Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN EMPAT PILAR PENGENDALIAN DM TIPE 2

DENGAN RERATA KADAR GULA DARAH


Average Blood Sugar and Diabetus Mellitus Type II Management Analysis

1 21
Nurlaili Haida Kurnia Putri , Muhammad Atoillah Isfandiari FKM UA,
2
nurlailihaidakurniaputri_fkm@yahoo.com Departemen Epidemiologi FKM UA,
atok.documents@yahoo.co.id Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat. Dari sepuluh penyebab utama kematian, dua diantaranya adalah
penyakit tidak menular. Salah satunya Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan
terus-menerus dari tahun ke tahun. Dengan adanya permasalahan tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan penerapan 4 pilar pengendalian Diabetes Melitus dengan rerata kadar gula darah. Peneliti menggunakan
penelitian observasional, dengan studi cross sectional. Sampel yang digunakan pada penderita diabetes lama yang melakukan
pemeriksaan gula darah 3 kali secara berturut-turut. Di mana didapatkan 53 responden, peneliti melakukan wawancara dengan
bantuan kuesioner untuk mengumpulkan data, serta dilakukan analisis menggunakan Chi Square untuk mengetahui hubungan
pada masing-masing variabel yang diteliti. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah rerata kadar gula darah, sedangkan
variabel bebasnya adalah penyerapan edukasi, pengaturan makan, olahraga, kepatuhan pengobatan. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan penyerapan edukasi dengan rerata kadar gula darah (p = 0,031). Dan ada hubungan antara
pengaturan makan dengan rerata kadar gula darah (p = 0,002). Pada variabel berikutnya, ada hubungan olahraga dengan rerata
kadar gula darah (p = 0,017). Dan ada hubungan kepatuhan pengobatan dengan rerata kadar gula darah (p = 0,003).
Berdasarkan dari hasil analisis, kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan di semua variabel. Dengan penyerapan
edukasi yang baik, pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan pengobatan mempunyai dampak menstabilkan glukosa darah
dan meningkatkan kualitas hidup.

Kata kunci: empat 4 pilar pengendalian Diabetes Melitus, rerata kadar gula darah

ABSTRACT
Nowadays there is increasing concerning to non-transmitted diseases. From, two out of ten disease leading to death are non
communicable diseases. One of them is Diabetes Mellitus, which is non-transmitted diseases, increasing continuously from
year to year. Because of these problems, this research is conducted to determine relation between application of 4 pillars of
Diabetes Mellitus management anda average of blood sugar levels. Researcher used observational studies, with a cross
sectional design. The sample used were patients suffering from Diabetes Mellitus for a long periode. Respondent had got as
many as 53 people, interview held by questioner. Data was analyzed by Chi Square to determine the relationship of each
variable that studied. The dependent variable is average of blood sugar levels, while the independent variables are education,
meal regulation, exercise, medication obedience. The result showed, there is relation between education information and
blood sugar levels (p = 0.031). There is relation between meal regulation and average of blood sugar (p = 0.002). There is
the relation between exercise and average of blood sugar levels (p = 0.017). The last result showed that there is relation
between medication obedience and average of blood sugar levels (p = 0.003). Based on result, researcher concludes there are
relationship with average blood sugar. By good education accept, meal regulation, exercise, and medical obedience had effect
on stabilize blood sugar and increase quality of life.

Keywords: the four pillars of Diabetes Mellitus management, blood sugar levels

PENDAHULUAN untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatannya


dan menyadari pentingnya pelayanan kesehatan yang
Paradigma sehat sebagai suatu gerakan nasional
bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan
dalam rangka pembangunan kesehatan menuju
upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2000).
Indonesia sehat 2015 merupakan upaya
meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat
Saat ini perhatian penyakit tidak menular
semakin meningkat karena frekuensi kejadiannya
proaktif. Upaya ini bertujuan mendorong masyarakat
pada masyarakat semakin meningkat. Dari sepuluh

