunjang pendidikan nasional yang diselenggarakan secara bersama oleh pemerintah,

pemerintah daerah, dan satuan pendidikan.

Pendidikan gratis pada dasarnya merupakan bantuan yang di berikan untuk membantu

sekolah dan masyarakat agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan disekolah. Sasaran

pendidikan gratis yakni seluruh wilayah Provinsi Gorontalo akan tetapi penerapannya di

Kabupaten Gorontalo Utara kecuali RSBI, SBI, program paket A maupun paket B dan SMP

terbuka, oleh karena program tersebut telah dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah. Pendidikan
utnuk gratis ini diharapkan dapat menyediakan layanan pendidikan untuk masyarakat sehingga

dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Secara umum pendidikan gratis bertujuan untuk menyediakan layanan pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menegah, bagi masyarakat Gorontalo Utara untuk

mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri didalam masyarakat atau melanjutkan

penddikan ke jenjang yang lebih tinggi. Secara khusus pendidikan gratis bertujuan untuk: 1)

meningkatkan angka partisipasi pendidikan masyarakat pada jenjang anak usia dini, pendidikan

dasar dan menegah, 2) meningkatkan layanan pada semua jenjang pendidikan untuk terwujudnya

kualitas dan relevansi pendidikan, 3) membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB/MI,

SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/SMK Negeri/Swasta terhadap biaya operasional satuan

pendidikan, kecuali rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).

J. Ruang Lingkup, Sasaran, dan Bentuk Kegiatan

Adapun Ruang Lingkup Penyelenggaraan Pendidikan Gratis, Meliputi: 1) Penyelenggaraan

kurikulum, 2) Pemeliharaan dan pengadaan sarana, 3) Ketenagaan, 4) Pembinaan Kesiswaan, 5)

Manajemen Sekolah/Madrasa. Sasaran Pendidikan Gratis, Meliputi: 1) Pendidikan anak usia

dini, 2) Pendidikan dasar, 3) Pendidikan menegah.

Bentuk Kegiatan Pendidikan Gratis, Meliputi: 1) Memberikan biaya operasional

Sekolah/Madrasa pada jenjang pendidikan menegah, 2) Memberikan biaya pendidikan mutu

pada pendidikan dasar, 3) Menyediakan biaya administrasi kegiatan cabang dinas dan

administrasi kegiatan kabupaten, 4) Menyediakan sasaran RKB SD, SMP, SMA/MA dan SMK,

5) Memberikan intensif bagi pendidik paud.

K. Perencanaan Program Pendidikan Gratis

Perencanaan sangat diperlukan dalam setiap aspek kehidupan baik secara individu maupun
manajemen organisasi karena tujuan dari perencanaan tersebut akan menjadi lebih jelas dan

terarah serta mengurangi atau bahkan menghilangkan ketidak pastian, agar semua komponen

yang tergabung dalam manajemen mengetahui secara pasti tujuan tersebut sehingga nantinya

semua komponen dapat bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut. Kemudian dapat

membantu dalam memprediksi segala macam hambatan dan kemudahan, agar nantinya

hambatan-hambatan yang akan muncul dapat dicarikan solusi dalam mengatasi hambatan

tersebut, dan memaksimalkan segala kemudahan yang ada, sehingga nantinya pekerjaan yang

dilakukan lebih efektif dan efisientidak berbelit-belit.

Perencanaan merupakan penentuan tujuan utama organisasi berserta cara-cara untuk

mencapai tujuan tersebut. Landasan dasar setiap perencanaan adalah kemampuan manusia untuk

secara sadar memilih alternatif masa depan yang dikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya

upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilih tersebut. Perencanaan merupakan langkah

utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar factor produksi yang terbatas

dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurtu Fattah, (2011: 49) mengatakan bahwa:

