Anda di halaman 1dari 12

SOSIOLOGI AKUNTANSI: PROFESI AKUNTANSI

DAN PERAN KONTEMPORER AKUNTANSI

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sosiologi Akuntansi

Oleh:
1. Deuis Fitriani 176020300111001
2. Ermida Fermiana Sonbay 176020300111026

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
BAB 1
PROFESI

A. PROFESI DAN PROFESIONALISASI


Parson (1954) menjelaskan bahwa suatu profesi merupakan bidang pekerjaan yang tidak
memiliki self orientation melainkan lebih kepada community orientation. Dua istilah yang identik tapi
juga membingungkan, yaitu antara pekerjaan dan profesi. Karena kedua istilah itu sering kali
dipertukarkan atau disebut secara bergantian tapi sebenarnya istilah tersebut merupakan istilah yang
berbeda dan menunjukkan dua keadaan yang berbeda juga. Profesi yang umum ada di masyarakat
misalnya : akuntan, dokter, pengacara, dan lainnya. Akuntan juga mampu dipandang sebagai pekerjaan,
namun mengapa ia kurang tepat hanya disebut sebagai suatu pekerjaan saja. Suatu pekerjaan dapat
dipandang sebagai suatu profesi apabila bidang pekerjaan tersebut memiliki orientasi pada kepentingan
masyarakat. Profesi harus mampu menjunjukkan pentingnya keberadaan dirinya di dalam masyarakat
atau dikatakan pula ia harus mampu menunjukkan bahwa dirinya fungsionalis relevan terhadap
kepentingan masyrakat. Sudut pandang mengenai profesi ini semakin berkembang dengan adanya Teori
Struktural Fungsionalis oleh Talcott Parsons. Namun kemudian dibantah oleh Barber (1963) yang
menjelaskan bahwa suatu pekerjaan tidak boleh dipandang sebagai profesi jika ia relevan fungsionalis
semata terhadap masyarakat namun, ia juga harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Jadi dalam
perspektif Parsons dan Barber maka suatu pekerjaan dapat disebut sebagai suatu profesi apabila
pekerjaan tersebut fungsionalis relevan dan memiliki orientasi terhadap kepentingan masyarakat. Selain
perspektif dari Parsons dan Barber, perspektif lainnya yang memandang suatu profesi, yaitu
Greenwood (1957).
Greenwood mengemukakan lima karakteristik dalam mendefinisikan suatu profesi, yaitu:
1. Teori yang spesifik (systematic theory), mereka memiliki dasar dalam teori sistematis (a basic in
systematic theory). Seseorang sebelum memasuki masa profesi, ia harus memiliki pengetahuan dan
pelatihan yang akan mampu meningkatkan kompetensi profesi. Untuk itu, ia harus menempuh
pendidikan terlebih dahulu di dalam universitas sehingga memiliki pengakuan formal atas
pengetahuan akan teori dan pengalaman praktik dari teori-teori tersebut.
2. Otoritas (authority), atau kekuasaan yang diakui (recognised authority), ini dimasukkan kedalam
suatu lisensi untuk berpraktik pada bidangnya tertentu. Implikasinya dimana hanya menarik
susunan lisensi yang dapat digambarkan sebagai profesi.Sebagai suatu profesi, pekerjaan harus
diakui terlebih dahulu keberadaan dan praktiknya secara legal oleh negara. Oleh sebab itu, untuk
memiliki lisensi sebagai profesi tertentu maka seseorang selain harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan di bidang tertentu juga harus mampu mengantongi lisensi legal yang telah diakui oleh
negara
3. Persetujuan komunitas (community sanction), misalnya seorang dokter meminta melepaskan
pakaian dengan tujuan pemeriksaan, hal ini disetujui karena telah diakui bahwa ini memang
kebutuhan dokter untuk melaksanakan pemeriksaan dibawah berbagai macam kondisi. Dalam kasus
tersebut, sedikit pekerjaan yang menyetujui hak yang sama dan istimewa. Profesi semacam ini
berada dalam posisi yang memungkinkan eksploitasi dan kebutuhan dimana mereka harus pula
bertanggung jawab menetapkan kebijakan pada anggotanya dalam suatu komunitas sehingga para
anggotanya sadar akan profesinya dengan benar dan ada kode etik yang membatasinya.
4. Kode etik (code of ethics), Suatu profesi bertanggung jawab terhadap masyarakat sehingga harus
memiliki suatu kode etik dalam profesinya dan memastikan bahwa seluruh anggota profesinya
memiliki kesadaran untuk mematuhi kode etik profesi tersebut.
5. Budaya profesional (professional culture), karakteristik terakhir dan yang paling inti dari
karakteristik profesi ialah adanya budaya dari profesi tersebut. Budaya adalah komponen besar
dalam karakteristik profesi.Budaya ini muncul dari berbagai dimensi pengalaman orang-orang di
dalam profesi, yang terkumpul dan teracik menjadi suatu budaya dari profesi tersebut.
Salah satu praktik negatif yang paling umum diidentifikasi profesi, adalah fenomena social
closure. Diperkenalkan ke dalam literatur sosiologi oleh Max Weber, social closure adalah proses
dimana satu kolektivitas sosial berusaha untuk mendiskreditkan kelompok lain. Dalam kasus social
closure di mana pesaing potensial dikecualikan dalam melakukan kategori pekerjaan tertentu dan
dengan demikian tidak dapat memperoleh imbalan terkait dengan pekerjaannya (Parry & Parry, 1976).
Penulis lain tertarik dalam hubungan profesi ke pasar telah berfokus pada gagasan bahwa proses
profesionalisasi dapat dipahami sebagai sebuah proyek mobilitas kolektif yang jika berhasil dapat
meningkatkan peluang hidup masing-masing peserta dengan signifikan (misalnya Larson, 1977).
Johnson menawarkan analisis profesi berdasarkan keberadaan tiga hubungan kekuasaan yang
berbeda yang melibatkan praktisi dan klien (Johnson, 1972). Dia mencatat bahwa pekerjaan yang
secara konvesional disebut sebagai “profesi” telah, diberbagai waktu dan tempat, menjadi tunduk pada
kekuatan klien (patronase), atau hubungan praktisi-klien mungkin diperantai oleh kelompok ketiga,
seperti gereja atau negara (kontrol penengah). Istilah profesionalisme digunakan untuk bentuk khusus
dari kontrol pekerjaan, yang melibatkan pengaturan sendiri tingkat tinggi dan kemandirian dari kontrol
eksternal yang dalam bentuknya yang paling berkembang, merupakan produk dari kondisi sosial
tertentu pada abad 19 di Inggris dan Amerika.