234
Nurlaili, dkk., Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM… 235

penyebab utama kematian, dua diantaranya adalah penjuru dunia. WHO memprediksi adanya
penyakit tidak menular. Keadaan ini terjadi di peningkatan jumlah penyandang Diabetes Melitus
dunia, baik di negara maju maupun di negara yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang.
dengan ekonomi rendah dan menengah. Organisasi Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia
kesehatan dunia (WHO) mempergunakan istilah (WHO) Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar
penyakit kronis (chronic diseases) untuk penyakit- dalam jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia.
penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular Pada tahun 2006 jumlah penderita Diabetes Melitus
disebut juga sebagai new communicable diseases di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah
karena penyakit ini dianggap dapat menular, yakni tersebut baru 50% penderita yang sadar mengidap
melalui gaya hidup (Bustan, 2007). dan sekitar 30% diantaranya melakukan pengobatan
Salah satunya adalah penyakit diabetes melitus rutin. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak
(DM) merupakan sebuah penyakit, di mana kondisi sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang
kadar glukosa di dalam darah melebihi batas aktivitas dan stress berperan sangat besar sebagai
normal. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak pemicu Diabetes Melitus. Selain itu Diabetes Melitus
dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara juga bisa muncul karena adanya faktor keturunan
adekuat. Insulin adalah hormon yang dilepaskan (Sidhartawan, 2008).
oleh pankreas dan merupakan zat utama yang WHO memperkirakan prevalensi global
bertanggung jawab untuk mempertahankan kadar Diabetes Melitus akan meningkat dari 171 juta
gula darah dalam tubuh agar tetap dalam kondisi orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta tahun
seimbang. Insulin berfungsi sebagai alat yang 2030 (Riskesdes, 2007). Sekitar 60% jumlah
membantu gula berpindah ke dalam sel sehingga pasien tersebut terdapat di Asia (Mahendra dkk,
bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai 2008). Indonesia berada pada peringkat ke-4
cadangan energi (Mahdiana, 2010). terbanyak kasus Diabetes Melitus di dunia
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan (Purnomo, 2009). Pada tahun 2000 di indonesia
penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terdapat 8,4 juta penderita Diabetes Melitus dan
terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes adalah diperkirakan akan menjadi 21,3 juta pada tahun
penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula 2030 (Soegondo dan sukardji, 2008).
darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan Dalam Diabetes Atlas tahun 2000 (International
oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi insulin Diabetes Federation) tercantum penduduk Indonesia
atau keduanya. Hiperglikemia yang berlangsung lama diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi
(kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan prevalensi Diabetes Melitus 4,6%. Berdasarkan pola
kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan
organ, terutama mata, organ, ginjal, saraf, jantung pada tahun 2020 akan ada sejumlah 178 juta
dan pembuluh darah lainnya (Suastika K., et al., penduduk berusia di atas 20 tahun dengan asumsi
2011). prevalensi Diabetes Melitus 4,6% akan didapatkan
Diabetes Melitus yang ditandai oleh 8,2 juta pasien Diabetes Melitus.
hiperglikemia kronis. Penderita DM akan ditemukan Berdasarkan laporan nasional Riskesdas (2007),
dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak Prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia
berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah
(banyak makan) dengan penurunan berat badan. 0,7% sedangkan prevalensi DM (D/G) sebesar 1,1%.
Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi karena penyakit Data ini menunjukkan cakupan diagnosis Diabetes
Diabetes Melitus tidak menimbulkan gejala Melitus oleh tenaga kesehatan mencapai 63,6%, lebih
(asimptomatik) dan sering disebut sebagai pembunuh tinggi dibandingkan cakupan penyakit asma maupun
manusia secara diam-diam “Silent Killer” dan penyakit jantung. Prevalensi Diabetes Melitus
menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit menurut provinsi, berkisar antara 0,4% di Lampung
ini terdeteksi. Diabetes Melitus dalam jangka panjang hingga 2,6% di DKI Jakarta. Terdapat 17 provinsi
dapat menimbulkan gangguan metabolik yang yang mempunyai prevalensi Diabetes Melitus lebih
menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan tinggi dari angka nasional. Dari data Jawa Timur
mikrovaskular (Gibney dkk., 2008). menunjukkan prevalensi Diabetes Melitus
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah
adanya kecenderungan peningkatan angka insiden 1,0% sedangkan prevalensi DM (D/G) sebesar 1,3%.
dan prevalensi Diabetes Melitus tipe II di berbagai
236 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 234–243

ginjal, jantung, saraf dan pembuluh darah lainnya.


Karena itu Diabetes Melitus juga dikenal sebagai
“Mother of Disease” karena merupakan induk atau
ibu dari penyakit – penyakit lainnya seperti
hipertensi, pembuluh darah, jantung, stroke, gagal
ginjal dan kebutaan.
Pada saat ini penyakit tidak menular seperti
hipertensi dan Diabetes Melitus merupakan
penyakit yang sering terjadi di masyarakat
sehingga perlu dilakukan tindakan intervensi
dalam kegiatan Program PPTM (Penanggulangan
Gambar 1. Distribusi Penderita Diabetes Melitus
Penyakit Tidak Menular). Dengan memperbanyak
Menurut Tahun. Sumber: Dinas
skrining, penyuluhan kesehatan, perencanaan
Kesehatan Kota Surabaya, 2013
makan, rutin melakukan olahraga serta penyiapan
logistiknya terutama obat diharapkan penderita
Di Surabaya sendiri seperti yang kita ketahui diabetes dalam kondisi stabil.
terdapat perkembangan dari tahun 2009 sejumlah Diabetes Melitus merupakan kelainan
15.961, meningkat pada jumlah 21.729 pada tahun metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit
2010, kemudian meningkat kembali pada tahun ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan
2011 menjadi 26.613. Penderita Diabetes Melitus mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein,
ini terus mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan lemak. Patofisiologi Diabetes Melitus akan
hingga 2011, namun pada tanggal 2012 terjadi ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria
penurunan menjadi sebesar 21.268. (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum),
Suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan
beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri berat badan. Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi
oleh dokter spesialis/subspesialis bahkan semua karena penyakit Diabetes Melitus tidak
tenaga kesehatan yang ada. Mengingat bahwa menimbulkan gejala (asimptomatik) dan
Diabetes Melitus akan memberikan dampak terhadap menyebabkan kerusakan vaskular sebelum
kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya penyakit terdeteksi (Gibney, dkk., 2008).
kesehatan yang cukup besar. Semua pihak, baik Diabetes Melitus tipe II merupakan jenis yang
masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut paling banyak dijumpai. Biasanya terjadi pada usia
serta dalam usaha penanggulangan Diabetes Melitus, 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di atas
khususnya dalam upaya pencegahan (Perkeni, 2006). 20 tahun. Sekitar 90-95% penderita Diabetes
Melitus tipe II.
Walaupun Diabetes Melitus merupakan Pada Diabetes Melitus tipe II, pankreas,
penyakit kronik yang tidak dapat menyebabkan pankreas masih dapat membuat insulin, tetapi
kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat kualitas insulin yang dihasilkan buruk dan tidak
fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
Diabetes Melitus memerlukan penanganan secara memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya,
multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan glukosa dalam darah meningkat. Kemungkinan
terapi obat. Penyakit Diabetes Melitus memerlukan lain terjadinya Diabetes Melitus tipe 2 adalah sel
perawatan medis dan penyuluhan untuk self jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau
management yang berkesinambungan untuk sudah resisten terhadap insulin (insulin resistance)
mencegah komplikasi akut maupun kronis. sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
Hasil dari Diabetes Control and Complication dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.
Trial (DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien yang
Diabetes Melitus yang baik dapat mengurangi gemuk atau mengalami obesitas.
komplikasi kronik Diabetes Melitus antara 20–30%. Maka hal utama yang diperlukan adalah
Bila diremehkan, komplikasi penyakit Diabetes pengendalian Diabetes Melitus dengan pedoman 4
Melitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh. pilar pengendalian Diabetes Melitus, yang terdiri dari
Dapat menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, edukasi, pengaturan makan, olahraga, kepatuhan
kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ, pengobatan (Perkeni, 2011). Dengan tujuan agar
Nurlaili, dkk., Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM… 237