“perencanaan merupakan tindakan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana

mengerjakanya, apa yang harus dikerjakan, dan siapa yang mengerjakannya.perencanaan sering

juga disebut sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang keadaan masa kini

dan keadaan yang diharapkan pada masa yang akan dating. Tujuan perencanaan adalah

memberikan pengarahan, mengurangi dampak negatif perubahan, meminimalkan pemborosan

yang berlebihan dan menentukan untuk mengendalikan perencanaan membuat usaha menjadi

terkoordinasi”

Perencanaan program pembiayaan pendidikan gratis dilakaukan dengan dua cara, yaitu 1)
penyusunan anggaran keuangan sekolah yang meliputi: (1) Sumber pendapatan, (2), pengeluaran

untuk penyelenggaraan kurikulum, pemeliharaan dan pengadaan sarana, ketenagaan, pembinaan

kesiswaan, manajemen sekolah dan kesejatraan. 2) pengorganisasian pendidikan gratis, meliputi

tim manajemen Kabupaten Gorontalo Utara dan tim manajemen sekolah.

L. Pelaksanaan Program Pendidikan Pendidikan Gratis

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi

manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak

berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru

lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan lansung dengan orang-orang dalam

organisasi. Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan

usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan

dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan

tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran tersebut.

pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota

kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manejerial dan

usaha-usaha organisasi. Jadi pelaksanaan artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja

dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan

dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhka adalah kepemimpinan.

Actuating atau pelaksanaan adalah Pelaksanaan untuk bekerja. secara fisik kegiatan dari

aktivitas tesebut, maka manajer mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti :

Leadership ( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling( nasehat). Actuating disebut juga“

gerakan aksi “ mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan
melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar

tujuan-tujuan dapat tercapai.

Pelaksanaan program pembiayaan pendidikan gratis dilakukan dengan delapan kategori

yaitu: (1) pelaksanaan biaya operasional sekolah pada jenjang pendidika dasar dengan syarat: 1)

guru mengampuh mata pelajaran ujian nasional, 2) diprioritaskan guru yang belum pernah

mengikuti diklat sejenis yang diselenggarakan oleh lembaga manapun. Dengan sasaran meliputi:

semua guru SD/SDLB/MI/SMP/SMPLB/MTs Negeri dan suasta pengampuh pada mata

pelajaran ujian nasional. Denga ruang lingkup pembiyaan meliputi: 1) transportasi. 2) biaya

akomodasi dan konsumsi, 3) biaya narasumber, 4) bahan perlengkap diklat. (2) Biaya

operasional Sekolah/Madrasa Pada Jenjang Pendidikan Menegah Biaya operasional

sekolah/madrasa jenjang SMA/MA/SMK adalah dana operasional yag diberikan kepada satuan

pendidikan brdasarkan jumlah siswa dengan tujuan meningkatkan akses dan mutu pendidikan

dengan persyaratan meliputi: 1) Telah mendapatkan MoU tentang penyelenggaraan program

pembiayaan pendidikan gratis, 2) Tidak melakukan pungutan dalam bentuk apapun, kecuali

RSABI, SBI, dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dibolehkan

memungut selisih kebutuhan sekolah/madrasa sesuai yang tertuang dalam RKAS, 3) Membuat

proposal pelaksanaan kegiatan dan anggran, 4) Wajib menerima siswa dari keluarga miskin. Dan

sasaran yaitu: Semua SMA/MA/SMK di Kabupaten Gorontalo Utara dengan ruang lingkup

pembiayaan meliputi: 1) Penyelenggaran Kurikulum, 2) pemeliharaan dan pengadaan sarana, 3)

pembinaan kesiswaan, 4) manajemen sekolah atau madrasah. (3) penyediaan sarana RKB

SM/MA/SMK Penyedian ruang kelas barau sebagai wadah untuk menampung kelebihan siswa

agar mereka mendapatkan layanan pendidikan di SMA/MA/SMK dengan syarat meliputi : 1)

jumlah siswa melebihi daya tampung ruang kelas yang tersedia,2) sekolah atau madrasa
memlunyai lahan / lokasi pembangunan RKB, 3) mempunyai siswa miskin dari keluarga miskin

minimal 25 orang, 4) pihak sekolah/madrasa an komite membuat surat pernyataan persetujuan

penggunaan ruang kelas baru, 5) sekolah/ madrasa mengajukan proposal pembangunan RKB, 6)

surat pernyataan Bupati tentang kesanggupan meubelair RKB. Dengan Anggaran Per RKB

Setiap paket sebesar Rp. 170.000.000,-.

Dalam hali ini mekanisme pelaksanaan pembangunan Ruang Kelas baru akan

dilaksanakan oleh: 1) Pembangunan akan dilaksanakan oleh Dinas Pendidkan, Pemudah dan

Olahraga Kabupaten Gorontalo Utara, sesuai dengan ketentuan dan proses RI No. 54 Tahun

2010, 2) Pihak sekolah/ madrasah akan menerima RKB dalam bentuk hibah barang,3) Sekolah/

madrasa penerima RKB berdasarkan data analisis yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara. (4)

peningkatan kesejatraan pendidik dan tenaga kependidikan Tunjangan bagi tenaga pendidik dan

kependidikan Non PNS yang bertugas di daerah terpencil sebagai tambahan penghasilan dalam

memenuhi tugas profesionalnya yaitu Guru daerah terpencil (GUDACIL) dengan syarat: 1)

mengabdi pada sekolah yang sama di daerah terpencil, minimal 2 tahun terahir, termasuk

didalam DAPODIK, dan memilih NUPTK, 2) memiliki SK penempatan sebagai guru Non PNS

oleh pejabat yang berwewenag, 3) memiliki beban mengajar minimal 12 jam/ minggu yang

ditunjukan dengan SK pembagian tugas mengajar oleh kepala sekolah. Kualifikasi pendidikan

guru, syaratnya sebagai berikut: 1) jenjang SD minimal PGSD/ DII, 2) jenjang SMP minimal

DIII, 3) Jenjang SMA Minimal S1, 4)Pada jenjang SD, maksimal 6 rombongan belajar dengan

jumlah guru 9 orang (akumulasi guru PNS dan non PNS), 5) Pada jenjang SMP dan SMA, jam

mengajar minimal 12 dengan Besaran tunjangan Rp. 400.000/Guru/Bulan. (5) Intensif Guru

Kontrak. Intensif guru kontrak adalah dana yang dibayarkan kepada guru Non PNS yang

bertugas di sekolah negeri atau suwasta di wilayah Provinsi Gorontalo yang ditetapkan oleh
Kepala DInas Pendidikan Pemudah dan oleahraga sebagai penerima bantuan. Dengan kriteria

yaitu: 1) guru non PNS yang berstatus sebagai guru tetap Yayasan (GTY) dan guru tidak tetap

(GTT) sekolah negeri atau suasta pada satuan pendidikan dasar, 2) memenuhi jam wajib

mengajar minimal 12 jam tatap muka per minggu, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, 3) Memiliki nomor unik pendidik dan tenagga kependidikan (NUPTK) dengan

besaran insentif RP. 500.000/guru/bulan. (6) Insentif Pendidik PAUD. Insentif pendidik PAUD

adalah dana yang dibayar kepada pendidik PAUD yang bersifat incidental dan tidak mengikat

dengan kriteria dan syarat-syarat meliputi: 1) Memiliki NUPTK, 2) Bagi yang belum memiliki

NUPTK, melampirkan surat keterangan dari dinas pendidikan kabupaten/kota bahwa yang

bersangkutan sedang dalam proses pengajuan untuk memperoleh NUPTK, 3) Tidak

melaksanakan tugas sebagai pendidik PAUD minimal 1 (Satu) taun terakhir secara terus

menerus, dibuktikan dengan surat keterangan dari lembaga PAUD yang bersangkutan, 4)

Melampirkan foto copy KTP / Surat keterangan Domisili yang masih berlaku, 5) Melampirkan

surat keterangan jumlah peserta didik dari pimpinan lembaga, diutamakan memiliki jumlah

peserta didik minimal 15 oarang, 6) Melampirkan foto copy izasah terahir, minimal SLTA

sederajat, 6) Melampirkan surat keterangan bahwa yang bersangkutan tidak berstatus PNS, 7)

Tidak sedang menerima tunjangan/ intensif PAUD lain, yang dibuktikan dengan surat keterangan

kepala dinas pendidikan kabupaten/kota dengan besar Intensif Rp. 250.000/guru/bulan. (7) biaya

administrasi kegiatan cabang dinas. Biaya administrasi kegiatan adalah dana yang digunakan

oleh dinas pendidikan cabang dinas, untuk membiayai pengelolaan Pembiayaan pendidikan

gratis.

