Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leasing bukan merupakan fenomena baru, namun di negara-negara berkembang,


inisiatif menawarkan leasing bagi usaha kecil dan mikro masih sangat jarang. Hal
ini sangat mengejutkan mengingat leasing memiliki manfaat besar atas kredit.
Manfaat yang paling penting adalah selama periode pembayaran angsuran leasing,
pengusaha telah dapat merealisasikan pendapatan ekstra melalui penggunaan peralatan
tersebut.
Manfaat lain adalah bahwa leasing tidak menetapkan (atau sangat sedikit)
persyaratan agunan. Selain itu manfaat lainnya adalah risiko pengalihan dana – risiko yang
paling nyata bagi lembaga keuangan mikro – dapat dicegah dalam leasing, mengingat
pendanaan yang langsung diberikan untuk membeli peralatan tanpa pernah melalui tangan
lessee.
Adalah benar bahwa skema leasing memerlukan sistem baru dan latihan khusus
untuk staf. Ketidak-pastian tentang basis legal untuk leasing, seperti halnya seputar
perpajakan, dapat juga mengecilkan hati lembaga keuangan dari mengembangkan suatu
produk leasing. Pedoman ini mencoba untuk menyajikan kepada pembaca dengan
gambaran yang lengkap tentang pro dan contra leasing untuk usaha kecil dan mikro,
mencakup risiko-risiko untuk lembaga keuangan itu.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari paper ini, yaitu :

1.2.1 Apa pengertian dari leasing?


1.2.2 Bagaimana akuntansi leasing oleh leasee?
1.2.3 Bagaimana akuntansi leasing oleh leasor?
1.2.4 Bagaimana penyajian akuntansi leasing?
1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan paper ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Akuntansi
Keuangan II, dan adapun tujuan lainnya yaitu :

1
1.3.1 Mengetahui pengertian leasing
1.3.2 Mengetahui akuntansi leasing oleh leasee
1.3.3 Mengetahui akuntansi leasing oleh leasor
1.3.4 Mengetahui penyajian akuntansi leasing

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leasing

2.1.1 Definisi Leasing

2
Leasing adalah setiap kegiatan pembiyaan perusahaa dalam bentuk penyediaan atau
menyewakan barang-barang modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka
waktu tertentu dengan kriteria sebagai berikut :
 pembiyaan perusahaan
 pembayaran sewa dilakukan secara berkala
 penyediaan barang-barang modal
 disertai dengan hak pilih atau hak opsi
 adanya nilai sisa yang disepakati.

2.1.2 Fungsi Leasing

Fungsi leasing sebenarnya hampir setingkat dengan bank, yaitu sebagai sumber
pembiayaan jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun). Ditinjau dari segi
perekonomian nasional, leasing telah memperkenalkan suatu metode baru untuk
memperoleh barang modal dan menambah modal kerja. Sampai saat ini belum ada undang-
undang khusus yang mengatur tentang leasing namun demikian praktek bisnis leasing telah
berkembang dengan cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum
mampunyai pegangan yang jelas dan pasti, pada tahun 1971 telah dikeluarkan Surat
Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan
Koperasi Nomor: Kep-122/MK/IV/1/1974; No. 32/M/ SK/2/1974/; dan No.30/Kpb/1/1974,
tertanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.
Menurut Surat Keputusan Bersama di atas, yang dimaksud dengan leasing adalah :
“Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk suatu jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang- barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.

2.1.3 Sifat Lease

Ketentuan kontrak Lease sangat berbeda-beda, variabel-variabel meliputi ketentuan


dan denda akibat pembatalan, periode Lease, opsi pembelian dan pembaharuan dengan harga
murah, umur ekonomis, pemabayaran lease minimum, dll. Fakta ini dan fakta lainnya harus
dipertimbangkan dalam menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atas Lease.

3
Masing-masing variabel didefinisikan sebagai berikut:

a) Ketentuan Pembatalan.

Sifat tidak dapat dibatalkan mengacu pada kontrak Lease yang ketentuan serta
sanksi pembatalannya sangat mahal bagi Lesse sehingga dalam keadaan
bagaimanapun tidak dilakukan pembatalan. Hanya Lease yang tidak dapat dibatalkan
yang dapat dikapitalisasi.

b) Periode Lease.

Salah satu variable penting dalam perjanjian Lease adalah Periode Lease-nya:
yaitu, periode waktu mulai dari awal hingga akhir Lease, Tanggal pemrakasaan Lease
didefinisikan sebagai tanggal perjanjian Lease, atau tanggal komitmen tertulis paling
awal jika semua ketentuan pokok telah dinegosiasikan. Permulaan Periode Lease
terjadi pada saat perjanjian Lease mulai berlaku, yaitu apabila harta yang dilease telah
diserahkan kepada Lease.

c) Ahir Jangka Lease

Adalah ahir periode yang ditetapkan dimana pembatalan tidak boleh dilakukan
ditambah semua periode, jika ada, yang diliput opsi pembaharuan dengan harga
murah ,atau ketentuan lain bahwa, pada tanggal terjadinya lease sudah ada indikasi
kuat bahwa lease itu diperbarui. Periode lease tidak akan pernah melampui tanggal
opsi pembelian dengan harga murah

d) Opsi Pembelian Dengan Harga Murah.

Lease kerap kali mengandung ketentuan yang memberi hak kepada lesse untuk
membeli harta yang dilease pada suatu hari dimasa depan. Harga beli yang pasti harga
opsi yang ditetapkan, meskipun dalam beberapa kasus harga tersebut dinyatakan
sebagai nilai pasar wajar pada tanggal ,opsi dimanfaatkan. Jika harga opsi telah
ditetapkan ini diperkirakan jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga atau nilai
pasar wajar pada tanggal pemanfaatan opsi pembelian, maka dalam hal ini sudah
tersirat opsi pembelian dengan harga murah

4
e) Nilai Sisa Atau Residu.

Adalah Nilai pasar harta yang dilease pada ahir periode lease. Dalam beberapa
lease, periode lease melampi umur ekonomi aktiva, atau periode dimana aktiva
tersebut tetap produktif, dan kadang-kadang masih ada nilai sisa . Dalam lease
lainnya, periode lease lebih singkat, dan nilai residu tidak ada. Jika lease dapat
membeli aktiva itu pada ahir periode lease dengan harga murah sudah ada, dan dapat
diandaikan bahwa lesse akan melaksanakan opsi ini dan dapat membeli aktiva
tersebut.

Beberapa kontrak lease mewajibkan lesse, atau pihak ketiga yang ditunjuk,
untuk menjamin nilai residu aktiva. Jika nilai pasar wajar pada ahir periode lease
turun dibawah nilai residu yang dijamin, maka lesse atau pihak ketiga harus
membayar selisih tersebut. Ketentuan ini melindungi lessor dari kerugian akibat
penurunan yang tidak diperkirakan dalam nilai pasar aktiva.

f) Pembayaran Lease Minimum.

Pembayaran sewa yang diminta selama periode lease ditambah dengan jumlah
yang harus dibayar untuk nilai residu, entah melalui opsi pembelian dengan harga
murah atau penjaminan nilai sisa, disebut sebagai Pembayaran Lease Minimum. Jika
semua pembayaran ini dilakukan dengan lease saja, maka pembayaran lease minimum
akan sama bagi lesse dan lessor. Akan tetapi, jika pihak ketiga menjamin nilai residu,
maka si lesse tidak boleh memasukkan jaminan ini sebagai bagian dari pembaayaran
lease minimum, tetapi lessor akan memasukkannya.

Pembayaran sewa kadang-kadang mencakup beban untuk hal-hal seperti


assuransi, pemeliharaan, dan pajak yang timbu atas harta yang dilease. Perngeluaran
ini disebut Biaya Eksekutori.(Executory Cost). Dan tidak dimasukkan beban untuk
penyisihan dari pembayaran lease minimum. Jika lessor memasukkan beban untuk
penyisihan labanya didalam biaya ini, maka laba tersebut juga harus dianggap sebagai
biaya eksekutori.

Contoh : Olaf Leasing Co melease peralatan pembangunan jalan raya selama tiga
tahun dengan pembayaran $3.000 per bulan. Di dalam pembayaran sewa ini termasuk

5
biaya eksekutori $500 per bulan untuk menutup asuransi dan pemeliharaan peralatan
tersebut. Pada ahir tahun ketiga, nilai residu bagi Olaf dijamin oleh lesse sebesar
$10.000.

Pembayaran Lease minimum :

Pembayaran sewa tanpa biaya eksekutori ($2.500 X 36) $ 90.000

Nilai Residu yang dijamin $ 10.000

Total pembayaran lease minimum $ 100.000

Karena pembayaran lease minimum baru akan dilakukan pada periode mendatang,
maka nilai sekarang dari pembayaran ini perlu dibukukan sebagai lease yang
dikapitalisai. Dua suku bunga yang berbeda harus dipertimbangkan dalam
menghitung nilai sekarang pembayaran lease minimum ini, yaitu : sukumbunga
pinjaman incremental dari lease dan suku bunga implicit dari lessor.

g) Suku Bunga Pinjaman Inkremental (Incremental Borrowing Rate)

Adalah Suku bunga yang akan ditanggung lease jika ia meminjam sejumlah
uang yang diperlukan untuk membeli aktiva yang dilease, dan didalamnya
diperhitungkan keaaddaan keuangan lesse dan kondisi yang berlaku dipasar.

h) Suku Bunga Implisit (Implicit Interest Rate)

Adalah Suku bunga yang akan digunakan untuk mendiskontokan pembayaran lease
minimum ke nilai pasar wajar aktiva pada saat lease terjadi.

Lessor menggunakan menggunakan suku bunga implisit dalam menentukan


nilai sekarang pembayaran lease minimum. Akan tetapi, lesse menggunakan suku
bunga implisit atau suku bunga pinjaman inkremental, mana yang lebih rendah. Jika
lesse tidak mengetahui suku bumga implisit tersebut, dia harus menggunakn suku
bunga pinjaman incremental.

Contoh : Olaf Leasing Co. Misalkan bahwa pembayaran sewa $3.000 kepada
Olaf Dilakukan pada awal setiap bulan, suku bunga implisit dalam kontrak lease

6
adalah 12% per tahun, dan suku bunga pinjaman inkremental bagi lesse adalah 14%.
Dengan memisalkan bahwa lesse mengetahui suku bunga implicit tersebut, maka baik
lessor maupun lesse akan mendiskontokan atau menghitung nilai sekarang
pembayaran lease minimum itu dengan menggunakan suku bunga 12%. Nilai
sekarang dari pembayaran lease minimum sebesar $100.000 akan menjadi :

Nilai sekarang dari 36 pembayaran sebesar $2.500

($3.000 dikurangi biaya eksekutori $500) $ 76.022

Nilai sekarang dari nilai residu yang dijamin sebesar $ 10.000

Pada ahir 3 tahun $ 7.118

Nilai sekarang pembayaran lease minimum .$ 83.140

Nilai sekarang sebesar $ 83.140 adalah harga jual atau nilai pasar wajar aktiva pada
saat lease terjadi.

2.1.4 Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembayaran


Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:
1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat
diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow terutama bagi
perusahaan (lessee) yang beru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah
menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran
angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee
sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan
pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
3. Sumber Pembiayaan Alternatif

7
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas
kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut
adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh
pinjaman dari pihak lainnya.
4. Off Balance Sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca tanpa
mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara
terperinci. Tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan
mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi
rasio keuangan perusahaan lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam
neraca lessee sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut off balance sheet financing.
5. Arus Dana
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana
karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di
samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba
dalam investasi.
6. Proteksi Inflasi
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan
sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka lessee
akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan
pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan sebagai perjanjian bahwa
barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan barang yang serupa yang lebih
canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih unggul
daripada produk barang yang sama.
8. Sumber Pelunasan Kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena
pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari
modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para
kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan
kredit yang telah diberikan dapat diatasi.

8
9. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi,
pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya
modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko Keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan (obsolescence)
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan Penyusutan Anggaran
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan Proyek Skala Besar
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat diatasi
melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima
dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.
13. Meningkatkan Debt Capacity
Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis manaikkan debt equity ratio yang
mempengaruhi bankability dari lessee yang bersangkutan.

2.1.5 Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Transaksi Leasing


Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang
berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam
operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang
serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian
barang modal tersebut.

2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau

9
secara berkala. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan
peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi
lessee terhadap kerusakan.

3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau
berkala.
4. Bank dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang
peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme
leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank.
Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank,
untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek leasing
kepada lessee atau lessor.
2.1.6 Penggolongan Perusahaan Leasing
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu :
1. Independent Leasing Company
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar dari industri leasing . Perusahaan
tipe ini berdiri sendiri atau independent dari supplier yang mungkin dapat sekaligus sebagai
pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya ( lessee ).
Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing , misalnya bank-bank, dapat
pula disebut sebagai lessor independent . Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai
lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga memberikan
pendanaan kepada perusahaan leasing. Di samping itu lessor independen dapat pula
memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer ) yang sering disebut dengan vendor
program.

2. Captive Lessor

10
Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan
leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak
supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan Supplier (Manufacturer), Lessor
Independent (Lessor) . pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan
penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan trasdisional. Captive
lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan
induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary ) dan pihak kedua adalah lessee atau pemakai
barang.
3. Lease Broker atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah leasebroker atau packager . Broker leasing
berfungsi mempertemukan calon lessee denngan pihak lessor yang membutuhkan suatu
barang modal dengan cara leasing. Broker leasing beasanya tidak memiliki barang atau
peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Disamping itu perusahaan
broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang
dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.

2.1.7 Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing


Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain
bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah dibahas
pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian antara
pemilik barang ( lessor ) dengan pemakai barang ( lessee ). Mekanisme leasing tersebut
merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasing (basic lease ). Pihak lessee
berkewajiban membayar sewa secara periodic kepada lessor sebagai kompensasi atas
penggunaan barang tersebut, Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan
lessee padahal dalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu
mekanisme transaksi leasing.
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis besar
dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :
1. Finance Lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha ( lessee ) biasanya
memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing , sebagai pemilik
barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal

11
yang menjadi objek transaksi leasing . Selama masa leasing , lessee melakukan pembayaran
nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang
modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing . Dari
pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-kadang pula
disebut full-pay out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara
lessor dengan lessee di mana :
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing dapat berupa
barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum sama dengan masa
kegunaan ekonomis barang tersebut.
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah dan
jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran atau lease
payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang
dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak mengakhiri
masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis termasuk biaya pemeliharaan
dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang di-lease tersebut ditanggung oleh
lessee
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut sesuai
dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau mengembalikan pada lessor, atau
memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui bersama. Pembayaran
berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh lebih rendah daripada
angsuran sebelumnya.
Ciri-ciri finance lease antara lain :
a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi
b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak / tidak bergerak
c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya
d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya + spread
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea), atau akan
dikenakan denda
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee
g. Transaksi keuangan
h. Full pay out
i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value
j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal

12
k. Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23

Selanjutnya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut :
a) Direct Financial Lease
Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, sering pula disebut true-lease, atau
disingkat direct lease aja ; merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli
suatu barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-lease tersebut
termasuk penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee. Tujuan utama
lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan cara
leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam proses produksi dan
atau meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order
pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee.
Ciri-ciri direct financial lease antara lain :
a. Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan sale and lease back)
Lesse Perusahaan Asuransi Supplier Dealer Lessor
b. Pembelian barang oleh lessor semata-mata untuk kebutuhan lessee
c. Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh lessee
d. Tujuan utama lessee semata-mata untuk mendapatkan financing untuk tujuan proses produksi
atau peningkatan kapasitas produksi.

b) Sale and Lease Back


Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah pihak lessee
sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa
guna usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak yang menjual
barang untuk digunakan selama masa lease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini
dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di
sini bersifat refinancing. Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan di Indonesia akibat
adanya masalah impor barang modal, perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan
kembali terhadap pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk memperoleh barang modal ini
terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang
modal, umunya pihak lessee akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang impor atau
eks-impor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya. Selanjutnya barang

13
tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan kembali kepada lessee untuk
digunakan sesuai dengan jangka waktu yang disetujui dalam kontrak leasing.
c) Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam finance
lease yang digunakan lessor. Menurut teknik ini, disamping melibatkan lessor dan lessee juga
melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak kreditor
jangka panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini.
Sedangkan porsi pembiayaan pihak lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan
pembiayaan, sisanya disediakan oleh kreditor. Kreditor tersebut dapat berupa bank atau
lembaga keuangan lainnya. Status kreditor di sini hanya sebagai penyedia dana kepada lessor,
sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing itu sendiri. Perbedaannya dengan teknik
direct lease adalah terletak pada jumlah pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh
karena itu, lessor bertanggung jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah
pembiayaannya.
d) Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor
atas suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan risiko
tidak bersedia, atau karean alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup
sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk
memenuhi permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing
melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing dimaksud. Selanjutnya,
dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu
lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing dengan
pihak lessee termasuk dengan pihak supplier.
e) Cross Border Lease
Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di
mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing ini
kadang-kadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing internasional
karena yang dilakukan melibatkan dua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini
merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak
risiko bagi lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme hukum, perpajakan
dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing antara negara
dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Transaksi

14
leasing biasanya dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak lessee
diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya
hanya untuk melindungi lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuan-ketentuan negara
asing. Mekanisme cross border lease pada gambar di bawah ini. Kompleksitas dalam
transaksi leasing internasional bagi lessor ini meliputi beberapa masalah antara lain:
a. Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee
b. Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
c. Perpajakan yaitu menyangkut ketentuan pajak ganda (double taxation )
d. Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan valuta asing
negara lesse
e. Peraturan penyusutan
f. Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya

f) Vendor Program
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan yang
dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan atau
menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor
program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai dengan harga barang yang dipilih atau
ditentukan oleh pembeli ( lessee ). Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee
dapat dilakukan langsung kepada lessor , atau dapat dibayarkan melalui vendor yang
bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.

2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-lease -
kan. Berbeda dengan finance lease , dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran
berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal
tersebut berikut dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan
sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee untuk
digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang
modal tersebut.

15
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara berkala
kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang
tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out lease
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang tersebut
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor
e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu atau
disebut cancelable
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus terutama
untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang di-lease-kan tersebut.
Oleh karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di akhir masa kontrak merupakan
hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran kembali barang modal tersebut. Lessor
dalam operating lease bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease antara lain
misalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak dan pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain
dengan finance lease adalah angsuran operating lease tidak menggambarkan keseluruhan
biaya perolehan barang. Hal ini disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari kontrak
leasing berikutnya. Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 27 Nopember 1991 kegiatan leasing dapat dilakukan dengan
cara berikut:
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)

Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua criteria berikut :
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal
dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurang-kurangnya :
1. 2 tahun untuk Golongan I
2. 3 tahun untuk Golongan II dan III
3. 7 tahun untuk Golongan bangunan
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi

2. Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :

16
a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga
perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang diperhitungkan
oleh lessor
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor

2.2 Akuntansi Leasing Oleh Leasee


Jika lessee mengkapitalisasi lease, maka lessee akan mencatat aktiva dan kewajiban
yang umumnya sama dengan nilai sekarang pembayaran sewa. Lessor, vang sudah
memindahkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan, mengakui
penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari neraca dan menggantikannya dengan piutang.
Ayat jurnal khusus bagi lessor dan lessee, dengan asumsi peralatan dilease dan dikapitalisasi.

Delta ILFC
(Lessee) (Lessor)
Peralatan yang Dilease XXX Piutang Lease XXX
Kewajiban Lease Piutang XXX
XXX

Karena sudah kapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat penyusutan. Lessor dan lessee
akan memperlakukan pembayaran pokok bunga

Jika kontal lease tidak di kapitalisasi,tidak ada aktiva yang dicatat lessee dan tidak ada
aktiva yang dikeluarkan dari pembukuan lessor. Pada saat pembayaran lease dilakukan,
lessee mencatat beban sewa dan lessor mengakui pendapatan sewa.

Untuk lease yang dicatat sebagai lease modal (capital lease),lease harus dianggaptidak
dibatalkan, dan memenuhi satu atau lebih dari empat criteria berikut ini:

Criteria kapitalisasi (lessee)


 Lease mentransfer kepemilikan property kepada lessee
 Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option)
 Jangka waktu lease sama dengan atau lebih dari 75% estimasi umur ekonomis aktiva
yang di lease
 Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk biaya executor) sama

17
dengan atau lebih 90% dari nilai wajar property yang di lease

Lease yang tidakmemenuhi salah satu kriteria diatas diklasifikasikan sebagailease operasi
(operating lease). Ilustrasi dibawah akan menunjukkan bahwa lease yang memenuhi salah
satu dari criteria diatas mengakibatkan lease ini diklasifikasikan sebagai lease modal bagi
lessee
Apakah Apakah Apakah masa Apakah nilai
Kesepakatan terdapat terdapat opsi lease ≥75% sekarang Lease
lease pengalihan pembelian umur pembayaran Operasi
kepemilikan? dengan harga ekonomis? ≥90% nilai
khusus? wajar?

Lease Modal

Keterangan
= iya / ada
= tidak ada

Sesuai dengan pandangan FASB bahwa bagian yang signifikan dari nilai aktiva pertamakali
dikonsumsi sebesar 75% dari umur ekonomisnya,criteria 3 dan 4 tidak dapat diterapkan
apabilalease terjadi selama 25% sisa umur ekonomis aktiva.

2.2.1 Kriteria Kapitalisasi

Keempat kriteria kapitalisasi sang berlaku unluk lessee bersitat kontroversial dan sulit
diterapkan dalain praktek Kriteria - kriteria tersebut akan dihahas berikut ini.

 Pengujian Pengalihan Kepemilikan

Jika lease tersebut mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee, maka lease itu
dianggap sebagai lease modal. Kriteria ini tidak bersitat kontroversial dan mudahuntuk
diterapkan.

18
 Pengujian Opsi Pembelian dengan Harga Khusus

Opsi pembehan dengan harga khusus adalah sebuah provisi yang memungkinkan lessee
untuk membeli properti vang dilease dengan harga vang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan nilai wajar properti yang diharapkan pada tanggal opsi itu dapat digunakan.
Pada awal lease, perbedaan antara harga opsi dengan nilai pasar wajar vang diliarapkan harus
cukup besar sehingga realisasi dari opsi bisa dipastikan secara layak.

Sebagai contola Brettes Delivery Service ingin melease Honda Accord dengan
pembayaran $599 per bulan selama 40 bulan dengan opsi membeli mobil tersebut seharga
S100 pada akhir periode -10 bulan. Esti masi nilai wajar Honda Accord adalah $3.000 pada
akhir periode 40 bulan. maka opsi untuk membeli ciengan harga $100 ini jelas sangat
menarik. dan karenanva diperlukan kapitalisasi. Dalam kasus lain. kriteria ini mungkin tidak
mudah diaplikasikan. dan menentukan bahwa harga tertentu dimasa depan merupakan jumlah
yang menarik sulit dilakukan.

 Pengujian Umur Ekonomis (Pengujian 75%)

Jika periode lease samadenag atu melebihi 75% dari umur ekonomis aktiva, dimana
sebagian besar resiko dan imbalanatas kepemilikan barabg dialihkan ke lessee,maka perlu
dilakukan kapitalisasi. Akan tetapi, penentuan jangka waktu atau masa lease dan umur
ekonomis aktiva dapat menimbulkan masalah.

Jangka waktu lease pada umumnya dianggap sudah tetap dan tidak bias dibatalkan.
Namun periode ini dapat diperpanjang jika ada opsi untuk memperbaharui kesepakatan lease
dengan harga khusus. Opsi untuk memperbaharui dengan harga khusus adalah provisi yang
memungkinkan lessee untuk memperbaharui lease dengan harga lebih rendah dari nilai wajar
sewa yang diharapkan harus cukup besar untuk memastikan digunakannya opsiuntuk
memperbaharui tersebut.

Sebagai contoh, jika PC buatan Dell dilease Home Depot selama 2 tahun dengan
biaya sewa $100 per bulan dan kemudian dapat di lease dengan harga $10 per bulan selama 2
tahun selanjutnya, maka hal itu jelas merupakan opsi memperbaharui dengan harga
khususdan jangka waktu lease dianggapmenjadi 4 tahun. Namun, seperti pada opsimembeli
dengan harga khusus, opsi memperbaharui dengan harga khusus kadang – kadang sulit untuk
ditentukan nilainya.

19
Pertentuan estimasi umur ekonomis juga dapat menimbulkan masalah, terutama jika item
vang dilease bersifat khusus atau telah digunakan selama periode waktu vang lama. Sebagai
contoh, penentuan nilai ekonomis inti nuklir amatlah sulit karena tergantung pada banyak hal
selain hal-hal yang normal. FASB menyatakan bahwa jika lease dimulai selama 25% terakhir
dari umur aktiva, maka pengujian umur ekonomis tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan

 Pengujian Pemulihan Investasi (Pengujian 90%)

Jika nilai sekarang dari pembayaran lease minimum sama dengan atau melebihi 90% dari
nilai pasar wajar aktiva, maka aktiva yang dilease harus dikapitalisasi. Dasar pemikiran untuk
pengujian ini adalah bahwa jika nilai sekarang pembayaran lease minimum tidak berbeda
banyak dengan harga pasar aktiva, maka secara

efektif aktiva tersebut dapat dibeli.

Dalam menentukan nilai sekarang dari pembayaran lease minimum, ada tiga konsep
penting yang harus diperhitungkan: (1) pembayaran lease minimum, (2) biaya executory, dan
(3) tingkat diskonto.

Pembayaran Lease Minimum. Pembayaran ini adalah pembayaran yang harus dilakukan
oleh lessee sehubungan dengan properti yang dilease. Pembayaran lease minimum mencakup
hal-hal berikut ini:

1. Pembayaran Sewa Minimum—pembayaran minimum yang harus dilakukan oleh lessee


kepada lessor berdasarkan kesepakatan lease. Pembayaran lease minimum dapat juga
mencakup nilai residu yang dijamin (jika ada), penalti atas kegagalan memperbaharui,
atau opsi untuk membeli dengan harga khusus (jika ada).
2. Nilai Residu yang Dijarnin - nilai residu adalah estimasi nilai wajar (pasar) dari properti
vang dilease pada akhir masa lease. Seringkali lessor memindahkan risiko kerugian
kepada lessee atau pihak ketiga melalui penjaminan atas estimasi nilai residu. Nilai residu
yang dijamin (guaranteed residual value) adalah (1) jumlah tertentu atau vang dapat
ditentukan di mana lessor memiliki hak untuk meminta lessee membeli aktiva atau (2)
jumlah yang dijanjikan oleh penjamin lessee atau pihak ketiga untuk diperoleh oleh
lessor. Jika tidak dijamin secara penuh, maka nilai residu yang tidak dijamin
(unguaranteed residual value) merupakan estimasi nilai residu eksklusif dari setiap bagian
yang dijamin.

20
3. Penalti atas Kegagalan Memperbaharui atau Memperpanjang Lease—jumlah hutang yang
ditanggung lessee jika perjanjian lease menyatakan bahwa lease harus diperpanjang atau
diperbaharui dan lessee gagal melakukannya.
4. Opsi untuk Membeli dengan Harga Khusus—sebagaimana diindikasikan sebelumnya,
opsi diberikan kepada lessee untuk membeli peralatan pada akhir masa lease dcngan
harga yang ditetapkan jauh di bawah nilai wajar yang diharapkan, sehingga pada awal
lease pembelian akan terjadi.Delta tidak memasukkan biaya executory dalam
perhitungan nilai sekarang dari pembayaran lease minimum.

Biaya-biaya Executory. Sebagaimana aktiva lainnya, aktiva berwujud yang dilease juga
membutuhkan beban asuransi, pemeliharaan, dan pajak disebut biaya executory, selama umur
ekonomisnya. Jika lessor tetap bertanggung jawab atas pembayaran hiaya-biaya jenis
kepemilikan ini, maka bagian dari setiap pembayaran lease yang mencerminkan biaya
executory harus dikeluarkan dari perhitungan nilai sekarang pembayaran lease minimum
karena bukan merupakan pembayaran atau pengurangan kewajiban.

Banyak perjanjian lease yang menyatakan bahwa biaya executory dibayarkan oleh lessee
kepada pihak ketiga secara langsung; dalam hal ini, pembayaran sewa dapat digunakan tanpa
penyesuaian dalam penghitungan nilai sekarang.

Tingkat Diskonto. Lessee menghitung nilai sekarang dari pembayaran lease minimum
dengan menggunakan suku bunga pinjaman inkremental lessee, yang didefinisikan sebagai:
"Suku bunga yang pada awal lease, harus dikeluarkan oleh lessee untuk meminjam dana yang
diperlukan guna membeli aktiva yang dilease menurut pinjaman yang dijamin, dengan jangka
waktu pelunasan yang serupa dengan skedul pembayaran dalam kontrak lease.

Untuk menentukan apakah nilai sekarang dari pembayaran tersehut lebih kecil daripada
90% nilai pasar wajar properti, lessee akan mendiskontokan pembayaran dengan
menggunakan suku bunga pinjaman inkremental. Terdapat satu pengecualian dari ketentuan
ini: Jika (1) lessee mengetahui suku bunga implisit yang dihitung oleh lessor dan (2) suku
bunga itu lebih rendah dari suku bunga pinjaman inkremental lessee, maka lessee harus
menggunakan suku bunga implisit lessor. Suku bunga implisit dalam Iease adalah tingkat
diskonto yang, jika diterapkan pada pembayaran lease minimum dan setiap nilai residu yang
tidak dijamin yang terhutang kepada lessor, akan menyebabkan nilai sekarang agregat sama
dengan nilai wajar properti yang dilease kepada lessor.

21
Tujuan dari pengecualian ini adalah: Pertama, suku bunga implisit lessor umumnya
merupakan suku bunga yang lebih realistis untuk digunakan dalam menentukan jumlah (jika
ada) yang akan dilaporkan sebagai aktiva dan kewajiban terkait bagi lessee. Kedua,
memberikan pedoman untuk menjamin bahwa lessee tidak menggunakan suku bunga
pinjaman inkremental yang secara artifisial tinggi, sehingga menyebabkan nilai sekarang dari
pembayaran lease minimum lebih kecil 90% dari nilai pasar wajar properti dan karenanya,
dapat menghindari kapitalisasi aktiva serta kewajiban terkait.

Lessee dapat menyatakan bahwa hal itu tidak dapat menentukan suku bunga implisit lessor
sehingga suku bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Namun, dalam banyak kasus, suku
bunga implisit yang digunakan oleh lessor dapat diperkirakan. Penentuan apakah estimasi
yang wajar dapat dilakukan memerlukan pertimbangan, terutama jika hasil dari menggunakan
suku bunga pinjaman incremental mendekati pengujian 90%. Karena lessee tidak boleh
dikapitalisasi property yang dilease melebihi nilai wajarnya maka lessee dilarang untuk
menggunakan tingkat diskonto yang sangat rendah

2.2.2 Aktiva dan Kewajiban yang Diperlakukan secara Berbeda

Dalam transaksi lease modal, lessee menggunakan lease sebagai sumber pembiayaan.
Lessor membiayai transaksi (menyediakan modal investasi) melalui aktiva yang dilease, dan
lessee melakukan pembayaran sewa, yang sebenarnya merupakan pembayaran cicilan. Oleh
karena itu, selama umur properti yang dilease pembayaran sewa kepada lessor mencakup
pembayaran pokok ditambah bunga

 Pencatatan Aktiva dan Kewajiban

Dalam metode lease modal, lessee memperlakukan transaksi lease seolah-olah aktiva
telah dibeli dalam transaksi pembiayaan di mana aktiva diperoleh dan kewajiban diakui. Oleh
karena itu, lessee mencatat lease modal sebagai aktiva dan kewajiban pada nilai terendah
antara (1) nilai sekarang dari pembayaran lease minimal (tidak termasuk biaya executory)
atau (2) nilai pasar wajar aktiva yang dilefl pada awal lease. Dasar pemikiran untuk
pendekatan ini adalah bahwa aktiva yaofl dilease tidak boleh dicatat lebih tinggi dari nilai
pasar wajarnya.

 Periode Penyusutan

22
Salah satu aspek yang menyulitkan akuntansi untuk penyusutan aktiva yang dilease yang
dikapitalisasi berhubungan dengan periode penyusutan. Jika perjanjian lease mengalihkan
kepemilikan aktiva kepada lessee (kriteria 1) atau mencakup opsi pembelian dengan harga
khusus (kriteria 2) - aktiva yang dilease disusutkan dalam cara yang konsisten dengan
kebijakan penyusutan normal lessee atas aktiva yang dimilikinya, dengan menggunakan umur
ekonomis aktiva.

Sebaliknya, jika lease tidak mengalihkan kepemilikan atau tidak mencahfl opsi pembelian
dengan harga khusus, maka aktiva disusutkan selama masa hm Dalam hal ini, aktiva yang
dilease kembali ke lessor sesudah periode waktu tertentu

 Metode Bunga Efektif

Selama jangka waktu lease, metode bunga efektif digunakan untuk mengalokasikan setiap
pembayaran lease antara pokok dan bunga. Metode ini menghasilkan beban bunga periodik
yang sama dengan persentase konstan dari nilai tercatat kewajiban lease. Tingkat diskonto
yang digunakan oleh lessee untuk menentukan nilai sekarang dari pembayaran lease
minimum harus digunakan oleh lessee ketika meng-aplikasikan metode bunga efektif pada
lease modal.

 Konsep Penyusutan

Walaupun jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva dan dicatat sebagai
kewajiban telah dihitung pada nilai sekarang yang sama, namun penyusutan mm dan
pengurangan kewajiban adalah dua proses akuntansi yang independen selama jangka waktu
lease. Lessee harus menyusutkan aktiva yang dilease daw menggunakan metode penyusutan
konvensional; garis lurus, jumlah angka tahun saldo menurun, unit produksi, dan lainnya.

2.2.3 Metode Lease Modal (Lessee)

Caterpillar Financial Services Corp. (perusahaan anak dari Caterpillar) dan Sterling
Construction Corp. menandatangani perjanjian lease tertanggal 1 Januari 2008 di mana
Caterpillar meleasekan peralatan kepada Sterling mulai tanggal 1 Januari 18. Jangka .waktu
dan provisi dari perjanjian lease tersebut dan data terkait lainnya adalah sebagai berikut:

 Jangka waktu lease adalah 5 tahun, dan perjanjian lease tidak dapat dibatalkan, yang
mengharuskan pembayaran sewa yang sama sebesar $25.981,62 pada awal setiap
tahun (dasar anuitas jatuh tempo).

23
 Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar $100.000 dengan
estimasi umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
 Sterling membayar seluruh biaya executory secara langsung kepada pihak ketiga
kecuali untuk pajak properti sebesar $2.000 per tahun, yang dimasukkan dalam
pembayaran tahunan kepada lessor.
 Lease ini tidak mencakup opsi pembaharuan, dan peralatan kembali menjadi milik
Caterpillar pada akhir masa lease.
 Suku bunga pinjaman inkremental Sterling adalah 11% per tahun. Sterling
menyusutkan peralatan serupa miliknya atas dasar garis lurus.
 Caterpillar menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas
investasi sebesar 10% per tahun; hal ini diberitahu kepada Sterling.
Lease ini memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai lease modal dengan bebagai
berikut:

1. Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi umur ekonomis
peralatan selama 5 tahun, memenuhi pengujian 75%.
2. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum ($100.000 sebagaimana dihirung di
bawah) melebihi 90% dari nilai wajar properti ($100.000).

Pembayaran lease minimum adalah $119.908,10 ($23.981,62 x 5), dan jumlah yang
dikapitalisasi sebagai aktiva yang dilease dihirung sebagai nilai sekarang feri pembayaran
lease minimum (tidak termasuk biaya executor - pajak properti Aesar $2.000) sebagai
berikut:

Suku bunga implisit lessor sebesar 10% yang digunakan, bukan suku bunga pinjaman
inkremental lessee sebesar 11% karena (1) nilainya lebih rendah dan lessee mengetahui suku
bunga ini.

Ayat jurnal untuk mencatat lease modal pada pembukuan Sterling pel Januari 2008
adalah:

24
Peralatan yang Dilease menurut Lease Modal 100.000

Kewajiban Lease 100.000

Perhatikan bahwa ayat jurnal di atas mencatat kewajiban pada jumlah bersih sebesar
$100.000 (nilai sekarang dari pembayaran sewa masa depan) dan buhl jumlah kotor sebesar
$119.908,10 ($23.981,62 x 5).

Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease pertama per 1 Januari 20M adalah:

Beban Pajak Properti 2.000,00

Kewajiban Lease 23.981,62

Kas 25.981,62

Setiap pembayaran lease sebesar $25.981,62 terdiri dari tiga unsuur ; (3) pengurangan
kewajiban lease, (2) biaya pendanaan (beban bunga), dan (3) biaya executory (pajak
properti). Total biaya pendanaan (beban bunga) selama jangka waktu lease adalah
$19.908,10, yaitu perbedaan antara nilai sekarang pembayaran lease ($100.000) dan kas
aktual yang dikeluarkan, dikurangi biaya executor ($119.908,10). Oleh karena itu, beban
bunga tahunan, dengan menggunakan metofl bunga efektif, adalah fungsi dari kewajiban
yang beredar, sebagaimana disajikan pada Ilustrasi 21-7:

25
Beban bunga 7.601,84

Hutang bunga 7.601.84

Penyusutan atas peralatan yang dilease selama 5 tahun jangka waktu lease, dengan
menggunakan kebijakan penyusutan normal Sterling (metode garis lurus), menghasilkan. ayat
jurnal berikut per 31 Desember 2008:

Beban Penyusutan - Lease Modal 20.000

Akumulasi Penyusutan - Lease Modal 20.000

($100.000 ÷ 5 tahun)

Pada tanggal 31 Desember 2008, aktiva yang dicatat menurut lease modal telah
diidentifikasi secara terpisah pada neraca lessee. Demikian juga, kewajiban tetkait
diidentifikasi secara terpisah. Bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun atau siklus
operasi, mana yang lebih lama, diklasifikasikan sebagai kewajiban linear dan sisanya sebagai
kewajiban tidak lancar. Sebagai contoh, bagian lancer dan total kewajiban per 31/12/08
sebesar $76.018,38 pada skedul amortisasi lessee adalah jumlah pengurangan kewajiban pada
tahun 2009, atau $16.379,78. Bagian kewajiban yang berhubungan dengan transaksi lease
pada tanggal 31 Desember 12008 akan disajikan sebagai berikut:

26
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran lease per 1 Januari 2009 adalah sebagai
berikut:

Beban Pajak Properti 2.000,00

Hutang Bunga 7.601,84

Kewajiban Lease 16.379,78

Kas 25.981,62

Ayat jurnal hingga tahun 2012 akan mengikuti pola di atas. Biaya executor lainnya
(asuransi dan pemeliharaan) yang dikeluarkan oleh Sterling akan dicatat I dmgan pola yang
sama seperti digunakan untuk mencatat setiap biaya operasi I taiya yang terjadi atas aktiva
yang dimiliki oleh Sterling.

Pada saat berakhirnya masa lease, jumlah yang dikapitalisasi sebagai peralatan yang
dilease telah seluruhnya diamortisasi dan kewajiban lease telah seluruhnya diamortasi. Jika
tidak dibeli, peralatan tersebut akan dikembalikan ke lessor, serta peralatan yang dilease dan
akun akumulasi penyusutan terkait akan dihapus dari Pembukuan.

Jika peralatan dibeli pada akhir masa lease dengan harga $5.000 dan estimasi wir
peralatan diubah dari 5 menjadi 7 tahun, maka ayat jurnal berikut harus 1 dibuat :

Peralatan ($100.000 + $5.000) 105.000

Akumulasi Penyusutan – Lease Modal 100.000

Peralatan Yang Dilease menurut Lease Modal 100.000

Akumulasi Penyusutan – Peralatan 100.000

Kas 5.000

27
2.2.4 Metode Operasi ( Lessee )

Dalam metode operasi, beban sewa (dan kewajiban yang berhubungan) harus
diakrualkan dari hari ke hari ke lessee ketika properti digunakan. Lessee bebankan sewa ke
periode-periode yang memperoleh manfaat dari penggunaan aktiva dan mengabaikan, dalam
akuntansi, setiap komitmen untuk melal pembayaran di masa depan. Akrual dan
penangguhan (deferal) yang tepal dilakukan jika akhir periode akuntansi terjadi antara
tanggal-tanggal pembayaran

Sebagai Contoh, misalkan bahwa lease modal yang diilustrasikan sebelumnya tidak
memenuhi kriteria sebagai lease modal dan karenanya, diperlakukan si lease operasi. Beban
tahun pertama ke operasi adalah $25.981,62, yaitu Jumlah pembayaran sewa. Ayat jurnal
untuk mencatat pembayaran ini pada tanggal Januari 2008 adalah sebagai berikut:

Beban Sewa 25.981,62

Kas 25.981,62

Sterling tidak melaporkan beban, serta setiap kewajiban jangka panjang pembayaran
sewa di masa depan, pada neraca. Sterling melaporkan beban pada laporan laba rugi. Dan,
seperti akan dibahas nanti di bab ini, Sterling mengungkapkan semua lease operasi yang
memiliki jangka waktu lease! belum dibatalkan yang melebihi satu tahun.

2.2.5 Perbandingan Lease Modal dengan Lease Operasional

Sebagaimana diindikasikan pada halaman sebelumnya, jika lease diklasifikasikan ;


sebagai lease operasi, maka beban tahun pertama akan menjadi $25.981,62, yaitu jumlah
pembayaran sewa. Akan tetapi, jika transaksi diperlakukan sebagai lease modal, maka beban
tahun pertama sebesar $29.601,84: penyusutan $20.000 (garis lurus), beban bunga $7.601,84
(per Ilustrasi 21-7), dan biaya executory $2.000. Oustrasi 21-9 menunjukkan bahwa
walaupun total beban operasi selama jangka waktu lease adalah sama baik apakah lease
diperlakukan sebagai lease modal maupun lease operasi, namun menurut perlakuan lease
modal beban akan lebih tear di tahun-tahun awal dan lebih rendah di tahun-tahun terakhir.

28
Jika digunakan metode penyusutan dipercepat, maka perbedaan antara jumlah toan
operasi menurut kedua metode tersebut akan semakin besar di tahun-tahun Mil dan akhir.

Selain itu, penggunaan pendekatan lease modal akan mengakibatkan aktiva


berkewajiban terkait sebesar $100.000 dilaporkan pertama kali pada neraca: tidak ada aktiva
dan kewajiban seperti ini yang akan dilaporkan menurut metode operasi. Oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan berikut ini akan terjadi jika lease modal dan bukan lease operasi yang
digunakan:

1. kenaikan jumlah hutang yang dilaporkan (baik jangka pendek maupun jangka
Panjang )
2. Kenaikan jumlah total aktiva (terutama aktiva jangka panjang), dan
3. Laba yang rendah pada awa masa lease dan karenannya, laba ditahan menjadi lebih
besar
Jadi, banyak perusahaan percaya bahwa lease modal memiliki dampak yang jikan
terhadap posisi keuangan perusahaan karena rasio hutang terhadap pkuitas meningkat dan
tingkat pengembalian atas total aktiva menurun. pi akibatnya, perusahaan cenderung menolak
mengkapitalisasi lease.

Alasan mengapa manajer sering menentang kapitalisasi adalah bahwa kapitalisasi dapat
menyebabkan pelanggaran perjanjian pinjaman; mempengaruhi jumlah kompensasi yang
diterima oleh dan dapat menurunkan tingkat pengembalian serta meningkatkan rasic hutang
terhadap ekuitas, yang mengakibatkan perusahaan menjadi kurang menarikl bagi investor
yang ada sekarang maupun investor potensial.

29
2.3 Akuntansi Leasing Oleh Lessor

Tiga keunggulan penting bagi lessor tersebut adalah:

1. Pendapatan Bunga.
Leasing adalah salah satu bentuk pembiayaan; oleh karena itu, lembaga keuangan dan
perusahaan leasing menganggap leasing sangat menarik karena menyediakan marjin
bunga yang kompetitif.
2. Insentif Pajak.

Dalam banyak kasus, perusahaan yang melease tidak dapat menggunakan manfaat pajak,
tetapi leasing memberikan mereka peluang untuk mengalihkan manfaat pajak semacam itu
kepada pihak lain (lessor) berupa pengambilan atas tarif sewa yang lebih rendah dari aktiva
yang dilease. Sebagai ilustrasi, Boeing Aircraft menjual pesawat jet 737 kepada investor
kaya yang tidak membutuhkan pesawat jet tetapi dapat memperoleh manfaat pajak. Investor
tersebut kemudian meleasekan pesawat itu ke perusahaan penerbangan asing yang tidak
dapat menggunakan manfaat pajak. Boeing dapat menjual pesawat 737, investor
memperoleh manfaat pajak, dan perusahaan penerbangan asing mendapatkan cara untuk
memperoleh pesawat 737 itu dengan harga muruh.

3. Nilai Residu yang Tinggi.

Keunggulan lain bagi lessor adalah pengambilan properti pada akhir masa lease. Nilai
residu dapat menghasilkan laba yang sangat besar. Citigroup pada satu waktu
mengasumsikan bahwa pesawat pesawat koemersil yang di leasekan ke industri penerbangan
akan mempunyai nilai residu 5% dari harga belinya. Ternyata pesawat tersebut bernilai
sebesar 150% dari biayanya-laba yang sangat besar. Akan tetapi, 3 tahun kemudian pesawat
yang sma ini akan menurun nilainya menjadi hanya 80% dari biaya perolehannya, tetapi
maish jauh di atas perkiraan awal sebesar 5%.

2.3.1 Ekonomi Leasing

Lessor menentukan jumlah sewa, berdasarkan tingkat pengembalian-suku bunga


implisit-yang dibutuhkan untuk menjustifikasi leasing aktiva. Faktor-faktor penting yang
dipertimbangkan dalam menentukan tingkat pengembalian adalah posisi kredit lessee,
lamanya lessee, dan status nilai residu (dijamin vs. Tidak dijamin).

30
Pada contoh Caterpillar/Sterling, suku bunga implisit lessor adalah 10%, biaya
peralatan bagi lessor adalah $100.000 (juga nilai pasar wajar), dan estimasi nilai residu
adalah nol. Lessor Company menentukan jumlah pembayaran lease sebagai berikut :

Nilai pasar wajar peralatan yang dilease $100.000,00

Jumlah yangnilai
Dikurangi: akan dipulihkan
sekarang dari oeh
nilaileassor
residu melalui pembayaran lease $100.000,00
(0)

Lima pembayaran lease awal tahun untuk menghasilkan

pengembalian 10% ($100.000 : 4,16986) $23.981,62

*PV dari aniuitas


Jika jatuh tempo
nilai residu sebesar
dilibatkan 1 selama
(apakah 5 tahun
dijamin pada
atau 10% lessor tidak harus menutup
tidak),
pembayaran lease sebesar itu. Oleh karena itu, pembayaran lease akan menjadi lebih kecil
(situasi ini digambarkan pada ilustrasi 21-17)

2.3.2 Klasifikasi Lease oleh Lessor

Dari sudut pandang lessor, semua lease dapat di klasifikasikan untuk tujuan akuntansi
sebagai berikut:

1. Lease operasi
2. Lease pembiayaan langsung
3. Lease jenis penjualan

Lihat ilustrasi 21-11. Jika pada tanggal perjanjian lease (awal) lessor adalah pihak
yang memenuhi satu atau lebih kriteria Kelompok I berikut ini (1,2,3, dan 4) dan dua kriteria
Kelompok II berikut (1 dan 2), maka lessor harus mengklasifikasikan dan memperhitungkan
perjanjian ini sebagai lease pembiayaan langsung atau lease jenis penjualan. (Perhatian
bahwa kriteria Kelompok I sama dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh lessee agar lease
dapat diklasifikasikan sebagai lease model sebgaimana digambarkan pada ilustrasi 21-4)

Kriteria Kapitalisasi (Lessor)

Kelompok I

1. Lease mengalihkan properti kepada lessee.

31
2. Lease mencakup opsi pembelian dengan harga khusus.
3. Jangka waktu lease sama dengan 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis properti
yang dilease
4. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimun (kecuali biaya executory) sama dengan
atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di lease.

Kelompok II

1. Ketertagihan pembayaran yang diperoleh dari lesse dapat diprediksi secara layak.
2. Tidak ada ketidakpastian yang penting diseputar jumlah biaya yang tidak dapat
dibayarkan kembali meskipun telah keluarkan oleh lessoe menurut lease (pelaksanaan
lessor secara substansial telah selesai atau biaya masa depan dapat diprediksi secara
layak).

Mengaka kriteria Kelompok II disyaratkan? Jawabannya adalah bahwa profesi ingin


memastikan bahwa lessor telah bener-bener mengalihkan risiko dan manfaat kepemilikan.
Jika ketertagihan pembayaran tidak dapat diprediksi atau jika pelaksanaan oleh lessor tidak
lengkap, maka kriteria untuk pengakuan pendapatan belum dipenuhi dan hal itu harus
diklasifikasikan sebagai lease operasi.

Sebagai contoh, perusahaan leasing komputer membeli komputer IBM,


meleasekannya, dan menghapus aktiva yang dilease dari neraca. Dalam meleasekan aktiva,
lessor komputer menyatakan bahwa mereka bersedia mengganti peralatan IBM dengan yang
baru bila peralatan yang lama telah usang, akan tetapi pada saat IBM meluncurkan lini
komputer baru, IBM menolak untuk menjual komputernya ke perusahaan leasing komputer.
Sebagai akibatnya, banyak lessor tidak dapat memenuhi kontraknya dengan para pelanggan
dan terpaksa harus mengambil kembali peralatan lama. Apa yang sudah dikeluarkan dari
pembukuan sekarang harus diluncurkan kembali. Kasus seperti ini menunjukkan perlunya
kriteria Kelompok II.

Perbedaan antara lease pembiayaan langsung dan lease jenis penjualan bagi lessor
adalah adanya atau tidak adanya laba (atau kerugian) produsen atau penyalur: lease jenis
penjualan melibatkan laba produsen atau penyalur, sedangkan lease pembiayaan langsung
tidak memiliki unsur tersebut. Laba (atau rugi) lessor adalah perbedaan antara nilai wajar
properti yang dilease pada awal lease dengan biaya atau jumlah tercatat (nilai buku) lessor.

32
Umumnya, lease jenis penjualan terjadi apabila perusahaan manufaktur atau penyakur
menggunakan leasing sebagai sarana untuk memasarkan produk mereka. Sebagai contoh,
pabrik komputer akan meleasekan peralatan komputernya kepada bisnis dan lembaga-
lembaga. Lease pembiayaan langsung umumnya terjadi dari hasil perjanjian dengan lessor
yang terutama bergerak di bidang keuangan, seperti perusahaan lease pembiayaan, bank,
perusahaan asuransi, dan perwalian pensiun. Akan tetapi, lessor tidak harus merupakan
perusahaan manufaktur atau penyalur untuk mengakui laba (atau rugi) pada awal lease yang
membutuhkan aplikasi akuntansi lease jenis penjualan.

Semua lease yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai lease pembiayaan langsung
atau jenis penjualan diklasifikasikan dan diperlakukan oleh lessor sebagai lease operasi.
Ilustrasi 21-12 menunjukkan situasi di mana lease diklasifikasikan sebagai lease operasi,
pembiayaan langsung, atau jenis penjualan bagi lessor.

Perjanjian
Lease

Apakah Apakah Apakah Apakah Nilai


Lease Memenuhi Ketertagihan Pelaksanaan Wajar Aktiva
Setiap Kriteria Ya Pembayaran Ya Lessor Telah Ya Sama dengan
Kelompok I (Sama Lease Telah Selesai Nilai Buku
Seperti Lease) Dianggap Layak? Semuanya? Lessor?

Tidak
Tidak Ya
T Apakah T
Ketertagihan
I Lease
Pembayaran I
Pembiayaan
D Lease Telah
Lease D Lease Jenis Langsung
Dianggap Layak?
Operasi Penjualan
A
A
K
K
l
l

Sebagai akibat dari penambahan kriteria Kelompok II untuk lessor, adalah mungkin
bahwa lessor yang tidak memenuhi kedua kriteria itu akan mengklasifikasikan lease sebagai
lease operasi, sementara lesse akan mengklasifikasikan lease yang sama sebagai lease modal.

33
Dalam kondisi sepertiini, baik lessor maupun lesse akan mencatat aktiva pada pembukuan,
dan keduanya akan menyusutkan aktiva yang dikapitalisasi itu.

Untuk tujuan perbandingan dengan akuntansi lesse, hanya lease operasi dan
pembiayaan langsung yang akan diilustrasikan pada bagian berikut. Lease jenis penjualan
yang lebih kompleks akan dibahas nanti di bab ini.

2.3.3 Metode Pembiayaan Langsung (Lessor)

Lease pembiayaan langsung pada hakikatnya adalah pembiayaan atas pembelian aktiva
oleh lessee. Pada jenis lease ini, lessor mencatat piutang lease alih-alih aktiva lease. Piutang
lease ini menjadi nilai saat ini dari pembayaran minimum lease. Pembayaran lease minimum
mencakup :

1. Pembayaran lease (tidak termasuk biaya executory)


2. Opsi pembelian dengan harga khusus (jika ada)
3. Nilai residu yang dijamin (jika ada)
4. Denda atau penalti atas kegagalan untuk memperbaharui (jika ada)

Selain itu, jika lessor membayar biaya-biaya executory, maka pembayaran lease, harus
dikurangkan dengan jumlah tersebut untuk menghitung pembayaran lease minimum.

Dengan menggunakan data dari ilustrasi terdahulu terkait Caterpillar/Sterling, presentasi


berikut menggambarkan perlakuan akuntansi untuk lease pembiayaan langsung. Informasi
yang relevan bagi Caterpillar dalam akuntansi untuk transaksi lease ini adalah sebagai berikut
:

1. Jangka waktu lease adalah 5 tahun yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2008, tidak
dapat dibatalkan, dan membutuhkan pembayaran sewa yang sama sebesar $ 25.981,62
pada awal setiap tahun ; Pembayaran termasuk $2.000 biaya executory (pajak
properti).
2. Peralatan memiliki biaya $100.000 bagi Caterpillar, nilai wajar pada awal lease
sebesar $100.000, estimasi umur ekonomis selama 5 tahun, dan tidak ada nilai residu.
3. Tidak ada biaya langsung awal yang dikeluarkan untuk negosiasi dan menutup
transaksi lease.
4. Lease tidak memiliki opsi untuk memperbaharui kontrak dan peralatan dikembalikan
ke Caterpillar pada akhir masa lease.

34
5. Ketertagihan dapat dijamin dan tidak ada biaya tambahan (dengan pengecualian pajak
properti yang ditagih dari Sterling) yang harus dikeluarkan oleh Caterpillar.
6. Caterpillar menentukan pembayaran lease tahunan untuk menjamin tingkat
pengembalian 10% (suku bunga implisit) atas investasinya sebagai berikut (
diperlihatkan pada ilustrasi 21-13)

Nilai pasar wajar peralatan yang dilease $100.000


Dikurangi : Nilai sekarang dan nilai residu -0-
Jumah yang dipulihkan oleh lessor melalui pembayaran lease $100.000
Lima pembayaran lease awal tahun untuk menghasilkan $23.981,62
Pengembalian 10% ($100.000:4,16986*)

*PV dari analisis jatuh tempo sebesar 1 selama 5 tahun pada 10% (Tabel 6-5)

Lease tersebut memenuhi kriteria klasifikasi sebagai lease pembiayaan langsung


karena (1) jangka waktu lease melebihi 75% estimasi umur ekonomis peralatan, (2) nilai
sekarang dari pembayaran lease minimum melebihi 90% nilai wajar peralatan, (3)
ketertagihan pembayaran dipastikan secara layak, dan (4) tidak ada biaya tambahan yang
harus dikeluarkan oleh Caterpillar. Lease ini tidak termasuk lease jenis penjualan karena
tidak ada selisih antara nilai wajar peralatan ($100.000) dengan biaya yang dikeluarkan oleh
Caterpillar ($100.000).

Piutang lease merupakan nilai sekaranf dari pembayaran lease minimum (tidak
termasuk biaya executory yang merupakan pajak properti sebesar $2.000). Caterpilla akan
menghitungnya sebagai berikut :

Piutang lease = ($25.981,62 - $2.000) x Nilai sekarang anuitas jatuh tempo sebesar 1 untuk 5
periode
Pada 10% (tabel 6-5)
= $23.981,62 x 4,16986
= $100.000

Caterpillar mencatat lease aktiva dan piutang yang dihasilkan per 1 Januari 2008 (awal lease)
sebagai berikut :

35
Piutang lease 100.000

Peralatan 100.000

Umumnya, piutang pembayaran lease, walaupun dicatat pada jumlah investasi


kotornya, dilaporkan di neraca pada jumlah investasi bersih (investasi kotor dikurangi
pendapatan bunga diterima dimuka) dan diberi judul “Investasi bersih dalam lease modal”.
Hal ini dapat diklasifikasikan baik sebgai lancar maupun tidak lancar, tergantung pada kapan
investasi bersih itu dipulihkan.

Peralatan yang dilease dengan biaya perolehan sebesar $100.000 yang


menggambarkan investasi Caterpillar, diganti dengan piutang lease bersih. Dengan cara yang
sama dengan perlakuan bunga oleh lessee, Caterpillar menggunakan metode bunga efektif
dan mengakui pendapatan bunga sebagai fungsi dari investasi bersih yang belum dipulihkan,
sebagaimana ditunjukkan pada Ilustrasi 21-15.

CATERPILLAR FINANCIAL
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar Anuitas Jatuh Tempo)
Tanggal Pembayaran Biaya Bunga (10%) Pemulihan Piutang
Lease Executory atas Piutang Piutang Lease
Tahunan Lease Lease
(a) (b) (c) (d) (e)
1/1/08 $100.000,00
1/1/08 $25.981,62 $2.000,00 $ -0- $23.981,62 76.018,38
1/1/09 25.981,62 2.000,00 7.601,84 16.379,78 59.638,60
1/1/10 25.981,62 2.000,00 2.963,86 18.017,76 41.620,84
1/1/11 25.981,62 2.000,00 4.162,08 19.819,54 21.801,30
1/1/12 25.981,62 2.000,00 2.180,32* 21.801,30 -0-
$129.908,10 $10.000,00 $19.908,10 $100.000,00
(a) Sewa tahunan yang menyediakan pengembalian 10% atas investasi bersih
(b) Biaya executory termasuk dalam pembayaran sewa
(c) 10% dari saldo sebelumnya (e) kecuali untuk 1/1/08
(d) (a) dikurangi (b) dan (c)
(e) Saldo sebelumnya dikurangi (d)

36
*dibulatkan sebesar 19sen

Pada tanggal 1 Januari 2008, ayat jurnal untuk mencatat penerimaan pembayaran lease tahun
permata adalah sebagai berikut :

Kas 25.982,62

Piutang Lease 23.981,62

Beban/Hutang Pajak Properti 2.000,00

Pada tanggal 31 Desember 2008, pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun
pertama diakui dengan ayat jurnal berikut:

Piutang bunga 7.601,84

Pendapatan bunga-lease 7.601,84

Pada tanggal 31 Desember 2008, investasi bersih menurut lease modal dilaporkan
dalam neraca lessor di antara aktiva lancar atau aktiva tidak lancar, atau keduanya. Bagian
yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih lama,
diklasifikasi sebagai aktia lancar dan sisanya sebagai aktiva lancar.

Bagian aktiva yang berhubungan dengan transaksi lease per 31 Desember 2008 disajikan
sebagai berikut:

Aktiva lancar
Piutang bunga $7.601,84
Piutang lease 16.379,78
Aktiva tidak lancar (investasi)
Piutang lease $59.638,60

Ayat jurnal berikut mencatat penerimaan pembayaran lease tahun kedua dan
pengakuan pendapatan bunga:

1 Januari 2009

Kas 25.982,62

37
Piutang lease 16.379,78

Piutang bunga 7.601,84

Beban/Hutang Pajak Properti 2.000,00

31 Desember 2009

Piutang bunga 5.963,86

Pendapatan Bunga-Lease 5.963,86

Ayat jurnal yang dibuat sampai tahun 2012 akan mengikuti pola yang sama kecuali
tidak ada ayat jurnal yang mencatat untuk pendapatan bunga pada tahun 2012 (tahun
terakhir). Karena piutang akan ditagih seluruhnya pada 1 Januari 2012, maka tidak ada saldo
(investasi) yang beredar pada tahun 2012. Caterpillar tidak mencatat penyusutan. Jika
Sterling membeli peralatan itu seharga $5.000 pada akhir masa lease, maka Caterpillar akan
mengakui disposisi peralatan sebagai berikut:

Kas 5.000

Keuntungan Penjualan Peralatan yang Dilease 5.000

2.3.4 Metode operasi (Lessor)

Menurut metode operasi setiap penerimaan sewa oleh lessor dicatat sebagai
pendapatan sewa. Aktiva yang dilease disusutkan dalam cara yang biasa, dimana beban
penyusutan periode berjalan ditandingkan dengan pendapatan sewa. Jumlah pendapatan yang
diakui dala setiap peiode akuntansi berjumlah sama (dasar garis lurus) tanpa memandang
ketentuan atau provisi lease, kecuali dasar lain yang sistematis dan rasional lebih
mencerminkan pola waktu dimana mamfaat itu diperoleh dari aktiva yang dilease.

Selain beban penyusutan, biaya pemeliharaan dan biaya jasa lain yang diberikan
menurut provisi lease yang berkaitan dengan periode akuntansi berjalan juga dicatat sebagai
beban. Lessor akan mengamortisasi setiap biaya yang dibayarkan kepada pihak ketiga yang

38
independen seperti honor penaksiran, honor penemu, dan biaya kredit cek selama umur lease
yang biasanya atas dasar garis lurus.

Untuk mengilustrasikan metode operasi, asumsikan bahwa lease pembiayaan


langsung yang diilustrasikan di atas tidak memenuhi kualifikasi sebagai lease modal dan
karenanya, diperhitungkan sebagai lease operasi. Ayat jurnal untuk mencatat penerimaan
sewa, dengan asumsi beban pajak properti $2.000 adalah sebagai berikut:

Kas 25.982,62

Pendapatan sewa 25.982,62

Penyusutan dicatat oleh lessor sebagai berikut (dengan asumsi metode garis lurus
digunakan, biaya perolehan $100.000, dan umur mamfaat 5tahun).

Beban penyusutan-peralatan yang dilease 20.000

Akumulasi penyusutan-peralatan yang dilease 20.000

Jika pajak properti, asuransi, pemeliharaan, biaya operasi lainnya selama setahun
adalah kewajiban Caterpillar, maka biaya-biaya ini dicatat sebagai beban yang dapat
dibebankan ke pendapatan sewa kotor.

Jika Caterpillar memiliki aktiva pabrik yang digunakan selain untuk dileasekan kepada
pihak lain, maka peralatan yang dilease dan akumulasi penyusutannya akan diklasifikasikan
secara terpisah dalam akun seperti Peralatan yang dilease kepada pihak lain atau investasi
dalam properti yang dilease. Jika jumlah atau aktivitasnya signifikan, maka pendapatan sewa
dan beban yang berhubungan dipisahkan pada laporan laba rugi dari pendapatan penjualan
dan harga pokok penjualan.

2.4 Penyajian Transaksi Leasing


2.4.1 Menurut PSAK 30

PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa dalam paragraf 8 mengatur bahwa suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial
39
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan
sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

Paragraf 10 menjelaskan bahwa klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi
didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Contoh dari situasi
yang secara individual atau gabungan dalam kondisi normal mengarah pada sewa yang
diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah :

1. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;

2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;

3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak
dialihkan;

4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan; dan

5. aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya
tanpa perlu modifikasi secara material.

Lebih lanjut, paragraf 16 menjelaskan bahwa untuk sewa pembiayaan pada awal masa
sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar
nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini
lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak.

Sedangkan dalam paragraf 29 diatur mengenai pencatatan sewa operasi, bahwa


pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus
(straight-line basis) selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistimatis lain yang dapat lebih
mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna.

Untuk jenis transaksi leasing berupa transaksi jual dan sewa-balik (sale and lease back)
dapat terjadi bahwa nilai aset tercatat aset yang dialihkan kepada leasing company berbeda
dengan nilai pembelian/pembiayaan oleh leasing company tersebut.

40
Paragraf 56 PSAK No. 30 mengatur bahwa jika suatu transaksi jual dan sewa-balik
merupakan sewa pembiayaan, selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat tidak dapat
diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual-lessee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi
selama masa sewa.

Ada dua pihak yang terkait langsung dalam transaksi leasing yaitu, pihak penyewa guna
usaha (lesse) dan perusahaan sewa guna usaha (lessor). Oleh karena itu berikut dibahas
mengenai akuntansi leasing pada pihak penyewa dan pada pihak perusahaan Sewa Guna
Usaha.

2.4.2 Pencatatan Transaksi Leasing Pada Penyewa (lesse)

a. Operating Lease

Dalam hal sewa guna usaha diperlakukan sebagai operating lease, trasansi leasing oleh
pihak penyewadicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa. Dengan demikian
pembayaran sewa berkala dicatat debet akun Beban Sewa, dan kredit akun Kas. Apabila
dalam perjanjian sewa guna usaha ditetapkan pembayaran berkala dalam jumlah yang
berbeda, beban sewa untuk setiap periode dihitung dengan menggunakan metode Garis
Lurus (Straight Line Method).

Contoh : PT. SAMUDRA menyewa peralatan pabrik dari PT. SAKURA untuk masa sewa
5 tahun dengan syarat sebagai berikut :

1. Sewa dibayar dimuka tiap tgl 2 Januari. Untuk tahun pertama jatuh pada
tanggal 2 Januari 2001.
2. Jumlah sewa tahun pertama dan kedua masing-masing sebesar Rp.
30.000.000,00. Sementara untuk tahun ketiga , keempat dan kelima masing-
masing Rp. 20.000.000,00.

Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah 2 X Rp.
30.000.000,00 + 3 X Rp.20.000.000,00. Dengan menggunakan metode garis lurus,
jumlah sewa tiap tahun adalah Rp.120.000.000,00 : 5 = Rp 24.000.000,00

Pembayaran sewa untuk tahun 2001 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.

41
Jan. 2 Beban Sewa Rp. 24.000.000,00 -

Sewa Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 -

Kas - Rp. 30.000.00,00

Pembayaran sewa untuk tahun 2002 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.

Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -

Sewa dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 -

Kas - Rp. 30.000.000,00

Pembayaran sewa untuk tahun 2003 (tahun ketiga) sebesar Rp. 20.000.000,00.
dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -

Sewa dibayar Dimuka - Rp. 4.000.000,00

Kas - Rp. 20.000.000,00

Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat dengan
jurnal seperti ada pembayaran sewa tahun ketiga diatas, sehingga akun Sewa Dibayar
Dimuka selama masa sewa guna usaha(secara keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini

Sewa Dibayar Dimuka

Jan. 2, 2001 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2003 Rp. 4.000.000,00

Jan. 2, 2002 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2004 Rp. 4.000.000,00

Jan. 2, 2005 Rp. 4.000.000,00

42
Pada ahir masa guna, akun Sewa Diby\ayar Dimuka tidak mempunyai saldo.
Ada kalanya sewa pada tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun
terahir. Misalnya : dari data contoh dimuka, sewa pada tahun pertama, kedua dan
ketiga masing-masing sebesar Rp.20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun
keempat dan kalimat masing-masing Rp.30.000.000,00. Dalam hak demikian,
pembayaran sewa untuk pertama, kedua dan ketiga, masing-masing dicatat dalam
jurnal berikut :

Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -

Hutang Sewa - Rp. 4.000.000,00

Kas - Rp. 20.000.000,00

Pembayaran sewa untuk tahun keempat dan kelima, masing-masing dicatat


dengan jurnal sebagai berikut :

Jan. 2 Beban sewa Rp. 24.000.000,00 -

Hutang Sewa Rp. 6.000.000,00 -

Kas - Rp. 30.000.000,00

Dalam hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang
berjalan, misalnya dari data pada contoh dimuka, pembayaran sewa untuk tahun 2001
jatuh pada tgl 1 April 2001. Dalam hal demikian pada ahir periode harus dibuat
penyesuaian. Jurnal penyesiaian yang dibuat 31 Desember 2001, sebagai berikut :

Des.31 Sewa Dibayar Dimuka Rp. 6.000.000,00 -

43
Beban Sewa - Rp. 6.000.000,00

(mencatat sewa bulan Januari, Februari dan Maret 2002 yang telah dibayar
tahun 2001)

Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal

Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal periode tahun
2002, dibuat jurnal pembalik sebagai berikut :

Jan. 2 Beban Sewa Rp. 6.000.000,00 -

Sewa Dibayar Dimuka - Rp. 6.000.000,00

b.Lease Modal (Capital Lease)

Apabila suatu sewa guna usaha memenuhi criteria untuk di perlakukan sebagai
capital lease, transaksi leasing dicatat oleh pihak penyewa sebagai suatu transaksi
pembelian aktiva tetap dengan syarat kredit jangka panjang. Dengan demikian dicatat
debet pada akun Aktiva Sewa Guna Usha dan kredit akun hutang.

Aktiva sewa guna asaha dinilai berdasarkan harga terendah antara harga pasar
wajar, dengan jumlah sewa terendah yang dibayar selama masa sewa guna usaha,
ditambah dengan harga beli atau nilai residu aktiva yang bersangkutan pada ahir masa
sewa yang telah disepakati bersama.

Aktiva sewa guna uasaha olek pihak penyewa harus disusutkan dengan
menerapkan metode penyusutan yang biasa digunakan. Apabila kontrak sewa guna
usaha mencantumkan adanya pengalihan hak milik, atau adanya hak bagi penyewa
untuk membeli aktiva sewa guna usahaa dan ahir masa sewa, maka usia ekonomis
aktiva yang bersangkutan dijadikan dasar untuk menentukan besarnya penyusutan.
Sementara jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak menyebutkabn dua kriteria
tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan digunakan masa sewa guna
usaha sebagai usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.

44
Didalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala, mengandung unsur harga
aktiva sewa guna usaha dan beban bunga. Oleh karena itu setiap pembayaran sewa,
dipisahkan menjadi jumlah pembayaran hutang yang merupakan sewa terendah, dan
jumlah pembayaran beban bunga.

Sebagai ilustrasi pencatatan sewa guna usaha yang diperlakukan sebagai


capitral lease pada pihak penyewa, misalkan PT. GIONI menyewa peralatan dari
PT.JAYA SARANA. Ketentuan sewa guna usaha, sebagai berikut :

 Masa sewa guna usaha selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
 Sewa t iap tahun Rp. 20.000.000,00. dibayar dimuka tiap tgl 1 Januari. Sewa tahun
pertama jatuh pada tgl 1 januari 2000.
 Biaya pelaksanaan selam masa sewa (executory Cost) dibayar oleh penyewa.
 Tidak mada ketentuan yang menyebutkan adanya pengalihan hak milik dan hak bagi
penyewa untuk membeli pada ahir masa sewa.

Data lain sehubungan dengan transaksi leasing di atas adalah sebagai berikut :

1. Harga pasar wajar peralatan yang disewa sebesar Rp. 82.000.000,00


2. Usia ekonomis peralatan yang bersangkutan selama 5 tahun.
3. PT. JAYA SARANA memperhitungkan bunga 122% setahun.
4. PT. GIONI menyusutkan aktiva tetap dengan metode Garis Lurus.

Untuk menentukan nilai sewa guna uasah harus dihitung dulu nilai tunai untuk
tingkat bunga 12%, masa sewa 5 tahun dengan pembayaran dimuka yaitu 4,03733.
Dengan deimkian nilai tunai sewa terendah dari data contoh diatas adalah 4,03733 X
Rp. 20.000.000,00 = Rp.80.746.600,00. Jumlah tersebut lebih besar dbanding 90% X
Rp. 82.000.000,00 (harga pasar wajar aktiva yang bersangkutan)

Hasil perhitungan diatas dijadikan dasar untuk memberlakukan sewa guna usaha
pada contoh diatas sebagai capital lease. Dengan nilai Rp. 80.746.600,00. Jumlah ini
dicatat debet pada akun Peralatan Sewa dari Lease Modal. Selanjutnya setiap ahir
periode disusutkamn (didepresiasi) dengan metode garis lurus.

2.4.3Pencatatan Transaksi Leasing Pada Perusahaan Sewa Guna Usaha

45
a. Operating Lease

Suatu sewa guna usaha tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai
Sewa Guna Usaha Pembelanjaan ( Finance Lease ), Transaksi leasing oleh
perusahaan sewa guna usaha (Lessor) dicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa
(Operating Lease). Oleh karena itu dicatat sebagai harta dan di informasikan dalam
Neraca Sebagai aktriva yng disewa guna ushakan

Contoh : 1 Januari 2000 PT. ZODIAC menyewakan sebuah gedung untuk


masa 10 Th. Pembayaran sewa tiap 1 Januari, dengan ketentuan 5 Th pertama
masing-masing Rp. 24.000.000,00 dan 5 Th terahir masing-masing Rp.
20.000.000,00. Sewa dibayar di muka dan dimulai 1 Januari 2000, Biaya komisi,
biaya layanan hukum dan biaya langsung lainnya sebesar Rp. 10.000.000,00,
dibayar oleh PT.ZODIAC. Harga perolehan gedung Rp. 360.000.000,00. usia
ekonomis 25 th tanpa niali residu. Gedung yang bersangkutan disusutkan dengan
metode Garis Lurus. Sementara biaya langsung pertama amortisasi selama 10 th..

Masa sewa yang dari 75% dari taksiran usia ekonomis aktiva sewa guna
usaha, sewa guna diatas tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai
Finance Leasing diatas, sebagai berikut :

1.Mencatat biaya langsung pertama untuk gedung yang disewagunakan :

Jan 1 Biaya Langsung Pertama Yang ditangguhkan Rp. 10.000.000,00 -

2000 Kas - Rp 10.000.000,00

2.Mencatat penerimaan sewa untuk tahun pertama (2000)

Jan 1 Kas Rp 24.000.000,00 -

2000 Sewa diterima dimuka - Rp 2.000.000,00

Pendapatan Sewa - Rp.22.000.000,00

46
Pendapatan sewa dicatat menurut metode garis lurus, sehingga pendapatan sewa tiap
bulan dihitung sebagai berikut :

(5 X Rp. 24.000.000,00) + (5 X RP. 20.000.000,00) = Rp. 22.000.000,00

10

Kelebihan yang diterima dari jumlah diatas, yaitu sebesar Rp. 2.000.000,00. Dicatat
kredit pada akun sewa Diterima dimuka.

3.Mencatat beban penyusutan gedung yang disewa guna usahakan dan amotisasi
Biaya Langsung Pertama

Des 31 Beban penyusutan Gedung Disewakan Rp 14.400.000,00 -

2000 Akum Penyusutan Gedung yang disewakan - Rp 14.400.000,00

(Penyusutan Gedung Rp.360.000.000,00 : 25)

Des 31 Beban Amortisasi Biaya Langsung Pertama Rp 1.000.000,00 -

2000 Biaya Langsung Pertama yang ditangguhkan - Rp 1.000.000,00

(Amortisasi Biaya Langsung Pertama Rp 10.000.000,00 : 10)

Jurnal yang terahir diatas akan dibuat pada setiap ahir tahun sampai dengan ahir
tahun kesepuluh, sehingga pada ahir masa sewa akun Biaya Langsung Pertama yang
Ditangguhkan tidak mempunyai saldo.

4.Mencatat penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh

Penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh, masing-
masing dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

47
Jan. 1 Kas Rp 20.000.000,00 -

Sewa Diterima Dimuka Rp. 2.000.000,00 -

Pendapatan sewa - Rp 22.000.000,00

Dengan pos jurnal diatas, pada ahir masa sewa akun Sewa Diterima Dimuka akan
menunujukan saldo nol (tidak bersaldo)

b. Sewa Guna Usaha Pembiayayan Langsung ( Direct Financing Lease)

Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung Adalah apabila perusahaan sewa guna uasaha
(Lessor) menyediakan atau membeli lebih dahulu aktiva sewa guna usaha yang dipesan oleh
penyewa (Lesse).

Sewa guna usaha yang diperlukan sebagai Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung,
dalam neraca ihak lessor diinformasikan sebagai Piutang Pembayaran Lease, sebesar jumlah
pembayaran sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin. Nilai residu tidak terjamin
adalah nilai sisa aktiva yang disewakan pada ahir masa sewa, dengan tidak ada persetujuan
yang menimbulkan hak bagi penyewa untuk membeli nilai sisa aktin\va yang bersangkutan.

 Jumlah pembayaraan sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin yang
dicatat sebagai Piutang Pembayran Lease, Merupakan investasi bruto.
 Selisih antara investasi bruto dengan niali buku (harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan) aktiva yang disewakan, dicatat sebagai Pendapatan
Bunga yang Ditangguhkan yang selanjutnya diamortisasi selama masa sewa
menurut metode bunga efektif.

Contoh : PT. BIMA PERKASA pada 25 Des 2000 membeli peralatan pabrik untuk disewa
guna usahakan kepada PT PANDAWA, Harga perolehan termasuk biaya langsung pertama
berjumlah Rp. 40.373.000,00. Usia ekonomis ditaksir 5 tahun, tanpa nilai residu. Ketentuan
sewa usaha antara lain sebagai berikut :

1.Masa sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.

48
2.Sewa dibayar tiap tgl 31 Des, masing-masing sebesar Rp.10.000.000,00 dimulai tgl
31 Des 2000

3.Biaya pelaksanaan seperti biaya asuransi, pajak dan pemeliharaan ditanggung oleh
pihak penyewa.

Informasi lain sehubungan dengan sewa guna asaha diats sebagai berikut :

a.Tidak ada ketentuan mengenai perpanjangan masa sewa

b.Harga perolehan aktiva sewa guna asaha sama dengan harga pasar wajar.

c.PT BIMA PERKASA memperhitungkan bunga implicit sebesar.

Penyajian Lease Pembiayaan Langsung Dalam Neraca

 Lease pembiayaan langsung dalam buku besar dicatat sebagai Piutang Pembayaran
Lease.
 Sementara bunga efektif yang terkandung didalam sewa terendah dicatat kredit pada
akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan
 Selisih antara saldo akun Piutang Pembayaran Lease (Investasi Bruto) dan saldo akun
Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan adalah sebagai investasi saldo

Dengan demikian nilai lease pembiayaan langsung dalam neraca adalah sebesar
investasi neto

Investasi neto dari lease pembiayaan langsung yang jatuh tempo tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca, harus diinformasikan sebagai aktiva lancar,. Sementara investasi
neto yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tgl neraca , harus diinformasikan sebagai
investasi jangka panjang.

Contoh : Setelah sewa untuk tahun 2001 diterma pada tgl 31 Des 2000, dalam buku
besar akan menunjukan data sebagai berikut :

1. Saldo akun Piutang Pembayaran Lease Rp 40.000.000,00

49
2. Saldo akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan Rp 9.627.000,00
3. Dengan demikian Investasi neto pada 31 Des 2000 Rp. 30.373.000,00

Dari jumlah diatas, akan diterima (jatuh tempo) pada tgl 31 Des 2001 sebesar Rp.
6.355.240,00. Jumlah tersebut dalam neraca 31 Des 2000 diinformasikan dalam kelompok
aktiva lancar. Selebihnya sebesar Rp. 24.017.760,00 (lihat table), diinformasiukan dalam
kelompok Investasi Jangka Panjang.

Dari uraian diatas, investasi neto dalam sewa guna usaha disajikan dalam neraca 31
Des 2000 sebagai berikut :

PT. BIMA PERKASA

NERACA

31 DESEMBER 2000

AKTIVA

Aktiva Lancar :

Investasi Neto Dalam

Lease Rp. 6.355.240,00

Investasi Jangka Panjang

Investasi Neto Dalam

Lease Rp.24.017.760,00

50
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, yaitu:

 Leasing merupakan suatu bangunan hukum yang tidak lain merupakan improvisasi
dari pranata hukum konvensional yang disebut dengan sewa menyewa (lease).
 Fungsi leasing sebenarnya hampir setingkat dengan bank, yaitu sebagai sumber
pembiayaan jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun).
 Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi leasing, yaitu :
- Leasse
- Leassor
- Supplier
- Bank
 Penggolongan Perusahaan Leasing, yaitu:
- Independent Leasing Company
- Capture Leassor
- Lease Broker
 Keuntungan penting bagi leassor, yaitu:
- Pendapatan Bunga
- Insentif Pajak
- Nilai Residu yang Tinggi
 PSAK No. 30 (Revisi 2007) tentang Sewa dalam paragraf 8 mengatur bahwa suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

51
DAFTAR PUSTAKA

Donald E Kieso,Jerry J, Weygandt,Terry D. Warfield.2008.Akuntansi Intermediate Jilid 2


Edisi 12.Jakarta:Erlangga.

http://pusatperpajakan.blogspot.co.id/2009/12/membukukan-transaksi-leasing-akuntansi.html

http://akuntansi86.blogspot.co.id/2008/06/makalah-akuntansi-leasing.html

52

Anda mungkin juga menyukai