penyandang Diabetes Melitus dapat hidup lebih Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
lama, karena kualitas hidup kebutuhan. Penyerapan Edukasi, Pengaturan Makan,
Olahraga, Kepatuhan Pengobatan
METODE
Variabel Kategori Jumlah Persentase
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian (%)
observasional yang bersifat analitik yaitu Penyerapan Baik 30 56,6
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis Edukasi Kurang 23 43,4
hubungan antara variabel penelitian. Rancangan Pengaturan Sesuai 32 60,4
penelitian yang digunakan adalah cross sectional Makan Tidak sesuai 21 39,6
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengamati Olahraga Olahraga 34 64,2
Tidak 19 35,8
hubungan antara faktor risiko terhadap akibat yang
olahraga
terjadi dalam bentuk penyakit atau keadaan (status) Rutinitas 1 kali 0 0
kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan 2 kali 3 5,8
(Noor, 2008). 3 kali 11 20,7
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh > 3 kali 20 37,7
pasien lama penderita Diabetes Melitus yang Tidak 19 35,8
melakukan pemeriksaan kadar gula darah dalam olahraga
waktu tiga bulan secara berturut-turut. Sampel Lama < 30 menit 0 0
pada penelitian ini adalah pasien lama penderita melakukan 30 menit 6 11,3
olahraga > 30 menit 28 52,9
Diabetes Melitus yang melakukan cek kadar gula
Tidak 19 35,8
darah acak secara rutin selama tiga bulan berturut-
olahraga
turut di Puskesmas Pacarkeling Surabaya yang Kepatuhan Patuh 25 47,2
diperoleh sebanyak 53 responden. Pengobatan
Tidak patuh 28 52,8
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Rerata Kadar Gula Darah di Puskesmas
Pacarkeling Tahun 2013 Variabel yang diteliti meliputi; variabel bebas
Rerata Kadar Gula Persentase yaitu penerapan 4 pilar pengendalian Diabetes
Jumlah Melitus (yang terdiri dari penyerapan edukasi,
Darah (%)
pengaturan makan, olahraga, kepatuhan pengobatan)
Normal 36 32,1 dan variabel terikat yaitu rerata kadar gula darah.
Tidak normal 17 67,9 Data primer didapatkan dengan wawancara
Total 53 100,0 menggunakan bantuan kuesioner. Data sekunder

Tabel 3. Tabulasi Silang antara Penyerapan Edukasi, Pengaturan Makan, Olahraga, Kepatuhan Pengobatan
dengan Rerata Kadar Gula Darah

Jumlah
Variabel Kategori Normal (< 160 mg/dl) Tidak Normal (≥ 160 mg/dl)
n % n %
Penyerapan Edukasi Baik 24 45,3 6 11,3
Kurang 12 22,7 11 20,7
Pengaturan Makan Sesuai 27 50,9 5 9,4
Tidak sesuai 9 17,1 12 22,7
Olahraga Olahraga 27 50,9 7 13,2
Tidak olahraga 9 17,1 10 18,8
Kepatuhan pengobatan Patuh 22 41,5 3 6,6
Tidak patuh 14 26,4 14 26,4
238 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 234–243