Dengan penggunaan dana yaitu: Intensif bagi tim teknis (5 orang) selama 12 bulan, yang

terdiri dari: Ketua, Sekertaris (diusahakan dari dinas pendidikan), dan anggota 3 orang
(diusahkan 1 orang dari Kemenag). (8) biaya administrasi kegiatan provinsi Biaya administrasi

kegiatan profinsi adalah dana yang digunakan oleh dinas pendidikan pemudah dan oleahraga

kabupaten gorontalo utara, untuk membiaya pengelolaan program pendidikan gratis dengan

Penggunaan Dana yaitu: 1) Sosialisasi, 2) Administrasi, 3) rapat, monitoring, dan evaluasi

pelaksanaan program pendidikan gratis.

M. Larangan Penggunaan Biaya Operasional

Larangan menurut laksana (2008: 140) adalah makna ujaran yang bersifat melarang

diungkapkan dengan berbagai bentuk, antara lain dengan bentuk imperative negative jangan atau

dengan frase ingkar tidak dibenarkan. Larangan sangat erat dengan aspek kehidupan manusia

yang berlaku dalam masyarakat, seperti kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan, adat istiadat,

norma/hukum yang di dapatkan secara tradisi atau aturan yang ada.

Larangan juga diartikan sebagai: 1) perintah (aturan) yang melarang suatu perbuatan, 2)

sesuatu yang terlarang karena dipandang keramat atau suci, 3) sesuatu yang terlarang karena

kekecualian (Departemen Pendidikan Nasional).

Adapun hala-hal yang dilarang dalam penggunaan biaya operasional dalam program

pendidikan gratis yaitu meliputi: 1) disimpan dengan maksud dibungakan, 2) dipinjamkan

kepada pihak lain, 3) membiayai kegiatan diluar RKAS dan kegiatan lain yang tidak menjadi

prioritas sekolah/madrasa dan memerlukan biaya besar, mislanya study banding, studi tour, dan

sejenisnya, 4) membiayai kegiatan yang dilaksanakan oleh UPTD kecamatan/kabupaten atau

pihak lain, kecuali untuk menanggung siswa/ guru yang ikut serta dalam kegiatan terebut, 5)

digunakan untuk membrikan sumbangan dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara

keagamaan, 6) membeli pakaian/ seragam/ sepatu bagi guru( kecuali untuk inventaris

sekolah/madrasah), 7) membeli bahan peralatan yang tidak me ndukung proses pembelajaran, 8)


menanam saham, 9) membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber lainnya, 10) digunakan

untuk membiayai pihak lain dari luar sekolah tau madrasah, misalnya Tim Monev Pendidikan

Gratis, komite sekolah/madrasa dll.

N. Monitoring dan Evaluasi Program pembiayaan Pendidikan

Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,

organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui

bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah

evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akant etapi kata ini adalah kata

serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echolsdan

Shadily,2000:220). Sedangkan menurut pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan

hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan” (Yunanda:2009).

Monitoring dan Evaluasi program pendidikan gratis adalah kegiatan pemantauan terhadap

pelaksanaan program tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana

diterima oleh yang berhak dalam jumlah, waktu cara, dan penggunaan yang tepat sasaran.

Komponen utama yang dimonitor dalam pendidikan gratis meliputi: 1) jumlah dana yang

diterima oleh sekolah/madrasa, 2) penyaluran dan penggunaan dana, 3), pelayanan dan

penggunaan, 4) administrasi keuangan, 5) pelaporan.

