Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN RISIKO TERJADINYA KARIES BARU

PADA ANAK USIA 12 TAHUN MURID SD UKGS DAN


SD NON UKGS DI WILAYAH KECAMATAN CILANDAK
JAKARTA SELATAN TAHUN 2011

Ita Astit Karmawati, Siti Nurbayani Tauchid, Nita Noviani Harahap

Abstrak. Pada anak-anak sekolah dasar yang tidak memiliki program UKGS kemungkinan
terjadinya karies gigi akan lebih besar apabila dibandingkan dengan anak-anak sekolah
dasar yang memiliki program UKGS. Penelitian ini untuk melihat perbedaan risiko terjadinya
karies baru pada anak usia 12 tahun murid SD UKGS dengan murid SD Non UKGS di
wilayah Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan menggunakan program Kariogram.
Pengambilan data untuk parameter dalam Kariogram sebagai variabel independen yang
terdiri dari data pengalaman karies, penyakit yang berpengaruh, kandungan makanan,
frekuensi makanan, banyaknya plak, program fluor, dan penilaian klinik dikumpulkan melalui
pemeriksaan oral dan wawancara menggunakan kuesioner. Variabel dependen berupa
risiko terjadinya karies baru diperoleh dengan menggunakan program komputer Kariogram.
Hasil penelitian dan analisis hubungan antara SD UKGS dan Non UKGS dengan Risiko
Karies sebanyak 71,7% SD UKGS mempunyai risiko karies tinggi, sedangkan SD Non
UKGS 72,6% mempunyai risiko karies tinggi. Dari hasil uji chi square dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan risiko terjadinya karies baru antara SD UKGS dan SD Non UKGS.

Kata kunci: Parameter kariogram, risiko karies, SD UKGS, SD Non UKGS

Abstract. Children in primary school who do not have school dental health effort (UKGS
program) likelihood of dental caries will be greater when compared with children of primary
school who have UKGS program. The research was to see the difference the risk of new
caries in children aged 12 years of primary school students with UKGS and Non UKGS in
subdistrict Cilandak of South Jakarta use Kariogram program. Retrieval of data for the
parameters as independent variables in Kariogram consisting of caries experience data, the
effect of disease, food content, food frequency, the amount of plaque, fluoride programs,
and assessment clinics were collected through oral examination and interview using a
questionnaire. Dependent variable in the form of a new caries risk obtained using a
computer program Kariogram. The analysis results on the relation between new caries risk
within UKGS elementary and Non UKGS elementary are shown that 71.7% have a high
caries risk, while at the Non UKGS elementary as much as 72.6% have a high caries risk.
From the chi square test results can be concluded there was no difference in the risk of new
caries between UKGS elemntary and Non UKGS elementary.
Key words: Kariogram parameters, the risk of caries, UKGS elementary, Non UKGS
elementary.

 Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta I


Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 223
PENDAHULUAN Pujokusuman III Kecamatan
Mergangsan Kota Yogyakarta
Berdasarkan Survei Kesehatan mewakili daerah kota dan SD
Rumah Tangga (2001), prevalensi Klagaran Sanden Kabupaten Bantul
karies pada kelompok usia 12 tahun mewakili daerah desa. Hasilnya:
sebesar 44% dan Indeks DMF-T pada urutan faktor penyebab karies dari
usia ini sebesar 1,1. Menurut WHO hasil penelitian berdasarkan
(1997), kelompok usia 12 tahun gambaran Cariogram anak SD kota
adalah usia yang penting, karena dan anak SD desa adalah faktor
pada usia tersebut anak akan bakteri, kerentanan, pola makan, dan
meninggalkan sekolah dasar, dan di faktor keadaan lain yang
banyak negara usia tersebut berpengaruh. Faktor utama penyebab
merupakan kelompok yang mudah karies gigi untuk anak SD kota dan
dijangkau melalui sistem sekolah. anak SD desa adalah faktor bakteri.
Semua gigi permanen, kecuali molar Tingkat keparahan karies gigi anak
tiga, sudah tumbuh pada usia 12 SD kota berbeda dengan anak SD
tahun, sehingga usia 12 tahun dipilih desa (p<0,05).
sebagai usia untuk memonitor karies Dari penelitian yang dilakukan
dan dapat dibandingkan secara oleh Chemiawan (2004) di Jawa
internasional. Barat, dilakukan masing-masing pada
Reich dan Newbrun (1999) 100 anak SD dengan program UKGS
mengemukakan bahwa karies gigi (SD Cikadut I) dan SD tanpa program
memiliki etiologi yang multifaktorial, UKGS (SD Tegallega). Didapatkan
dimana terjadi interaksi dari tiga faktor prevalensi karies gigi lebih tinggi pada
utama yang ada di dalam mulut yaitu: anak tanpa program UKGS yaitu 97%
Host (gigi dan saliva), Mikroorganisme dibandingkan anak dengan program
(plak) dan Substrat (diet karbohidrat), UKGS sebesar 79%. Indeks DMF-T
dan faktor ke empat berupa Waktu. lebih tinggi pada anak tanpa program
Masyarakat sekolah dasar UKGS dibandingkan anak dengan
merupakan salah satu kelompok yang program UKGS.
strategis untuk diikutsertakan dalam Hasil Riset Kesehatan Dasar
upaya kesehatan gigi dan mulut. (RISKESDAS) Indonesia tahun 2007,
Upaya kesehatan gigi dan mulut pada menunjukkan Indeks DMF-T sebesar
anak sekolah dilaksanakan melalui 0,91. Dalam penelitian yang dilakukan
kegiatan pokok kesehatan gigi dan oleh Tauchid (2010) pada murid SD
mulut di puskesmas yang kelas enam di wilayah Kelurahan
diselenggarakan secara terpadu Lebak Bulus Kecamatan Cilandak
dengan kegiatan usaha kesehatan Jakarta Selatan memperlihatkan
sekolah (UKS) dalam bentuk program Angka indeks DMF-T rata-rata
usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) sebesar 1,98 berarti rata-rata jumlah
(Depkes RI. 1997). Kegiatan program gigi yang pernah karies sejumlah 2
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah gigi per-orang.
meliputi upaya peningkatan dan Berdasarkan latar belakang di atas,
pencegahan (promotif-preventif) dan maka yang menjadi permasalahan
upaya pengobatan dan pemulihan dalam penelitian ini adalah belum
terhadap penyakit karies gigi (kuratif- diketahuinya perbedaan risiko
rehabilitatif) (Depkes RI, 1994). terjadinya karies baru pada anak usia
Muhammad Saleh (2004) 12 tahun menggunakan kariogram
melakukan penelitian tentang Deteksi pada murid SD UKGS dan SD Non
Faktor Utama Penyebab Karies UKGS di Kecamatan Cilandak Jakarta
Berdasarkan Cariogram Pada Anak Selatan. Tujuan penelitian ini untuk
Sekolah Dasar Di Kota Dan Desa. melihat perbedaan risiko terjadinya
Penelitian ini dilakukan di SD karies gigi pada anak usia 12 tahun

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 224


murid SD UKGS dan murid SD Non karies, penyakit yang berpengaruh,
UKGS di Kecamatan Cilandak Jakarta kandungan makanan, frekuensi
Selatan pada tahun 2011. Definisi makan, banyaknya plak, program
operasional penelitian ini adalah fluor, dan penilaian klinik, sedangkan
sebagai berikut: variabel dependennya adalah risiko
terjadinya karies baru.
Data yang dikumpulkan berupa
METODE data primer. Pengambilan data untuk
variabel independen dikumpulkan
Untuk mengetahui resiko karies melalui pemeriksaan oral yang
ada beberapa metode yang kemudian dicatat dalam lembar
digunakan, salah satu metode yang pemeriksaan status karies gigi dan
digunakan adalah kariogram. wawancara menggunakan kuesioner.
Kariogram merupakan program yang Alat yang digunakan untuk
dikenalkan oleh Bratthall (2002), pemeriksaan karies gigi adalah alat
untuk memperoleh pemahaman yang diagnostik yang terdiri dari kaca
lebih baik tentang karies gigi sebagai mulut, sonde, pinset, ekskavator, dan
penyakit multifaktorial. Ada 10 bak instrumen. Untuk penerangan
parameter yang harus diisi dan diberi digunakan lampu senter. Variabel
skor (0-3) pada kotak yang sudah dependen berupa risiko terjadinya
tersedia. Kesepuluh parameter karies baru diperoleh menggunakan
tersebut meliputi : Pengalaman program komputer Kariogram, dengan
Karies, penyakit umum, diet memasukkan data tentang
karbohidrat, frekuensi diet, skor plak, pengalaman karies, penyakit yang
jumlah Streptococcus Mutans, berpengaruh, kandungan makanan,
penggunaan fluor, sekresi saliva, frekuensi makan, banyaknya plak,
kapasitas buffer saliva dan penelitian program fluor, dan penilaian klinik ke
klinik dari operator. Kariogram hanya dalam program komputer.
memberi petunjuk resiko karies Pengumpulan data dilaksanakan pada
(http://www.scribd.com/doc/31069494). bulan Maret – Juli 2011. Data yang
Penelitian dilakukan dengan terkumpul kemudian diproses
menggunakan disain potong lintang menggunakan paket program
(cross sectional), dengan metode komputer kariogram, setelah
wawancara dan pemeriksaan oral. sebelumnya melewati tahap
Populasi penelitian ini adalah murid pengkodean. Pemberian skor hasil
SD UKGS dan SD Non UKGS di kariogram yaitu risiko terjadinya karies
Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan baru menggunakan ketentuan
yang pada tahun 2011 berusia 12 sebagai berikut:
tahun. Sampel dipilih secara 0: rendah, bila prosentase daerah
Purposive Sampling sebanyak 125 warna hijau dalam diagram kariogram
orang anak yang secara rata diambil ≥ 60%
dari 6 SD di wilayah Kecamatan 1: tinggi, bila prosentase daerah
Cilandak Jakarta Selatan, dengan warna hijau dalam diagram kariogram
ketentuan pengambilan sampel dari 3 ˂ 60%.
SD yang menjalankan program UKGS Analisis data dilakukan secara
tahap III di kelurahan Cilandak Barat, bertahap, yaitu analisis univariat untuk
Pondok Labu dan Lebak Bulus, serta melihat karakteristik dari setiap
sampel dari 3 SD Non UKGS di variabel, kemudian analisis bivariat
kelurahan Cilandak Barat, Pondok untuk melihat perbedaan hubungan
Labu dan Lebak Bulus. antara SD UKGS dan Non UKGS
Variabel independen pada dengan Risiko Karies yang dilakukan
penelitian ini adalah pengalaman menggunakan uji Chi Square.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 225


HASIL

Gambaran variabel-variabel penelitian

Tabel 1. Gambaran distribusi responden berdasarkan faktor-faktor risiko terjadinya


karies pada anak usia 12 tahun murid SD UKGS dan SD Non UKGS
di wilayah kecamatan Cilandak.

No. VARIABEL INDEPENDEN SD UKGS SD Non


UKGS
Jumlah % Jumlah %
1 Pengalaman karies:
a. Bebas karies 5 8,3 20 32,3
b. Lebih baik dari normal 6 10,0 9 14,5
c. Lebih buruk dari normal 42 70,0 23 37,1
2 Penyakit yang berpengaruh:
a. Sehat 49 81,7 56 90,3
b. Penyakit ringan 9 15,0 6 9,7
c. Penyakit parah berlangsung lama 2 3,3 0 0,0
3 Kandungan makanan:
a. Sedikit gula 2 3,3 2 3,2
b. Diet non kariogenik 19 31,7 9 14,5
c. Kandungan gula sedang 25 41,7 43 69,4
d. Terlalu banyak mengandung gula 14 23,3 8 12,9
4 Frekuensi Makan:
a. Tiga kali 48 80,0 45 72,6
b. Empat sampai lima kali 11 18,3 17 27,4
c. Enam sampai tujuh kali 1 1,7 0 0,0
d. Lebih dari tujuh kali 0 0,0 0 0,0
5 Banyaknya plak:
a. Sangat baik 0 0,0 0 0,0
b. Baik 12 20,0 15 24,2
c. Kurang baik 47 78,3 47 75,8
d. Buruk 1 1,7 0 0,0
6 Program fluor:
a. Ikut program fluor 0 0,0 0 0,0
b. Kadang-kadang tambahan program fluor 0 0,0 1 1,6
c. Pasta gigi fluor 60 100, 61 98,4
0
d. Tanpa fluor 0 0,0 0 0,0
7 Penilaian klinik:
a. Lebih baik 15 25,0 0 0,0
b. Sama 30 58,3 62 100,0
c. Risiko sedikit lebih tinggi 10 16,7 0 0,0
d. Risiko sangat tinggi 0 0,0 0 0,0

Distribusi responden berdasarkan pada SD UKGS, dan faktor penilaian


faktor risiko terjadinya karies pada SD klinik murid SD UKGS lebih beragam
UKGS maupun SD Non UKGS hampir dari pada murid SD Non UKGS yang
tidak ada perbedaan, kecuali pada seluruhnya sama dengan kondisi yang
faktor pengalaman karies murid SD ditampilkan dari hasil kariogram.
Non UKGS keadaannya lebih baik dari

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 226


Tabel 2. Gambaran risiko terjadinya karies baru pada anak usia 12 tahun
murid SD UKGS

Risiko karies Jumlah Persentase


Rendah 17 28.3
Tinggi 43 71.7
TOTAL 60 100

Variabel dependen dalam hal ini risiko orang (71,7%), sedangkan yang
karies, dari hasil prediksi berisiko rendah hanya 17 orang
menggunakan kariogram didapatkan (28,3%). Hal ini dapat dilihat pula pada
bahwa dari 60 responden, yang grafik di bawah ini:
mempunyai risiko tinggi sebanyak 43

Persentase
28.3
Rendah
Tinggi
71.7

Tabel 3. Gambaran risiko terjadinya karies baru pada anak usia 12 tahun
murid SD Non UKGS

Risiko Karies Jumlah Persentase


Rendah 17 27.4
Tinggi 45 72.6
TOTAL 62 100.0

Dari hasil prediksi menggunakan sedangkan yang berisiko rendah


kariogram didapatkan bahwa dari 62 hanya 17 orang (27,4%). Hal ini dapat
responden, yang mempunyai risiko dilihat pula pada grafik berikut ini:
tinggi sebanyak 45 orang (72,6%),

Persentase
27.4
Rendah
Tinggi
72.6

Hubungan Dua Variabel Penelitian murid SD UKGS dan SD Non UKGS di


dengan Uji Chi Square wilayah kecamatan Cilandak.
Perbedaan risiko terjadinya
karies baru pada anak usia 12 tahun

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 227


Tabel 4. Distribusi responden menurut jenis SD dan risiko karies

Risiko Karies

Jenis Rendah Tinggi Total OR P Value


SD
n % n % n %

UKGS 17 28.3 43 71.7 60 100 1.047 1.00


Non UKGS 17 27.4 45 72.6 62 100 0.4 – 2.3

Jumlah 34 27.9 88 72.1 122 100

Hasil analisis hubungan antara SD risiko karies tinggi. Hasil uji statistik
UKGS dan Non UKGS dengan Risiko diperoleh nilai p =1,047, maka dapat
Karies diperoleh ada sebanyak 43 disimpulkan tidak ada perbedaan risiko
(71,7%) SD UKGS mempunyai risiko karies antara SD UKGS dan SD Non
karies tinggi, sedangkan SD Non UKGS.
UKGS ada 45 (72,6%) mempunyai

Tabel 5. Gambaran Perbedaan Risiko Terjadinya Karies Baru Pada Anak Usia
12 Tahun Murid SD UKGS dan SD Non UKGS

