Anda di halaman 1dari 19

LI.

1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI & FISIOLOGI KULIT

1.1 ANATOMI KULIT


Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh, yang terdiri atas 2
lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
3.jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)

Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat
lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak
mengandung jaringan lemak.
Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan kulit-
mukosa (mucocutaneus junction). Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva,
preputium, dan anus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar
16% dari berat tubuh.
Maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan
yang disebut apendix kulit, dimana meliputi; glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea
(kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat
disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah
intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5
mm. Rata – rata tebal kulit adalah 1-2 mm. Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis,
kulit dibagi menjadi:

A. Kulit Tebal
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut. Pada
permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur
dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari epidermis
sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan
epidermis. Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula
sudorifera untuk menembus epidermis.

1. Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk
sintesa melanin.
Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

Gambar 1. Struktur epidermis


1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena
paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel. Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan
jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya
terdapat butir – butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum
germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum
basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan
pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan
seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan
interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu
ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti
belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti sel
pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir-butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir
keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin
semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam
proses tersebut, misalnya pada kuku. Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin
bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum
granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum
corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian
yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali
lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan
antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi. Pada
permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut
sebagai stratum disjunctivum.

2. Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla
corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar
dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut kolagen
kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya selain
terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya
mangandung butir – butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang
akan bermuara pada epidermis.

B. Kulit tipis
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal.
Epidermisnya tipis, sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa
perbedaan:
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis


Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis. Demikian pula serabut-serabut
kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis. Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan
lemak yang tebal sampai mencapai 3 cm atau lebih,misalnya pada perut. Di dalam subcutis terdapat
anyaman pembuluh dan syaraf.
Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari jaringat
pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam celah-celah di antara
sel-sel stratum Malphigi.
Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi
Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan sedikit
granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat jarang. Tonofilamen yang
terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan nembentuk
lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir selubung membran atau
keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga karena
didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas tonofilamen,yang sesuai
dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan
keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk
tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.
Apendiks Kulit
a. Glandula Sudorifera
Bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama pada
telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus ekskretorius.
Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan bergelung-gelung
ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-kadang dalam sitoplasma
selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti
otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi
untuk membantu pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius.
Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua. Kelenjar
keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat apokrin ialah: glandula
axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris Montogomery

b. Glandula Sebacea

Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak (sebum),
yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini bersifat holokrin.
Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae,
labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.

c. Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis. Rambut
ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan
labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis
sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon
adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu
folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus
rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan
kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.
Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila dermis menghasilkan
sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak
sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok
padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang
menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang
memisahkan folikel rambut dari dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy
membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam ini memiliki 3
lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin
yang tersusun dengan bagian yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang
terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di
dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga
adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami keratinisasi
dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan selubung akar luar.selubung akar luar
berhubungan langsung dengan sel epidermis dan dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki
semua lapisan epidermis.

Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang rambut. kontraksi otot ini
dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor
pili juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa
yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang
menghasilkan pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan
memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi
epidermis.

d. Kuku

Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal. Sebenarnya
invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada rambut, selanjutnya
invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah
ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai keratin
keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang
tersembunyi dalam alurkuku adalah akar kuku(radix unguis).
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar epidermis yang
disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale dan stratum spinosum.
Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah
ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.

1.2 FISIOLOGI KULIT


RESEPTOR
Jenis-jenis reseptor berdasarkan stimulus adekuatnya :
♥ Fotoreseptor : peka terhadap gelombang cahaya
♥ Mekanoreseptor : peka terhadap energy mekanis
♥ Termoreseptor : peka terhadap panas dan dingin
♥ Osmoreseptor : mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan tubuh
♥ Kemoreseptor : peka terhadap bahan kimia spesifik yang termasuk untuk reseptor penciuman
dan pengecapan
♥ Nosiseptor : peka terhadap kerusakan jaringan misalnya cubitan atau luka bakar

Setiap reseptor mempunyai sifat khusus untuk merespon untuk satu jenis rangsangan contohnya
pada mata ada reseptor yang peka terhadap cahaya, pada telinga ada reseptor yang peka terhdap
gelombang suara, dan pada kulit ada reseptor yang peka terhadap energy panas. Semua ini terjadi
karena adanya perbedaan sensitifitas reseptor.

FUNGSI KULIT
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi
tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.

1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi; selain itu
juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan
serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam
dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-
sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul
keganasan.
e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah sel
Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit
yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.

2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D, E,
dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa
obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan
melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau
melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang
melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat:
a. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan
lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor
pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu
ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein,
dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan
memproteksi keratin.

b. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan
cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih
banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein
yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat
merokrin.
♥ Kelenjar keringat apokrin
Terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan
menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin
bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel
yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin.
Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke
permukaan luar.

♥ Kelenjar keringat merokrin (ekrin)


Terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit,
nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi
dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan,
mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara
mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida
kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan
panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan
oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis.
Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik
tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)


Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara:
pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi,
tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah
(vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah,
tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah
(vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

6. Fungsi pembentukan vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan
bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan
calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam
mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi
kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap
diperlukan.
Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah,
kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

7. Fungsi pembentukan pigmen


Sel pembentuk pigmen terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit 10:1. Jumlah melanosit sdan jumlah serta besarnya
butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu.

8. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel Langerhans,
melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini
menjadi sel tanduk yang amorf.

LI.3. Memahami dan Menjlaskan Dermatofitosis

3.1 DEFINISI

Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit disebut " Dermatofitosis ". Golongan
jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik)
sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai
dengan stratum basalis.

3.2 ETIOLOGI
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu genus:
Mikrosporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23
spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies
Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.
Cara penentuan dermatofitosis terlihat pada gambaran lesi dan lokasi. Selain sifat keratinofilik ini, setiap
spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama
menyerang binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya : Microsporum canis dan
Trichophyton verucosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat
menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.

CARA PENULARAN
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung melalui 3 cara
anthropofilik (penyebaran dari manusia ke manusia), zoofilik (penyebaran dari hewan ke manusia) dan
geofilik (penyebaran dari tanah, air dan udara ke manusia). Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel,
rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak
langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.
Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari
beberapa faktor:
1. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik.
Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas
terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trichophyton rubrum jarang menyerang
rambut, Epidermatophyton floccosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.

2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih sulit untuk terserang jamur.

3. Faktor suhu dan kelembaban


Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau
lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur
ini.

4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan


Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur
pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding
golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.

5. Faktor umur dan jenis kelamin


Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan
pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak
berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor
perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya), serta pemakaian pakaian yang serba nilon, dapat
mempermudah penyakit jamur ini.

LOKASI
Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang ditimbulkan sesuai
dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena harus menunggu hasil biakan jamur
dan ini memerlukan waktu yang agak lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik
dapat disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat
disebabkan oleh beberapa spesies dermatofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang diserang.
Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat bagian tubuh
yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut:
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas sampai ke
daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak tangan
dan kaki serta sela-sela jari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik yang khas.

3.3 KLASIFIKASI

TINEA KAPITIS
(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang-
binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk
bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta
mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat.
Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flouresensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit
melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies Microsporum dan Trichophyton.

2. Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh T. tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di
dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada
permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang
berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot". Biasanya
bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak
bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah T. tonsusurans dan
T.violaseum.

3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal,
sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-
sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan
suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh
Mikosporon kanis, M. gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.

4. Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah
kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk
seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat
lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya
adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum.
Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah
kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis
vulgaris dan Dermatitis seboroika.

TINEA KORPORIS
(Tinea circinata=Tinea glabrosa)
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak
bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi
biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif.
Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi
gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sirsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema,
adanya papula-papula dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea
korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah
yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadibersama-sama dengan Tinea kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. M. gipseum, M. kanis, M.
audolini. penyakit ini sering menyerupai:
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.

TINEA KRURIS
(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai
dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut
memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi
ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang
hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni
daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai
ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, T. rubrum dan T. mentografites.
Diagnosa Banding:
1. Kandidiasis inguinalis
2. Eritrasma
3. Psoriasis vulgaris
4. Pitiriasis rosea

TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS


Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang
orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah
atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan
subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi
sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis:

1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV
dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup
lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat
menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.

2. Bentuk hiperkeratosis
Terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila
hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

3. Bentuk vesikuler subakut


Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit,
diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar
yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat
terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu
dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan
Epidermofiton flokosum.
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan:
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa
TINEA UNGUIUM
(Onikomikosis = ring worm of the nails)
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari
dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai
dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram
tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya
detritus yang banyak mengandung elemen jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan
dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan
keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah
seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
Penyebab utama adalah : T. rubrum, T. mentagrophytes

Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku
2. Psoriasis yang menyerang kuku
3. Akrodermatitis persisten
TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis,
disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
1) Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya
meluas ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran
seperti ini menyerupai tinea korporis.
2) Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan
permukaan membasah oleh karena erosi.

Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :


1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam

TINEA IMBRIKATA
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton
konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar.
Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah
dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang
melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun

3.4 PATOFISIOLOGI

Tinea kruris disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita. Dermatofita adalah golongan jamur yang
menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin.

Derrmatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus, yaitu Microsporum, Trichop
hyton, dan Epidermophyton. Penyebab Tinea kruris sendiri sering kali oleh Epidermophyton floccosum, na
mun dapat pula oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton verrucosum.

Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (kerati
nofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneum samp
ai dengan stratum basalis. Selain sifat keratofilik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misal
nya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penya
kit. Jamur ini mudah hidup pada medium dengan variasi pH yang luas. Jamur ini dapat hidup sebagai sapro
fit tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di dalam berbagai organ manusia atau hewan. Pada keadaan
tertentu sifat jamur dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir f
atal. Beberapa jamur hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainnya terutama menyerang hew
an (zoofilik) walau kadang-kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan menimbulkan lesi kulit
pada manusia, keberadaan jamur tersebut sering menyebabkan terjadinya suatu reaksi inflamasi yang hebat
. Penularan biasanya terjadi karena adanya kontak dengan debris keratin yang mengandung hifa jamur.

3.5 MANIFESTASI

Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada manusia bersifat
akut dan sedang namun lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia,
karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan
penyakit menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur
yang antropofilik ialah: Microsporum audoinii dan Trichophyton rubrum.

3.6 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


Pemeriksaan mikologik dapat membantu dalam menegakan diagnosis. Pemeriksaan dalam
menentukan diagnosis infeksi dermatofitosis terdiri dari pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan.

Pemeriksaan langsung
Pengambilan spesimen
Pengambilan specimen dimulakan dengan membersihkan lokasi lesi dengan alcohol/spiritus 70%.
Untuk pengambilan specimen pada kulit tidak berambut (kulit glabrosa) pengerokan dilakukan dari bagian
tepi lesi sampai ke bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit menggunakan skapel tumpul steril. Untuk
pengambilan spesimen di kulit berambut, rambut pada kulit yang mengalami kelainan dicabut dan kulit di
bagian itu dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit dan pus. Dalam pengambilan specimen di kuku,
spesimen diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga mengenai
seluruh tebal kuku dan bahan di bawah kuku diambil.

Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dimulai dengan penyediaan slide, bahan diletakan di atas gelas alas
kemudian di tambah 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10%,
untuk kulit 20% dan untuk kuku 30%. Setelah sediaan dicampurkan dengan larutan KOH, sediaan
ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepatkan proses pelarutan dapat dilakukan
pemanasan sediaan basah dia atas api kecil sehingga berlaku penguapan. Untuk melihat elemen jamur
ditambahkan zat pewarna pada sediaan KOH, tinta parker blue-black. Elemen jamur dapat diperhatikan di
bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x dan 400x.
Pada sediaan kuku dan kulit dapat dilihat hifa sebagai garis sejajar terbahagi oleh sekat lengkap
dan bercabang. Terlihat juga spora berderet (artrospora).Pada sediaan rambut terlihat spora kecil
(mikrospora) dan spora besar (makrospora). Spora yang kelihatan bisa tersusun di luar rambut (ektotriks)
atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat hifa pada sediaan rambut.

Pemeriksaan dengan pembiakan


Pemeriksaan pembiakan dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan sediaan langsung dan
menentukan spesies dermatofita.Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan klinis dalam media
buatan, medium agar dekstrosa Sabouraud. Pada medium ditambahkan antibiotic, Kloramfenikol untuk
menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.

3.7 PENATALAKSANAAN
Terapi lokal
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot,
telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.
1.) Lesi-lesi yang meradang akut dengan vesikula dan eksudat harus dirawat dengan kompres basah secara
terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus
tetap utuh.
2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol, bifonasol, kotrimasol
dalam bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan
penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.
3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi lokal dengan
obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan
kulit menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolitik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu
hati-hati kalau menggunakannya.
4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan total. Kuku yang
menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-
keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku
jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya
pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.

Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin adalah suatu
antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala
jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-
sama dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan
tidak dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan.
Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x sehari, 2 x
sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian
adalah 10 hari. Salep ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.

3.8 KOMPLIKASI
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh organisme candida atau bakteri.
Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga menyebabkan penyakit
menyebar.

3.9 PENCEGAHAN

Pengobatan Pencegahan :
1.) Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor lingkungan
ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari
sesudah mandi harus dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.
2.) Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
3.) Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat,
jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.
4.) Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.

3.10 PROGNOSIS
Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya
disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang
memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

LI.4. Menjaga Kesehatan Kulit menurut Islam


Menjaga kulit dan menutup aurat berdasarkan ajaran Islam.

Menjaga kulit dari sinar Matahari – Matahari memiliki peran utama dalam merusak kulit. Anda perlu
melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan pada kulit. Matahari sangat berpengaruh dalam
membuat kulit berkerut, kering, dan membuat warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit,
penipisan kulit serta penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.

 Perintah menutup aurat

Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam istilah fiiah aurat
diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.

Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat 33
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan
Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya”.

Manfaat menutup aurat:

1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)


“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang
memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita
yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip
punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium
baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang
berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan
sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

2. Terhindar dari pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri.
Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR.
Bukhari)

ASAS AURAT

Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki adalah
menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh badan kecuali
muka dan tapak tangan.

1. Aurat Ketika Sembahyang


Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

2. Aurat Ketika Sendirian


Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini bererti
bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.

3. Aurat Ketika Bersama Mahram


Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan lutut. Walau pun
begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh badan yang boleh menaikkan
syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam menjaga kehormatan
agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan berlaku.

Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang wanita
iaitu :

1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
6. Anak saudara dari saudara perempuan
7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun begitu, bagi
kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita dilarang menampakkan
aurat terhadap mereka.

Anda mungkin juga menyukai