Secara umum hal-hal yang yang dimonitoring dan dievaluasi oleh pelaksana program

adalah yang berkaitan dengan statistik penerima bantuan, penyaluran , penyerapan,

pemanafaatan dana, pertanggung jawaban keuangan serta hasil monitoring evaluasi dan

pengaduan masalah. Laporan program ini merupakan rekapitulasi penggunaan dana di tiap dinas

cabang. Sumber data dari laporan adalah Formulir P8 yang diperoleh dari setiap dinas cabang
yang kemudian disampaikan ke tim manajemen Dinas kabupaten Gorontalo Utara yang

selanjutnya diteruskan kepada Bupati Gorontalo Gorontalo Utara. Adapun sistematika evaluasi

adalah setelah dievaluasi dan di monitorning pihak sekolah memberikan pelaporan Pembiayaan

Pendidikan Gratis yaitu: 1) pendahuluan berisi: latar belakang, dasar hukum, dan tujuan, 2)

pelaksanaan, berisi: kegiatan yang dilaksanakan, waktu, alokasi/tempat, dan biaya, 3)

permaslahan dan alternative social, 4) hasil yang dicapai, 5) penutup, berisi: kesimpulan dan

saran, 6) lampiran-pampiran antara lain: dokumentasi kegiatan, rincian penggunaan dana, foto

copy bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan, bukti penyetoran pajak, dan lain-lain sesuai

kebutuhan.

O. Tindak Lanjut Program Pembiayaan Pendidikan Gratis

Pelaksanaan mandat konstitusi, UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan tentang

wajib belajar sudah semestinya dijalankan dengan serius oleh Pemerintah. Dan ini ditunjukkan

dengan tingginya nilai anggaran yang dialokasikan untuk bidang pendidikan. Salah satu program

unggulan dibidang pendidikan yang ada di provinsi gorontalo Khususnya di Kabupaten

Gorontalo Utara adalah Pendidikan Gratis.

Temuan-temuan kesenjangan/gap tersebut terdiri dari delapan hal, yang terkait dengan

masalah konsistensi, keberlanjutan program, dan akuntabilitas publik terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban program pendidikan untuk rakyat. Ketiga jenis masalah

tersebut menyebar dan mengisi keseluruh bagian dari ke delapan temuan kesenjangan/gap

tersebut.

Keberlanjutan program pendidikan gratis dari sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini

karena memang sudah di canangkan pemerintah daerah kabupaten gorontalo utara. Kalaupun

program ini setelah selesai masa kepemimpinan atau sampai dengan selesai tahun program ini itu
tergantung bagaimana kepemimpinan baru menyikapi keberlangsungan pendidikan gratis yang

ada di kabupaten Gorontalo Utara dengan melihat kebutuhan msyarakat yang ada di daerah.

Keberlanjutan program pembiayaan pendidikan gratis juga tergantung pada penilaian

masyarakat dan dukungan sepenuhnya dari pemerintah Kabupaten dan cabang dinas. Karena itu

penilaian dan tanggapan masyarakat merupakan kunci utama bagaimana keberlanjutan program

ini. Penilaian masyarakat meliputi: 1) sikap masyarakat tentang program pendidikan gratis, 2)

cara pandang masyarakat tentang program pendidikan gratis, 3) penilaian masyarakat terhadap

proses dan program pendidikan untuk masyarakat, 4) harapan masyarakat tentangt masyarakat

keberlanjutan program pendidikan gratis.

Melihat penilaian masarakat terhadap Program pembiayaan Pendidikan gratis ini,

pemerintah perlu memperkuat dasar hukum dan memikirkan kedepanya mengenai keberlanjutan

program sehingga masyarakat khususnya masyarakat Gorontalo Utara dapat merasakan atau

mengenyam pendidikan yang ada melalui Program pembiayaan pendidikan Gratis.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Evaluasi

Banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara

satu dengan yang lainnya berbeda, namun maksudnya sama, yaitu melakukan kegiatan

pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya

menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.

Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program

adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael scriven dan Glaser. Ada beberapa model evaluasi, salah

satu model evaluasi yang banyak digunakan adalah Goal Attainment atau model evaluasi yang

berorientasi pada tujuan. Objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang

sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan,

terus menerus, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses

pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh Tyler.

Penelitian ini bersifat studi evaluasi dengan jenis deskriptif menggunakan model evaluasi

goal attainment. Model evaluasi ini merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi

objek pada pengamatan model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan sebelum

program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mengecek

seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana didalam pelaksanaan program.

Sementara dalam penelitian ini, yang menjadi obyek pengamatan adalah tujuan

pembiayaan pendidikan gratis di kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini juga akan

mendeskripsikan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan program Pendidikan Pendidikan

Gratis di Kabupaten Gorontalo Utara.


3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penilaian kurikulum yang

dikembangkan oleh tyler (1950) yang dinamakan dengan goal attainment model. Iangkah-

langkah pendekatan ini adalah:

1. Memulai dengan mentukan tujuan penilaian. Tujuan ini harus menyatakan dengan jelas

materi yang akan dinilai dalam Pembiayaan Pendidikan Gratis.

2. Memilih, mengubah, atau menyusun alat penilaian atau objektivitas, realibilitas, dan validitas

alat tersebut

3. Menggunakan alat penilaian untuk memperoleh data

4. Bandingkan data yang diperoleh dengan hasil penilaian sebelumnya yang memperoleh data

5. Analisis data untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari pelaksanaan Program

Pembiayaan Pendidikan Gratis dan jelaskan dari alasan dari kekuatan dan kelemahan tersebut

6. Gunakan data untuk membuat perubahan yang dianggap perlu dalam layanan Program

Pendidikan Gratis

3.3 Objek Evaluasi

Objek yang diteliti adalah evaluasi Program pembiayaan Pendidikan gratis di dinas

kabupaten Gorontalo Utara.

3.4 Instrumen Evaluasi

Instrumen yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini adalah instrument

kriteria evaluasi. Instrumen kriteria evaluasi disusun dan dikembangkan berdasarkan indikator

dari Evaluasi program pembiayaan pendidikan gratis. Indikator tersebut antara lain: a)

perencanaan program pendidikan gratis b) pelaksanaan program pendidikan gratis c) monitoring

dan evaluasi, 4) keberlanjutan program pendidikan gratis. Mengacu pada indikator-indikator


tersebut kemudian dijabarkan descriptor masing-masing indikator kemudian dituangkan dalam

kriteria evaluasi.

Instrument evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan Goald

Atatainment Model yang dikembangkan oleh Tyler. Dengan cara mengajukan beberapa

pertanyaan kepada informan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Setiap pertanyaan dalam instrument evaluasi ini menggunakan empat kriteria penilaian

evaluasi yaitu sebagai berikut:

1. Jika jawaban atas instrument evaluasi dari informant mencakup keseluruhan dari criteria

indicator evaluasi telah ditentukan diberi 4 (empat)

2. Jika jawaban atas instrument evaluuasi dari informant hamper mencakup sebagian besar dari

criteria indicator evaluasi telah ditentukan diberi skor 3 (tiga)

3. Jika jawaban atas instrument evaluasi dari informant hampir mencakup sebagian kecil dari

criteria indicator evaluasi yang telah ditentukan maka diberi 2 (dua)

4. Jika jawaban atas instrument evaluasi dari informant tidak mencakup seluruh criteria indicator

yang telah ditentuka maka diberi 1 (satu).

3. 5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara seperti yang dikemukakan oleh Esterberg (dalam Sugiyono 2010: 231), “a

meeting of two persons to exchange information and idea trough question and responses,

resulting in communication and joint contruction of meaning about a particular topic”. Yang

berarti wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara merupakan teknik utama dalam penelitian ini yang dilakukan dengan cara

tanya jawab langsung dengan responden pada Dinas Pendidikan, Pemudah dan Olahraga

Kabupaten Gorontalo Utara. Dalam wawancara yang dilakukan, penulis menggunakan

instrument yang berisikan pertanyaan-pertanyaan tentang bagamana pelaksanaan program

pembiayaan pendidikan gratis, dan bagaimana evaluasi evaluasi dari program tersebut.