No. SD UKGS SD Non UKGS


1 % Peluang Terhindar 45 53
Karies
2 Risiko Terjadinya Karies Tinggi Tinggi

60
50
40
30 SD UKGS
20
SD NON UKGS
10
0
PELUANG RISIKO
TERHINDAR TERJADINYA
KARIES KARIES

Dari tabel dapat terlihat bahwa baik UKGS) dan 53% (SD Non UKGS). Bila
SD UKGS maupun SD Non UKGS dilihat dari persentase peluang
keduanya mempunyai risiko tinggi terhindar dari karies baru pada SD
terhadap terjadinya karies baru, Non UKGS lebih besar 8% yang
mengingat persentase peluang berarti lebih baik dari SD UKGS.
terhindar karies < 60% yaitu 45% (SD
Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 228
PEMBAHASAN upaya yang lebih intensif pada
pelaksanaan UKGS utamanya pada
Pengalaman Karies upaya promotif dan preventif termasuk
Dari hasil penelitian pada SD aplikasi fluor maupun tindakan fissure
UKGS terlihat bahwa pengalaman sealing agar dapat menekan indeks
karies yang tertinggi adalah kelompok DMFT di masa datang.
lebih buruk dari normal (karies gigi ≥3)
yaitu sebesar 70%, sedangkan pada Penyakit yang Berpengaruh
SD Non UKGS pengalaman karies Dari hasil penelitian menunjukkan
yang tertinggi juga pada kelompok bahwa murid SD UKGS ada 3,3%
lebih buruk dari normal (karies gigi ≥3) yang menderita penyakit parah yang
sebesar 37,1%. berpengaruh seperti kejang, serta 15%
Target pencapaian gigi sehat yang menderita asma dan selebihnya
Indonesia tahun 2010 pada individu 81,7% sehat, sedangkan pada murid
usia 12 tahun untuk Indeks DMF-T SD Non UKGS ada 9,7% yang
adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2008). menderita asma dan 90,3% sehat.
Pada penelitian ini batas normal Menurut Casamassimo (2000)
pengalaman karies gigi (DMFT) untuk seperti yang dikutip Supriyatno (2001)
anak usia 12 tahun yang dipergunakan dalam makalahnya yang berjudul
adalah 2, hal ini berdasarkan indeks Hubungan Antara Kesehatan Rongga
karies di Indonesia sebagai anggota Mulut Dengan Kesehatan Umum,
dari SEARO sebesar 2,2 dan hasil disebutkan ada beberapa keadaan
penelitian Tauchid (2010) pada murid yang dapat mempengaruhi perubahan
SD kelas enam di Kelurahan Lebak fisiologis rongga mulut diantaranya:
Bulus yang rata-rata mempunyai gigi  Asma dapat menyebabkan
yang pernah karies sebanyak 2 gigi peningkatan karies gigi
per orang.  Kejang dapat menyebabkan
Dari penelitian yang dilakukan penurunan aliran saliva
oleh Chemiawan (2004) di Jawa Barat, Dari teori di atas dapat dilihat
di dapatkan prevalensi karies gigi lebih bahwa penderita asma dari SD UKGS
tinggi pada anak tanpa program UKGS lebih besar, hal ini dapat
yaitu sebesar 97% dibandingkan anak mempengaruhi pengalaman karies
dengan program UKGS sebesar 79%. murid SD UKGS yang lebih tinggi
Indeks DMFT lebih tinggi pada anak dibandingkan SD Non UKGS,
tanpa program UKGS dibandingkan mengingat dari seluruh anak yang
anak dengan program UKGS. menderita asma (15 orang) hanya 3
Bila hasil penelitian ini anak (20%) yang bebas karies.
dibandingkan dengan penelitian-
penelitian di atas, maka terlihat bahwa Kandungan Makanan
jumlah karies rata-rata lebih tinggi, Hasil penelitian menggambarkan
baik pada anak usia 12 tahun murid persentase tertinggi dari murid SD
SD UKGS maupun SD Non UKGS UKGS adalah yang mengkonsumsi
yang tergolong pada kelompok lebih makanan dengan kandungan gula
buruk dari normal (karies gigi ≥3). Dari sedang 41,7%, hal ini berbeda dengan
hasil persentasenya bahkan lebih murid SD Non UKGS dengan
tinggi pada murid SD dengan program persentase sebesar 69,4% pada
UKGS dibandingkan murid SD Non kelompok yang sama. Namun
UKGS, keadaan ini sangat berbeda demikian bila dilihat dari persentase
dengan hasil penelitian Chemiawan. anak yang mengkonsumsi makanan
Hal ini dapat terjadi kemungkinan yang terlalu banyak mengandung gula,
karena pelaksanaan program UKGS maka murid SD UKGS lebih besar
yang tidak maksimal. Diperlukan

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 229


yaitu 23,3% dibandingkan SD Non UKGS masih lebih aman, mengingat
UKGS yang hanya 12,9%. kegiatan makan berikutnya berselang
Karbohidrat yang disebut gula antara 2,5 jam – 4 jam.
adalah sukrosa, jenis disakarida yang
paling banyak dikonsumsi orang Banyaknya Plak
padahal bersifat lebih kariogenik. Dilihat dari hasil penelitian ini,
Disakarida dan monosakarida banyaknya plak yang tertinggi adalah
(glukosa) akan difermentasi sehingga pada kelompok kurang baik yaitu
terjadi karies gigi. pH didalam plak sebesar 78,3% pada SD UKGS dan
akan turun dalam beberapa menit (5- 75,8% pada SD Non UKGS.
10 menit) sampai dibawah 5 atau 5,5 RA Cawson (1994), menyatakan
yaitu pH kritis untuk mengakibatkan bahwa plak gigi merupakan media
email mengalami demineralisasi. pelekat bakteri pada polisakarida yang
(http://www.scribd.com/doc/31069494/Men tebal pada daerah-daerah yang tidak
uju-Gigi-Dan-Mulut-Sehat-Pencegahan- terjangkau, dapat mempertinggi
Dan-Pemeliharaan-Normal-bab-1) produksi asam bakteri dan
Dari tulisan di atas dapat memperlambat aksi buffer saliva.
dipahami mengapa anak usia 12 tahun Bila dibandingkan dengan teori,
murid SD UKGS maupun SD Non maka banyaknya plak yang dimiliki
UKGS mempunyai angka karies yang anak usia 12 tahun murid SD UKGS
≥3, mengingat jumlah anak yang maupun SD Non UKGS memang
mengkonsumsi makanan yang non sangat berisiko untuk terjadinya karies
kariogenik lebih kecil dibandingkan gigi.
dengan yang mengkonsumsi makanan
dengan kandungan gula sedang Program Fluor
sampai terlalu banyak mengandung Hasil penelitian menunjukkan
gula. 100% murid SD UKGS mendapatkan
fluor hanya dari pasta gigi yang
Frekuensi Makan digunakan, sedangkan murid SD Non
Pada penelitian ini dapat dilihat UKGS 98,4% mendapatkan dari pasta
bahwa kelompok frekuensi makan gigi, dan 1,6% kadang-kadang
yang tertinggi anak usia 12 tahun baik mendapat tambahan program fluor
murid SD UKGS maupun SD Non berupa pengolesan larutan fluor dari
UKGS tidak terlalu jauh berbeda klinik gigi.
sebesar 80% dan 72,6% yaitu Menurut Fadhilah (2009), paparan
sebanyak tiga kali sehari. Urutan fluor dalam dosis rendah yang terjadi
kedua adalah frekuensi makan empat terus-menerus akan mencegah
sampai lima kali sehari sebanyak terjadinya kerusakan atau karies gigi.
18,3% pada SD UKGS dan 27,4% Sumber utama dari fluor adalah air
pada SD Non UKGS. minum. Sementara angka kecukupan
Menurut John Besford (1996), yang dianjurkan dan aman adalah 1,5-
menyatakan 10 menit setelah makan 4 mg/hari. Andlaw (1992), menyatakan
makanan manis anak anda mulai bahwa kebanyakan pasta gigi
melanjutkan dengan berikutnya, pH mengandung 0,1% fluor, oleh karena
belum mencapai daerah aman, ketika itu 1 g pasta gigi mengandung 1 mg
mendadak muncul gula lagi, akan fluor.
diproduksi lebih banyak asam, Pada penelitian ini tidak ada
penurunan pH semakin besar lebih informasi mengenai sumber air minum
banyak lagi mineral yang larut dari para responden, sehingga tidak
gigi. diketahui paparan fluor yang didapat
Bila dibandingkan dengan teori di oleh responden. Namun demikian bila
atas, murid SD UKGS mupun SD Non dilihat dari kebiasaan para responden

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 230


yang sudah menggunakan pasta gigi terbesar adalah dari pasta gigi yang
yang mengandung fluor semestinya mengandung fluor pada kedua
sudah cukup membantu untuk kelompok SD, sedangkan faktor
pencegahan terhadap terjadinya karies penilaian klinik pada SD UKGS lebih
gigi, hanya saja perlu diperhatikan bervariasi dibandingkan dengan SD
kembali cara menyikat gigi yang baik Non UKGS. Dari hal-hal tersebut di
dan benar agar pencegahan dari fluor atas, memberikan hasil prediksi
dapat maksimal. kariogram pada kedua kelompok SD
sama, yaitu mempunyai risiko tinggi
Penilaian Klinik terhadap terjadinya karies baru.
Dari hasil penilaian klinik pada Hasil analisis hubungan antara SD
murid SD UKGS terdapat variasi yaitu UKGS dan SD Non UKGS dengan
yang tertinggi adalah kelompok Risiko Karies menunjukkan
penilaian kliniknya sama dengan risiko mempunyai risiko karies tinggi, dan
yang ditampilkan oleh program dari hasil uji Chi Square dapat
kariogram sebanyak 58,3%, lebih baik disimpulkan tidak ada perbedaan
25% dan yang risiko sedikit lebih tinggi risiko terjadinya karies baru antara
16,7%. Pada murid SD Non UKGS SD UKGS dan SD Non UKGS.
pemeriksa menemukan bahwa 100%
dari responden mempunyai penilaian
klinik sama dengan risiko yang SARAN
ditampilkan oleh kariogram. Untuk
penilaian klinik ini memang Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dipengaruhi oleh faktor subyektifitas di atas, maka perlu kiranya disarankan
dari pemeriksa, namun hal ini hal-hal sebagai berikut:
dibenarkan oleh pembuat program 1. Untuk Suku Dinas Kesehatan
kariogram yaitu Bratthall, Allander dan Jakarta Selatan agar meninjau
Lybegard (2002), bahwa penilaian kembali kebijakan tentang Usaha
klinik berdasarkan pemeriksaan yang Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS),
dilakukan oleh pemeriksa. mengingat sampai saat ini target
pencapaian gigi sehat tahun 2010
yang telah ditetapkan oleh
KESIMPULAN Kementerian Kesehatan belum
tercapai. Disamping itu perlu
Hasil penelitian terhadap faktor- dilakukan evaluasi pelaksanaan
faktor terjadinya karies baru UKGS, apakah masih efektif
menggambarkan bahwa pengalaman dengan kondisi saat ini.
karies sebagian besar mengalami 2. Untuk Puskesmas Kecamatan
karies lebih buruk dari normal, dan Cilandak, Puskesmas Kelurahan
kejadiannya lebih besar pada SD Cilandak Barat, Pondok Labu dan
UKGS dibandingkan SD Non UKGS. Lebak Bulus agar mengoptimalkan
penyakit yang berpengaruh lebih besar pelaksanaan program UKGS baik
pada murid SD UKGS dibandingkan tahap I, II maupun III sambil
SD Non UKGS. Kandungan makanan melakukan monitoring
yang tertinggi adalah makanan dengan pelaksanaan upaya promotif
kandungan gula, dan pada SD Non berupa penyuluhan oleh guru dan
UKGS persentasenya lebih tinggi sikat gigi masal yang seharusnya
dibanding SD UKGS. Frekuensi dilakukan 1 bulan sekali di
makan yang tertinggi adalah tiga (3) sekolah. Di lain pihak upaya
kali sehari pada kedua SD. Banyaknya preventif berupa aplikasi fluor dan
plak pada kedua kelompok SD adalah tindakan pit and fissure sealing
kurang baik. Program fluor yang juga diaktifkan kembali, agar

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 231


dapat menekan angka DMFT di gambaran risiko karies yang lebih
masa datang. lengkap.
3. Untuk peneliti lain agar melakukan
penelitian lanjutan tentang
kariogram dengan menggunakan
kesepuluh parameter yang ada
dalam kariogram agar didapat

DAFTAR PUSTAKA Fadhilah, N, 2009, Fluor Terhadap Kesehatan


Gigi. Dari:
http://nikmahalimuddinyahoocom.blogsp
____________, 2002, Laporan Survei ot.com/2009/02/flour-terhadap-
Kesehatan Nasional 2001, Studi kesehatan-gigi.html (14 Januari 2011)
Morbiditas dan Dissabilitas. Tim
Surkesnas. Jakarta Herjulianti, E, dkk, 2002, Pendidikan Kesehatan
Gigi. EGC. Jakarta.
____________, 1984. Pengembangan
Kemampuan dan Kebiasaan Pelihara Diri Iwanda, dkk, 2010, Hubungan Diabetes Mellitus
Kesehatan Gigi dan Mulut Keluarga. Dep Kes Dengan Karies Gigi. Media Medika
RI. Jakarta Muda (4). Dari:
http//eprints.undip.ac.id/22189/ (14
____________, 1996, Petunjuk Pemeliharaan Januari 2011)
Kesehatan Gigi dan Mulut Keluarga.
DepKes RI. Jakarta. Karmawati, I.A, 1987, Hubungan Xerostomia
Dengan Penyakit Sistemik Tertentu.
____________, 1997, Pedoman Pelaksanaan Skripsi. FKG UI Jakarta.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Dirjen
Pelayanan Medik Depkes RI. Jakarta. Kemal, Y, dkk, 2000, Jurnal Kedokteran Gigi,
FKG UI. Jakarta.
____________, 2008, Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar RISKESDAS – Kidd-Bechal, 1991, Dasar-dasar Karies. EGC.
Indonesia tahun 2007. Jakarta. Jakarta.
____________, 2010, Menuju Gigi dan Mulut Machfoed, I, 2005, Menjaga Kesehatan Gigi
Sehat. Pencegahan dan dan Mulut Ibu Hamil. Fitramaya. Jakarta.
Pemeliharaan_Normal. Dari:
http://www.scribd.com/doc/31069494.pd Mieke, 2008, Pengertian dan Fungsi Saliva.
f. (14 Januari 2011) M13ke Blog. Dari:
http://m13ke.wordpress.com/2008/11/25
____________, I994, Penuntun Pelaksanaan /pengertian-dan-fungsi-saliva/ (14
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Dirjen Januari 2011)
Pelayanan Medik Depkes RI. Jakarta.
Moestopo, 1986, Pemeliharaan Gigi Dimulai
Amerongen, A.V.N, 1991, Ludah dan Kelenjar Sejak Dari Kandungan Sang Ibu. Ghalia
Ludah – Arti Bagi Kesehatan Gigi. Gajah Indonesia. Jakarta.
Mada University Press. Yogyakarta.
Moslehzadeh, K, Sillnes-Löe Index. WHO
Andlaw, R.J, 1992, Perawatan Gigi Anak. Collaborating Centre. Geneva. Dari:
Widya Medika. Jakarta. http://www.whocollab.od.mah.se/index.h
tml (14 Januari 2011)
Besford, J, 1996, Mengenal Gigi Anda. Arcan.
Jakarta. Nurlaila, dkk, 2005, Indonesian Journal of
Dentistry. FKG UI. Jakarta.
Cawson, R.A, 1994, Atlas Bantu Kedokteran. Reich, E, Lussi, A & Newburn, E, 1999, Caries-
EGC. Jakarta. risk Assesment. International Dental
Journal. 49. Dari:
Chemiawan, dkk, 2004, Perbedaan Prevalensi http://www.fdiworldental.org/assets/com
Karies Pada Anak SD Dengan Program mission/95_4.pdf. (28 September 2007)
UKGS dan Tanpa UKGS. Lembaga
Penelitian FKG UNPAD. Bandung. Ruslan, G, dkk, 1996,Status Karies Gigi Pada
Murid Sekolah Dasar Kelas 6 di Muara

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 232


Teweh, Kalimantan Tengah. Jurnal Sutrisno, G, 1995, Ceramah Ilmiah Populer
PDGI, 45(1) Ilmu Kedokteran Gigi. FKG UI. Jakarta.

Saleh, M, 2004, Deteksi Faktor Utama Tauchid, S.N, Karmawati, I.A, Priharti, D, 2010,
Penyebab Karies Berdasarkan Hubungan Perilaku Menyikat Gigi
Cariogram Pada Anak Sekolah Dasar Di Dengan Status Karies Gigi Pada Murid
Kota Dan Desa (Kajian Di SD SD Kelas Enam Di Wilayah Kelurahan
Pujokusuman Iii Dan SD Lagaran Lebak Bulus – Cilandak Jakarta Selatan
Sanden Yogyakarta). Tesis. Program Tahun 2010. Poltekkes Kemenkes
Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta. Jakarta I. Jakarta

Supriyatno, B, 2001, Hubungan Antara Wirakusumah, S.E, 2009, Jus Buah dan
Kesehatan Rongga Mulut Dengan Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kesehatan Umum. Seminar Sehari
PDGI Jakarta Selatan. Jakarta. World Health Organization, 1997, Oral Health
Surveys Basic Methode 4th edition.
Geneva.

Jurnal Health Quality Vol. 2 No. 4, Mei 2012 Page 233

Anda mungkin juga menyukai