B. ASOSIASI AKUNTANSI PROFESIONAL


Dalam sebuah penelitian dari organisasi profesi kontemporer, Millerson (1964)
mengidentifikasi empat jenis asosiasi profesional yaitu asosiasi prestise, asosiasi studi yang melakukan
kegiatan di bidang ilmiah, asosiasi kualifikasi seperti kepala sekolah yang menekankan pendidikan dan
pelatihan anggota baru.
C. REKRUTMEN DAN SOSIALISASI
Setiap individu, apapun profesinya, akan mengalami yang namanya sosialisasi profesional
sebagai salah satu proses sosial. Orang yang sukses adalah orang yang mau belajar dari pengalaman
kegagalannya sehingga menjadi proses pembelajaran penting untuk usaha masa depan mereka.
Biasanya untuk kualifikasi sebagai akuntan dari sekolah yang awalnya melakukan magang di kantor
akuntan, perusahaan atau pemerintah daerah dibagian akuntansi. Dengan ini mereka bisa belajar
bertanggungjawab dan mempelajari budaya kerja dan aplikasi-aplikasinya. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan akuntan yang berkualitas. Dalam rekruitmen selanjutnya, yang perlu dipertimbangkan
lamanya pengalaman kerja. Sosialisasi profesi dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan dan
sejenisnya.

D. IMAGE PUBLIK'S DARI AKUNTAN


Akuntan adalah orang profesional dalam melakukan tugas akuntansi. Kebanyakan orang
melihat akuntan sebagai individu yang dull (lemah), boring (membosankan), flat (datar), unexciting
(tidak menggembirakan), grey, rather conservative people (orang yang cenderung konservatif). Tidak
dapat dipungkiri bahwa kebanyak orang atau sejumlah individu memandang bahwa ilmu sains dengan
berbagai percobaan di laboratorium dan penemuan- penemuannya dianggap glamor, menarik dunia,
sedangkan akuntansi dengan book- keepingnya, dan financial controls tidak. Terlepas dari pandangan
negatif kebanyakan orang, akuntan dipandang berpengaruh signifikan dalam perusahaan karena mereka
selalu mampu memberikan jenis informasi yang diperlukan untuk melegitimasi tindakan manajemen
senior danpada gilirannya mewujudkan kepentingan pemegang saham (Armstrong, 1985).

BAB 2
PROFESI

A. PERAN AKUNTANSI KONTEMPORER


Pada bab sebelumnya, perhatian difokuskan pada profesi akuntansi yang lebih luas. Sifat profesi
dibahas terlebih dahulu dengan sejumlah titik kontak antara akuntansi dan profesi yang sedang mapan
yang difokuskan pada pertumbuhan institusi-institusi ini akhir-akhir tahun ini dan dalam kasus badan
Inggris, pada perekrutan, pendidikan dan pendidikan mereka saat ini praktek sosialisasi. Pada bab ini
disimpulkan dengan analisis singkat dan selektif analisis citra profesi di Inggris kontemporer. Point
paling berguna dalam bab ini untuk mulai mengeksplorasi lebih jauh adalah keragamannya dari profesi
modern Dalam bagian akuntansi berikut dalam praktik umum, di Indonesia organisasi industri dan
komersial dan di sektor publik semuanya ditinjau.
B. PRAKTIK PUBLIK: TRADISI DAN PERUBAHAN
Akuntan tradisional selalu bekerja dalam praktik publik, sedikit membingungkan banyak dalam
hal, seperti istilah setara untuk pekerjaan medis serupa adalah 'praktek pribadi' yang dalam konteks
Inggris membedakannya dari pekerjaan medis umum dilakukan oleh dokter di Dinas Kesehatan
Nasional dan konteks praktik akuntansi digunakan dalam arti yang sama seperti di konteks sistem
pendidikan Inggris dimana 'sekolah umum' adalah institusi di Indonesia sektor fee-paying yang telah
ada disamping sistem Negara sejak major reformasi abad kesembilan belas. Praktik publik adalah
domain akuntan sewaan yang diakui di Inggris dengan sekitar setengah dari keanggotaan aktif ICAEW
yang saat ini bekerja di sana, 60% di antaranya menjadi praktisi atau mitra tunggal. Diakui proporsi
Skotlandia dan Akuntan Irlandia yang dipekerjakan dalam praktik agak rendah meski masih lebih besar
dari 26% ACCA. Jumlah anggota CIMA atau CIPFA relatif sedikit ditemukan di kantor praktik umum
karena tidak dapat diterima di Inggris hukum perusahaan sebagai auditor, elemen penting dari banyak
praktik kerja. Secara tradisional individu dengan latar belakang seperti itu kemudian memenuhi syarat
sebagai akuntan yang bersetifikat meskipun hal ini tidak lagi diperlukan karena sifat berubahnya
pekerjaan praktek umum serta audit, praktek publik selalu mencakup banyak pekerjaan akuntansi
keuangan dasar termasuk persiapan akun usaha kecil bersama dengan layanan perpajakan dan saran
penyediaan perencanaan keuangan saran untuk klien Aspek praktik lainnya adalah fungsi insolvensi.
Di bawah undang-undang perusahaan Inggris saat ini semua perusahaan terbatas dengan ukuran
apa pun bersama dengan badan usaha lain seperti badan amal, trust, serikat pekerja dan ramah
masyarakat diharuskan untuk memiliki audit tahunan bila akun mereka tunduk dicermati oleh akuntan
yang berkualifikasi yang independen terhadap perusahaan. Sementara hanya satu dari enam anggota
ICAEW dalam praktik saat ini mengaku hanya aktif sebagai auditor, Ada banyak alasan untuk percaya
bahwa audit masih merupakan pekerjaan yang paling umum dilibatkan oleh praktisi publik, terutama
yang di awal karir. Audit tetap proposisi menarik secara finansial bagi mereka yang terlibat di
dalamnya, itulah alasan utama mengapa empat lembaga Inggris yang anggotanya dapat bertindak
sebagai auditor cemas untuk mempertahankan monopoli karya ini. Selama ada persyaratan undang-
undang untuk audit tahunan yang diberdayakan Melakukan pekerjaan tersebut memiliki captive market
Ini adalah pasar yang sangat menguntungkan karena ada Tidak ada batasan biaya walaupun keberadaan
pesaing, jadilah mereka praktisi publik lainnya atau badan perusahaan, memang memberikan beberapa
ukuran perlindungan bagi perusahaan yang tidak dapat dengan mudah membayar biaya yang
meningkat. Layanan multifaset ini untuk klien ukuran kecil hingga menengah pasti sudah tradisional
citra praktik publik, terutama dalam kasus perusahaan akuntansi kecil, dan menjelaskan mengapa lebih
dari 60% anggota ICAEW dalam praktik mengklaim terlibat dalam 'Layanan pelatihan umum'. Ini
memiliki banyak fitur positif. Sampai saat ini sangat sedikit yang telah dikatakan tentang sisi minoritas
praktik publik di Indonesia jumlah angka dipekerjakan namun merupakan kekuatan dominan dalam hal
citra dan biaya publik dibayar-perusahaan besar.
C. INDUSTRI DAN PERDAGANGAN: FORMALISASI AKUNTANSI
Di Inggris jumlah terbesar akuntan bekerja di sektor industri manufaktur, basis tradisional
negara ini ekonomi, perdagangan dengan industri ritel, perbankan dan asuransi yang telah mapan
semua yang telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir baik dalam ukuran dan keragaman,
ditambah layanan industri yang batasnya terbentang setiap hari dalam budaya perusahaan akhir 1980-
an. Hal ini banyak akuntan di industri dan commerce menemukan diri mereka bekerja di lingkungan
yang sangat berbeda dengan yang tradisional terkait dengan praktik publik. Lebih penting lagi, akuntan
ini biasanya terlibat dalam kinerja kegiatan yang dalam banyak hal hanya bersifat formal terkait dengan
praktisi publikdengan alasan untuk menggunakan akuntansi perusahaan jangka panjang untuk
membedakan pekerjaan akuntan di industri dan commerce dari akuntan dalam praktik publik. Pada
kenyataan situasinya adalah bahwa organisasi industri dan komersial berskala besar adalah lokasi
dimana semua jenis akuntan terlibat dalam berbagai aktivitas di lingkungan yang sangat berbeda
dengan praktik publik.
Salah satu perbedaan utamanya adalah akuntansi hanyalah satu dari fungsi manajemen dan
seringkali terintegrasi dengan keuangan untuk menciptakan fungsi akuntansi dan keuangan. Mereka
yang merupakan bagian dari fungsi ini diharuskan bekerja sama terus menerus dengan rekan kerja yang
bertanggung jawab atas manajemen lainnya fungsi: pemasaran; personil dan hubungan industrial;
penelitian, desain dan pengembangan; komputasi dan pengolahan data, serta spesialis manajemen
operasi dan kelompok strategi perusahaan. Tujuan ini diperpanjang, dan di tempat kerja, analisis
keuangan perusahaan Akuntansi adalah untuk mengesankan pembaca bahwa banyak hal itu melibatkan
prosedur berikut yang telah dirancang untuk memastikan pengendalian yang efisien dari rangkaian
tertentu kegiatan. Ini menyangkut pemeliharaan yang komprehensif, mudah diakses dan akurat catatan
yang harus selalu mencerminkan realitas keuangan bisnis. Ini pada dasarnya prosedur dan rutinitas ini
yang membentuk unsur penyusun akuntansi sistem saat ini. Prosedur, rutinitas dan sistem ini sangat
luas Ketergantungan pada proses pemantauan dan pemutakhiran reguler adalah perwujudan adopsi
formalisasi sebagai sarana untuk membangun kontrol manajemen yang efektif di dalam akuntansi
perusahaan Menurut Child, formalisasi ditandai dengan: menetapkan kebijakan tertulis, rocedures,
peraturan, definisi pekerjaan, dan perintah tetap yang menentukan tindakan yang benar atau yang
diharapkan, dan kemudian mendukungnya ... sistem untuk rekaman terdokumentasi tentang apa yang
telah terjadi dalam cara komunikasi dan kinerja. (Child, 1984, hal.153)

D. AKUNTANSI DI SEKTOR PUBLIK: INTRUSI POLITIK


Banyak pengamat memandang adanya sektor publik yang cukup besar dan sehat sebagai ciri
khas dari masyarakat maju dan yang sangat diinginkan pada saat itu seperti Inggris telah mengalami
pertumbuhan besar baik dalam ukuran maupun biaya dari sektor publik untuk sebagian besar periode
pasca perang. Akibatnya sektor publik adalah Majikan utama semua jenis tenaga kerja termasuk
akuntan profesional. Semakin besar bagian keanggotaan aktif CIPFA dipekerjakan di sini bersama
dengan jumlah yang sama dari akuntan dari badan profesional lainnya yang sekitar 10% dari semua
akuntan terlibat dalam akuntansi sektor publik. Inggris memiliki sektor publik yang paling luas, yang
geografinya sangat beragam, dan sekilas singkat apapun tidak akan pernah bisa melakukan keadilan
terhadap varietas ini tapi untuk tujuan sekarang berikut ini pembagian ke dalam sub-sektor bersifat
instruktif. Pertama ada banyak perusahaan publik, yang masing-masing memiliki keunikan sifat dan
karakteristik tersendiri yang dimungkinkan untuk mengidentifikasi kategori luas perusahaan publik
dikenal sebagai industri dinasionalisasi yang jumlahnya telah berkurang belakangan tahun ini sebagai
akibat dari kebijakan de-nasionalisasi atau privatisasi yang diupayakan berturut-turut Pemerintahan
konservatif selama dua belas tahun terakhir. Di antara mereka yang Masih tetap dalam kepemilikan
publik adalah dua industri pertama yang dinasionalisasi, coalmining dan kereta api, yang keduanya
masuk kepemilikan publik karena alasan strategis dalam periode pasca-perang.
Secara tradisional uang untuk belanja pemerintah daerah telah datang dari empat sumber.
Bagian terbesarnya adalah dalam bentuk transfer pembayaran dari pemerintah pusat yang saat ini
dikenal sebagai support rate hibah, yang tujuannya adalah untuk memberikan dasar untuk standar
layanan umum melintasi negara. Pemerintah daerah selalu mampu meningkatkan jumlah yang cukup
besar proporsi dana mereka dengan menggunakan 'tarif' yang diberikan oleh hibah dukungan. Jika
pemerintah daerah memutuskan untuk meningkatkan pengeluarannya, ia harus meningkatkan tingkat
suku bunga, sebuah keputusan yang diminta untuk membenarkan pemilihannya secara reguler.
Lanjutan Dukungan untuk otoritas lokal dengan pengeluaran tinggi dipandang sebagai amanat untuk
kelanjutan dari kebijakan semacam itu. Sumber dana alternatif untuk peningkatan pengeluaran adalah
pinjaman dari pihak ketiga yang biasanya memiliki efek pada tagihan tarif seperti itu pinjaman mau
tidak mau menimbulkan kenaikan biaya untuk menutupi pembayaran bunga.
Sejak tahun 1979 pemerintah daerah, seperti hampir semua badan sektor publik lainnya, telah
mengalaminya sebuah serangan serius terhadap pendanaannya karena konflik yang tak terelakkan
antara tiga berturut-turut pemerintahan konservatif dan kekuasaan yang telah dipertahankan Partai
Buruh di tingkat lokal. Bantuan pemberian dana dipangkas saat pemerintah pusat berusaha untuk
mengurangi pengeluaran publik kebebasan untuk mengumpulkan dana tambahan berupa kenaikan suku
bunga tersebut diimbangi dengan pembatasan tarif. Biaya pinjaman sebelumnya mulai meningkat
sebanding dari pengeluaran komitmen yang pada gilirannya berfungsi sebagai mekanisme untuk
mengurangi lebih lanjut peminjaman. Dihadapkan dengan krisis keuangan umum, sebagian besar
otoritas lokal hanya memiliki sedikit pilihan tapi untuk mengurangi layanan, menjual aset,
meningkatkan biaya, menghibur tender kompetitif untuk berbagai kontrak dan sebagainya. Pengenalan
masyarakat biaya atau 'pajak jajak pendapat' di Inggris dan Wales pada tahun 1990 (1989 di Skotlandia)
dimaksudkan untuk mencapai kontrol pemerintah pusat lebih lanjut namun inisiatif tersebut segera
diakui sebagai tidak masuk akal secara politik dan saat ini sedang dirumuskan kembali. Inilah latar
belakang praktik akuntansi sektor publik kontemporer. Selain meningkatkan serangan finansial yang
melemahkan sektor publik, pemerintahan Konservatif berturut-turut telah berusaha membangun sebuah
falsafah baru dari jenis komersial yang jelas dalam pengelolaan keuangan. dari sektor ini. Sebagai
konsekuensinya, akuntan di semua cabang sektor publik sekarang mendapati diri mereka diminta untuk
mempraktikkan kegiatan profesional mereka dengan cara yang jauh lebih umum daripada kasus rekan
kerja mereka baik di praktik publik maupun industri dan perdagangan. Jika iklim politik di Inggris
tidak berubah secara dramatis dalam waktu dekat, akuntansi sektor publik akan semakin menjadi
masalah akuntabel publik. Dalam kasus NHS, Sekretaris Negara untuk Kesehatan di Inggris dan
Sekretaris Skotlandia, Welsh dan Irlandia Utara yang menurut undang-undang diminta mempekerjakan
auditor untuk mengaudit rekening otoritas kesehatan.
Secara tradisional, ini adalah pegawai negeri tapi sejak 1981 beberapa pekerjaan telah dilakukan
dilakukan oleh perusahaan sektor swasta yang telah secara khusus dituntut untuk melakukan ukuran
kerja VFM. Pengawas Keuangan dan Auditor Jenderal diharuskan untuk memeriksa, mengesahkan dan
melaporkan akun konsolidasi NHS yang berarti bahwa NAO melakukan pekerjaan audit yang diyakini
diperlukan. VFM sangat dipuji ke NHS pada Laporan 1983 dari Kelompok Kerja Audit DHSS / NHS
sebagai artinya efek tabungan yang kemudian bisa diteruskan ke pasien dalam bentuk memperbaiki
kualitas Salah satu konsekuensi yang nyata dari hal ini adalah pertumbuhan internal fungsi audit di
tingkat lokal. Konsep VFM sangat menarik karena berbagai alasan, tidak sedikit yang mana mudah
dimengerti oleh masyarakat. Intinya adalah usaha untuk menentukan apakah suatu hal tertentu Usaha
publik beroperasi dengan cara yang memanfaatkan sebaik – baiknya sumber daya yang dikonsumsinya
Ini adalah sarana untuk membangun akuntabilitas di sektor publik dimana tidak adanya kekuatan pasar
bebas dapat dengan mudah menimbulkan keuangan dan memang mismanajemen umum, biaya yang
pada akhirnya ditanggung oleh publik. Dengan memperkenalkan Audit VFM adalah mungkin untuk
mengukur kinerja mereka yang dikenai biaya dengan mengelola sektor publik untuk kepentingan
umum. VFM meminta tiga pertanyaan sederhana: apakah usaha tertentu beroperasi secara ekonomi,
efisien dan efektif? Pertanyaan pertama diakui tidak pasti karena kebanyakan orang akan
melakukannya menerima bahwa dalam kepentingan setiap orang untuk mendapatkan masukan dengan
kualitas yang tepat paling rendah biaya.

E. KEJADIAN TEKNIS AKUNTANSI: PEMBAGIAN TENAGA KERJA PROFESIONAL


Adalah keliru untuk meninggalkan akun peran akuntansi kontemporer pada saat ini yang
menyiratkan bahwa ini hanya mencakup pekerjaan yang dilakukan oleh anggota yang memenuhi syarat
dari enam asosiasi besar di sektor publik dan swasta dan dalam praktik publik. Dengan munculnya
teknisi akuntansi miliki datanglah janji pembagian kerja yang jelas dalam profesi di masa depan, yang
diklaim akan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Namun, ada kemungkinan untuk menyajikan
pandangan situasi yang kurang optimis sejauh banyak akuntan profesional prihatin Hal ini karena
dengan munculnya teknisi akuntansi sebagai peran yang dapat diidentifikasi dalam profesi, saat ini
yang mapan di dasarnya, telah datang saran perubahan yang menunjukkan sesuatu yang agak berbeda
untuk masa depan daripada yang mungkin telah dipertimbangkan. Mengadopsi pandangan yang sangat
sederhana tentang pembagian kerja antara teknisi akuntansi dan akuntan profesional yang
berkualifikasi, peran mantan adalah seorang pejabat junior yang terlibat dalam kinerja rutin, teknis,
tugas akuntansi seperti pembukuan, pemeliharaan kartu biaya atau catatan gaji, aspek audit internal, dll.
Dengan cara ini munculnya teknisi akuntansi. Peran telah sedikit lebih daripada peningkatan sederhana
dari berbagai tugas ulama semi-profesional yang telah lama ada dalam konteks akuntansi yang lebih
luas dan fungsi keuangan berpaling ke akuntan yang berkualifikasi, bagian dari peran mereka secara
logis akan melihat mereka mengawasi pekerjaan teknis rutin ini dan mereka yang melakukannya.
Ketiga kelompok ini: akuntan yang cakap, teknisi akuntansi dan teknisi akuntansi senior
bergabung dengan kelompok keempat, akuntan yang berkualifikasi mengawasi pekerjaan akuntan
berkualitas lainnya yang menyampaikan informasi yang diberikan oleh yang terakhir ke eselon
manajemen yang lebih tinggi secara reguler dasar. Dengan cara yang sama seperti teknisi senior
mengelola teknisi, akuntan senior mengelola akuntan. Namun, dalam banyak kasus, akuntan senior ini
juga mengelola dua kelas teknisi. Orang-orang seperti itu bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
bagian tertentu dari beban kerja yang lebih luas dari fungsi tersebut telah selesai dengan sukses. Untuk
mencapai tujuan ini, pembagian kerja diperkenalkan di antara kelompok yang berbeda dengan tugas
yang paling tidak berat yang dialokasikan ke teknisi sementara akuntan yang berkualitas menangani
aspek yang lebih bermasalah. Peran teknisi senior adalah untuk mengawasi staf yang kurang
berpengalaman dan mungkin menyelesaikan beberapa masalah teknis yang mungkin timbul daripada
menyerahkannya kepada akuntan. Tim dikelola oleh satu atau lebih 'managing' akuntan yang fungsinya
untuk mengintegrasikan berbagai kontribusi. Dua pengamatan mungkin bisa dilakukan pada saat ini:
pertama, ada dua pembagian kerja kerja di sini, yang membedakan tugas yang lebih mudah dari tugas
yang lebih sulit seperti antara akuntan dan teknisi. Ada juga pembagian antara mereka yang terlibat
dalam pengelolaan dan orang-orang yang menjadi subjek, staf senior dan staf bawahan. Kedua,
sementara ada rantai komando yang jelas dari akuntan paling senior sampai ke teknisi, orang yang
berkualitas akuntan tidak muncul untuk mencari di atasnya.
Diskusi singkat tentang akuntan peserta pelatihan dan teknisi part-qualified / teknisi ini
mengulangi pentingnya kompetensi teknis sebagai alat pembeda antara mereka yang terlibat dalam
akuntansi tenaga kerja berdasarkan kompetensi yang lebih tinggi dalam hal teknis Masalah akuntansi,
akuntan peserta pelatihan menjadi akuntan yang berkualitas dan bukan teknisi dengan menunjukkan
kompetensi yang sama di ruang ujian. Meninggalkan Selain pertanyaan sulit mengenai keandalan ujian
formal, semua ini sepertinya sangat rasional dan umumnya logis. Salah satu yang tersisa dengan kesan
bahwa akuntan adalah sibuk terlibat dengan masalah menantang yang terus-menerus memanggil
mereka pengalaman dan keahlian sementara rekan teknisi mereka terlibat, dan diregangkan oleh
pekerjaan yang jauh lebih rendah. Di sisi positifnya mungkin jadilah semakin banyak pengusaha
menyadari bahwa mereka berutang kepada lulusan mereka hanya pekerjaan yang paling menantang dan
janji karir yang menggairahkan karena dengan pasti diharapkan lebih sedikit lagi di masa depan maka
sangat penting untuk mempekerjakan mereka dengan cara yang paling efektif dan jelas lebih baik
daripada di masa lalu.

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BERBAGAI PARADIGMA


DALAM KAJIAN AKUNTANSI
Ali Djamhuri

A. PANDANGAN KONVENSIONAL ATAS AKUNTANSI


Pemahaman konvensional atas akuntansi dianut oleh sebagian besar kita yang berada di dunia
akuntansi. Dampaknya, masyarakat memiliki mis-konsepsi seolah-olah cara pemahaman konvensional
ini merupakan satu-satunya cara pemahaman atas akuntansi. Pemahaman konvensional terlanjur telah
dianggap sebagi sesuatu yang taken for granted, maka inovasi-inovasi ilmiah di bidang akuntansi yang
semestinya bisa berlangsung di dunia akademik, khususnya perguruan tinggi, kurang mendapatkan
respon yang memadai, ringkasnya, ada semacam resistance to change dari sebagian kalangan yang
tidak terbiasa dengan cara berpikir yang multiple perspectives. Dengan demikian, pemahaman
konvensional secara implisit berasumsi bahwa organisasi yang memerlukan akuntansi sebagai alat
penyampaian informasi akuntabilitasnya adalah organisasi swasta (private), lebih khusus lagi,
organisasi swasta yang menerapkan pemisahan antara mereka yang memiliki kekayaan (pemegang
saham) dengan yang berperan sebagai pengelola kekayaan, yaitu para manajer, sehingga di dalamnya
ditemukan adanya hubungan keagenan (agency relationship).
Selama sifat organisasinya adalah profit seeking dan hanya memiliki dua pihak yang
berkepentingan, yakni principal dan agent, serta memisahkan secara tegas peran antara prinsipal
dengan agen, maka akuntansi akan memberi manfaat yang optimum, karena fenomena empirik
memang akan mendukung atau sesuai dengan seluruh asumsi yang dijadikan dasar pijakannya. Namun
jika situasi organisasinya tidak seperti itu, misalnya organisasi di sektor publik atau organisasi non
pemerintah (NGO) yang kepentingan prinsipalnya (publik atau masyarakat) jelas tidak semata-mata
aspek ekonomi atau keuangan (bahkan sangat bervariasi), maka bisa dipastikan pengggunaan laporan
keuangan konvensional sebagai laporan akuntabilitas utama akan menimbulkan distorsi informasi,
suatu keadaan dimana informasi akuntansi tidak sepenuhnya mampu memenuhi apa yang diharapkan
oleh para penggunanya.
B. POSITIVISME DAN PANDANGAN KONVENSIONAL DALAM KAJIAN AKUNTANSI
Kajian kontemporer (saat ini) tentang akuntansi (contemporary accounting studies), khususnya
di Indonesia, harus diakui masih didominasi oleh pemahaman atau sudut pandang positivism. Dengan
demikian positivism juga telah menjadi “ruh” dari konvensionalisme kajian akuntansi di Indonesia saat
ini. Sebagai ruhnya konvensionalisme kajian akuntansi saat ini di Indonesia, pengaruh positivism ini
sangat kuat, sehingga sampai tidak banyak di antara kita sebagai akuntan atau akademisi akuntansi
yang menyadari bahwa positivism, dalam sejarah perkembangan keilmuan atau juga filsafat keilmuan
(philosophy of science) pada dasarnya hanya salah satu dan bukan satu-satunya mazhab pemikiran
keilmuan (scientific perspective atau scientific paradigm).
Pada saat ilmu ekonomi, dan juga psikologi, bersifat sangat positivistik, maka disiplin akuntansi
terpengaruh menjadi sangat positivistik juga. Hal itu tampak dari perilaku sebagian besar akademisi
akuntansi dan, tentu saja para akuntan praktisi, yang secara apriori mempertahankan prinsip-prinsip
keilmuan yang positivistik, seperti misalnya atomism, nomilalism, naturalism, phenomenalism,
scientific laws, dan value free (Smith, 1998, p. 76). Atomism menyatakan bahwa ilmu pengetahuan,
termasuk ilmu pengetahuan sosial harus memandang bahwa obyek kajiannya bersifat descret, yaitu
sesuatu yang selain unik dan berbeda, juga sudah tidak bisa dipecah menjadi bagian yang lebih kecil
lagi. Nominalism berargumen bahwa konsep-konsep keilmuan tidak memiliki kegunaan kecuali sekedar
sebagai suatu nama yang berfungsi merepresentasikan sesuatu, tetapi tidak memiliki sedikitpun
pengaruh dari nilai atau budaya dari mana atau oleh kelompok masyarakat mana konsep-konsep ilmiah
tersebut dikembangkan. Naturalism menekankan pada keyakinan bahwa asumsi-asumsi serta metoda
yang lazim diterapkan dalam ilmu pengetahuan alam sepenuhnya bisa diterapkan dalam mengkaji
fenomena sosial. Nomothetical atau nomotetik (Smith, 1998) memberlakukan universalitas hukum
keilmuan yang bisa dijaga, sesuatu yang tentu saja sangat bermanfaat terutama bagi ilmu pengetahuan
kealaman (natural sciences). Bebas nilai (value free) dengan sifat ilmu pengetahuan seperti ini, maka
kajian mengenai hal-hal yang normatif, seperti agama atau juga etika – menurut alur pemikiran yang
positivistik – sejauh terkait dengan benar-salah atau baik-buruk pada dasarnya tidak ilmiah.

C. AKUNTANSI SEBAGAI SUATU MULTIPARADIGMATIC SCIENCE


Perbedaan mazhab pemikiran dalam ranah ilmu sosiologi lebih signifikan dan fundamental,
yaitu perbedaan yang melibatkan sampai ke tingkat filosofi dasarnya. Oleh sebab itu jika dikaitkan
dengan derajat intensitas pengaruh ilmu ekonomi kepada ilmu akuntansi yang sangat dalam, tidak
mengherankan apa bila Belkaoui (1992) setelah memperkenalkan konsep paradigma dalam kajian teori
akuntansi kemudian memberikan sebagian besar rangkaian contoh paradigmanya masih serumpun,
yakni functionalism (Burrell & Morgan, 1979), sebab – seperti dijelaskan di muka – dalam ilmu
ekonomi pengaruh positivisme masih dominan.
Gagasan akuntansi sebagai suatu multiparadigmatic science bukanlah gagasan yang baru,
bahkan juga bukan gagasan yang saat ini terbatas masih berada di ranah sosiologi yang – paling tidak
untuk sebagian besar kalangan akuntansi, baik yang akademisi, apalagi yang praktisi – masih
dipandang asing dibandingkan ekonomi atau psikologi. Kesadaran mengenai kenyataan ini telah
dimiliki oleh kalangan akuntan akademisi sendiri sejak lama.

D. PANDANGAN NONKONVENSIONAL DALAM KAJIAN AKUNTANSI


Cara pandang ini merupakan cara pandang dalam melaksanakan kajian atau atas hasil kajian
akuntansi yang bisa menganut paradigma apapun yang lazim dijumpai dalam ranah ilmu sosial yang
pada saat yang sama memberikan ruang yang memadai terhadap kemungkinan berlakunya perspektif
atau paradigma yang lain dalam melihat masalah yang dihadapi. Dengan mengacu kepada karakteristik
interpretivism yang diberikan Chua (1988, p. 60) terdapat poin penting yang bisa diidentifikasi, yaitu
bahwa tradisi interpretivisme ini menekankan pada upaya mengkonstruksi (constructivis) dan
menafsirkan tindakan masyarakat, baik melalui pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya maupun
sebagaimana yang direfleksikan melalui pengalaman mereka (aktor atau pelaku) yang terlibat dalam
tindakan sosial. Beberapa pendekatan sosiologi termasuk dalam domain perspektif interpretivism ini,
seperti interactionism (symbolic interactionism), phenomenology, dramaturgy, ethnomethodology,
semiotics dan hermeneutics.
Symbolic Interactionism merupakan sosiologi yang meyakini bahwa realitas sosial tidak berada
di luar kesadaran individual manusia sebagaimana diyakini oleh sosiologi functionalism, namun justru
terbentuk (constructed) melalui interaksi yang terjadi antar individu dalam masyarakat. Dalam
sosiologi Dramaturgy selalu dikaitkan dengan tokoh sosiologi Erving Goffman (Appelrouth & Edles,
2007) dimana dramaturgi digunakan untuk memahami interaksi sosial di masyarakat, terutama dalam
mencari makna yang ada, misalnya motif tindakan yang telah secara simbolik ditampakkan ke luar oleh
para pelakunya namun tersembunyi karena dibungkus dalam bahasa yang acapkali bersifat retorik
(seperti sebuah drama). Phenomenologi adalah cabang filsafat dan pendekatan penelitian yang
mencoba menggali makna atau anggapan-anggapan yang tersembunyi dan terkandung dalam
phenomena tindakan sosial yang ada. Etnometodologi bermanfaat bagi seorang peneliti di dalam
menakar ruang negosiasi yang disediakan oleh masyarakat anggota kelompok budaya tersebut di dalam
menghadapi hal-hal yang bersifat keluar dari normalitas keseharian mereka. Para pendukung
postmodernisme sering memanfaatkan teori kriitis (critical theory), atau bahkan pendekatan penafsiran
hermeneutics serta semiotics yang banyak orang mengatakan keduanya berada di ranah interpretive
sociology untuk mendekonstruksi dan akhirnya mengkonstruksikan kembali suatu masalah sosial.

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Pengganti Kartu Peserta Sementara
    Surat Pengganti Kartu Peserta Sementara
    Dokumen1 halaman
    Surat Pengganti Kartu Peserta Sementara
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Akuntansi Keuangan
    Akuntansi Keuangan
    Dokumen11 halaman
    Akuntansi Keuangan
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Ch6 7
    Ch6 7
    Dokumen15 halaman
    Ch6 7
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • CH 3
    CH 3
    Dokumen10 halaman
    CH 3
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • CH 4
    CH 4
    Dokumen62 halaman
    CH 4
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Find
    Find
    Dokumen12 halaman
    Find
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Seminar TA
    Seminar TA
    Dokumen94 halaman
    Seminar TA
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat
  • Resume
    Resume
    Dokumen8 halaman
    Resume
    Fitriani Deuis
    Belum ada peringkat