2. Dokumentasi

Menurut Bogdan (dalam Sugiyono 2010: 240) yang menyatakan bahwa “In most tradition

of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person

narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and

belief”. Yang berarti hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat

dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, ditempat

kerja, di masyarakat dan autobiografi.

3.6 Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tentang data pelaksanaan program

pendidikan gratis dan keberhasilan program pembiayaan pendidikan gratis. Untuk memperoleh

data yang akurat dalam penelitian ini, maka sumber data yang menjadi informant adalah: Tim

pelaksana program yaitu: Ketua, Sekertaris, Bendahara, Unit Data, Unit Monev, Unit pelayanan

dan penaganan pengaduan masyarakat, dan Unit Pumblikasi/ HUMAS. Selain itu untuk

memperloleh data yang benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka

data-data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diambil dan diperoleh langsung dari responden.

2. Data sekunder, data yang diperoleh secara tidak langsung dari responden, berupa laporan dan

dokumen yang berkaitan dengan objek yang diteliti.


3.7 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan dengan presentase. Setiap poin

pernyataan dalam instrumen dibuat tabel. Kegunaan tabel tersebut adalah untuk memperoleh

gambaran presentase, skor capaian serta skor ideal yang dicapai dalam instrumen setiap indikator

dengan melalui cara memfrekuensi masing-masing alternatif jawaban. Setiap butir pernyataan

instrumen evaluasi dibagi jumlah informan x 100% yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Pr : Presentase

F : Frekuensi

N : Jumlah informan

100% : Bilangan Tetap

Untuk menghitung skor presentase menggunakan formula:

Keterangan:

Pr : Presentase

Skor Capaian : Jumlah seluruh frekuensi jawaban informan

Skor Ideal : Jumlah informan X skor tertinggi

Setelah melakukan analisis terhadapa jawaban informan dengan menggunakan rumus di

atas maka langkah selanjutnya adalah mencocokkan dengan kualifikasi kriteria seperti pada tabel

berikut ini:
Tabel 3.1: Kualifikasi Kriteria

No Rentang Skor (%) Kualifikasi

1 91-100 Sangat Baik

2 76-90 Baik

3 51-75 Cukup Baik

4 <50 Kurang Baik


DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zaenal, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ansar, dan Masaong. 2007. Manajemen berbasisi sekolah. Malang: Nurul Jannah.

Arsyad, Arfan. 2013. Petunjukteknisi program pendidikan untuk rakyat di provinsi gorontalo.

Arif, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Arikunto, Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan X, Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, dkk. 2010. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa
dan Praktisi Pendidikan. Cetakan II, Jakarta: BumiAksara.

Fattah, Nanang. 2011. Landasan manajmemen pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya

Hulam, Ergy. 2010. Pembangunan bekelanjutan. Jakara: Rineka Cipta

Irfa, Puspitasari. 2013. Pengembangan pembangunan bekelanjutan. Universitas Airlangga:


Depertemen Hubungan Internasional
.
Kemendiknas, 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Laksana, Krida. 2008. Larangan penggunaan atau tabu kebudayaan. Jakarta: RinekaCipta

Lexi, Maleong, 2005. Metedeologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyataningsi, Endang, 2011. Evaluasi Program. Jakarta: Bumi Aksara

Peraturan Gubernur nomor. 9A tahun 2012 tentang pendidikan gratis di provinsi gorontalo

Peraturan Pemeritah daerah Nomor. 7 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan


Pendidikan Untuk Rakyat

Subiyanto, 2004.Evaluasi Program. Jakarta: BumiAksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sisdiknas, 20110. Undang-undang Nomor.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Fokus Media.

Tayibnapis. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Cetakan I, Jakarta: Rineka Cipta.
Wirawan. 2011. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai