Abstrak : Pasar tradisional dan sentra penjual makanan menunjang aktivitas perekonomian di Kecamatan
Sidoarjo. Namun, hanya 41,28% sampah yang dibuang ke TPA, 35,59% dibakar, 14,01% dibuang ke sungai,
7,97% dikubur dan 1,15% diolah menjadi kompos. Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2008 yang mewajibkan pengelola kawasan komersial untuk mengolah sampah yang dihasilkan. Tujuan
dari penelitian ini untuk memperoleh data terkait laju timbulan dan komposisi sampah pasar dan sentra
makanan. Kemudian dilakukan analisis teknologi pengolahan sampah yang tepat ditinjau dari aspek finansial.
Apabila sampah pasar dan sentra makanan diolah dan dimanfaatkan, maka jumlah sampah yang dibakar,
dibuang ke TPA akan menurun. Metode yang digunakan sesuai dengan SNI 19-3964-1994, yaitu mengukur
langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel. Pengambilan sampel ini ditentukan secara random-
proporsional di sumber selama 8 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah timbulan
sampah pasar dan sentra makanan dapat dimanfaatkan menjadi kompos 63,80%, recyclable 7,39% dan Refuse
Derived Fuel (RDF) 26,57%. Analisis potensi pengolahan yang tepat untuk sampah pasar dan sentra makanan
ditinjau dari aspek finansial adalah Aerobic Mechanical Biological Treatment (MBT) dengan produksi RDF.
Biaya investasi untuk pengolahan ini adalah Rp.502.300.000, biaya operasional Rp.325.246.154/tahun dan
nilai keuntungan Rp.18.507.983/tahun.
Abstract : Traditional market and food court support the economic activities in Sidoarjo district. However, only
41,28% of solid waste disposed to landfill, 35,59% burned out, 14,01% disposed to river, 7,97% buried, and
1,15% processed into compost. This condition contradicted with the government regulation that require the
commercial management to process solid waste which generated. The aims of this research is to collect data
about solid waste generation rate and composition in market and food court at Sidoarjo. Then, analyzed the
appropriate technology of solid waste processing reviewed from financial aspect. If solid waste proceesed, then
the amount of solid waste that burned out, disposed into landfill will decrease.The method that used according
to SNI 19-3964-1994 which direct measure the unit of solid waste from some sample. This sampling determined
by random-proportional at the source for 8 days in a row. The research result showed that the amount of solid
waste in market and food court can be used as compost 63,80%, recyclable 7, 29%, and Refuse Derived Fuel
(RDF) 26,57%. Analysis of the potential for the apropriate processing solid waste reviewed from financial
aspect is Aerobic Mechanical Biological Treatment (MBT) with RDF production. The investment costs is
502.300.000 IDR, the operational costs is 325.246.154 IDR/year and the profit 18.507.983 IDR/year.
1
Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2012: xx-xx
PENDAHULUAN
Sektor mata pencaharian di Kabupaten Sidoarjo turut meningkatkan jumlah timbulan sampah.
Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi serta gaya
hidup dan aktivitas masyarakat. Pasar tradisional dan fasilitas umum turut menunjang berlangsungnya
aktivitas perekonomian. Fasilitas umum yang menghasilkan sampah adalah sentra penjual makanan.
Selain itu, pasar tradisional juga menghasilkan sampah yang dapat diolah lebih lanjut. Sampah di
Kecamatan Sidoarjo sebesar 41,28% dibuang ke TPA, 35,59% dibakar, 14,01% dibuang ke sungai,
7,97% dikubur, dan 1,15% diolah menjadi kompos (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Sidoarjo, 2013).
Sampah yang dibakar, dibuang ke sungai, dan dikubur bertentangan dengan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang mewajibkan pengelola kawasan
permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, sentra makanan, fasilitas sosial,
dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah. Berdasarkan hal ini, maka perlu
dilakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan meliputi perhitungan laju timbulan dan analisis
komposisi sampah, serta studi potensi pengolahan sampah yang ditinjau dari aspek finansial di
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
Terkait teknologi untuk menangani sampah yang telah dikembangkan oleh negara-negara
maju diantaranya teknologi sanitary landfill, incineration, gasification, dan anaerobic digestion.
Salah satu cara pengolahan sampah yang dipandang cukup prospektif dilakukan adalah mengolah
sampah kota menjadi RDF (Refuse Derived Fuel), yaitu mengolah sampah kota menjadi char/arang
melalui proses pirolisis dan memadatkannya sehingga menjadi briket char (Himawanto et al., 2010).
Pengolahan sampah kota dapat dianalisis berdasarkan jenis sampahnya. Sampah organik
merupakan sampah yang dapat mengalami proses pembusukan (terdekomposisi). Sampah organik
mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan sebagainya. Secara alami, zat-zat ini
mudah terdekomposisi oleh pengaruh fisik, kimia, enzim yang dikandung oleh sampah itu sendiri dan
enzim yang dikeluarkan oleh mikroorganisme yang hidup di dalam sampah (Wahyono, 2001). Salah
satu pemanfaatan sampah organik adalah composting. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford, 2003).
Menurut Zubair et al. (2010), contoh sampah anorganik adalah botol, kertas, plastik, kaleng,
sampah bekas alat-alat elektronik dan lain-lain. Sifat sampah ini sulit diurai oleh mikroorganisme,
sehingga akan bertahan lama menjadi sampah. Limbah anorganik dapat didaur ulang menjadi bahan
baku industri, misalnya diolah menjadi bahan baku pabrik pembuat kantong plastik. Dengan
demikian, penggunaan limbah sebagai bahan baku dapat mengurangi biaya pengolahan sampah
anorganik. Pihak Industri akan memperoleh peluang untuk meningkatkan pendapatan perkapitanya
dan sekaligus merefleksikan adanya peningkatan pemberdayaan masyarakat dan sosialisasi kelompok
melalui pelatihan dan pendidikan mengenai kebersihan lingkungan kepada masyarakat. Sebagai upaya
implementasi sistem pengelolaan sampah terpadu ini diperlukan beberapa kegiatan pendukung seperti
pengorganisasian unit kegiatan, pelatihan dan penyuluhan yang terpadu sebagai bagian dari
manajemen pengelolaan sampah terpadu.
Pada penelitian ini, sumber sampah kota terdiri dari sampah pasar dan sentra makanan di
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Salah satu pengolahan sampah yang dapat dilakukan adalah
pengomposan, produksi briket arang dan daur ulang. Apabila sampah pasar dan sentra makanan
diolah dengan teknologi yang tepat, maka jumlah sampah yang dibakar, dibuang ke sungai maupun
yang dibuang ke TPA akan menurun.
METODE
Lokasi penelitian ini adalah Pasar Suko, Pasar Jetis dan Depo Pemasaran Ikan untuk pasar
tradisional. Sementara itu untuk sentra penjual makanan dilakukan di GOR Delta, Perumahan Taman
Pinang-Gading Fajar, dan Alun-alun.
2
Metode pengambilan contoh timbulan dan komposisi sampah mengacu pada SNI 19-3964-
1994. Pengambilan contoh timbulan dan komposisi sampah dilakukan selama 8 hari dengan 2 cara.
Sampling di Pasar Suko dilakukan di TPS Pasar. Sementara itu, sampling di Pasar Jetis, Depo
Pemasaran Ikan, GOR Delta, Perumahan Taman Pinang-Gading Fajar, dan Alun-alun dilakukan
dengan pengumpulan langsung di pedagang. Pedagang di pasar dan sentra makanan didata dan
diklasifikasikan dengan observasi langsung kondisi di lapangan, sehingga hasil sampling akan
representatif.
Pengambilan contoh timbulan dan komposisi (sample) sampah di TPS dilakukan dengan
mengukur volume gerobak (m3) dan menghitung ritasi gerobak pengangkut sampah pasar (rit/hari) .
Sementara itu, untuk pengambilan sample sampah di pedagang langsung, dilakukan pengumpulan
data jumlah dan jenis pedagang, lalu diklasifikasikan. Kemudian ditentukan jumlah dan jenis
pedagang yang akan diambil sebagai sample yang representatif. Setelah itu, dibagikan kantong plastik
minimum 40 liter atau lebih, selama 8 hari sampah dikumpulkan, diambil timbulan sampahnya
dengan cara mengumpulkan kantong plastik yang telah dibagikan ke pedagang. Berikut salah satu
hasil klasifikasi jumlah dan jenis pedagang yang diperoleh melalui survei pendahuluan langsung di
lokasi. Hasil klasifikasi pedagang ini dijadikan sumber sampah yang di-sampling dapat dilihat pada
Tabel 1.
3
Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2012: xx-xx
Berdasarkan SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran sampel timbulan
dan komposisi sampah perkotaan, rata-rata timbulan sampah untuk pasar merupakan perbandingan
berat sampah (kg) dengan luas pasar dan sentra makanan (m2). Data luas pasar diperoleh dari Dinas
Pasar Kabupaten Sidoarjo. Sehingga diperoleh data rata-rata timbulan sampah dalam satuan
kg/m2.hari. Pengukuran timbulan ditimbang berat sampah yang terkumpul lalu dicampur rata. Lalu,
diambil sampah yang sudah tercampur sebanyak 100 Kg dan masukkan ke dalam kotak densitas 500
liter. Densitas sampah merupakan berat sampah dalam satuan volume tertentu. Volume sampah
diukur dengan menggunakan kotak voume berkapasitas 500 L. Sampah dimasukkan ke dalam kotak
volume, dihentakkan sebanyak 3 kali dengan ketinggian 20 cm, kemudian diukur volume sampah
berdasarkan luas alas dan ketinggian sampah di dalam kotak volume. Melalui rumus berikut diperoleh
densitas contoh timbulan sampah. Perhitungan dilakukan melalui persamaan (1) dan (2) untuk
densitas dan volume sampah sebagai berikut.
𝒎
𝛒= 𝑽
......................................................................................................................................(1)
𝐕 = 𝐋𝐚 (𝐭𝟏 − 𝐭𝟐)....................................................................................................................(2)
Hasil penimbangan dan pengukuran densitas sampah ditabulasi. Kemudian, diambil ±100 kg
sampah seluruh sampah di dalam kotak tersebut dipilah menjadi 7 komposisi yaitu sampah organik
yang mudah terurai, kertas, kayu, kain, karet dan kulit, plastik dan lain-lain. Sampah yang sudah
terpilah sesuai dengan komposisinya ditimbang dan diukur densitasnya dengan kotak densitas 40 liter.
Hasil seluruh data sampel selama 8 hari, diambil hanya 7 hari, akan diperoleh data timbulan dalam
satuan Kg/m2.hari dan komposisi sampahnya, dengan standar deviasi.
4
0,66 m3. Maka volume sampah yang diangkut 1,98 m3/hari. Densitas hasil pengukuran 246,97 kg/m3.
Berdasarkan persamaan (1), maka diperoleh timbulan sampah Pasar Suko sebagai berikut.
ρ = m/V
m =ρV
= 246,97 kg/m3 x 1,98 m3
= 489,07 kg/hari
Sehingga laju timbulan sampah (kg/ m2.hari) diperoleh melalui pembagian timbulaan sampah
Pasar Suko sebesar 489,07 kg/hari dengan luas Pasar Suko sebesar 1092 m2. Maka, diperoleh laju
timbulan sampah Pasar Suko sebesar 0,448 kg/ m2.hari.
Sementara itu, untuk Pasar Jetis dilakukan perhitungan timbulan sampah dengan mengukur
berat sampah di pedagang langsung. Jumlah pedagang yang diukur timbulan dan komposisinya adalah
20 pedagang. Jumlah timbulan dari 20 pedagang tersebut adalah 20,47 Kg/hari. Maka rata-rata tiap
pedagang menghasilkan sampah sebesar 1,02 Kg/hari. Maka timbulan sampah total di Pasar Jetis
diperoleh melalui perkalian jumlah pedagang total di Pasar Jetis sebanyak 41 pedagang dengan
timbulan sampah rata-rata yang dihasilkan tiap pedagang. Sehingga, diperoleh timbulan sampah
sebesar 41,96 Kg/hari. Kemudian diperhitungkan pula laju timbulan sampah Pasar Jetis melalui
pembagian timbulan sampah Pasar Jetis tiap harinya dengan luas pasar. Lalu diperoleh laju timbulan
sampah Pasar Jetis sebesar 0,087 Kg/ m2.hari.
Perhitungan laju timbulan sampah di Pasar Jetis juga dilakukan untuk perhitungan laju
timbulan sampah di Depo Pemasaran Ikan, sentra makanan GOR Delta, Perumahan Taman Pinang-
Gading Fajar, dan Alun-alun. Di dalam hal ini dengan jumlah pedagang yang berbeda seperti tertera
pada Tabel 1. Sehingga diperoleh data laju timbulan sampah per-hari di masing-masing lokasi
sebagai berikut (Tabel 2).
5
Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2012: xx-xx
Sampah di pasar sayur (Pasar Suko dan Pasar Jetis) dapat dimanfaatkan sebagai kompos
sebesar 71% (biodegradable), sebagai RDF (Refused Derived Fuel) sebesar 24%, dan di-recyle
sebesar 4%. Sementara sisanya 1% berupa sampah kain/tekstil menjadi residu. Hal ini disebabkan
oleh sebagian besar sampah yang dihasilkan oleh pasar sayur adalah sisa sayuran, buah, dan makanan.
Selain itu batok kelapa dan tongkol jagung yang berasal dari pedagang kelapa dan penjual sayuran
terutama penjual jagung, juga mendominasi pasar sayur.
Pedagang di pasar ikan didominasi oleh pedagang ikan dan seafood. Sehingga menghasilkan
79% sampah biodegradable yang berpotensi diolah menjadi kompos. Sementara 13% sampah dapat
di-reycle karena terdapat kardus kemasan, plastik (styrofoam) sebagai wadah ikan yang dibawa, dan
botol kaca serta logam. Sisanya sebesar 4% sampahnya dapat dimanfaatkan menjadi RDF. Sedangkan
4% lainnya merupakan karet dan kulit yang menjadi residu
Sentra makanan yang diambil contoh timbulan dan komposisi sampahnya yaitu GOR Delta, di
sepanjang jalan Perumahan Taman Pinang-Gading Fajar, dan Alun-alun. Masing-masing lokasi
didominasi oleh pedagang yang berbeda. Di sepanjang jalan Perumahan Taman Pinang-Gading Fajar
didominasi oleh pedagang es tebu. Sehingga sampah yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari
ampas tebu (41% sampah di Taman Pinang). Sementara itu di GOR Delta dan Alun-alun didominasi
oleh pedagang es kelapa. Sehingga sampah yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari batok kelapa
(53% sampah di GOR Delta, 45% sampah di Alun-alun). Jika dirata-rata persentase komposisi
sampah di 3 lokasi sentra makanan tersebut, sebanyak 42% sampah biodegradable yang berpotensi
dimanfaatkan menjadi kompos. Sementara itu 52% sampahnya dapat dijadikan RDF dan sisanya 5%
dapat di-recylce. Selain itu 1% sisanya berupa kain, karet dan kulit yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali sehingga menjadi residu.
Berdasarkan data klasifikasi pemanfaatan sampah di pasar sayur, pasar ikan dan sentra
makanan dapat direkomendasikan pengolahan yang sesuai.
6
mekanik umum dalam fasilitas pengelolaan limbah padat seperti Material Recovery Facilities
(MRFs), pembuatan kompos atau Anaerobic Digestion Plan. Unit pengolahan MBT dapat
menggabungkan sejumlah proses yang berbeda dalam berbagai kombinasi (Crown, 2012).
Berdasarkan komposisi sampah di masing-masing lokasi pasar dan sentra makanan, dapat
dianalisis potensi pengolahan sampahnya. Salah satunya sampah pasar tradisional dapat dikurangi
dengan cara dilakukan pengolahan sampah secara mandiri, salah satunya dengan pengomposan, oleh
karena itu perlu adanya fasilitas pada pasar sebagai tempat dilakukannya pengomposan sampah pasar
yaitu rumah kompos. Salah satu proses pengomposan yaitu aerobic composting dengan metode open
windrow. Sehingga dengan pengolahan sampah pasar tradisional, sampah pasar yang dibuang ke TPA
pun berkurang, dampak berikutnya dapat menambah masa umur TPA (Fathoni et al., 2011).
Sementara itu, sampah ikan (kepala, isi perut, dan ekor) maupun ikan yang telah rusak baik
berasal dari industri pengalengan, tempat pelelangan ikan maupun pasar dapat diolah dengan cara
dibuat silase. Silase limbah ikan yang diikat dengan tepung tapioka maupun dengan dedak padi dapat
digunakan sebagai sumber protein untuk menggantikan penggunaan bungkil kedele atau tepung ikan
dalam pakan ternak domba, sapi, dan kerbau (Rimbawanto et al., 2012).
Terkait pengolahan yang direkomendasikan dalam bentuk Material Recovery Facility (MRF).
MRF merupakan fasilitas untuk mendaur ulang material yang masih memiliki nilai dan juga
digunakan untuk keperluan lain. Daur ulang sampah merupakan kegiatan untuk memilah sampah
menjadi bagian-bagian sampah, dimana sampah yang dipilih sebagian dapat digunakan kembali
(reuse), sebagian dapat didaur ulang (recycling) dari residu yang tidak bermanfaat lagi (Davila et al.,
2004).
Sehingga, dirancang desain Material Recovery Facility (MRF) untuk sampah pasar dan sentra
makanan di Kecamatan Sidoarjo dengan teknologi Aerobic Mechanical Biological Treatment (MBT)
dengan produksi RDF. Karena 26,57% rata-rata sampah pasar dan sentra makanan dapat
dimanfaatkan sebagai RDF. Berikut bagan mass balance desain pengolahan sampah (Gambar 2).
7
Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2012: xx-xx
Maka total lahan diperlukan untuk unit pengolahan Mechanical Biological Treatment (MBT) yaitu
622 m2 yang jika dibulatkan yaitu 630 m2. Berikut layout lengkap dari TPST tertera pada Gambar 3.
Analisis Finansial
Analisis yang dilakukan berikutnya adalah analisis finansial pengolahan sampah pasar dan
sentra makanan di Kecamatan Sidoarjo yang direkomendasikan. Analisis finansial yang dilakukan
meliputi biaya investasi dan biaya operasional dari teknologi pengolahan yang direkomendasikan.
Pembahasan dalam perhitungan aspek finansial ini juga menggunakan asumsi-asumsi yang
sesuai dengan literatur. Berikut ini asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial:
a. Umur pakai peralatan utama 5 tahun dengan nilai depresiasi 0,2 per-tahun. Peralatan pendukung
2 tahun dengan nilai depresiasi 0,5 per-tahun. Sementara umur pakai kendaraan pengangkut
adalah 15 tahun dengan nilai depresiasi 0,05 per-tahun.
b. Harga jual kompos direncanakan Rp 700/kg. Harga tersebut merupakan harga produk kemasan
siap jual yang disesuaikan dengan harga jual di pasaran.
c. Harga jual RDF/briket arang direncanakan Rp 3.500/kg, yang disesuaikan dengan harga jual di
pasaran dan nilai kalor yang dihasilkan dari briket arang. Nilai kalor yang dihasilkan briket arang
adalah 17,08 MJ. Jika dibandingkan dengan arang dengan nilai kalor 26 MJ dan batu bara dengan
nilai kalor 30 MJ, maka produk briket arang memiliki nilai kalor lebih rendah. Sehingga harga
jual produk briket arang adalah Rp 3.500/kg. Harga ini di bawah harga arang Rp 4000/kg.
8
Direncanakan teknologi pengolahan in direkomendasikan berada di 1 tempat. Sehingga seluruh
sampah pasar dan sentra makanan di Kecamatan Sidoarjo akan diolah dan dapat memiliki nilai
manfaat yang lebih. Berikut biaya investasi pada teknologi Aerobic Mechanical Biological Treatment
(MBT) dengan produksi RDF. Berikut analisis finansial dari pengolahan sampah yang
direkomendasikan. Tabel 4 meguraikan biaya investasi, Tabel 5 biaya operasional.
9
Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2012: xx-xx
Analisis berikutnya yaitu nilai keuntungan dari penjualan produk pengolahan sampah. Nilai
keuntungan ini diperoleh melalui pengurangan pemasukan hasil penjualan produk (kompos, briket
arang dan daur ulang) dengan biaya operasional. Berikut analisisnya.
Hasil Penjualan
Produk kompos Rp 319.210 /hari
Produk briket arang Rp 554.478 /hari
Produk bale sampah recyclable
Kertas Rp 24.064 /hari
Plastik Rp 41.034 /hari
Kaca Rp 12.639/hari
Logam Rp 3.447/hari
Total Hasil Penjualan Rp 954.873 /hari
Total Hasil Penjualan per bulan [D] Rp 28.646.178 /bulan
KESIMPULAN
Jumlah timbulan dan komposisi sampah pasar dan sentra makanan di Kecamatan Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo yaitu:
a. Jumlah timbulan sampah pasar sayur (Pasar Suko dan Pasar Jetis) adalah 0,267
kg/m2.hari, Pasar Ikan 0,026 kg/m2.hari, dan sentra makanan (GOR Delta Sidoarjo,
Perumahan Taman Pinang-Gading Fajar, dan Alun-alun) 0,117 kg/m2.hari.
b. Komposisi sampah pasar dan sentra makanan di Kecamatan Sidoarjo sebesar 63,80%
biodegradable yang dapat dijadikan kompos, 7,39 % recyclable, 26,57% dapat
dimanfaatkan sebagai Refused Derived Fuel (RDF) atau briket, dan sisanya 2,26% berupa
residu.
Analisis potensi pengolahan yang tepat untuk sampah pasar dan sentra makanan di Kecamatan
Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo ditinjau dari aspek finansial dipilih Aerobic Mechanical Biological
Treatment (MBT) dengan produksi RDF. Karena 26,57% rata-rata sampah pasar dan sentra makanan
10
dapat dimanfaatkan sebagai RDF. Biaya investasi untuk pengolahan ini adalah Rp.502.300.000, biaya
operasional Rp.325.300.000/tahun dan nilai keuntungan Rp.18.500.000/tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Crawford, J, H. “Composting of Agricultural Waste. in Biotechnology Applications and Research”. Paul N,
Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed). (2003). p. 6877
Davila, E. dan Chan, N.B. “Sustainable Pattern Analysis Of A Publicly Owned Material Recovery facility in a
fast-growing urban setting under uncertainty”. Journal of Environmental Management. (2004); 75: 337–
51
Economopoulos, A.P.” Technoeconomic aspects of alternative municipal solid wastes treatment methods”.
(2009). Waste Management Journal, Elsevier Ltd doi:10.1016/j.wasman.2009.11.004.
Fathoni, A. K. R. dan Soedjono, E. S.“Perencanaan Tipikal Rumah Kompos untuk Pengolahan Sampah Pasar
Tradisional (Studi Kasus Di Kota Surabaya)”.Tugas Akhir. Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya. (2011)
Himawanto, D. A., Dhewangga, D. R., Indarto, Saptoadi, H., dan Rahmat, T.A. “Pengolahan Sampah Kota
Terseleksi menjadi Refused Derived Fuel sebagai Bahan Bakar Padat Alternatif”. Jurnal Teknik Industri.
(2010) : Vol. 11, No. 2, 127–133 : Yogyakarta.
Indonesia. Standar Nasional Indonesia 19-3983-1995 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota
Sedang di Indonesia.
Rimbawanto, E. A., Suwandyastuti, dan Rahayu, S. “Biotransformasi Limbah Ikan Menjadi Bahan Pakan untuk
Ruminansia”. Jurnal Agripat. (2012). Vol. 12. No. 1. Fakultas Peternakan UNSOED : Purwokerto.
Sidoarjo. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo. Materi Pengelolaan Sampah DKP Sidoarjo
2013. Sidoarjo : DKP Kabupaten Sidoarjo, 2013.
Zubair, A. dan Haeruddin. “Studi Potensi Daur Ulang Sampah di TPA Tamanggapa Kota Makassar”. Prosiding
Jurusan Teknik Sipil Universitas Hassanudin Makassar (2012).
11