Anda di halaman 1dari 6

Ascorbic Acid Analysis

BAB VII
ANALISIS KADAR VITAMIN C

Pre-lab

1. Jelaskan prinsip analisis kadar vitamin C metode titrasi 2,6-diklorofenol?

Yaitu penentuan kadar vitamin C menggunakan titrasi 2,6 – diklorofenol indofenol (indicator dye),
dimana, akan terjadi reaksi reduksi 2,6-diklorofenol oleh vitamin C dalam suatu larutan tidak berwarna.
Larutan 2,6-diklorofenol dalam keadaan basa atau netral berwarna biru, ketika direduksi oleh vitamin C
warna tersebut akan hilang menjadi tidak berwarna, jika warna merah muda telah muncul maka
menunjukkan larutan berada dalam suasana asam dan telah terjadi kelebihan larutan 2,6-diklorofenol di
titik akhir titrasi (Sudarmadji, 2004).

2. Apakah kelebihan analisis kadar vitamin C menggunakan metode titrasi 2,6-diklorofenol


dibandingkan dengan metode lain?

Analisis kadar vitamin C metode titrasi 2,6-diklorofenol dilakukan dalam keadaan asam, sehingga
vitamin C tidak mudah teroksidasi oleh faktor lain selain oleh indikator. Dengan tidak terjadinya
oksidasi, maka kondisi asam tersebut membuat hasil yang didapatlan akan lebih akurat (Arifin, 2007).

3. Reaksi apakah yang terjadi antara reagen dengan sampel saat pengujian?jelaskan reaksi yang terjadi
tersebut dengan singakat!

Yaitu terjadi yaitu reaksi reduksi larutan 2,6-diklorofenol dan reaksi oksidasi vitamin C. Vitamin C
atau asam askorbat akan membentuk semidehidroaskorbat yang tidak reaktif dan selanjutnya kana
mengalami reaksi diproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang tidak stabil. Lalu akan terdegradasi
menjadi asam oksalat dan asam treonat. 2,6-diklorofenol yang tereduksi akan menjadi tidak berwarna,
sehingga melalui titrasi dapat diketahui adanya perubahan warna menjadi erah muda setelah adanya
kelebihan 2,6-diklorofenol (Nielsen, 2004).

Reaksinya sebagai berikut:

O= C O = C

Cl

HO C O = C
O O

HO C + HO NH =O O = C

H C Cl H C

HO C H HO C H

CH2OH CH2OH
Asam askorbat (teroksidasi) semidehidroaskorbat

Cl
HO NH OH 2,6-diklorofenol tereduksi

Cl

(Nielsen, 2004).

TINJAUAN BAHAN DAN REAGEN

1. Vitamin C
Disebut juga asam askorbat, mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul
C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau
dan mencair pada suhu 190-192°C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa
asam. Vitamin C sangat mudah larut dalam air (1g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit
larut dalam alkohol (1 g larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak larut
dalam benzena, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk
larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan cahaya. Di dalam larutan,
gugus hidroksil pada atom C3 sangat mudah terionisasi (pk1 = 4,04 pada 25oC dan memberikan
nilai pH 2,5) sedangkan gugus hidroksil pada atom C2 lebih tahan terhadap ionisasi dan
mempunyai pk2 = 11,4 (Andarwulan, 2004).

2. Reagen 2,6 dikloro indofenol atau larutan dye


Reagen 2,6 dikloro indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedang
dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Reagen ini digunakan untuk pengujian kadar
vitamin C berdasarkan adanya perbedaan warna dalam kondisi asam basa, atau pun dalam
kondisi tereduksi. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan
menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol
indofenol maka kelebihan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah akan terlihat
dengan terjadinya pewarnaan. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan
dengan vitamin C standar. Reagen ini dibuat dengan melarutkan 50 mg garam Na 2,6-
diklorofenolindofenol (DCIP) yang telah disimpan dalam desikator dalam 50 mL air yang telah
ditambah 42mg natrium bikarbonat, lalu digojog kuat. (Galichet, 2005).

3. Reagen asam metafosfat


merupakan reagen yang berfungsi untuk mencegah reaksi oksidasi yang terjadi pada analisis
vitamin C. Titrasi dan ekstraksi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor
yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel atau penggilingan.
Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam metafosfat, asam asetat, asam
trikloroasetat, dan asam oksalat. Penggunaan asam-asam tersebut juga berguna untuk
mengurangi oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi yang terdapat dalam jaringan
tanaman. Selain itu, larutan asam metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan yang
mengandung protein karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat dengan
protein . Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan
dalam suasana netral atau basa. (Andarwulan, 2004).

4. Larutan NaHCO3 0,84% atau natrium bikarbonat


Merupakan jenis garam yang terbuat dari ammonia, karbondioksida, dan larutan garam.
Proses pelarutannya optimal, karena bahan bakunya tidak mahal dan banyak jenis bahan mentah
kimiawi.
CO2(g) + H2O(l) + NH3(g) + Na+(aq) NaHCO3(s) + NH4+(aq) (1)
NaHCO3(s) Na2CO3(s) + CO2(g) + H2O(g) (2)

Natrium karbonat adalah cukup kuat, non-volatil dasar yang digunakan dalam pembuatan
kaca (55%), kertas (5%), sabun, dan bahan kimia lainnya (25%). Natrium karbonat juga disebut
soda ash dan soda cuci. Natrium karbonat digunakan dalam deterjen sebagai agen pelunakan.
Ion-ion karbonat dari terlarut natrium karbonat endapan magnesium dan ion kalsium dari air
keras. Ion logam ini kalau tidak menggabungkan dengan sabun atau deterjen dan membentuk
sampah tidak larut yang akan menodai pakaian yang dicuci (Shakhashir, 2010).

5. Asam asetat glacial


Merupakan asam asetat murni dfengan karakteristik higroskopis, tak berwarna, dan memiliki
titik beku 16,7°C. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan
bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti
polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman (Riswiyanto, 2009).

6. Aquades
Atau yang disebut juga dengan air destilat merupakan air suling dengan kemurnian tinggi.
Aquades dihasilkan dari satu kali proses destilasi. Aquades masih tetap mengandung mineral-
mineral tertentu, namun kadarnya tidak sebanyak pada air biasa. Aquades banyak digunakan di
laboratorium sebagai pelarut (Sastrohamidjojo, 2011). Aquades memiliki rumus kimia H2O
dengan berat molekul 18,02 g/mol. Berwujud cair, tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki
pH 7, serta memiliki titik didih 100°C (212°F). Aquades adalah senyawa yang bukan termasuk
dalam senyawa toksik dan tidak dapat terbakar (Riswiyanto, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, Feri Kusnandar, dan Dian Herawati. 2010. Analisis Pangan. Jakarta: Dian
Rakyat

Arifin, H., Delvita, V., Ahmadi, A. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus Pada Mencit
Diabetes. Jurnal sains dan teknologi Farmasi. Vol 12 No. Hal:13-20.

Nielsen, S. 2004. Food Analysis 3rd edition. USA: Wolters Kloers law and Business

Sudarmadji, Slamet., Haryono, Bambang., Suhardi. 2004. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberti

Galichet, Laurent C. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons 3rd Edition (Electronic
Version).London: Pharmaceutical Press

Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Shakhashiri. 2010. Sodium Hydrogen Carbonate and Sodium Carbonat. Chemistry 104-2,
www.scifun.org

Anda mungkin juga menyukai