Anda di halaman 1dari 4

PERPAJAKAN 2

KASUS 1A

PT ABC didirikan berdasarkan akta notaris Kurnia Sari, S.H., No. 111.01.Th93 tanggal 20 Juli
1993 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 35, Tambahan No. 3939
tanggal 30 Juli 1993. Perusahaan berkedudukan di Jl. Diponegoro No. 5, Jakarta Pusat,
sedangkan pabriknya berada di Kawasan Industri Cikarang. NPWP dan NPPKP Perusahaan
adalah 01.234.567.8.910.000. Pembukuan dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia
dan mata uang Rupiah, serta menggunakan basis akrual. Penjualan dilakukan dengan syarat
FOB shipping point. Ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan meliputi bidang manufaktur
dan penjualan alat-alat berat ke pasar domestik dan pasar luar negeri. Struktur kepemilikan
Perusahaan terdiri dari 30% Ibu Rahmawati Sudibyo, 50% Bapak Angga Sudarman, dan 20%
oleh Express Ltd. (investor dari Thailand, tidak memiliki BUT di Indonesia).

Pada bulan Maret 2017, manajemen PT ABC sudah mulai mempersiapkan diri untuk
menyusun SPT PPh Badan Tahun 2016. Bersamaan dengan itu, saat ini, Perusahaan juga
sedang mengalami pemeriksaan pajak oleh KPP tempat Perusahaan terdaftar yang meliputi
seluruh jenis pajak untuk tahun pajak 2015. Pemeriksaan ini telah berlangsung selama 6 bulan,
tetapi sampai sekarang prosesnya masih belum selesai. Proses pemeriksaan ini diperkirakan
masih akan berlangsung selama kurang lebih 3 bulan lagi. Saat ini, laporan keuangan
Perusahaan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2016 juga sedang diaudit oleh KAP
Widodo dan Rekan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tim auditor eksternal
tersebut, laporan keuangan (audited) baru akan selesai sekitar akhir April 2016.

Setelah proses diskusi antara pihak auditor dan manajemen Perusahaan, ternyata laporan
keuangan (audited) baru selesai dan diterima oleh manajemen Perusahaan pada tanggal 29
April 2017. Berdasarkan hasil diskusi ini, maka Perusahaan baru menyelesaikan SPT PPh
Badan 2016 pada tanggal 25 Mei 2017. SPT Tahunan PPh Badan 2016 tersebut menunjukkan
PPh kurang bayar sebesar Rp 640 juta. Karena sedang kesulitan likuiditas, pajak kurang bayar
tersebut dibayarkan oleh Perusahaan dua kali, yaitu pada tanggal 27 Mei 2017 (sebesar Rp
310 juta) dan 3 Juni 2017 (sebesar Rp 330 juta), dan dilaporkan pada tanggal 5 Juni 2017 melalui
pos tercatat.

Sementara itu, proses pemeriksaan untuk tahun pajak 2015 semakin mendekati tahapan
closing conference. Tiba-tiba, Anda sebagai tax manager menemukan data bahwa ternyata
terdapat kesalahan hitung dalam SPT PPh Badan tahun 2015. Di dalam perhitungan PPh
Badan tersebut, jumlah COGS yang dilaporkan overstated, yang menimbulkan potensi
tambahan pajak kurang bayar sebesar Rp 220 juta. Anda bingung apakah mungkin
Perusahaan melakukan pembetulan SPT PPh Badan tahun 2015 tersebut, dan jika memang
dimungkinkan untuk melakukan pembetulan, apakah sebaiknya Perusahaan melakukan
pembetulan tersebut atau tidak. Namun, setelah melalui diskusi yang cukup panjang, pihak
manajemen Perusahaan akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan pembetulan SPT PPh
Badan tahun 2015 tersebut.

Akhirnya, setelah perdebatan panjang di dalam proses closing conference, tim pemeriksa pajak
menerbitkan SKP sebagai berikut (asumsi semua SKP diterbitkan pada tanggal 5 Juli 2017):
1. SKPKB PPh Badan sebesar Rp 420 juta (belum termasuk sanksi kurang bayar)
2. SKPLB PPh Ps. 21/26
3. SKPN PPh Ps. 23/26
4. SKPKB PPh Ps. 4(2) sebesar Rp 60 juta (belum termasuk sanksi kurang bayar), karena
adanya penghasilan sewa gudang pada bulan Juli 2015 yang belum dipotong.
5. SKPKB PPN, karena adanya penyerahan pada bulan Agustus 2015 sebesar Rp 320 juta
yang belum dibuatkan Faktur Pajaknya.

PERTANYAAN:
1. Kapan seharusnya Perusahaan membayarkan dan melaporkan PPh Tahunan Badan
Kurang Bayar untuk tahun 2016?
2. Dalam menghadapi kondisi dimana laporan keuangan belum dapat diselesaikan tepat
waktu, apakah Perusahaan diperkenankan untuk mengajukan perpanjangan batas waktu
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2016? Apabila diperkenankan, apa saja syarat
yang harus dipenuhi oleh Perusahaan untuk mengajukan perpanjangan?
3. Bagaimana pengenaan sanksi perpajakan terkait dengan tindakan yang dilakukan oleh
Perusahaan pada poin (2) terhadap SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2016?
4. Menurut Anda, mungkinkah Perusahaan melakukan pembetulan SPT PPh Badan Tahun
2015? Sudah tepatkah tindakan yang diambil oleh manajemen Perusahaan untuk tidak
melakukan pembetulan SPT PPh Badan Tahun 2015? Jika Perusahaan mungkin melakukan
pembetulan, adakah sanksi perpajakan jika Perusahaan melakukan pembetulan SPT PPh
Badan Tahun 2015?
5. Bagaimanakah pengenaan sanksi perpajakan atas SKPKB yang diterbitkan oleh KPP
Pemeriksa Pajak?
PERPAJAKAN 2
KASUS 1B

Anda bekerja sebagai staf perpajakan di PT DEF, yaitu sebuah perusahaan tekstil dengan
lisensi dari Korea. Anda diminta oleh manajernya untuk membantu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan perpajakan yang tengah dihadapi oleh perusahaan, sebagai
berikut:

1. Sejak awal April 2017, Perusahaan sedang dalam proses pembuatan SPT Tahunan PPh
Badan tahun 2016. Selain itu, Perusahaan juga sedang menghadapi pemeriksaan pajak atas
seluruh jenis pajak untuk tahun pajak 2015. Karena seluruh staf pajak disibukkan dengan
urusan terkait pembuatan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2016 dan proses pemeriksaan
pajak untuk tahun pajak 2015 tersebut, kewajiban perusahaan terkait dengan SPT Masa
April 2017 agak terbengkalai. Perusahaan tidak bisa memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan tepat waktu sebagaimana data berikut:

Jenis PPh PPh Dibayar Tanggal Bayar Tanggal Lapor


Pasal 21/26 Rp 25 juta 3 Juni 2016 8 Juni 2016
Pasal 23/26 Rp 15 juta 3 Juni 2016 8 Juni 2016
Pasal 25 Rp 20 juta 3 Juni 2016 8 Juni 2016

Berdasarkan perhitungan PPh Badan tahun 2016, PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh
Perusahaan pada masa April 2017 adalah sebesar Rp 28 juta.
a. Kapan seharusnya Perusahaan melaporkan SPT Masa April 2017 tersebut?
b. Berikan perhitungan sanksi yang akan dikenakan oleh fiskus terkait dengan SPT Masa
April 2017 tersebut!

2. Berkaitan dengan PPh Badan tahun 2016, perusahaan mengalami kurang bayar sebesar Rp
220 juta yang dibayar pada tanggal 30 April 2017 dan dilaporkan pada tanggal yang sama.
Pada bulan Juli 2017, Perusahaan menyadari bahwa terdapat kesalahan hitung yang
mengakibatkan kurang bayar PPh Badan tahun 2016 yang seharusnya adalah Rp 290 juta.
a. Menurut Anda, apa langkah yang seharusnya dilakukan oleh Perusahaan? Berikan
penjelasan atas jawaban Anda!
b. Adakah tax exposure terkait dengan kesalahan hitung yang dilakukan oleh Perusahaan
tersebut? Berikan penjelasan atas jawaban Anda dan berikan perhitungannya!

3. SPT PPh Badan tahun pajak 2015 telah disampaikan oleh Perusahaan secara tepat waktu,
yaitu tanggal 30 April 2016. Dalam SPT PPh Badan tahun pajak 2015 tersebut, terdapat data
bahwa penghasilan kena pajak adalah sebesar Rp 1,9 miliar dan kredit pajak yang
dilaporkan sebesar Rp 240 juta. Pemeriksaan Pajak atas SPT PPh Badan tahun pajak 2015
dilakukan sejak awal Februari 2017 dan selesai pertengahan Juni 2017. Berkaitan dengan
pemeriksaan tersebut, ditemukan adanya PPh Badan yang masih kurang dibayar. Hal ini
disebabkan karena jumlah penghasilan kena pajak seharusnya menurut fiskus adalah
sebesar Rp 2 miliar (asumsi kredit pajak yang dilaporkan sebesar Rp 240 juta sudah sesuai).
Karena adanya PPh Badan yang kurang bayar tersebut, diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB) tertanggal 15 Juli 2017. Perusahaan membayar kekurangan PPh
Badan tersebut pada tanggal 10 Agustus 2017.
a. Bagaimanakah pengenaan sanksi atas hal ini? Berikan penjelasan atas jawaban Anda
dan berikan perhitungannya!
b. Apakah perusahaan diperkenankan untuk menunda pembayaran pajak berdasarkan
SKPKB tersebut apabila Perusahaan mengalami permasalahan likuiditas? Berikan
penjelasan atas jawaban Anda!

Anda mungkin juga menyukai