Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. KASUS
A. Definisi
Menurut Keliat (2007) defisit perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir. sehingga
kemampuan untuk melakukan perawatan diri menurun. Perawatan diri adalah
salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes, 2007). Defisit perawatan diri
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2007).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang
mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
seperti mandi, berhias, makan, dan BAB/BAK yang diakibatkan adanya
gangguan atau perubahan proses pikir.
B. Tanda dan Gejala
Data Subyektif Data Obyektif
- Klien mengatakan malas mandi - Badan kotor
- Klien mengatakan tidak tahu cara - Dandanan tidak rapi
makan yang baik. - Makan berantakan
- Klien mengatakan tidak tahu cara - BAB/BAK sembarang tempat
dandan yang baik - Tidak tersedia alat kebersihan.
- Klien mengatakan tidak tahu cara - Tidak tersedia alat makan.
eliminasi yang baik. - Tidak tersedia alat toileting.
- Klien mengatakan merasa tak
perlu mengubah penampilan.
- Klien mengatakan tidak ada yang
peduli terhadapnya.
C. Klasifikasi
Menurut Yusuf, dkk (2015), berikut ruang lingkup defisit perawtan
diri :
1. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
2. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak
menyisir rambut, atau mencukur kumis.
3. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan
membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap
makanan dari piring.
4. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan
defekasi atau berkemih tanpa bantuan.
D. Rentang Respon
Menurut Yosep (2009) berikut rentang respon dalam perilaku
kekerasan :

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang melakukan Tidak melakukan


seimbang perawatan kadang tidak perawatan

Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
3. Tidak melakukan perawatan diri, klien menyatakan dia tidak peduli dan
tidak bias melakykan perawatan saat stressor.

E. Faktor Predisposisi
Menurut Depkes (2007), faktor predisposisi terjadinya defisit perawatan
diri adalah:
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
F. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2007) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
G. Mekanisme Koping
1. Regresi : kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan lebih dini.
2. Penyangkalan : menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling
sederhana dan primitive.
3. Isolasi diri, menarik diri : sikap mengelompokkan orang atau keadaan
hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk
memadukan nilai-nilai positif dan negative di dalam diri sendiri.
4. Intelektualisasi : pengguna logika dan alas an berlebih untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan
jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus
pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem
limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Dalam hal ini hipotalamus sangat memegang peran penting dalam masalah
defisit perawatan diri, sebab hipotalamus berfungsi sebagai respon tingkah laku
terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan
dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien
dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia, 2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan dari
beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi
gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter
(Boyd & Nihart,1998 ; Suliswati, 2002). Transmisi dopamin berimplikasi pada
penyebab gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan
psikomotor (perilaku). Selain itu serotonin juga berperan sebagai pengontrol nafsu
makan, tidur, alam perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan
psikomotor (perilaku) (Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin akan
mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien
dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak
adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian,
makan dan toileting. Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian
dan orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang
ditampilkan klien cendrung negatif sepertitidak mau mandi, tidak mau makan
maupun tidak mau berhias dan toileting (Wilkinson,2007).

III. KEMUNGKINAN DATA FOKUS PENGKAJIAN

Fokus pengkajian defisit perawatan diri berada pada status mental yaitu :
1. Penampilan
[ ] tidak rapi [ ] penggunaan pakaian tidak [ ] cara berpakaian tidak
sesuai seperti biasa
IV. MASALAH KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial

V. ANALISA DATA
Data Masalah
Data subyektif : Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan malas mandi
- Klien mengatakan tidak tahu cara
makan yang baik.
- Klien mengatakan tidak tahu cara
dandan yang baik
- Klien mengatakan tidak tahu cara
eliminasi yang baik
Data obyektif :
- Badan kotor
- Dandanan tidak rapi
- Makan berantakan
- BAB/BAK sembarang tempat

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisit Perawatan Diri
VII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Dx Keperawatan Rencana Tindakan


Tujuan Intervensi Rasional
1 Defisit Perawatan Pasien mampu melakukan SP 1
Diri perawatan diri secara mandiri. - Identifikasi - Untuk mengidentifikasi
 Kebersihan diri perawatn diri apa saja yang
Kriteria evaluasi :  Berdandan belum pasien terpenuhi
Setelah … x pertemuan pasien  Makan
mampu :  BAB/ BAK
- Melakukan kebersihan diri - Jelaskan pentingnya kebersihan - Agar pasien mau melakukan
secara mandiri. diri perawatan diri

- Jelaskan alat dan cara kebersihan - Agar pasien mengetahui alat apa

diri saja yang diperlukan untuk


kebersihan dan diri dan cara
melakukan kebersihan diri.

- Masukan dalam jadwal kegiatan - Agar menjadi rutinitas wajib

pasien yang perlu dilakukan Pasien

Kriteria evaluasi : SP 2
Setelah … x pertemuan pasien - Evaluasi SP 1 - Untuk mengetahui bagaimana
mampu . perkembangan kegiatan
- Melakukan sebelumnya
berhias/berdandan secara - Jelaskan pentingnya berdandan - Agar Pasien mengetahui
baik. manfaat dari berdandan
- Latih cara berdandan - Agar Pasien bisa melakukan
 Klien laki-laki : berpakaian, perawatan diri dengan cara
menyisir rambut, bercukur berdandan
 Klien wanita : berpakaian,
menyisir rambut, berhias
- Masukan dalam jadwal harian - Agar menjadi rutinitas wajib
klien yang perlu dilakukan pasien
Kriteria evaluasi : SP 3
Setelah … x pertemuan pasien - Evaluasi SP 1,2 - Untuk mengetahui bagaimana
mampu : respon dan perkembangan atas
- Melakukan makan dengan kegiatan yang telah dilakukan
baik. sebelumnya
- Jelaskan cara dan alat makan - Agar pasien mengetahui cara
yang benar dan alat apa saja yang perlu
 Cara mempersiapkan makan. disiapkan ketika akan makan
 Cara merapikan alat makan.
 Cara merapikan peralatan
makan setelah digunakan.
 Praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik.
- Masukan dalam jadwal harian - Agar menjadi rutinitas wajib
klien. yang perlu dilakukan pasien
Kriteria evaluasi : SP 4 :
Setelah … x pertemuan pasien - Evaluasi SP 1,2,3 - Untuk mengetahui bagaimana
mampu : respon dan pengembangan atas
- Melakukan BAB/BAK kegiatan yang telah dilakukan
secara mandiri. - Latih cara BAB dan BAK - Agar Pasien mengetahui cara
 Jelaskan tempat BAB/BAK dan alat apa saja yang perlu
yang sesuai. disiapkan ketika akan
 Jelaskan dan ajarkan cara BAB/BAK dan mempraktekan
membersihkan diri setelah cara membersihkan diri setelah
BAB dan BAK BAB/ BAK
- Masukan dalam jadwal harian - Agar menjadi rutinitas wajib
klien yang perlu dilakukan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2007). Standar Pedoman Perawatan Jiwa


Nurjanah. (2007). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia.
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai