Anda di halaman 1dari 2

Bahaya PCC

Pendapat Ketua IAI tentang Peredaran PCC

Penulis : Nisa Sundari T, Diah Ayu R, Kartikaningrum, Yesenia S.K

Sejak tahun 2013 Obat PCC ditarik dari pasaran dan sudah tidak digunakan lagi dalam
dunia medis. Nama paten obat PCC yaitu Somadril, obat jenis ini digunakan untuk kelelahan.
Komponen yang ada pada PCC antara lain paracetamol, caffein, dan carisopodrol. Dari ketiga
bahan tersebut yang paling berbahaya adalah kandungan carisopodrol. Pada awalnya obat ini
sebagai relaksasi. Dimana paracetamol berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri, dan caffeine
sebagai efek segar. Dari manfaat tersebut, Obat ini sering disalahgunakan. Kasus
penyalahgunaan obat PCC pertama kali ada di luar negeri sekitar 8 tahun yang lalu karena
memiliki efek penenang. Di Indonesia sendiri, obat ini (somadril) laku keras terutama di daerah
Bali. Dimana mayoritas pembelinya yaitu para PSK karena somadril dapat digunakan sebagai
penguat tubuh. Pada saat itu Somadril masih dijual di apotek, namun banyak disalahgunakan.
Oleh karena itu somadril ditarik badan POM dari pasaran.

Obat PCC yang baru-baru ini ditemukan dan beredar lagi dipasaran merupakan hasil dari
produksi ulang dengan jalur illegal, dimana pabriknya ditemukan di Pabuaran, Purwokerto.
Motif produksi ulang obat ini karena alasan ekonomi. Dimana obat PCC ini tidak hanya
mengandung paracetamol, caffeine dan carisopodrol namun terdapat komponen lain yaitu
Tramadol. Tramadol yang digunakan dalam pembuatan obat PCC di Purwokerto diperoleh dari
Apotek yang tidak resmi atau tidak memiliki ijin praktek dan SIPA apotek ternyata telah
kadaluwarsa, hal tersebut diakui oleh apotekernya sendiri. Menurut polres Banyumas, cara
pengedaran yang merupakan rantai terputus. Dimana antara pembuat dan pengambilnya tidak
saling mengetahui. Oleh karena itu, pelakunya sulit dilacak dan ditangkap. Informasi yang
didapatkan, istri kedua dari bos pemilik pabrik tersebut ialah apoteker. Pekerja nya sendiri tidak
tahu pekerjaan apa, ia hanya suruh mengoperasikan mesin, buat tablet habis itu disimpan disuatu
ruangan dan tidak mengetahui siapa yang kemudian mengambil. Cetakan yang digunakan dalam
pembuatan obat PCC yaitu bekas cetakan somadril. Obat tersebut diedarkan diluar Purwokerto.
Di Indonesia timur, obat PCC sudah dianggap biasa dan dijual secara bebas, biasanya digunakan
untuk campuran miras. Padahal, efek over dosis penggunaan ini dapat menyebabkan kejang-
kejang. Semakin ketat pengawasan BNN dan Apotek terkait obat keras, para pengguna semakin
ingin mencoba-coba. Saat ini konidin yang merupakan obat batuk dan kaptopril sebagai obat
hipertensi juga disalah gunakan. Padahal, kaptopril dalam dosis tinggi akan menyebabkan
halusinasi. Bahkan para pengguna mencampur berbagai macam bahan seperti methanol, spirtus
dan bahan-bahan yang lain. Kemudian menyebarluaskan ke media social.

Bapak Budi memberikan pesan kepada tenaga kesehatan untuk menanggulangi


penyalahgunaan obat, kita harus bersama – sama memberikan sosialisasi kepada masyarakat
dalam memperoleh obat di tempat yang benar yaitu Apotek. Jangan menerima obat dari selain
apoteker termasuk dokter maupun tenaga kesehatan lain. Karena yang memiliki keahlian dan
kewenangan menurut Undang-Undang untuk menyerahkan obat adalah Apoteker. Kesalahan
masyarakat yang masih terjadi sampai saat ini yaitu menerima obat tidak dari ahlinya. Beliau pun
berpesan kepada masyarakat untuk menerapkan penggunaan obat agar tetap mengacu pada
DAGUSIBU. Yaitu Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang. Dapatkan dari tempat yang tepat,
gunakan dengan sesuai, simpan dan buang jika sudah lama.

Anda mungkin juga menyukai