Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS & DESAIN STRUKTUR RANGKA ATAP

Gambar 1. Struktur Rangka Atap Baja

Agar beban-beban yang bekerja pada Struktur Rangka Batang (Truss Structure)
dapat terpusat di titik-titik buhul (joint), maka perlu adanya elemen struktur yang
berfungsi untuk merubah beban merata (q) menjadi beban-beban terpusat (Q). Pada
struktur rangka atap, perlu dipasang gording untuk merubah beban merata menjadi
beban-beban terpusat, agar tidak timbul momen lentur pada sistem struktur. Untuk
mendapatkan struktur rangka atap yang ideal, maka gording-gording harus diletakkan
pada joint.

Gambar 2. Beban merata pada rangka atap


Pada struktur rangka atap, selain beban mati yang berupa berat sendiri dari
elemen-elemen konstruksi (berat penutup atap, berat rangka, gording, dll.) dan beban
hidup yang diperkirakan akan bekerja pada struktur rangka, perlu diperhitungkan juga
pengaruh dari beban angin (tekanan dan hisapan). Dengan adanya gording-gording pada
titik buhul, maka beban-beban merata pada struktur atap akan menjadi beban-beban
terpusat.

Gambar 3. Beban-beban terpusat pada rangka atap

Berdasarkan pedoman pembebanan yang berlaku di Indonesia, besarnya tekanan


tiup angin yang bekerja pada struktur atap dapat diambil minimum sebesar 25 kg/m2.
Tekanan angin di laut dan ditepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil
minimum 40 kg/m2. Berhubung pengaruh angin akan menimbulkan tekanan dan
hisapan, maka pada struktur atap juga akan mengalami tekanan dan hisapan angin,
dimana besarnya tergantung dari bentuk dan kemiringan atap. Distribusi beban angin
menjadi beban-beban terpusat dijelaskan pada skema di bawah.

Jika diketahui tekanan tiup angin : qw = (25-40) kg/m2, kemiringan atap :  ,


jarak rangka atap : B, jarak antar gording : Lg, maka besarnya: tekanan angin (Qt)
dan hisapan angin (Qh) adalah:

Tekanan angin : Qt = Lg.B.[( 0,02. + 0,4).qw]

: Qt = 2.304x3x[(0,02x30’+ 0,4)x25)]

: Qt = 172.8 kg/m2

Hisapan angin : Qh = Lg.B.[(0,4).qw]


: Qh = 2.304x3x[(0,4)x25)]

: Qh = 69.12 kg/m2
Untuk keperluan perhitungan, beban terpusat pada titik buhul akibat tekanan
angin (Qt) dan hisapan angin (Qh), diuraikan menjadi beban yang berarah vertikal (Vh)
dan horisontal (Hh) sbb. :

Tekanan angin (Qt) : Vt = Qt.cos.  Ht = Qt.sin. 

= 149.650 = 86.4
Hisapan angin (Qh) : Vh = Qh.cos.  Hh = Qh.sin. 

= 59.860 = 34.56

Gambar 4. Penguraian beban angin kiri pada joint rangka atap


Gambar 4.1 Penguraian beban angin kanan pada joint rangka atap

Beban mati pada struktur rangka atap, dapat terdiri dari berat sendiri rangka,
beban penutup atap, usuk, reng, gording, plafond dan penggantung. Berdasarkan
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1987, besarnya beban-beban di atas
adalah :

 Atap genting, usuk, dan reng (qa) = 50 kg/m2 ,

 Plafond dan penggantung (qp) = 50 kg/m2

 Berat jenis baja = 7850 kg/m3.

Dengan demikian besarnya beban terpusat pada titik buhul akibat penutup atap :
Qa = d.B.qa = 600 kg, dan akibat plafond Qp = d.B.qp = 240 kg (Gambar 5).

Gambar 5. Beban penutup atap dan plafon


Besarnya beban hidup pada atap akibat berat pekerja diperhitungkan sebesar Qh =
100 kg. Beban ini ditempatkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan pengaruh yang
paling berbahaya pada struktur rangka atap (Gambar 6).

Gambar 6. Penempatan beban hidup pada rangka atap

ANALISIS & DESAIN STRUKTUR RANGKA ATAP


Suatu struktur rangka atap dari baja, mempunyai konfigurasi seperti pada gambar.
Sambungan antara batang menggunakan baut berdiameter 12 mm dan pelat buhul tebal
1 cm. Panjang bentang dari rangka = 800 cm, tinggi rangka = 230.1 cm, dan jarak
antara rangka atap : B = 300 cm.
Untuk keperluan desain awal, batang tepi atas menggunakan profil siku rangkap
2L50.50.5, dan tepi bawah menggunakan profil siku rangkap 2L.20.20.4, Batang
vertikal menggunakan profil siku rangkap 2L25.25.5, dan batang diagonal
menggunakan profil siku rangkap 2L.20.20.3. Mutu profil baja yang digunakan adalah
BJ.37, dengan tegangan leleh (fy) = = 2400 kg/cm2.
Beban-beban yang diperhitungkan bekerja pada struktur rangka atap adalah beban
angin (qw) = 25 kg/m2, beban penutup atap (qa) = 50 kg/m2, dan beban plafon (qp) =
20 kg/m2. Berat jenis baja = 7850 kg/m3 , modulus elastisitas baja E = 2100000 kg/cm2
, dan angka poisson baja = 0,3.
Kombinasi pembebanan yang ditinjau pada analisis struktur adalah :

 PembebananTetap : Beban mati + beban hidup

 Pembebanan Sementara 1 : Beban mati + beban hidup + angin dari kiri

 Pembebanan Sementara 2 : Beban mati + beban hidup + angin dari kanan

Gambar 7. Konfigurasi struktur dengan profil siku rangkap 2L50.50.5 , 2L20.20.4


, 2L25.25.5 , 2L20.20.3
Langkah Perencanaan Kuda-Kuda Baja Dengan SAP2000 V.15
(Metode ASD)

1. Memilih Sistem Satuan

Pada kotak sistem satuan, pilih sistem satuan yang digunakan yaitu : kg-m.

2. Menyusun Konfigurasi Stuktur

Dari menu File, pilih New Model dan 2D Trusses. Pada kotak 2D Truss Type pilih Prat
Truss. Masukkan data konfigurasi struktur rangka atap sbb. :

Gambar 12. Dimensi struktur rangka atap


3. Mendefinisikan Karakteristik Material

Dari menu Define, pilih Material untuk menampilkan kotak Define Material. Pilih
STEEL, kemudian klik tombol Modify/Show Material. Pada kotak Material Property
Data masukkan data dari material :

Gambar 13. Properti material baja


4. Mendefinisikan Dimensi Elemen

Dari menu Define, pilih Frame Sections untuk menampilkan kotak Frame Properties.
Pada kotak Frame Properties, klik Add Double Angle, kemudian Add New Property.
Pada kotak Doubel Angle Section, masukkan data untuk profil siku rangkap 2L.50.50.5
dengan pelat buhul tebal 1 cm, sbb :
Gambar 14. Properti penampang profil siku rsangkap 2L.50.50.5

Untuk mendefinisikan profil siku rangkap 2L.25.25.5, 2L.20.20.4, 2L.20.20.3 dilakukan


dengan cara yang sama.

5. Penempatan Elemen Pada Sistem Struktur

Klik batang atas dari struktur. Pilih menu Assign, kemudian Frame dan Section. Pada
kotak Frame Section, pilih 2L50.50.5, klik OK.

Klik batang vertikal. Pilih menu Assign, kemudian Frame dan Section. Pada kotak
Frame Section, pilih 2L25.25.5, klik OK.

Klik batang diagonal. Pilih menu Assign, kemudian Frame dan Section. Pada kotak
Frame Section, pilih 2L20.20.3, klik OK.

Klik batang horisontal. Pilih menu Assign, kemudian Frame dan Section. Pada kotak
Frame Section, pilih 2L20.20.4, klik OK.

6. Mendefinisikan Kasus Beban (Load Case)

Untuk mendefinisikan 4 kasus beban yang bekerja pada struktur, yaitu beban mati
(DEAD), beban hidup (LIVE), beban angin kiri (WIND-Ki), dan beban angin kanan
(WIND-Ka), dilakukan sbb. :

Dari menu Define, pilih Load Case. Pada kotak Define Load , masukkan data :

Gambar 15. Kasus beban pada struktur rangka atap

7. Mendefinisikan Kasus Analisis (Analysis Cases)


Untuk mendefinisikan kasus beban yang akan dianalisis, yaitu beban mati (DEAD),
beban hidup (LIVE), beban angin kiri (WIND-Ki), dan beban angin kanan (WIND-Ka),
dilakukan sbb. :

Dari menu Define, pilih Analysis Cases. Pada kotak Analysis Cases, masukkan data
sbb. :

Gambar 16. Kasus analisis pada struktur rangka atap

Kasus analisis selain DEAD, LIVE, WIND-Ki, dan WIND-Ka, dihapus dari kotak
Analysis Cases dengan menggunakan Delete Case.

8. Mendefinisikan Pembebanan Pada Struktur

Beban pada struktur rangka batang berupa beban yang bekerja di joint-joint struktur.
Untuk mendefinisikan beban-beban pada struktur, dilakukan sbb. :

Kasus Beban 1 : Beban Mati (DEAD)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban mati 600 kg. Pilih menu Assign
kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data beban :

Load Case Name : DEAD


Load : Forces Global Z = -600
Options : Replace Existing Load
Klik OK.

Dengan cara yang sama, ulangi pemasukan data untuk beban mati 300 kg dan 240 kg
yang bekerja pada struktur.
Kasus Beban 2 : Beban Hidup (LIVE)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban hidup 100 kg. Pilih menu
Assign kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data beban:

Load Case Name : LIVE


Load : Forces Global Z = -100
Options : Replace Existing Load
Klik OK.

Kasus Beban 3 : Beban Angin Kiri (WIND-Ki)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban 280 kg dan 140 kg. Pilih menu
Assign kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data
beban :

Load Case Name : WIND-Ki


Load : Forces Global Z = -149.650
: Forces Global X = 86.4
Options : Replace Existing Load
Klik OK.

Dengan cara yang sama, ulangi pemasukan data untuk beban-beban lainnya yang
bekerja pada struktur.

Kasus Beban 4 : Beban Angin Kanan (WIND-Ka)

Klik joint-joint pada struktur yang akan dibebani beban 120 kg dan 60 kg. Pilih menu
Assign kemudian Joint Load dan Forces. Pada kotak Joint Forces masukkan data-data
beban sbb. :

Load Case Name : WIND-Ka


Load : Forces Global Z = 59.860
: Forces Global X = -34.56
Options : Replace Existing Load
Klik OK.
Dengan cara yang sama, ulangi pemasukan data untuk beban-beban lainnya yang
bekerja pada struktur.

9. Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan (Load Combination)

Setelah semua kasus beban dan beban-beban yang bekerja pada struktur dimasukkan
datanya di dalam program, kemudian perlu didefinisikan kombinasi pembebanan yang
akan ditinjau pada analisis. Untuk mendefinisikan 3 kombinasi pembebanan yang
bekerja pada struktur, dilakukan dengan cara sbb. :

Kombinasi Pembebanan 1 : (Mati + Hidup)

Dari menu Define, pilih Load Combination. Pada kotak Define Load Combination, klik
Add New Combo, kemudian masukkan data :

Respons Combination Name : COMB1


Combination Type : Linear Add

Case Name Case Type Scale Factor


DEAD Linear Static 1.2
LIVE Linear Static 1.6

Kombinasi Pembebanan 2 : (Mati + Hidup + Angin Kiri)

Dari menu Define, pilih Load Combination. Pada kotak Define Load Combination, klik
Add New Combo, kemudian masukkan data :

Respons Combination Name : COMB2


Combination Type : Linear Add

Case Name Case Type Scale Factor


DEAD Linear Static 1.2
LIVE Linear Static 1.6
WIND-Ki Linear Static 1.4

Kombinasi Pembebanan 3 : (Mati + Hidup + Angin Kanan)

Dari menu Define, pilih Load Combination. Pada kotak Define Load Combination, klik
Add New Combo, kemudian masukkan data :

Respons Combination Name : COMB3


Combination Type : Linear Add
Case Name Case Type Scale Factor
DEAD Linear Static 1.2
LIVE Linear Static 1.6
WIND-Ka Linear Static 1.4

10. Melakukan Analisis Struktur

Setelah semua data yang diperlukan untuk perhitungan struktur dimasukkan di dalam
program, selanjutnya dapat dilakukan analisis struktur.

Sebelum melakukan analisis dari suatu struktur rangka batang (truss structure), perlu
diperhatikan bahwa elemen-elemen dari struktur rangka batang dihubungkan secara
sendi/engsel pada joint-jointnya, sehingga secara teoritis pada sambungan antara
elemen-elemen struktur tidak timbul momen.

Untuk menghilangkan pengaruh momen lentur pada sambungan-sambungan struktur


rangka batang, dilakukan sbb. :

 Klik semua elemen dari struktur. Pilih menu Assign, kemudian


Frame/Cable/Tendon dan Releases/Partialy Fixity.

 Pada kotak Assign Frame Release, klik kotak Start dan End yang ada pada
Momen 33 (Major).

 Untuk melakukan analisis 2 dimensi dari struktur rangka atap, dilakukan sbb. :

Pilih menu Analyze, kemudian Set Analysis Options. Pada kotak Analysis
Options klik Plane Frame (XZ Plane), klik OK.

Sebelum melakukan analisis, simpan terlebih dahulu file data masukan dengan
cara :

Pilih menu File, Kemudian Save As. Pada kotak dialog Save Model File As,
ketikan nama file : STRUKTUR ATAP, kemudian klik Save. Untuk melakukan
analisis struktur, pilih menu Analyze dan Run Analysis, klik Run Now.
Untuk menampilkan deformasi dari struktur rangka atap akibat kombinasi beban
mati dan beban hidup (COMB1) , pilih menu Display kemudian Show
Deformed Shape. Pada kotak Deformed Shape masukkan data :

Case/Combo Name : COMB1


Scalling : Auto
Options : Wire Shadow
: Cubic Curve
Klik OK

Gambar 17. Deformasi struktur atap akibat beban mati + beban hidup (COMB1)

Untuk menampilkan gaya batang pada elemen-elemen struktur rangka atap akibat
kombinasi beban mati dan beban hidup (COMB1), pilih menu Display kemudian Show
Forces/Stresses, dan Frames/Cable. Pada kotak Member Force Diagram for Frames
Shape masukkan data sbb. :

Case/Combo Name : COMB1


Component : Axial Force
Scaling : Auto
Options : Show Values on Diagram
Klik OK.

Gambar 18. Gaya batang pada struktur atap akibat beban mati + beban hidup (COMB1)

Untuk menampilkan reaksi-reaksi di tumpuan akibat kombinasi beban mati dan beban
hidup (COMB1), pilih menu Display kemudian Show Forces/Stresses, dan Joints. Pada
kotak Joint Reactions Forces masukkan data sbb. :

Case/Combo Name : COMB1


Type : Show as Arrows
Klik OK.

Gambar 19. Reaksi-reaksi di tumpuan akibat beban mati + beban hidup (COMB1)

11. Melakukan Desain Struktur

Setelah dilakukan analisis struktur, untuk selanjutnya dapat dilakukan desain struktur
untuk memeriksa apakah dimensi dari elemen-elemen struktur yang dipilih, cukup kuat
menahan beban-beban yang bekerja pada struktur. Untuk melakukan desain struktur,
dilakukan sbb. :

Pilih menu Options,


kemudian Preferences dan
Steel Frame Design.

Pada kotak Steel Frame


Design Preferences
masukkan data :

Design Code : AISC-ASD99


Framing Type : Braced
Frame
Lateral Factor : 1.3
Stress Ratio Limit : 1
Klik OK.

Pilih menu Design, kemudian Steel Frame Design dan Select Design Combos. Pada
kotak Design Load Selections Combination masukkan data :
Design Combos : COMB1
: COMB2
: COMB3
Klik OK.

Pilih menu Design, kemudian Steel Frame Design dan Start Design/Check of Structure.
Perintah ini akan menyebabkan SAP2000 menghitung nilai rasio tegangan (stress ratio)
dari setiap elemen struktur.

Untuk menampilkan nilai rasio tegangan, pilih menu Design, kemudian Steel Frame
Design dan Display Design Info.

Pada kotak Display Steel Design Result, pilih Design Output : P-M Colors & Values.
Klik OK.

Gambar 20. Rasio tegangan (stress ratio) pada elemen-elemen struktur rangka atap
Kesimpulan :
Perencanaan kuda-kuda bentang 8m menggunakan profil 2L50.50.5 , 2L25.25.5 ,
2L20.20.4 , 2L20.20.3 seperti pada gambar berikut:

Profil yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai