TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
keperdataan.
12
G.H.S. Lumban Tobing, Op-Cit, hal 3-4
13
R. Sugondo Notodisoerjo, Op. Cit, hal, 13
Pengertian Notaris dapat dilihat dalam suatu peraturan perundang-
Notaris memang memiliki hubungan dengan negara dalam hal ini, yaitu
akta otentik. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses
hukum.18
Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
ini.19
2. Dasar Hukum
Undang Nomor 30
2004 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117.
Nomor 30
A. Kewenangan
B. Kewajiban
C. Larangan
23
Ibid, hal. 69
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Pembuat Akta
Tanah di luar wilayah jabatan Notaris;
h. menjadi Notaris Pengganti atau melakukan pekerjaan lain yang
bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan
yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan
Notaris.
5. Pemberhentian Notaris
utang;
jabatan.
lama 6 ( enam ) bulan (Pasal 9 ayat (2) (3), (4) Undang-Undang Nomor
30 tahun 2004).
B. Diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas usul Majelis Pengawas
Pusat apabila :
(tiga) tahun;
jabatan.
1. Pengertian Pengawasan
Dalam setiap organisasi terutama organisasi pemerintahan fungsi
suatu pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan
24
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di
Daerah, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993), Hal.
233
25
Sujamto, Aspek Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993),
Hal. 53
Jabatan Notaris, maka ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata
terhadap Notaris.
terhadap Notaris.
yang besifat preventif dan represif oleh Menteri yang bertujuan untuk
peraturan perundang-undangan.
adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan
yang telah ditentukan, bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral
hukum bagi masyarakat. Sisi lain dari pengawasan terhadap Notaris, adalah
martabat jabatannya. Ini berarti Notaris harus selalu menjaga segala tindak
jabatannya, maka hal itu oleh Kejaksaan yang didalam wilayahnya Notaris itu
Hakim.
a. Manfaat Pengawasan
atau tidak.
b. Norma Pengawasan
26
Sujamto, Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1983). hal 64
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata norma dijelaskan
berasal dari Bahasa Belanda, norm yang oleh wojowasito diberi arti
c. Etika Pengawasan
Kata “etika “ atau “etik” diperoleh dari bahasa asing. Dalam bahasa
Belanda dikenal kata “ethiek atau ethica” yang artinya dijelaskan sebagai
27
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta ; Balai
Pustaka, 1976), hal. 20
28
S. Wojowasito, Kamus Umum Belanda-Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1978), hal 428
29
Sujamto, Norma dan Etika Pengawasan, (Jakarta : Sinar Grafika, 1989), hal 18
30
Ibid, hal. 19.
motives which prompt them, the praiseworthness or blame worthiness of
the agents who perform them, and the goodness or badness of the
tindakan tersebut.31
kata latin ethicus dan kata Yunani ethikos, yang berarti moral. Jadi pada
Notaris yaitu :
a. Pasal 20 menyatakan bahwa :
(1) Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris, Ketua Majelis
(4) Dalam hal Terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut, tetapi
(5) Dalam hal Terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut yang
(6) Dalam hal Pelapor setelah dipanggil secara sah dan patut tidak
Jadi dalam hal ini, Majelis Pengawas Daerah (MPD) merupakan Majelis
berikut :
umum.
(2) Pemeriksaan dimulai dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
Pelapor.
tanggapan.
laporan diterima.
Jabatan Notaris;
berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang
dianggap perlu;
bulan;
umum.
umum.
diterima.
putusan diucapkan.
Pasal 28, menyatakan bahwa
dalam putusan.
keterangannya.
(4) Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
diucapkan.
(1) Dalam hal dalil yang diajukan pada memori banding dianggap
sanksi.
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pemberhentian sementara;
Notaris.
(2) Dugaan unsur pidana yang diberitahukan kepada Majelis
berwenang.
(1) Pelapor dan atau Terlapor yang merasa keberatan atas putusan
(3) Dalam hal Pelapor dan atau Terlapor tidak hadir pada scat
Pengawas Wilayah.
sendiri.
(2) Putusan Majelis Pemeriksa Pusat bersifat final dan mempunyai
ditenima.
Indonesia.
Dengan demikian Majelis Pengawas Pusat (MPP) memeriksa