didapatkan dari rekam medis Puskesmas Distribusi Kepatuhan Pengobatan


Pacarkeling, Surabaya. Selanjutnya, dilakukan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
analisis statistik untuk mengetahui hubungan responden tidak patuh melakukan pengobatan,
variabel bebas dengan variabel terikat dengan yaitu sebesar 28 (52,8%) responden. Sedangkan
menggunakan uji chi-square dengan α = 5%. responden yang patuh melakukan pengobatan
sebesar 25 (47,2%). Distribusi ini berdasarkan
HASIL kepatuhan pengobatan yang dilakukan responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian yang dapat dilihat pada Tabel 2.
besar responden memiliki rerata kadar gula darah Hasil Tabulasi Silang
normal (< 160 mg/dl), yaitu sebesar 36 (67,9%)
responden, dan sebanyak 17 (32,1%) responden Penyerapan Edukasi
mempunyai rata-rata kadar gula darah tidak normal Dari Tabel 3, hasil tabulasi silang penelitian
(≥ 160 mg/dl). Distribusi ini berdasarkan hasil rata- tentang penyerapan edukasi diketahui bahwa
rata kadar gula darah responden selama 3 bulan sebagian besar responden dengan penyerapan
berturut-turut. edukasi baik memiliki rerata kadar gula darah
< 160 mg/dl yaitu sebanyak 45,3%. Sebagian
Distribusi Penyerapan Edukasi
besar responden dengan penyerapan edukasi
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar kurang memiliki rerata kadar gula < 160 mg/dl
responden memiliki tingkat pengetahuan baik, yaitu sebanyak 22,7%. Berdasarkan uji statistik
yaitu sebesar 30 (56,6%) responden. Sedangkan dengan Uji Chi Square didapatkan ρ = 0,031 (ρ <
responden yang memiliki tingkat penyerapan α), yang berarti penelitian ini ada hubungan antara
kurang, yaitu sebesar 23 (43,4%). Distribusi ini penyerapan edukasi yang diperoleh dengan rerata
berdasarkan penyerapan edukasi yang diperoleh kadar gula darah acak.
responden yang dapat dilihat pada tabel 2.
Pengaturan Makan
Distribusi Pengaturan Makan Pada tabel 3 dapat dilihat hasil tabulasi silang
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tentang pengaturan makan yang diketahui bahwa
responden memiliki tingkat pengaturan yang sesuai sebagian besar responden dengan pengaturan makan
dengan anjuran tenaga kesehatan, yaitu sebesar 32 yang sesuai memiliki rerata kadar gula darah
(60,4%) responden. Sedangkan responden yang < 160 mg/dl yaitu sebanyak 50,9%. Sebagian besar
memiliki pengaturan makan tidak sesuai, yaitu responden dengan pengaturan makan yang tidak
sebesar 21 (39,4%). Distribusi ini berdasarkan sesuai memiliki rerata kadar gula ≥ 160 mg/dl
pengaturan makan yang diperoleh responden yang yaitu sebanyak 22,7%. Berdasarkan uji statistik
dapat dilihat pada tabel 2. dengan Uji Chi Square didapatkan ρ = 0,002 (ρ <
α), yang berarti penelitian ini ada hubungan antara
Distribusi Olahraga pengaturan makan yang diperoleh dengan rerata
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 34 kadar gula darah acak.
responden yang melakukan olahraga dan sebanyak
Olahraga
20 (37,7%) responden melakukan olahraga ≥ 3 kali
dalam seminggu. Sedangkan yang tidak melakukan Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil penelitian ini
olahraga, yaitu sebesar 19 (35,8%). Dari hasil tentang tabulasi silang kegiatan olahraga yang
penelitian olahraga, terdapat 34 responden yang diketahui bahwa sebagian besar responden
melakukan olahraga. Sebanyak 20 (37,7%) melakukan olahraga memiliki rerata kadar gula
responden melakukan olahraga ≥ 3 kali dalam darah < 160 mg/dl yaitu sebanyak 50,9%. Sebagian
seminggu dan sebanyak 28 (52,9%) responden besar responden dengan tidak melakukan olahraga
melakukan olahraga > 30 menit. Distribusi ini memiliki rerata kadar gula ≥ 160 mg/dl yaitu
berdasarkan aktivitas olahraga yang dilakukan oleh sebanyak 18,8%. Berdasarkan uji statistik dengan
responden yang dapat dilihat pada Tabel 2. Uji Chi Square didapatkan ρ = 0,017 (ρ < α), yang
Nurlaili, dkk., Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM… 239

