Anda di halaman 1dari 2

BAB VI

(Pengujian Secara Organoleptis dan Mikrobiologis)

A. Sejarah Mikrobiologi

Sejarah mikrobiologi dimulai dari penemuan mikroskop oleh Robert Hooke (1664). Melalui
mikroskopnya yang terdiri atas dua lensa sederhana, Hooke mampu melihat ruang-ruang yang ia
sebut sebagai sel, yang mengarah pada munculnya teori sel yang menyatakan bahwa seluruh
makhluk hidup tersusun atas sel-sel.

Antonie van Leeuwenhoek (ilmuwan asal Belanda)mungkin adalah yang pertama kali
mengamati benda hidup dengan menggunakan mikroskop lensa tunggal yang lebih menyerupai kaca
pembesar.

Teori generatio spontanea yang meyakini bahwa belatung dapat muncul dari material busuk
, ular dan tikus dapat lahir dari tanah lembab, dan lalat dapat timbul dari rabuk. Francesco Redi
mendemonstrasikan penemuannya yang menunjukkan bahwa belatung bukan berasal dari daging
yang busuk.

Teori generatio spontanea pada mikroorganisme menguat pada tahun 1745 ketika seorang
berkebangsaan Inggris bernama John Needham menemukan bahwa setelah ia memanaskan kaldu
dan kemudian menempatkannya dalam botol tertutup , larutan kaldu yang telah dingin tersebut
segera dikerumuni oleh mikroorganisme .

20 tahun kemudian , Lazzaro Spallanzani (ilmuwan Italia) menduga bahwa ada kemungkinan
mikroorganisme dari udara telah masuk ke dalam kaldu milik Needham setelah kaldu tersebut
dididihkan. Needham membantah percobaan Spallanzani dengan menyatakan bahwa daya vital yang
ada untuk terjadinya proses generatio spontanea telah dirusak oleh pemanasan, dan tidak dapat
masuk ke dalam kaldu karna adanya sumbat pada botol. Pendapat Needham didukung oleh
pendapat Laurent Lavoisier yang menunjukkan pentingnya peranan oksigen bagi kehidupan.

Tahun 1858 , Rudolf Virchow (ilmuwan Jerman) mengemukakan teori biogenesis , yang
menyatakan bahwa semua sel hidup hanya dapat timbul dari sel hidup yang ada sebelumnya. Tahun
1861, Louis Pasteur (ilmuwan Perancis) melakukan percobaan yang mendukung teori biogenesis .
Pasteur mendemonstrasikan bahwa mikroorganisme terdapat di udara dan dapat mengkontaminasi
larutan steril , namun udara tu sendiri tidak dapat menciptakan mikroorganisme.

B. Mikrobiologi dan Farmasi

Keamanan dan kemanjuran sediaan farmasi harus dievaluasi secara luas sebelum digunakan
untuk mengobati penyakit pada manusia. Produk yang tercemar mikroorganisme tersebut dapat
memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit.

Sediaan farmasi yang rusak, daya terapinya tidak hanya turun, tetapi bahkan dapat
menyebabkan efek yang membahayakan kesehatan. Kerusakan ini dapat berupa adanya
biodegradasi ataupun biosintesis, misalnya biodegradasi protein, biodegradasi karbohidrat,
biodegradasi lemak dan minyak.
C. Tinjauan Organoleptis

Sediaan farmasi dikatakan rusak secara organoleptis bila terjadi perubahan warna,
perubahan bentuk , perubahan rasa, perubahan bau, dan penguraian.

Sediaan farmasi yang berbentuk padat (tablet, kapsul, pil, serbuk atau puyer)mempunyai
daya tahan lebih lama dibandingkan obat berbentuk cairan.

D. Tinjauan Mikrobiologis

Sediaan farmasi dikatakan rusak secara mikrobiologis jika dijumpai mikroorganisme


pathogen berkonsentrasi rendah, mikroorganisme yang berpotensi menjadi pathogen dalam
konsentrasi tinggi , metabolit mikroorganisme toksik yang tidak hilang dengan kematian
mikroorganisme kontaminannya , serta adanya kerusakan fisik ataupun kimia pada produk obat
akibat pertumbuhan mikroorganisme, yang ditandai dengan adanya perubahan bentuk, warna, rasa,
ataupun baunya.

Produk yang tercemar mikroorganisme dapat memproduksi racun yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit. Pengujian cemaran mikroorganisme dalam sediaan obat tradisional meliputi uji
Angka Lempeng Total (ALT) bakteri, uji Angka Kapang-Khamir (AKK), uji Most Probability Number
(MPN) dan uji Aflatoksin.

Uji Angka Lempeng Total (ALT)

Metode ini digunakan untuk menetapkan jumlah/angka bakteri aerob mesofil yang mungkin
mencemari sediaan obat tradisional. Media yang digunakan untuk uji ALT adalah PCA (Plate Count
Agar).

Uji Angka Kapang-Khamir (AKK)

Metode ini digunakan untuk menetapkan angka kontaminasi jamur (kapang-khamir) dlm
sediaan obat tradisional dgn cara menghitung jumlah koloni jamur.

Uji Most Probability Number (MPN)

Digunakan untuk mengetahui adanya cemaran bakteri Coliform dan uji cemaran
mikroorganisme pathogen seperti Escherichia coli, Salmonella sp., Pseodomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan mikroorganisme pathogen lain dalam obat tradisional. Metode ini
dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh sediaan yang berbentuk cair.

Uji Aflatoksin

Aflatoksin : toksin karsinogenik yg dihasilkan oleh Aspergillus flavus dan Aspergillus


parasiticus.
Aflatoksin terdiri atas aflatoksin B1 (blue), B2, G1 (green), dan M1 (milk). Aflatoksin B1 paling
berbahaya karna kemampuannya merusak jaringan, terutama hati. Racun ini dianggap karsinogenik
dan menimbulkan kanker hati.

Anda mungkin juga menyukai