berarti penelitian ini ada hubungan antara olahraga Dari hasil uji statistika menggunakan uji Chi
dengan rerata kadar gula darah acak. Square menunjukkan ada hubungan antara
penyerapan edukasi dengan rerata kadar gula darah
Kepatuhan Pengobatan acak. Berdasarkan pada hasil penelitian didapatkan
Pada tabel 3 dapat dilihat hasil penelitian ini sebagian besar penderita Diabetes Melitus
tentang tabulasi silang kepatuhan pengobatan yang berpengetahuan baik dengan rerata kadar gula
diketahui bahwa sebagian besar responden dengan darah normal. Hal ini menandakan pengetahuan
kepatuhan pengobatan yang baik memiliki rerata yang baik dapat mengubah tingkah laku. Dengan
kadar gula darah < 160 mg/dl yaitu sebanyak demikian masih diperlukan pula adanya
41,5%. Sebagian besar responden yang tidak patuh pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan
melakukan pengobatan memiliki rerata kadar gula keterampilan dalam pengelolaan Diabetes Melitus
≥ 160 mg/dl yaitu sebanyak 26,4%. Berdasarkan yang diberikan kepada setiap pasien diabetes,
uji statistik dengan Uji Chi Square didapatkan ρ = diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
0,003 (ρ < α), yang berarti penelitian ini ada sehingga dapat mengubah perilaku penyandang
hubungan antara kepatuhan pengobatan dengan Diabetes Melitus untuk lebih baik.
rerata kadar gula darah acak. Pemberdayaan penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan
masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien
PEMBAHASAN dalam menuju perubahan perilaku sehat. Dengan
Hubungan Penyerapan Edukasi dengan Rerata pemantauan tersebut didapat kondisi kadar gula
Kadar Gula Darah darah terkontrol.
Kegiatan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan Hubungan Pengaturan Makan dengan Rerata
melalui penyuluhan kelompok dan penyuluhan masa, Kadar Gula Darah
sedangkan kegiatannya dilakukan oleh Puskesmas,
Pengaturan makan merupakan gambaran tentang
Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan maupun lembaga-
pola makan/kebiasaan makan meliputi jenis dan
lembaga lainnya. Edukasi merupakan pendidikan atau
frekuensi makan. Pengaturan ini merupakan bagian
latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
dari penatalaksanaan Diabetes Melitus secara total.
dalam pengelolaan Diabetes Melitus yang diberikan
Kunci keberhasilan dalam pengaturan makan adalah
setiap pasien Diabetes Melitus.
keterlibatan secara menyeluruh dari seluruh tim
Menurut Basuki (2009), penyandang Diabetes
(petugas kesehatan, keluarga dan pasien).
Melitus perlu mendapatkan informasi minimal
yang diberikan setelah diagnosis ditegakkan, Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ada
mencakup pengetahuan dasar tentang diabetes, hubungan antara pengaturan makan dengan rerata
pemantauan mandiri, sebab-sebab tingginya kadar kadar gula darah acak. Hal ini dikarenakan
glukosa darah, obat hipoglikemia oral, perencanaan pengaturan makan dapat menstabilkan kadar
makan, perawatan, kegiatan jasmani, tanda-tanda glukosa darah dan lipid-lipid dalam batas normal
hipoglikemi dan komplikasi. Penyandang diabetes (Syahbudin, 2007). Hal ini harus diperhatikan oleh
yang mempunyai pengetahuan cukup tentang semua pihak karena semakin bertambah usia
diabetes, kemudian selanjutnya mengubah seseorang maka akan terjadi penurunan fungsi
perilakunya, sehingga akan dapat mengendalikan organ tubuh yaitu fungsi otak yang berhubungan
kondisi penyakitnya dan penyandang diabetes dengan daya ingat. Sehingga dengan bertambahnya
dapat hidup lebih berkualitas. umur penderita Diabetes Melitus maka
Edukasi dan informasi yang tepat dapat kemampuan untuk melakukan perencanaan makan
meningkatkan kepatuhan penderita dalam menjalani sehari-hari juga akan semakin menurun.
program pengobatan yang komprehensif, sehingga Makanan akan menaikkan glukosa darah, satu
pengendalian kadar glukosa darah dapat tercapai. sampai dua jam setelah makan, glukosa darah
Dengan kepatuhan yang lebih, maka akan lebih mencapai angka paling tinggi. Dengan mengatur
mudah menyerap informasi berkaitan dengan perencanaan makan yang meliputi jumlah, jenis
penyakitnya sehingga pasien Diabetes Melitus relatif dan jadwal, diharapkan dapat mempertahankan
dapat hidup normal bila mengetahui kondisinya dan
kadar glukosa darah dan lipid dalam batas normal
cara penatalaksanaan penyakitnya tersebut.
dan penderita mendapatkan nutrisi yang optimal.
240 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 234–243

Sumber tenaga yang paling sering di konsumsi sayuran golongan A mengandung 6% karbohidrat
adalah nasi dengan frekuensi tiga kali sehari. Hal dan penggunaannya harus diperhitungkan
ini dikarenakan nasi merupakan sumber makanan kalorinya. Sayur golongan B hanya mengandung
pokok mayoritas masyarakat suku jawa, sehingga 3% karbohidrat, sehingga dapat dikonsumsi
sangat susah untuk diubah agar makanan pokok ini dengan leluasa namun tidak berlebihan.
lebih bervariasi. Buah golongan A yang paling sering dikonsumsi
Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu gizi responden adalah jeruk manis dan nanas dengan
yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, di frekuensi dua kali dalam satu bulan untuk jeruk
mana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. manis dan satu kali dalam satu bulan untuk nanas.
Karbohidrat ini lebih banyak dikonsumsi sehari- Hal ini dikarenakan harga jeruk dan nanas yang dapat
hari sebagai makanan pokok, terutama di negara dijangkau seluruh masyarakat, mudah didapatkan dan
sedang berkembang. Hal ini disebabkan sumber rasa buah yang menyegarkan. Buah golongan B yang
bahan makan yang mengandung karbohidrat lebih paling sering dikonsumsi responden adalah pepaya
murah harganya dibandingkan sumber bahan dengan frekuensi sehari sekali. Hal ini dikarenakan
makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat buah pepaya mudah didapatkan, harga terjangkau,
banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, dapat dikonsumsi oleh banyak orang di rumah.
jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji- Menurut Tjokroprawiro (2006), buah-buahan yang
bijian (Ostman, 2001). dianjurkan untuk dimakan adalah buah yang kurang
Penukar nasi umumnya digunakan sebagai manis yang sering digolongkan menjadi golongan
makanan pokok, satu porsi setara dengan ¾ gelas buah B. Buah-buahan yang manis digolongkan
atau 100 gram, mengandung 175 kalori, 4 gram menjadi golongan buah A, golongan buah ini dilarang
protein, dan 40 gram karbohidrat, untuk menentukan diberikan kepada penderita diabetes. Buah golongan
berapa kebutuhan karbohidrat total per hari dapat A ini boleh dimakan asal dalam jumlah sedikit atau
ditentukan dengan melihat kebutuhan energi sehari. jarang, dan dimakan sesudah sayur golongan B.
Sumber protein yang paling sering dikonsumsi
adalah ayam ras dengan frekuensi satu kali dalam Sayur, buah dan kacangan mengandung
satu minggu. Hal ini dikarenakan responden banyak sekali serat yang dapat memperlambat
merasa terlalu mahal beli daging sapi maupun absorpsi glukosa, sehingga dapat ikut berperan
kambing, sebagai gantinya maka responden mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan
mengonsumsi daging ayam. Sumber protein nabati gula darah, makanan yang cepat dirombak dan
yang paling sering dikonsumsi adalah tahu dengan lambat diserap masuk ke aliran darah akan
frekuensi tiga kali sehari. Hal ini dikarenakan tahu menurunkan gula darah (Almatsier, 2006).
mudah didapat dan harga terjangkau oleh seluruh Sayuran dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
lapisan masyarakat. Menurut Suyono (2007), sayur golongan A dan sayur golongan B. Sayur
berkurangnya aktivitas insulin pada diabetes dapat golongan A mengandung 6% karbohidrat dan
menghambat sintesis protein. Asupan protein penggunaannya harus dibatasi serta diperhitungkan
sebesar 0,8 g/kg BB ideal dapat mempertahankan kalorinya. Sedangkan sayur golongan B
protogenesis, dengan catatan 50% daripadanya mengandung 3% karbohidrat, sehingga dapat
harus berasal dari protein hewani. dikonsumsi agak bebas.
Sayuran golongan A yang paling sering Buah-buahan juga dibagi menjadi 2 golongan,
dikonsumsi responden adalah wortel dengan yaitu buah golongan A dan buah golongan B. Buah
frekuensi sehari sekali. Hal ini dikarenakan wortel golongan A merupakan sebutan untuk buah-buahan
merupakan jenis sayuran yang sangat mudah di dapat yang manis, yang seringkali mengecilkan perawatan
dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat dan harus dilarang diberikan kepada penderita
mengonsumsi wortel dalam sayur sop. Sayuran Diabetes Melitus, contohnya: sawo, mangga, jeruk,
golongan B yang paling sering dikonsumsi responden rambutan, durian, anggur. Buah golongan A ini boleh
adalah kubis dan toge dengan frekuensi konsumsi dimakan asal dalam jumlah sedikit, jarang dan
kubis sehari sekali dan toge dikonsumsi seminggu dimakan sesudah sayur golongan B.
sekali. Hal ini dikarenakan kubis dan toge merupakan Buah golongan B merupakan sebutan untuk buah-
sayuran yang mudah didapatkan dan harganya buahan yang kurang manis, misalnya pepaya,
terjangkau. Menurut Tjokroprawiro (2006), kedondong, pisang (kecuali pisang raja, pisang
Nurlaili, dkk., Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM… 241

emas, pisang tanduk), apel, tomat, jambu air, peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot
jambu bol, salak, belimbing, bengkoang, semangka yang aktif sehingga latihan fisik secara langsung
yang kurang manis. dapat menyebabkan penurunan kadar lemak tubuh,
Jenis susu yang paling dikonsumsi adalah susu mengontrol kadar glukosa darah, memperbaiki
tanpa lemak dengan frekuensi satu hari sekali. Hal sensitivitas insulin, menurunkan stres.
ini dikarenakan sebagian besar responden Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ada
mengontrol kadar gula darah dengan mengonsumsi hubungan antara olahraga dengan rerata kadar gula
susu untuk penderita Diabetes Melitus. Susu tanpa darah acak pada penderita Diabetes Melitus. Hal ini
lemak tidak mengandung lemak dan jumlah dikarenakan olahraga dapat menurunkan kadar
kalorinya lebih rendah dibandingkan susu rendah glukosa darah. Salah satu olahraga yang bisa
lemak dan susu tinggi lemak. Menurut dilakukan adalah senam, senam diabetes sangat
Tjokroprawiro (2006), 200 gram susu skim cair penting dilakukan karena senam tersebut bisa
mengandung 75 kalori, yang terdiri atas protein 7 mengolah semua organ tubuh manusia, mulai otak
gram dan karbohidrat 10 gram. hingga ujung kaki (Brian J. Sharkey, 2003). Sebab
Hubungan Penerapan Olahraga dengan Rerata dampak penyakit diabetes menyerang seluruh tubuh.
Kadar Gula Darah Dampak paling ringan adalah kaki kesemutan.
Olahraga merupakan suatu program latihan Sedangkan yang terparah adalah menderita stroke.
jasmani dengan tujuan mengurangi resistensi Gerakan yang bervariasi membuat otak bekerja
insulin sehingga kerja insulin lebih baik dan sehingga dapat meningkatkan daya ingat dan
mempercepat pengangkutan glukosa masuk ke memperkuat konsentrasi. Hal ini merupakan terapi
dalam sel untuk kebutuhan energi. Olahraga secara untuk mencegah terjadinya dimensia (pikun).
teratur 3-4 kali seminggu dengan durasi kurang Selain itu, ada beberapa responden yang tidak
lebih 30 menit dapat menjaga kebugaran dan melakukan aktivitas olahraga, ini bisa disebabkan
menurunkan berat badan. Selain itu, dapat untuk karena kesibukan masing-masing individu yang
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan belum dapat meluangkan waktunya, belum
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan terbentuknya kebiasaan melakukan olahraga
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, teratur dan kurang tersedianya sarana dan
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Untuk prasarana yang memadai dalam melakukan
yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa keteraturan olahraga. Selain itu juga karena faktor
ditingkatkan, sementara yang sudah mendapatkan usia yang sudah mendekati usia lansia di mana usia
komplikasi Diabetes Melitus dapat dikurangi. tersebut mengalami penurunan terhadap kerja
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak fungsi otot-otot dan syaraf sehingga tidak dapat
dan bermalas-malasan, misalnya; menonton melakukan olahraga secara teratur.
televisi, menggunakan internet, main game Dalam Perkeni (2006) disebutkan bahwa
komputer dan lain-lain. Sebaiknya kebiasaan olahraga secara teratur dapat memperbaiki kendali
tersebut diubah, misalnya mengubah kebiasaan ke glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan
pasar menggunakan kendaraan bermotor dengan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar
berjalan kaki ke pasar, mengganti kebiasaan kolesterol HDL. Olahraga selain untuk menjaga
menggunakan lift dengan naik tangga, parkir kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
kendaraan dengan jarak yang tidak berdekatan memperbaiki kendali glukosa darah.
dengan pintu masuk sehingga dapat berjalan dari Ada baiknya bila sebelum melakukan olahraga
tempat parkir. Slain itu bisa memperbanyak melakukan konsultasi dengan dokter untuk
aktivitas fisik tinggi pada waktu liburan, misalnya menentukan jenis olahraga yang tepat dan sesuai
jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda, sepak bola. dengan kemampuannya.
Manfaat olahraga bagi penderita diabetes antara
lain menurunkan kadar gula darah, mencegah Hubungan Kepatuhan Pengobatan dengan
kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi Rerata Kadar Gula Darah
kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ada
gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hubungan antara kepatuhan pengobatan dengan
hiperkoagulasi darah (Ilyas, 2009). Menurut Chaveau rerata gula darah acak pada penderita Diabetes
dan Kaufman dalam Depkes (2008), latihan fisik Melitus. Hal ini dikarenakan bila penderita minum
pada penderita Diabetes Melitus dapat menyebabkan obat secara teratur dan diimbangi dengan gaya
242 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 234–243

hidup yang sehat akan menurunkan kadar gula Karena setiap obat memiliki fungsi dan waktu
darah diabetisi. kerja yang berbeda sehingga penggunaannya juga
Perilaku keteraturan konsumsi obat anti diabetes harus tepat sesuai aturan agar obat bekerja secara
responden menjadi salah satu upaya untuk efektif. Namun, apabila selama minum obat
pengontrolan dalam pengendalian glukosa darah penderita merasakan keluhan, dapat melakukan
ataupun komplikasi yang dapat ditimbulkan. Bila konsultasi kembali dengan dokter.
penderita Diabetes Melitus tidak patuh dalam Pengobatan diabetes memerlukan waktu yang
melaksanakan program pengobatan yang telah lama karena diabetes akan diderita seumur hidup dan
dianjurkan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya sangat kompleks karena membutuhkan pengobatan
maka akan dapat memperburuk kondisi penyakitnya. dan perubahan gaya hidup sehingga seringkali pasien
Keberhasilan dari pengobatan Diabetes Melitus ini menjadi tidak patuh dan cenderung putus asa dengan
selain dengan pengobatan secara medik, dalam program terapi yang lama, kompleks dan tidak
bentuk pemberian obat juga dipengaruhi dengan pola menghasilkan kesembuhan.
diet dan olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh. Keteraturan pemeriksaan gula darah di
Kepatuhan penderita adalah perilaku penderita pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan responden seringkali hanya sebatas untuk
seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan mengetahui perkembangan dari diabetes yang
berobat. Hal ini berkenaan dengan kemauan dan dialami dan pemberian obat tanpa ada sikap atau
kemampuan penderita untuk mengikuti cara hidup langkah berkelanjutan untuk mengendalikannya.
sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan Selain itu, kurangnya informasi atau konseling
pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal pada saat pemeriksaan bisa menjadi salah satu
pemeriksaan. Sangat sulit menilai tingkat kepatuhan faktor belum efektifnya proses pemeriksaan teratur
penderita dalam mengikuti anjuran dokter untuk terhadap pengaruhnya dalam pengendalian glukosa
dapat mengendalikan kadar glukosa darah, baik darah. Karena salah satu tujuan dari dianjurkan
menyangkut jadwal minum obat dan dosis, maupun pemeriksaan teratur yang dilakukan oleh penderita
pola hidup (pola makan, olahraga, dan lain-lain). Diabetes Melitus adalah sebagai upaya dalam
Menurut data WHO (2013), tingkat kepatuhan deteksi dini terjadinya komplikasi serta upaya
pengobatan pada penderita Diabetes Melitus penanganan klinis yang baik.
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya;
karakteristik pengobatan dan penyakit (kompleksitas
KESIMPULAN DAN
terapi, durasi penyakit dan pemberian perawatan),
faktor intrapersonal (umur, gender, rasa percaya diri, SARAN Kesimpulan
stres, depresi dan penggunaan alkohol), faktor
interpersonal (kualitas hubungan pasien dengan Hasil penelitian pada penerapan 4 pilar
penyedia layanan kesehatan dan dukungan sosial) dan pengendalian Diabetes Melitus dengan rerata kadar
faktor lingkungan (situasi berisiko tinggi dan sistem gula darah, yaitu sebagian besar responden dengan
lingkungan). penyerapan edukasi baik, melakukan pengaturan
Pengobatan akan dapat berjalan dengan baik makan, melakukan olahraga ≥ 3 kali seminggu
jika diberikan bersama dengan pengaturan makan dengan frekuensi > 30 menit, dan sebagian besar
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Namun penderita Diabetes Melitus tidak patuh melakukan
masih banyak penderita penyakit Diabetes Melitus pengobatan, dan rerata kadar gula darah dalam
yang tidak rutin dalam mengonsumsi obat-obatan batas normal. Terdapat juga beberapa responden
yang diberikan oleh dokter. Kebanyakan para yang belum tahu tentang edukasi Diabetes Melitus,
penderita Diabetes Melitus mengonsumsi obat- pengaturan makan, olahraga, dan keteraturan
obatan apabila merasakan keluhan saja. Hal berobat.
tersebut bisa dimungkinkan karena berbagai faktor
seperti responden kurang mendapat informasi Saran
tentang upaya pengendalian glukosa darah yang Perlu dilakukan sosialisasi tentang 4 pilar
lengkap dan kepatuhan responden dalam pengendalian Diabetes Melitus yang dilakukan oleh
melaksanakan anjuran yang diberikan dokter. petugas melalui POSBINDU maupun di kegiatan lainnya.
Mengubah aturan minum obat yang tidak sesuai
dengan anjuran dokter dapat mengurangi efektivitas.
Nurlaili, dkk., Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM… 243

REFERENSI Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Almatsier, S., 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, edisi
(http://www.kedokteran.info/konsensus-
ke-6. Jakarta: EGC.
pengelolaan-dan-pencegahan-diabetes-mellitus-tipe-
Depkes . 2008 . Metode Pencegahan dan
2-di-indonesia-2006.html.PDF).
Penanggulangan Faktor Risiko Diabetes
Purnomo, H. 2009. Pencegahan dan Pengobatan
Melitus. Jakarta: Depkes RI.
Penyakit yang Paling Mematikan. Yogyakarta:
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 2012. Profil
Buana Pustaka.
Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2010.
Soegondo S. & Sukardji K. 2008. Hidup Secara
Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Mandiri dengan Diabetes Mellitus Kencing
FKM UNAIR. 2008. Pedoman Penulisan dan Tata
Manis Sakit Gula. Jakarta: FKUI.
Cara Ujian Skripsi. Surabaya: Universitas
Soegondo S., Soewondo P., & Subekti I. 2007.
Airlangga.
Penatalaksanaan Diabetes Terpadu. Jakarta:
Gibney J.M., Margaretts M.B., Kearney M.J., &
FKUI.
Arab L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat.
Suyono, S. 2009. Kecenderungan Peningkatan
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Jumlah Penyandang Diabetes, dalam
Mahdiana, R. 2010. Mencegah Penyakit Kronis
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Sejak Dini. Yogyakarta: Tora Book.
Mahendra B, Krisnatuti D, Tobing A, & Alting AZB. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
2008. Care Yourself, Diabetes Mellitus. Jakarta: Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia
Bersama Diabetes. Jakarta: GPU.
Penebar Plus.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. World Diabetes Foundation. 2005. Atlas Diabetes.
Executive Summary, second edition.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tujuan Mempelajari Etika
    Tujuan Mempelajari Etika
    Dokumen4 halaman
    Tujuan Mempelajari Etika
    riska
    Belum ada peringkat
  • Tugas Konseling
    Tugas Konseling
    Dokumen16 halaman
    Tugas Konseling
    riska
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bu Candra
    Tugas Bu Candra
    Dokumen23 halaman
    Tugas Bu Candra
    riska
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen4 halaman
    Judul
    riska
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ips
    Tugas Ips
    Dokumen10 halaman
    Tugas Ips
    riska
    Belum ada peringkat
  • Soal Biologi
    Soal Biologi
    Dokumen14 halaman
    Soal Biologi
    riska
    Belum ada peringkat
  • Sosiologi 2
    Sosiologi 2
    Dokumen10 halaman
    Sosiologi 2
    riska
    Belum ada peringkat
  • Pidato Riska Dan Anom
    Pidato Riska Dan Anom
    Dokumen3 halaman
    Pidato Riska Dan Anom
    riska
    Belum ada peringkat
  • Cabang-Cabang Ilmu Biologi
    Cabang-Cabang Ilmu Biologi
    Dokumen13 halaman
    Cabang-Cabang Ilmu Biologi
    chessrecht
    100% (1)
  • Pidarta Bhs Bali
    Pidarta Bhs Bali
    Dokumen3 halaman
    Pidarta Bhs Bali
    riska
    Belum ada peringkat
  • Nyanggra Rahina Nyepi
    Nyanggra Rahina Nyepi
    Dokumen2 halaman
    Nyanggra Rahina Nyepi
    Supriyanti
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Dokumen10 halaman
    Asuhan Keperawatan
    riska
    Belum ada peringkat
  • Sosiologi 2
    Sosiologi 2
    Dokumen10 halaman
    Sosiologi 2
    riska
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bu Candra
    Tugas Bu Candra
    Dokumen23 halaman
    Tugas Bu Candra
    riska
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan
    Asuhan Keperawatan
    Dokumen10 halaman
    Asuhan Keperawatan
    riska
    Belum ada peringkat
  • Tik
    Tik
    Dokumen2 halaman
    Tik
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 1
    Alkali 1
    Dokumen24 halaman
    Alkali 1
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 2
    Alkali 2
    Dokumen12 halaman
    Alkali 2
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 1
    Alkali 1
    Dokumen24 halaman
    Alkali 1
    riska
    Belum ada peringkat
  • Lap Kimia1
    Lap Kimia1
    Dokumen6 halaman
    Lap Kimia1
    riska
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pratama
    Tugas Pratama
    Dokumen6 halaman
    Tugas Pratama
    riska
    Belum ada peringkat
  • Hortatory Riska
    Hortatory Riska
    Dokumen6 halaman
    Hortatory Riska
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 2
    Alkali 2
    Dokumen12 halaman
    Alkali 2
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 2
    Alkali 2
    Dokumen12 halaman
    Alkali 2
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 1
    Alkali 1
    Dokumen24 halaman
    Alkali 1
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 2
    Alkali 2
    Dokumen12 halaman
    Alkali 2
    riska
    Belum ada peringkat
  • Lap Kimia1
    Lap Kimia1
    Dokumen6 halaman
    Lap Kimia1
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 1
    Alkali 1
    Dokumen24 halaman
    Alkali 1
    riska
    Belum ada peringkat
  • Alkali 2
    Alkali 2
    Dokumen12 halaman
    Alkali 2
    riska
    Belum ada peringkat